Professional Documents
Culture Documents
BANDUNG
Oleh:
FATARA RAMADHIAN
1403130129
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2017
REDESAIN INTERIOR MUSEUM SRI BADUGA
BANDUNG
Oleh:
FATARA RAMADHIAN
1403130129
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
FATARA RAMADHIAN
NIM. 1403130129
Mengesahkan,
NIM : 1403130129
Dengan ini menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir dengan judul Redesain
Interior Museum Sri Baduga Bandung adalah benar-benar hasil karya sendiri. Penulis
tidak melakukan penjiplakankecuali melalui pengutipan dengan etika keilmuan yang
berlaku. Penulis bersediamenanggung resiko/sanksi apabila ditemukan pelanggaran
terhadap etikakeilmuan dalam Laporan Tugas Akhir.
Fatara Ramadhian
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Penulis panjatkan puji syukur atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan maksimal dan penulis
juga mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang memperlancar pengerjaan
Laporan Tugas Akhir. Untuk itu penulis sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah ikut berkontribusi dalam pembuatan, pengarahan dan penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini. Untuk itu pada pada kesempatan ini penulis mengucapkan
rasa terima kasih kepada :
(Fatara Ramadhian)
ABSTRAK
Museum Sri Baduga Bandung adalah museum yang berisikan semua tentang
perjalanan sejarah Sunda, mulai dari awal kerajaan hingga perkembangan
teknologi yang ada dan di kembangankan oleh masyarakat Sunda, yang semuanya
terangkum di dalam Museum Sri Baduga. Di Museum Sri Baduga saat ini dengan
banyaknya koleksi yang di pamerkan di dalam museum, belum dapat menarik minat
masyarakat sekitar dan belum memilikialur yang jelas serta ciri khas dari budaya
Sunda belum terasa pada interior museum. Oleh karena itu diperlukannya redesain
Museum Sri Baduga dengan alur koleksi yang lebih jelas dengan penataannya lebih
informatif, sehingga pengunjung dapat menangkap informasi secara maksimal
dengansuasana interior yang mendukung identitas budaya Sunda. Serta diharapkan
dapat menciptakan interioryang dapat mengikuti minat dan perkembangan zaman,
namun tetap menjunjung nilai dan identitas budaya Sunda. Redesain Museum Sri
Baduga ini diharapkan mencapai hasil yang optimal sehinga dapat membawa
dampak positif bagi semua penggunannya.
Abstract
Sri Baduga Museum of Bandung is a museum which contains all about the
history of Sunda, from the beginning of the kingdom to the development of existing
technology and developed by the Sundanese people, all of which are summarized in
Sri Baduga Museum. In Sri Baduga Museum today with the collections that are
exhibited in the museum, has not been able to attract the interest of the surrounding
community and yet have clear and distinctive from Sundanese culture has not felt in
the museum's interior. Therefore it is necessary to redesign the Museum Sri Baduga
with a clearer collection flow with a more integrated arrangement, so that visitors
can obtain information maximally with interior features that support the identity of
Sundanese culture. And expected to create an interior that can follow the interests
and developments of the times, but still uphold the value and identity of Sundanese
culture. The Redesign of Museum Sri Baduga is expected to achieve results so
optimally can bring a positive impact for all its users.
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK vi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABLE xv
BAB I 1
BAB II 8
2.3.5. Matrix 80
BAB III 83
BAB IV 105
BAB V 114
Pengunjung museum pada saat ini didominasi dari kalangan siswa sekolah
mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, sehingga museum
menjadi salah satu tujuan wisata edukasi yang merupakan tugas pada suatu mata
pelajaran. Hal ini adalah salah satu upaya agar dapat meningkatkan rasa memiliki
pada budaya yang sudah dibangun oleh nenek moyang dan menumbuhkan rasa
untuk melestarikan budaya yang dimiliki. Langkah positif ini harus di dukung
dengan infrastuktur yang memadai dan nyaman untuk pengunjung, sehingga
peminat pengunjung bukan dari kalangan siswa tapi masyarakat umum juga dapat
merasakan dampak positif dari museum Sri Baduga.
Pada museum Sri Baduga Bandung yang memiliki benda – benda koleksi
khas Jawa Barat didapatkan dari zaman batuan sampai saat ini, sehingga penataan
koleksi disajikan secara kronologis, yaitu penyajian benda koleksi disusun
2. Identitas Museum Sri Baduga sebagai museum budaya Sunda belum terlihat
dari sisi desain interior museum.
1. Redesain Museum Sri Baduga fokus pada alur koleksi berdasarkan sejarah
kehidupan masyarakat Sunda, sehingga memunculkan sirkulasi yang dapat
mengarahkan pengunjung dalam menjelajahi benda koleksi, serta
menghadirkan desain interior yang memiliki identitas Sunda dengan
tampilan kontemporer.
Membuat fasilitas dan aktivitas pada museum Sri Baduga sesuai minat
masyarakat saat ini.
Menerapkan unsur budaya dan sumber daya alam Sunda pada elemen
interior museum.
1.6.1.4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metoda pengumpulan data berupa foto –
foto hasil dari survey yang telah di lakukansebagai pelengkap data – data
lainnya.
Bab ini berisi tentang kajian pustaka yang berkaitan dengan desain interior
Museum Daerah, yang akan menunjang dari objek yang menjadi fokus
penelitian. Mulai dari prinsip - prinsip perancangan museum, pedoman
perancangan, hingga hal-hal yang berkaitan dengan kenyamanan.
Merupakan penjabaran tentang data faktual yang ada di lapangan. Bab ini
terdiri atas potensi site kasus, standar museum, standar ergonomi ruang yang
dibutuhkan, perkembangan studi kasus, aplikasi ilmu, konsep desain interior,
kasus, isu dan permasalahan yang terdapat di daerah lokasi kasus.
Berisi tentang uraian atau jawaban dari permasalahan, yang terdiri dari
kesimpulan dari tiap bab dan saran yang menjadi sebuah masukan agar dapat
memperbaiki kekurangan dalam merancang serta menjadi pertimbangan dalam
mengolah desain kedepannya.
2.
A. Lokasi Museum
a. Lokasi Harus Strategis
Lokasi yang dipilih bukan untuk kepentingan pendirinya, tetapi
untuk masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, ilmuwan, wisatawan,
dan masyarakat umum lainnya.
b. Lokasi Harus Sehat
Lokasi sehat diartikan lokasi yang tidak terletak di daerah
industri yang banyak pengotoran udara, bukan daerah yang berawa
atau tanah pasir, elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu
antara lain : kelembaban udara setidaknya harus terkontrol mencapai
netral, yaitu 55 – 65 %.
B. Persyaratan Bangunan
a. Persyaratan Umum
1) Bangunan Dikelompokan dan Dipisahkan Sesuai:
Fungsi dan aktivitas
Ketenangan dan keramaian
Keamanan
2) Pintu masuk (main entrance) utama diperuntukkan bagi
pengunjung.
3) Pintu masuk khusus (service utama) untuk bagian pelayanan,
perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan
khusus.
4) Area semi publik terdiri dari bangunan administrasi termasuk
perpustakaan dan ruang rapat.
5) Area privat terdiri dari :
Laboratorium Konservasi
b. Persyaratan Khusus
1) Bangunan Utama, yang mewadahi kegiatan pameran tetap
dan temporer, harus dapat:
Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.
Mudah dalam pencapaiannya baik dari luar atau dalam.
Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya
tarik sebagai bangunan utama yang dikunjungi oleh
pengunjung museum.
Memiliki sistem keamanan yang baik, baik dari segi
konstruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya
benda-benda secara alami ataupun karena pencurian.
2) Bangunan Auditorium, harus dapat :
Dengan mudah dicapai oleh umum.
Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, dan ceramah.
3) Bangunan Khusus, harus :
Terletak pada tempat yang kering.
Mempunyai pintu masuk yang khusus.
Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan,
kebakaran, dan pencurian).
4) Bangunan Administrasi, harus :
Terletak di lokasi yang strategis baik dari pencapaian umum
maupun terhadap bangunan lainnya.
G. Persyaratan Ruang
Ruang untuk memperagakan hasil karya seni, benda-benda
budaya dan ilmu pengetahuan harus memenuhi persyaratan
berikut :
Benar – benar terlindung dari pengrusakan, pencurian,kebakaran,
kelembaban, kekeringan, cahaya matahari langsung dan debut
H. Teknik Perletakan
I. Metode Penyajian
Karena tidak satupun sinar ultraviolet (UV) atau inframerah (IR) yang
boleh mempengaruhi tampilan, keduanya harus dihilangkan sepenuhnya
dari area pameran, area penyimpanan koleksi, dan area penanganan. Dua
sumber utama sinar UV adalah sinar matahari (pencahayaan alami) dan
lampu neon (pencahayaan buatan).
a. Pencahayaan Buatan
a. Sudut yang diukur mulai dari titik di dinding dan 5 inci di atas
lantai (yang merupakan rata-rata orang dewasa) harus antara 45
dan 75 derajat (ke atas) dari bidang horizontal ke posisi lampu
b. Untuk dinding permanen, sudut yang ideal biasanya antara 65-
75 derajat. Semakin sensitif material koleksi, semakin sedikit
pencahayaan yang perlu disediakan
b. Pencahayaan Alami
b. Penghawaan
c. Akustik
d. Keamanan
e. Fire Protection
B. Jalur Pedestrian
Jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi
penyandang cacat secara mandiri yang dirancang berdasarkan
kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah, nyaman dan tanpa
hambatan.
C. Jalur Pemadu
Jalur yang memandu penyandang cacat untuk berjalan dengan
memanfaatkan tekstur ubin pengarah dan ubin peringatan.
D. Ram
Ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan
kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat
menggunakan tangga.
Gambar 2. 15 Handrail
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
E. Tangga
Tangga adalah fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang
dengan mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan
tanjakan dengan lebar yang memadai.
G. Wastafel
Wastafel yaitu fasilitas cuci tangan, cuci muka, berkumur atau
gosok gigi yang bisa digunakan untuk semua orang.
B. Masa Sejarah
C. Masa Kolonial
D. Masa Kemerdekaan
(Terlampir)
b. Lokasi
c. Sejarah
Seribu enam ratus atau bahkan lebih dari dua ribu tahun. Selama
itulah rentang waktu yang telah membentuk budaya Jawa yang eksis
dan kita kenal hingga sekarang. Evolusinya melalui berbagai zaman :
Mataram Kuno, Medang, Kediri, Singasari, Majapahit, Demak,
Pajang, juga Mataram beserta empat cabang sempalannya, yakni
Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran, dan Pakualaman.
Visi
Misi
e. Fasilitas
Pengelola museum melengkapi fasilitas bagipengunjung musuem
dengan seorang pemandu yang cerdas dan santun dalam bertutur kata.
Ullen Sentalu menyediakan pemandu yang fasih berbahasa Inggris,
Jepang, dan Perancis.
Di sekitas lokasi terdapat restoran Beukenhof bagi pengunjung
yang ingin menyantap masakan dengan suasana Eropa dan nuansa
istana. Selain itum terdapat Putri Malu Souvenir Shop sebagai tempat
wisatawan membeli buah tangan berupa paernik - -pernik hasil
kerajinan lokal maupun kain – kain batik gaya Jogja dan Solo.
B. Aktivitas
C. Wall
B. Warna
C. Material
D. Gaya
E. Suasana
B. Sound System
Sound system pada museum Ullen Sentalu di bagi beberapa bagian,
untuk speaker keseluruhan di letakan pada beberapa sudut ruang agar
semua pengunjung dapat mendengarkan pemberitahuan maupun musik
yang sedang di putar agar pengunjung merasa nyamas saat mengelilingi
museum.
B. Lokasi
C. Sejarah
D. Struktur Organisasi
E. Fasilitas
b. Auditorium
c. Perpustakaan
e. Ruang Seminar
f. Mushola
g. Tempat Parkir
B. Aktivitas
B. Flooring
C. Wall
B. Lokasi
C. Sejarah Museum
D. Sejarah Gedung
E. Aktivitas
F. Fasilitas
a. Perpustakaan
b. Kantin Museum
c. Souvenir Shop
d. Cinema Fatahillah
e. Musholla
g. Taman Dalam
Taman yang asri dengan luas 1000 meter lebih, serta dapat
dimanfaatkan untuk Gathering, resepsi pernikahan, Pentas Seni.
Dinding Dinding hampir semua Bahan finishing pada Bahan finishing pada
area menggunakan batu dinding adalah cat dinding dinding ialah hanya
bata ekspose di berwarna putih dan adanya menggunakan cat
finishing clear dan panel display sebagai dinding berwarna putih.
beberapa dinding di cat walltreatmentnya.
putih
Utilitas instalasi listrik ditata instalasi listrik yang instalasi listrik ditata
rapih sesuai dengan tersembunyi sehingga rapih sesuai dengan dak
dak ekposenya. Yang terlihat rapih. Serta saluran ekposenya. Yang
membuat tetap bersih air yang memiliki ruangan membuat tetap bersih
ketika di lihat. untuk pengaturan ketika di lihat.
kesterilannya.
Keamanan Keamanan seperti fire Keamanan seperti fire Keamanan seperti fire
detector dan detector, springkler, dan detector, springkler, dan
tersedianya APAR lainnya tidak ada pada lainnya tidak ada pada
pada titik” tertentu. museum ini. museum ini.
Difabel/ Tidak ada Tidak ada Tidak ada
inklusi
2.3.5. Matrix
Matrix ruang yang dibuat berdasarkan analisis penulis memiliki
keterangan sebagai berikut :
3.
Gambar 3. 9 Calung
Sumber : http://jualrebana.com/wp-
content/uploads/2014/01/calung2.jp
g
Gambar 3. 10 Kujang
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kujang
Gambar 3. 16 Kombinasi
Material Lantai
Sumber :
http://travelblog.id/muse
um-pendidikan-nasional-
Gambar 3. 14 Dinding upi/
Finishing Cat
Sumber :
http://www.archdaily.co
Gambar 3. 13 Ceiling m
Kayu
Sumber :
http://www.archdaily.c
om
Gambar 3. 17 Lantai
Epoxy
Gambar 3. 15 Dinding Sumber :
Kayu sensofloors.co.uk
Sumber :
javiercallejas.com
Gambar 3. 18Wallpapers
Gambar 3. 22 HPL
Gambar 3. 23 Kaca Bening
Sumber :
Sumber :
http://www.rumahmaterial.co
http://kacamurah.net/kaca-
m
bening/
Panel Display
Aksesoris Display
Gambar 3. 50 Barriers
Gambar 3. 48 Museum Gambar 3. 49 Info Stand Sumber
Label Holder Sumber :http://museumdisplay.c
Sumber :http://museumdisplay.c om
:http://museumdisplay.com om
4.
Pada denah khusus menampilkan alur awal dan akhir museum, dimana pada
alur awal terdapat goa purba sebagai ikon dari museum sri baduga yang terletak
pada area void. Area void merupakan area utama pada bangunan pameran tetap
museum Sri Baduga, selain terdapat ikon museum Sri Baduga yaitu goa purba,
hal lain karena setiap lantai pada bangunan pameran tetap mengelilingi area void
Pada denah khusus terdapat area yang merupakan alur akhir penjelajahan
pada bangunan museum. Meski bersebelahan, kedua area alur awal dan alur
akhir tidak memiliki akses langsung. Dari alur awal ke alur akhir mengunjung
perlu mengikuti alur benda koleksi yang sudah disusun secara kronologis. Area
alur akhir terfokus dalam merancang fasilitas bagi aktivitas pengunjung setelah
selesai menjelajahi museum. Mengabadikan moment dalam bentuk foto,
merupakan aktivitas wajib masyarakat saat ini, sehingga perlu adanya fasilitas
photobooth. Pada alur akhir museum, dilengkapi pula fasilitas toko souvenir
yang menjual cindera mata sebagai kenang-kenangan setelah mengunjungi
museum. Penggayaan pada area ini tetap mengusung gaya “Contemporary
Ethnic”, masih terdapatnya material alam seperti kayu, batu dan tone warna
kontemporer seperti warna turunan hitam, putih, abu-abu dan cokelat. Meski
didominasi bentuk simple dari penggayaan kontemporer, area ini tetap
menghadirkan ragam hias etnik Sunda yang bentuknya sudah melalui proses
transformasi.
Pada area alur akhir museum, terdapat pencahayaan alami dari tiap
sisi-sisi ruang yang berbatasan langsung dengan area luar museum dan
area void, dengan adanya kisi kisi kayu, sehingga cahaya yang masuk
tidak terlalu menyilaukan, hal ini diperlukan sebab area tersebut masih
terdapat benda koleksi museum yang cukup besar. Pencahayaan buatan
tentunya diperlukan baik untuk tujuan dekorasi dan pencahayaan umum.
Khususnya di area photobooth, pencahayaan buatan sangat dibutuhkan
disini, hal ini dikarnakan posisi ruang yang memang minim pencahayaan
buatan serta untuk keperluan pengambilan foto. Pada toko souvenir
masih didominasi pencahayaan alami sebab dikelilingi oleh kisi-kisi kayu
yang mendapatkan pencahayaan alami dari luar bangunan, area void dan
area ruang tunggu. Tetapi pencahayaan buatan tetap diperlukan untuk
mengatasi kondisi apabila kondisi cahaya alami berkurang.
5. A
5.1. Kesimpulan
Dalam redesain suatu public space, khususnya museum sangat diperlukan
analisa mendalam serta kemampuan untuk menemukan dan memecahkan
masalah yang terdapat pada desain terdahulu, sehingga menghasilkan desain
baru yang dapat menjawab permasalah dari desain sebelumnya, dengan tetap
menjaga esensi yang sudah terkandung dari desain terdahulu. Museum Sri
Baduga merupakan objek public space yang dipilih pada perancangan tugas
akhir ini, museum Sri Baduga berlokasi di kota Bandung dan merupakan bagian
dari 3 besar museum di Bandung bersamaan dengan museum Asia-Afrika dan
museum Geologi. Diantara ketiga museum tersebut, museum Sri Baduga
memiliki banyak permasalahan sehingga perlu adanya redesain interior museum.
5.2. Saran
5.2.1. Saran untuk Penulis
Dalam proses redesain interior museum Sri Baduga ini, menambah
pengetahuan penulis baik dalam segi desain interior tetapi juga dalam
ilmu pengetahuan sejarah khusus budaya Sunda, serta melatih kepekaan
penulis dalam mengamati dan menganalisis desain yang sudah ada, untuk
menemukan permasalahan pada desain interior yang sudah ada dan
berusaha untuk memecahkan permasalahannya melalui beberapa metoda
perancangan interior. Penulis sadari karya ini belum sempurna dan masih
memiliki kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar dapat lebih baik lagi untuk karya-karya
selanjutnya.
Koleksi Lantai 1
G:
Geologi
PR :
Prasasti
KOLEKSI POSTER
4 Geologika/ 2 Wall Peta 170x125 GPO1
Geografika Dimensi Display Wilayah
Jawa Keterang
Barat an
dari penamaa
Masa ke n kode
Masa
G:
Geologi
PO :
POSTER
KOLEKSI FOSIL
18 Biologika 3 Wall Fosil 110x50x30 GFO1
Dimensi Display Tanduk
Kerbau
Purba
KOLEKSI BEBATUAN
32 Geologika/ 3 Standing Batuan 14x10x6 GBA1
Geografika Dimensi Display Malihan
Batu
Sabak
Koleksi Replika
42 Biologika 3 Wall Replika GRE1
Dimensi Display Satwa
langka
KOLEKSI RELIGI
15 Etnografi 2 Poster Agama 240x125 ERI1
Dimensi Display Islam
Koleksi Lantai 3
KOLEKSI WAYANG
35 Seni Rupa 3 Wall Wayang 150 40 70
Dimensi Dislay Golek
KOLEKSI GAMELAN
39 Seni Rupa 3 Diorama Gendang 100 40 60
Dimensi
Koleksi Void
G:
Geologi
AR :
Arca
No KEDU RUANG PENGGUNA AKTIVITAS FASILITAS DIMENSI UNIT KEBU KEBUTU SIRKUL TOTAL
DUKA P L T TUHA HAN ASI
N N PENGGU
RUAN FURNI NA
G TURE
1 Publik Ruang Karyawan Menjual Tiket Meja 2 0,6 0,8 1 1,2 1,2 m²/org 40% x 21.85
Tiket Kursi 0.45 0,45 0,4 2 0,405 X 10 = 15.605
Lemari 2 0,5 1,8 2 2 12m² = 6.24
Pengunjung m²
2 Publik Receptio Karyawan Memberikan Meja 2 0,7 0,8 1 1,4 1,2 m²/org 40% x 17.09
nist informasi X7 12.207
Mendata Kursi 0,45 0,45 0,4 3 0,607 = 8,4m² = 4.88
lemari 1,5 0,6 1,8 2 1,8 m²
Pengunjung Wawancara
Mencari
Informasi
3 Publik Ruang Pengunjung Keluar Bench 2 0,4 0,45 3 2.4 Pengguna 50% x 122.11
Tunggu Masuk Screen 1 0,3 1,5 2 0.6 normal 81.405
display 1,2 m²/org = 40.7
Menunggu X 50 = 60 m²
No KEDU RUANG PENGGUNA AKTIVITAS FASILITAS DIMENSI UNIT KEBU KEBUTU SIRKUL TOTAL
DUKA P L T TUHA HAN ASI
N N PENGGU
RUAN FURNI NA
G TURE
LANTAI 1
1 Private Loading- Karyawan Menurunkan Rak 2 0,6 1,5 20 24 1,2 m²/org 100% x 69.21
dock Barang Penyimpana X 8 34.605
n =9,6m² =
Menaikan Meja 1 0,6 0,8 1 0,6 34.605m²
Barang
Memindahkan Kursi 0,45 0,45 0,5 2 0,405
Barang
2 Service Mushola Pengeunjung Ibadah Lemari 1,5 0,6 1,8 1 0,9 1,2 m²/org 30% x 36.686
Karyawan Rak Buku 0,8 0,4 0,8 1 0,32 X 20 28.22
Tempat 2 1,5 1 3 =24m² = 8.47m²
Wudhu
3 Service Toilet Pengunjung Berkaca Wastafel 0,5 0,4 0,8 2 0,4 1,2 m²/org 40% x 16.24
Pria Karyawan Mencuci muka Closet 0,75 0,53 0,5 3 1,193 X 6 = 11.598
Mencuci Urinoir 0,45 0,3 0,8 3 0,405 7,2m² = 4.64
tangan m²
BAB/BAK Cermin 2 1,2 0,8 1 2,4
Nuefert, Ernst(1996), Data Arsitek Jilid 1. Terjemahan oleh Sunarto Tjahjadi. Jakarta :
Erlangga
Callender, Chiara (1983), Time-Saver Standards for Building Types, Second Edition.
Singapore: McGraw-Hill Publiching Company