You are on page 1of 20

MAKALAH SISTEM SENSORI DAN PERSEPSI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


KATARAK
KELOMPOK I
NAMA:
ELI FAHMIATI (1026010216)
LENA RACHMAWATI (1026010182)
MARLINA (1026010230)
RIA OKTARI (1026010236)
TITIN MARLENA (1026010225)
WENNY AFRIMEDENI .P (1026010264)
OKI ALEXANDER (1026010086)

KEPERAWATAN VII
Dosen Pembimbing : IRHAN , S.Kep, NS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air
terjun.

Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini
merupakan proses degeneratif (kemunduran ).Perubahan yang terjadi bersamaan dengan
presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dankeruh,yang akan
mengganggu pembiasan cahaya.Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat
terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami
perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa yang di maksud dengan katarak?
2. Apa saja etiologinya?
3. Bagaimana klasifikasinya?
4. Bagaimana penatalaksanaannya?
5. Bagaimana asuhan keperawatannya?
3. TUJUAN
Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit katarak
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Katarak
2. Untuk mengetahui apa saja etiologinya.
3. Untuk mengetahui klasifikasinya.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaanya.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena penulis telah dapat
menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Dengan Katarak
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak terutama kepada yang
terhormat dosen pembimbing Ns Irhan S.Kep dan rekan-rekan di kelas Keperawatan yang
telah banyak membantu dan memberi dorongan dalam penyelesaian makalah ini.
Hasil makalah ini tentunya belum sempurna, namun bagi penulis hasil ini sangatlah
berarti terutama dapat memberikan dorongan dan sekaligus tantangan untuk terus berkarya
sebagai pengisi kegiatan dan aktifitas yang dituntut untuk terus berkarya dan berkreasi mengisi
masa depan yang penuh tantangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
mohon saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, Oktober 2013

Penulis

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Anatomi Fisiologi

Anatomi Mata
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas
seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk
aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di
luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan
oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses
penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin anti oksidan yang kurang
dalam jangka waktu yang lama.
2.1.2. Pengertian Katarak
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam
kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998)
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,
umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun
(Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses
penuaan dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). Dapat juga berhubungan dengan
trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit
sistemis seperti diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme, pemejanan radiasi, pemajanan yang
lama sinar mata hari (sinar ultra violet), atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior.
(Brunner & suddart, 2001)
2.1.3. Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang.
Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat
pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak
lainnya meliputi:
a.Faktor keturunan.
b.Cacat bawaan sejak lahir.
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
e. Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
f. Gangguan pertumbuhan,
g. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
h.Rokok dan Alkohol
i.Operasi mata sebelumnya.
j.Trauma (kecelakaan) pada mata.
k. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui
2.1.4. Patofisiologi
Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis: nucleus, korteks dan kapsul. Nukleus
mengalami perubahan warna coklat kekuningan seiring dengan bertambahnya usia. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai infulks air kedalam lensa proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peranan dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien menderita katarak.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi. Perubahan pada
serabut halus multipel (zunula) yang memanjangdari badan silier sekitar daerah di luar lensa,
misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan kogulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang
dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun denga bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun sebenarnya
merupakan konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekadeke tujuh. Katarak dapat bersifat
kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan
dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
2.1.4. Manifestasi Klinis
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun
jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata
seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak
benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-). Bila Katarak
dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi
berupa glaukoma dan uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
2. Peka terhadap sinar atau cahaya
3. Dapat melihat dobel pada satu mata
4. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
2.1.6. Klasifikasi
 Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
 Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
 Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
 Katarak komplikata.
 Katarak traumatik.
 Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
 katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
 Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi akibat
gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak meluas mengenai
seluruh lensa
 Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa
 Katarak kongenital yang terjadi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi Iahir
sampai berusia 1 tahun
 Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan serat
lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di
dalam kandungan, dan gangguan metabolisme oksigen
 Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang disebut
sebagai leukokoria (pupil berwarna putih).
 Setiap bayi dengan leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis bandingnya seperti
retinoblastorrma, endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik vitreus primer, dan miopia
tinggi di samping katarak sendiri
 Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel atau serat lensa masih
muda dan berkonsistensi cair.
 Umumnya tindakan bedah dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi linear.
 Tindakan bedah biasanya dilakukan pada usia 2 bulah untuk mencegah ambliopia eks-anopsia.
 Pasca bedah pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya yang telah menjadi
afakia
 katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
 Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun  lanjutan katarak kongenital yang makin
nyata,
 Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat penyakit lokal pada satu
mata, seperti akibat uveitis anterior. glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi, ftisis bulbi, yang
mengenai satu mata, penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan akibat trauma
tumpul.
 Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor
 katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun
 Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai dengan penyakit lainnya
seperti diabetes melitus yang akan terjadi lebih cepat.
 Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama ataupun berbeda.
 Proses degenerasi pada lensa dapat terlihat pada beberapa stadium katarak senil.
 Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan.
 Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur.
 Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa karena
proses penuaan

 katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
 Stadium insipien,
o di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa.
o Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.
o Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya.
o Pada stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan
terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai
dengan kekeruhan ringan pada lensa.
o Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
 Stadium imatur,
o Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi
cembung.
o Terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. P
o Terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung  pasien menyatakan tidak perlu
kacamata sewaktu membaca dekat.
o Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik mata
akan sempit atau tertutup.
o Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.
o Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa. Uji
bayangan iris positif
 Stadium matur
o Merupakan proses degenerasi lanjut lensa.
o Terjadi kekeruhan seluruh lensa.
o Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam mata
sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali.
o Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata
depan terbuka normal, uji bayangan iris negatif.
o Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif
 Stadium hipermatur
o terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa
tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni).
o Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks yang
cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan.
o Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan
mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka.
o Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga stadium ini
disebut uji bayangan iris pseudopositif.
o Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis.
o Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul glaukoma
fakolitik.
 Katarak komplikata, terjadi sebagai akibat langsung dari penyakit intraokuler, misalnya akibat
uveitis, glaukoma, retinitis pigmentossa & ablatio retinae. Biasanya bersifat unilateral &
prognosis tidak sebaik katarak senilis.
o Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa oleh faktor fisik
atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa.
o Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi, ablasio retina, dan
glaukoma.
o Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata atau
kelainan lokal yang akan mengenai satu mata
 Katarak Trauma: Katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Keratometri
2. Pemeriksaan lampu slit
3. Oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan
akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan
kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL.

2.1.8. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik
di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat
perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti
diabetesdanglaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai
98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama
pembedahan.
2.1.9. Pengobatan
Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh
diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi
memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai
terjadi infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi
glaukoma dan uveitis. Teknik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular,
dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga
korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun dengan tekhnik
ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak intrakapsuler
tidak terjadi katarak sekunder karenaseluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat
dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada
pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn. Dapat
pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus lensa
dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca
operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.
2.1.10. Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yg terjadi berupa visus tdk akan mencapai 5/5. Komplikasi yang
terjadi yaitu nistagmus dan strabismus.

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Klien
 Nama : Ny. W
 Umur : 50 th
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : islam
 Status Perkawinan : kawin
 Suku Bangsa : Indonesia
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : swasta
 Tgl masuk RS : 01 Januari 2012
 No. Register : 15665

Penanggung Jawab
 Nama : Tn. F
 Umur : 56 th
 Pekerjaan : swasta
 Alamat : Hibrida 10

3.1.2. Keluhan utama


Klien mengalami penglihatan kabur. Klien mengalami penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat.
3.1.3. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan Sekarang

Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pusing dan penglihatannya kabur, penglihatan kabur
dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Penglihatan kabur/tidak jelas dan seperti ada kabut
serta terkadang pasien merasa silau saat melihat cahaya. Klien juga mengalami kesulitan melihat pada
jarak jauh atau dekat, pandangan ganda, susah melihat pada malam hari. Setelah dilakukan pengkajian
pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil, nucleus pada lensa menjadi coklat kuning, lensa menjadi
opak, retina sulit dilihat, terdapat gangguan keseimbangan pada susunan sel lensa oleh factor fisik dan
kimiawi sehingga kejernihan lensa berkurang.klien disarankan oleh dokter untuk dilakukan tindakan
pembedahan atau dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien
melakukan aktivitas sehari-hari.klien jg mengalami hiperglikemia karena panyakit diabetis yang
dideritanya.
 Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
 Riwayat Penyakit Keluarga

Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-gejala yang sama seperti
yang diderita oleh pasien saat ini.

3.1.4. Pemeriksaan Fisik


a. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keuarga klien takut akan penyakit yang diderita klien, dan berharap agar bisa cepat sembuh
Penggunaan tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berheti) : tidak menggunakan
tembakau
Alkohol : tidak mengkonsmsi alkohol
Alergi (obat-obatan, makanan, plster dll) : makanan
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus : tidak ada
Nafsu makan : menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun
Kesulitan menelan (disfagia) : disfagia
Gigi : Lengkap
Frekuensi makan : 1-2x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi : ikan
3) Pola eliminasi
BAB :
Frekuensi : lebih dari 3x sehari
Warna : kuning
Waktu : tidak teratur
Konsistensi : cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : inkontinensia
BAK :
Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
Kesulitan : inkotinensia
4) Pola aktivitas dan latihan
Kekuatan otot : penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak
Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas
5) Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 4-6 jam sehari
Waktu : malam
6) Pola kognitif dan persepsi
Status mental : penurunan kesadaran
Bicara : aphasia ekspresif
Kemampuan memahami : tidak
Tingkt ansietas : berat
Penglihatan : pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri kronik
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
8) Pola peran hubungan
Pekerjaan : swasta
Sistem pendukung : keluarga
9) Pola koping dan toleransi aktivitas
Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau keluarga
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari : tegang
10) Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : segala sesuatu dalam kehidupannya diserahkan pada agamanya
1. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : tampak gelisah dan bingung
Penampilan umum : bersih dan rapi
Kliean tampak sehat/sakit/sakit berat : sakit
Kesadaran :
BB : 50 kg
TB : 155 cm
2) Tanda-tanda vital
TD : 150/ 110mmHg
ND : 90 x/i
RR :22 1x/i
S : 36,5 derajat celcius
3) Kulit
Warna kulit : tidak sianosis
Kelembapan : kering
Turgor kulit : elastic berkurang
Ada/tidaknya oedema : ada oedema
4) Kepala :
Inspeksi : rambut bersih
Palpasi :tidak Ada benjolan
5) Mata
Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual katarak Nampak
abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak timbul refeksi merah.
Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
Ukuran pupil : pupil dilatasi
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
6) Telinga
Fungsi pendengaran :tidak ada gangguan pendengaran
Kebersihan : bersih
Sekret : tidak ada
7) Hidung dan sinus
Fungsi penciuman : baik
Pembegkakan : tidak ada Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih sekret : tidak ada
8) Mulut dan tenggokan
Membran mukosa : kering kebesihan mulut : bersih
Keadaan gigi : lengkap
Tanda radang : Lidah
Trismus :tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada
9) Leher
Trakea : simetris
Kelenjar limfe : ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
10) Thorak/paru
Inspeksi : dada simetris dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Perkusi :tidak ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)
11) Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat
12) Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites
13) Ekstremitas
Ekstremitas atas : pergerakan normal
Ekstremitas bawah : pergerakan normal
ROM :
Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot
14) Neurologis
Kesadaran (GCS) :
Status mental : penurunan kesadaran
Motorik : kejang
Sensorik : gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan
gangguanpendengaran
Refleks fisiologis : mengalami penurunan terhadap respon stimulus

3.2. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1 DS: perdarahan intra Resio tinggi terhadap
-klien mengatakan pusing dan okuler(dikoreksi cidera
penglihatannya kabur, penglihatan dengan dilator pupil)
kabur dirasakan sejak kurang lebih
1 tahun yang lalu.
-klien mengatakan bahwa dokter
menyarakan untuk dilakukan
tindakan yaitu dikoreksi dengan
dilator pupil.
DO:
- Pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil
-nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina
sulit dilihat
2 DS: bedah pengangkatan Resiko tinggi
-klien mengatakan kesulitan melihat katarak terhadap infeksi
pada jarak jauh atau dekat,
pandangan ganda, susah melihat
pada malam hari.
-klien mengatakan bahwa dia juga
mnderita penyakit diabetis mellitus
DO:
- terdapat gangguan keseimbangan
pada susunan sel lensa oleh factor
fisik dan kimiawi sehingga
kejernihan lensa berkurang.
-Hiperglikemia
3 DS: gangguan Gangguan sensori
-klien mengatakan mengalami penerimaan persepsi(penglihatan)
penglihatan kabur. sensori/status organ
indra penglihatan
-Klien mengatakan mengalami
penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat
DO:
- pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil, nucleus pada lensa
menjadi coklat kuning, lensa
menjadi opak, retina sulit dilihat

Diagnosa keperawatan yang muncul


 Resio tinggi terhadap cidera b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi dengan dilator pupil)
 Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak
 Gangguan sensori persepsi(penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori/status organ indra
penglihatan
3.3. Nursing Care Planning
N Kriteria
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o hasil
1 Resio tinggi Setelah Menunjukkan Mandiri :
cidera berhubung dilakukan perubahan 1. Diskusikan apa 1. Membantu
an dengan intervesi sela perilaku, pola yang terjadi pada megurangi rasa
perdarahan intra ma 3x24 jam hidup untuk pasca dikoreksi takut an
okuler diharapkan menurunka tentang nyeri, meningkatkan kerja
perdrahan faktor resiko pembatasan sama dalam
intra okuler dan aktivitas, pembatasan yang
dapat segera untuk melidu penampilan dan diperlukan
diatasi ngi diri dari balutan mata
cedera. 2.Batasi aktivitas 2. Menurunkan stres
seperti megerakkan pada area
kepala tiba-tiba, pengikisan/menurun
menggaruk mata, kan TIO
membongkok
3. Dorong napas
dalam batuk untuk
bershan nafas
3. Batuk
berihan paru
meningkatkan TIO
4. Pertahankan
perlindungan mata
sesuai indikasi
4. Digunaknuntuk
melindungi dari
5. Minta pasien untuk
cedera dan
membedakan
menurunkan
antara
gerakan mata
ketidakyamanan
5. Ketidak amanan
dan nyeri mata
mungkin karena
tajam tiba-tiba,
prosedur
selidiki pembedahan, nyeri
kegelisaan,disorient akut menunjukkan
asi, gangguan TIO dan atau
balutan perdarahan yang
terjadi karena
regangan dan atau
tak diketahui
penyebabnya.
Kolaborasi:
1. berikan obat sesuai
indikasi
 antiemetik contoh
proklorprazin

 mual, muntah dapat


meningkatkan TIO,
memerlukan
tindakan segera
untuk mencega
 asetazolamid(diomo cedera okuler
x)  diberikan untuk
menurun TIO bila
terjadi peningkatan,
membatasi kerja
enzim pada
produksi akueus
humor
 analgesik contoh  digunakan untuk
empirin dengam ketidak nyamanan
kodein, ringan, mencega
asetaminofen(tynol) gelisah yang dapat
mempengaruhi TIO
2 Resiko tinggi Setelah - Meningkat Mandiri
terhadap infeksi dilakukan kan 1. Diskusikan 1. Menurunkan jumlah
berhubungan intervesi sela penyembuh pentingnya mencuci bakteri pada tangan,
dengan bedah ma 3x24 jam an luka tangan sebelum mencega
pengangkatan diharapkan tepat waktu menyentu atau kontaminasi area
katarak factor resiko - bebas mengobati mata operasi
infeksi dapat drainase 2. Gunakan atau 2. Tehnik aseptic
diatasi purulen dan tunjukan tehnik menurunkan resiko
eritema yang tepat untuk penyebaran bakteri
membersihkan dan kontaminasi
mata dari dalam silang
keluar dengan tisu
basah atau bola
kapas untuk tiap
usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan
3. Tekankan 3. Mencegah
pentingnya kontaminasi dan
untuk tidak kerusakan sisi
menyentuh atau operasi
menggarut mata
yang di operasi
4. Obserpasi tanda 4. Infeksi mata terjadi
terjadinya infeksi 2-3 hari setelah
contah kemerahan, prosedur dan
kelopak mata memerlukan upaya
bengkak, drainase intervensi yang
purulen. tepat
Kolaborasi:
1. Berikan obat sesuai
indikasi
 antibiotik(topical,  sediakan topical
perenteral, atau yang digunakan
subkunjungival) sevara profilaksis,
dimana
terapilebih akresif
diperlukan bila
terjadi infeksi.
Catatan steroid
mungkin
ditambahkan pada
antibiotic topical bila
pasien mengalami
implantasi.
 steroid  Digunakan untuk
menurunkan
implamasi
3 Gangguan sensori Setelah - Dapat Mandiri
persepsi(penglihat dilakukan meningkatka1. Tentukann 1. kebutuhan individu
an) berhubungan intervesi sela n ketajaman ketajaman dan pilihan
dengan gangguan ma 3x24 jam penglihatan penglihatan, catat intervensi bervariasi
penerimaan diharapkan batas situasi apakah 1 atau 2 sebab kehilangan
sensori/status gangguan individu mata terlibat penglihatan terjadi
organ indra sensori - Memperbaiki lambat dan
penglihatan persepsi potensi progresif. Bila
dapat diatasi bahaya bilateral tiap mata
dapat berlangjut
dalam pada laju yang
lingkunga berbeda tetapi biasa
nya hanya 1 mata
diperbaiki
perprosedur.
2. memberikan
peningkatan
kenyamanan dan
2. Orientasikan pasien kekeluargaan,
terhadap menurunkancemas
lingkungan,stap, dab disorientasi
orang lain di area pasca operasi
nya 3. terbangun dan
lingkungan tak
dikenal dan
mengalami
tetbatasan
3. Observasi tanda- penglihatan dapat
tanda dan gejala- mengakibatkan
gejala disorientasi, bingung pada orang
pertahankan pagar tua. Menurunkan
tempat tidur sampai resiko jatuh bila
benar-benar pasien bingung atai
senbuh dari tak kenal ukuran
anastesia tempat tidur

4. Memberikan
rangsangan sensori
tepat terhadap
isolasi dan
4. Pendekatan dari menurunkan
sisi yang tak bingung
dioperasi , bicara,
dan menyentuh
sering, dorong
5. Gangguan
orang terdekat
penglihatan atau
tinggal dengan
iritasi dapat
pasien
berakhir 1-2 jam
setelah diberikan
5. Perhatikan tentang
pengobatan tetapi
suram atau
secara bertahap
penglihatan kabur
menurunkan
dan iritasi mata
denganpenggunaan
.
Catatan :
Iritasi local harus
dilaporkan ke dokter
tetapi jangan hentikan
penggunaan obat
sementara
6. perubahan ketajaman
dan kedalaman
6. Ingatkan pasien persepsi dapat
menggunakan menyebabkan bingung
kacamata penglihatan atau
katarakyang meningkatkan resiko
tujuannya cedera sampai pasien
memperbesar belajar untuk
kurang lebih 25% mengkompensasi.
penglihatan perifer
hilang dan buta titik
mungkin ada

3.4. Catatan Perkembangan


No Diagnose Keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Resiko tinggi Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
cidera berhubungan dengan Mandiri : S: klien meengatakan
perdarahan intra okuler 1. Mendiskusikan apa nyeri pasca dikoreksi sudah
yang terjadi pada pasca berkurang.
dikoreksi tentang nyeri, O: klien tampak rileks
pembatasan aktivitas, pasca dikoreksi,tetapi
penampilan dan balutan mata aktivitas klien masih
2. Membatasi aktivitas seperti dibatasi,seperti terlalu
megerakkan kepala tiba-tiba, banyak menggerkkan
menggaruk mata, kapala dan menggaruk
membongkok mata
3. Mendorong napas dalam A: Masalah teratasi
batuk untuk bershan nafas sebagian,aktivitas klien
berihan paru masih dibatasi untuk
4. Mempertahankan melindungi mata pasca
perlindungan mata sesuai dikoreksi
indikasi P: Intervensi dilanjutkan
5. Meminta pasien untuk 1. Batasi aktivitas klien
membedakan antara seperti megerakkan kepala
ketidakyamanan dan nyeri tiba-tiba, menggaruk mata,
mata tajam tiba-tiba, selidiki membongkok
kegelisaan,disorientasi, 2. Mempertahankan
gangguan balutan perlindungan mata sesuai
Kolaborasi: indikasi
1. Memberikan obat sesuai 3. Meminta pasien untuk
indikasi membedakan antara
 antiemetik contoh ketidakyamanan dan nyeri
proklorprazin mata tajam tiba-tiba, selidiki
 asetazolamid(diomox) kegelisaan,disorientasi,
gangguan balutan

2. Resiko tinggi terhadap Jam 08.00 wib Jam 12.00wib


infeksi berhubungan dengan Mandiri S: Klien mengatakan dapat
bedah pengangkatan katarak 1. Mendiskusikan pentingnya beristrahat dengan baik
mencuci tangan sebelum tanpa terasa nyeri pasca
menyentu atau mengobati operasi pengangkatan
mata katarak
2. Menggunakan atau tunjukan O: klien dapat beristirahat
tehnik yang tepat untuk dengan tenang dan lebih
membersihkan mata dari rilek serta tidak terdapat
dalam keluar dengan tisu tanda-tanda terjadinya
basah atau bola kapas untuk infeksi pada mata klien
tiap usapan ganti balutan dan A: Masalah klien teratasi
masukkan lensa kontak bila sebagian,tidak terjadi
menggunakan infeksi pada mata klien
3. Menekankan pentingnya pasca operasi.
untuk tidak menyentuh atau P: Intervensi dilanjutkan
menggarut mata yang di 1. Tekankan pentingnya
operasi untuk tidak menyentuh atau
4. Mengobserpasi tanda menggarut mata yang di
terjadinya infeksi contah operasi
kemerahan, kelopak mata 2. obserpasi tanda terjadinya
bengkak, drainase purulen. infeksi contah kemerahan,
Kolaborasi: kelopak mata bengkak,
1. Memberikan obat sesuai drainase purulen
indikasi
 antibiotik(topical, perenteral,
atau subkunjungival)
 Steroid
3. Gangguan sensori Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
persepsi(penglihatan) Mandiri S: klien mengatakan
berhubungan dengan 1. Menentukann ketajaman setelah dilakukan operasi
gangguan penerimaan penglihatan, catat apakah 1 matannya sudah dapat
sensori/status organ indra atau 2 mata terlibat melihat walaupun tanpa
penglihatan 2. Mengorientasikan pasien bantuan kaca mata katarak
terhadap lingkungan,stap, O: klien sudah dapat
orang lain di area nya melihat benda-benda
3. Mengobservasi tanda-tanda disekitarnya
dan gejala- gejala A: Masalah teratasi
disorientasi, pertahankan P: Intervensi dihentikan
pagar tempat tidur sampai
benar-benar sembuh dari
anastesia
4. Pendekatan dari sisi yang tak
dioperasi , bicara, dan
menyentuh sering, dorong
orang terdekat tinggal dengan
pasien
5. Memperhatikan tentang
suram atau penglihatan kabur
dan iritasi mata
6. Mengingatkan pasien
menggunakan kacamata
katarakyang tujuannya
memperbesar kurang lebih

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air
terjun.
menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pendangan di malam hari.Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
4.2 Saran
Katarak adalah suatu penyakit degeneraf karena bertambahnya faktor usia,jadi untuk
mencegah terjadinya ppenyakit katarak ini dapat dilakukan dengan pola hidup yang sehat
seperti tidak mengkonsumsi alcohol dan minum minuman keras yang dapat memicu timbulnya
katarak.dan salalu mengkonsumsi buah-buahan serta sayuran yang lebih banyak untuk menjaga
kesehatan mata.

Daftar pustaka
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta . EGC
Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari.
Jakarta. EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC.

You might also like