Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
4.1 Anamnesa
Teori Kasus
Definisi
Eklampsia : Eklampsi:
- Merupakan pre-eklampsia yang - Pasien mempunyai riwayat
diikuti dengan kejang hingga peningkatan tekanan darah sejak
penurunan kesadaran. usia kehamilan ± 6 bulan dan
- Eklampsia berasal dari bahasa disertai periode kejang pada saat
Yunani dan berarti "halilintar". pasien di IGD selama 4 kali.
- Muncul tiba-tiba tanpa disertai - Muncul dengan tanda-tanda
gejala lain impending eklampsi
- Muncul pada masa hamil - Muncul pada masa intrapartum
(eklampsia gravidarum), (sudah masuk fase inpartu)
persalinan (eklampsia
parturientum), atau masa nifas Faktor resiko :
(eklampsia puerperale). - Multigravida
- Tanda pre-eklampsia diikuti - Makrosomia (berat bayi 4200 gr)
kejang hingga koma (penurunan - Multigravida (grande multipara:
kesadaran) kehamilan ke 6)
- Kebanyakan terjadi antepartum. - Riwayat hipertensi diluar
Faktor Resiko : kehamilan (-)
- Primigravida daripada - Riwayat hipertensi dalam
multigravida kehamilan sebelumnya (-)
- Hiperplasentosis yaitu - Riwayat Hipertensi pada keluarga
Makrosomia (+) preeklampsi-eklampsi pada
Kehamilan kembar keluarga (-)
0
- Riwayat hipertensi atau saat hamil 37 tahun.
penyakit ginjal sebelum
kehamilan
- Riwayat pre-eklampsi atau
eklampsi pada kehamilan
sebelumnya atau pada keluarga
- Obesitas
- High risk pregnancy
Dari anamnesa, faktor resiko pada kasus ini sudah sesuai dengan teori
yang ada. Namun ada beberapa faktor risiko yang berpengaruh besar namun tidak
ditemukan pada pasien ini, seperti riwayat hipertensi diluar kehamilan, riwayat
preeklampsi-eklampsi pada kehamilan sebelumnya, dan riwayat preeklampsi-
eklampsi pada keluarga. Namun secara keseluruhan faktor risiko pasien sesuai
dengan teori yang ada.
Teori Kasus
Keluhan : Keluhan :
-
Keluhan awal ditandai dengan KU: Pasien merasakan sesak nafas
gejala yang muncul akibat seperti susah untuk menarik nafas.
gangguan pada beberapa organ Tanda-tanda gangguan sistem
tubuh seperti neurologis, paru, kardiovaskular: sesak nafas (+)
jantung, hepar, ginjal dll. Bunyi ngik-ngik (-) nyeri dada (-)
-
Kejang didahului oleh makin Demam (-) keluhan ini muncul sejak
memburuknya pre-eklampsia dan 5 hari SMRS dan memberat saat
terjadinya gejala-gejala nyeri kepala masuk RS.
di daerah frontal, gangguan Tanda Preeklampsi dan impending
penglihatan, mual keras, nyeri di eklampsia:
epigastrium, dan hiperrefleksia. Pasien juga mengalami keluhan sakit
-
Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 kepala (+) pandangan kabur (+)
2
tingkat, yaitu : seperti ada bintik hitam (+). Nyeri
1. Tingkat awal atau aura (Tingkat
1
Invasi). Keadaan ini berlangsung ulu hati (-)
kira-kira 30 detik. Mata penderita riwayat bengkak pada kedua kaki (+)
terbuka tanpa melihat, kelopak mata - Tekanan darah pasien naik sejak usia
bergetar demikian pula tangannya, kehamilan ± 6 bulan.
dan kepala diputar ke kanan atau ke - Pasien mengalami kejang sekitar 4
kiri.2 kali di IGD, kejang tonik (+) pasien
2. Kemudian timbul tingkat kejangan terlihat kaku dengan tangan fleksi
tonik (Tingkat Kontraksi) yang keatas dan bergetar. Fase ini
berlangsung kurang lebih 30 detik. berlangsung sekitar 30 detik.
Dalam tingkat ini seluruh otot - Fase klonik atau klonjotan (-)
menjadi kaku, wajahnya kelihatan kesadaran (-) saat kejang. Setelah
kaku, tangan menggenggam, dan kejang pasien tidak sadar sekitar 2-3
kaki membengkok ke dalam. menit lalu setelah sadar pasien lupa
Pernapasan berhenti, muka mulai apa yang terjadi.
menjadi sianotik, lidah dapat - Riwayat demam (-) nyeri kepala
tergigit.2 sebelumnya (-)
3. Stadium ini kemudian disusul oleh
tingkat kejangan klonik (Tingkat
Konvulsi) yang berlangsung antara
1 – 2 menit. Spasmus tonik
menghilang. Semua otot
berkontraksi dan berulang-ulang
dalam tempo yang cepat. Mulut
membuka dan menutup dan lidah
dapat tergigit lagi. Bola mata
menonjol. Dari mulut ke luar ludah
yang berbusa, muka menunjukkan
kongesti dan sianosis. Penderita
menjadi tak sadar. Kejang klonik ini
dapat demikian hebatnya, sehingga
penderita dapat terjatuh dari tempat
2
tidurnya. Akhirnya, kejangan
terhenti dan penderita menarik
napas secara mendengkur.2
4. Sekarang ia memasuki tingkat
koma. Lamanya ketidaksadaran
tidak selalu sama secara perlahan-
lahan penderita menjadi sadar lagi,
Kalau pasien sadar kembali maka ia
tidak ingat sama sekali apa yang
telah terjadi, lamanya coma dari
beberapa menit sampai berjam-jam,
akan tetapi dapat terjadi pula bahwa
sebelum itu timbul serangan baru
dan yang berulang, sehingga ia
tetap dalam koma.2
Pada anamnesis pasien ini secara garis besar gejala pasien telah sesuai
dengan teori yang ada. Pasien datang dengan klinis pre-eklampsi dan ada tanda
impending eklampsi pada pasien. Namun yang berbeda dari teori adalah gejala
klinis pasien selama mengalami kejang. Klinis kejang pada fase aura tidak
ditemukan. Hal ini kemungkinan tidak ditemukan akibat tidak disadari oleh
keluarga pasien akibat fasenya yang berlangsung cepat, hanya berlangsung selama
30 detik sehingga dari anamnesis tidak ditemukan. Kemudian juga pada pasien ini
tidak ditemukan fase klonik setelah fase tonik muncul. Untuk periode setelah fase
klonik, penurunan kesadaran pasien berlangsung selama 2-3 menit yang memang
sesuai dengan teori yaitu terdapat variasi waktu dari lamanya pasien dalam fase
penurunan kesadaran.
Teori Kasus
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum, kesadaran dan Keadaan umum: tampak sakit sedang
3
pemeriksaan fisik head to toe untuk Kesadaran sebelum kejang: GCS 15
melihat patologi akibat preeklampsi Pasien inpartu:
Pemeriksaan Obstetrik Tinggi Fundus Uteri 42 cm
Hipertensi (TD > 160/110 mmHg) VT: pembukaan 2 cm, portio lunak,
Hepatomegali tebal, ketuban (+) presentasi kepala,
Nyeri tekan perut kanan atas kepala di Hodge I, tali pusat (-)
Pada pasien ini gejala klinis yang dapat ditemukan dari pemeriksaan fisik
yang dilakukan dan sesuai dengan diagnosis terjadinya eklampsia. Diagnosis
banding seperti meningitis, epilepsi, perdarahan intracranial telah disingkirkan
dari pemeriksaan. Hanya saja dari pemeriksaan pasien hanya ditemukan terdapat
edem pada tungkai dan tidak pada daerah yang lain.
4
Urinalisis: proteinuria (+1)
USG: -
NST: -
4.4 Penatalaksanaan
Teori Fakta
Penatalaksaan : Penatalaksaan :
Prinsip pengobatan : Penatalaksanaan di IGD:
Menghentikan berulangnya IVFD RL 20 tpm
serangan kejang dan mengakhiri Jika TD di atas 160 mmHg
kehamilan secepatnya dengan cara diberikan Nifedipin 10 mg
yang aman setelah keadaan ibu Pasang DC
mengizinkan. Memulai protap MgSO4
Pertolongan yang perlu diberikan Rencana terminasi SC cito
jika timbul kejang:
Mempertahankan jalan pernapasan Penatalaksanaan Post Op:
bebas (Bersihkan mulut yang Puasa sampai dengan peristaltik (+)
mungkin berisi bahan-bahan hasil
Inj. Cefotaxim 2x1 gr
regurgitasi dari lambung, intubasi
Inj. Kalnex 3x500 mg
endotrakeal), menghindarkan
Inj. Ranitidin 2x50 mg
tergigitnya lidah (tong spatel dililit
Nifedipine 3x10 mg per oral
dengan kain, penyumbat mulut,
Inf RL 500 cc + Oksitosin 1 ampul
dompet), pemberian oksigen, dan
-> 18 tpm
menjaga agar penderita tidak
MgSO4 1 gr/jam sampai dengan 24
mengalami trauma (Kepala pasien
5
diganjal dengan sesuatu: handuk, jam post op
sweater), Baringkan pasien pada sisi
kiri (posisi tredelenburg) untuk
mengurangi risiko aspirasi.
6
- Captopril 2 x 2,5-25 mg dan
- Ca Channel blocker: Nifedipin 3 x
5-10 mg.
Tatalaksana obstetric:
1) Belum inpartu
a) Amniotomi & Oxytocin drip
(OD), Syarat: Bishop score > 8,
setelah 3 menit tx. Medisinal.
b) Sectio Caesaria, Syarat:
kontraindikasi oxytocin drip 12
jam OD belum masuk fase aktif.
2) Sudah inpartu
Kala I
Fase aktif: 6 jam tidak masuk fase
aktif dilakukan SC.
Fase laten: Amniotomy saja, 6 jam
kemudian pembuatan belum lengkap
lakukan SC (bila perlu drip
oxytocin).
Kala II
Pada persalinan pervaginam,
dilakukan partus buatan VE. Untuk
kehamilan < 37 minggu, bila
memungkinkan terminasi ditunda 2 x
24 jam untuk maturasi paru janin.
Dapat diberikan deksametason 5 mg
I.M setial 6 jam -> sebanyak 4 kali.
7
DItambah pasien baru masuk fase laten, sehingga lebih dipilih dilakukan SC cito
daripada induksi persalinan medisinalis.