Professional Documents
Culture Documents
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj
Abstract
___________________________________________________________________
Organic rice production center is in the district of SragenTanon, Sidoharjo, Gondang, Sambirejo, Masaran, Sragen is the
region's largest producer of organic rice in Central Java and the area was first to get certification for organic rice in Central Java
since 2001, In 2009 Sragen has exported 1,000 tons of rice organic until to 2012 Sragen able to contribute harvested area and
Karangmalang. Production of most organic standards are in Sukorejo, district. Sambirejo because their water directly from the
source. Sukorejo is one of the villages that are consistent in applying organic farming. Organic farmers Sukorejo can
independently produce organic fertilizers and organic pesticides. The sample in this study consisted of 12 key persons consisting
of academicians / researchers, private, government, and society. The research method used is descriptive analysis qualitative
analysis techniques AHP. From the research results obtained if the data using analysis hierarchy process (AHP) can be seen
that the development strategy of organic rice farming in the district of SragenSambirejo composed of several criteria in the
program that is the first priority in the creation of marketing criteria (weight value 0.428), the second criterion aquacultu re (
weight value 0.221), a third input criteria (weight value 0.169), fourth criterion institutions (weight value 0.092), and the fifth
post-harvest criteria (weight value 0.090) .As for suggestions from this study are expected in the government and interested
parties deign to apply policy based on the results of this study. As well as with the marketing of organic agricultural products
market in Sragen, especially in centers of production of certain commodities as well as to hold the title of an exhibition of
organic food, a degree of cultural, tourist villages with their organic and partnerships between farmers and the private sector
and users of organic rice is good.
© 2013UniversitasNegeri Semarang
Alamatkorespondensi: ISSN 2252-6765
GedungC6Lantai1 FEUnnes
KampusSekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: edaj_unnes@yahoo.com
233
BasudewoKrisna Jumna / Economics Development Analysis Journal4 (2) (2015)
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara agraris dan merupakan laboratorium yang luas dan beragam
pembangunan di bidang pertanian menjadi (Phelps et al., 2014).Undang-undang No.18
prioritas utama dalam pembangunan ekonomi Tahun 2012 tentang pangan yang menyatakan
regional (Sucihatiningsih dan Waridin, 2010). bahwa perwujudan ketahanan pangan
Indonesia merupakan salah satu negara yang merupakan kewajiban pemerintah bersama
memberikan komitmen tinggi terhadap masyarakat.Pembangunan sector pertanian
pembangunan ketahanan pangan sebagai sebagai sektor pangan utama di Indonesia sangat
komponen strategis dalam pembangunan penting dalam pembangunan Indonesia.Hal ini
nasional.Walaupun sebagian besarwilayah di karena lebih dari 55% penduduk Indonesia
Indonesia rawan bencana alam, seperti gempa bekerja dan melakukan kegiatannya di sektor
bumi, tsunami dan letusan gunung berapi pertanian dan tinggal di pedesaan (Suprihono,
(Kusumastuti et al., 2014). Indonesia 2003).
120,000
100,000 103,908.09
90,135.30 76,013.20
80,000 83,478.03
78,302.81
60,000
62,127.82
41,431
40,000
20,000
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 1. Pertumbuhan Luas Area Organik Indonesia Tahun 2007-2013 (dalam ha)
Sumber : SPOI 2013
234
BasudewoKrisna Jumna / Economics Development Analysis Journal4 (2) (2015)
12
9.65
10
4
2.44
1.56 1.85
2 1.42
1.01
0
Jawa Sumatera Kalimantan Sulawesi Bali NTT
Gambar 2. Penyebaran Pertanian Organik yang Disertifikasi di Indonesia 2013 (dalam Ha)
Sumber : SPOI 2013
Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat Pulau 2010). Pada tahun 2009 Sragen telah
Jawa menjadi salah satu sentra pertanian mengekspor 1.000 ton beras organik.Sampai
organik. Daerah di Jawa yang sampai sekarang dengan tahun 2012 Kabupaten Sragen mampu
memproduksi padi organik yang telah memberikan kontribusi luas panen padi organik
tersertifikasi adalah di JawaTimur (Malang, sebesar 11.796 ha dengan produksi mencapai
Tulungagung, Blitar, Jombang, Banyuwangi, 77.913,53 ton (Dinas Pertanian Kabupaten
Jember, Mojokerto, Trenggalek, Sragen, 2012).
danBondowoso), Jawa Barat (Bogor, Garut, Sentra padi organik Kabupaten Sragen
Cianjur, Bandung, Cirebon), Jawa Tengah adalah di Kecamatan Tanon, Sidoharjo,
(Ungaran, Boyolali, Klaten, Surakarta, Kendal, Gondang, Sambirejo, Masaran, dan
Purworejo, Sragen), Yogyakarta (Sleman) Karangmalang. Produksi organik yang paling
(Aliansi Organis Indonesia,Diolah). memenuhi standar adalah di Sukorejo, Kec.
Kabupaten Sragen adalah daerah Sambirejo karena airnya langsung dari sumber.
penghasil padi organik terbesar di Jawa Tengah Desa Sukorejo merupakan salah satu desa yang
dan daerah yang pertama kali mendapatkan konsisten dalam menerapkan pertanian organik.
sertifikasi untuk padi organik di Jawa Tengah Kelebihan ini menjadikan Desa Sukorejo
sejak tahun 2001,hal tersebut juga didukung oleh sebagai daerah pengembangan dan pelatihan
visi misi Bupati Sragen yang konsisten tingkat Provinsi. Petani organik Desa Sukorejo
mengembangkan pertanian organik di Sragen secara mandiri dapat menghasilkan pupuk
(Parwoto, Kabag Ristek, Bappeluh Kabupaten organik dan pestisida organik.
Sragen).Dengan potensi luas wilayah yang besar Berkat bantuan dari Pemkab Sragen saat
menjadikan Kabupaten Sragen sebagai salah awal mulai dirintis sudah bisa memperoleh
satu lumbung pangan di Jawa Tengah, sertifikat dari Inofice, sehingga petani berhak
mayoritas penduduk Kabupaten Sragen juga memasang logo organik pada kemasan yang
bekerja di sektor pertanian.Padi Organik dipasarkan dan memenuhi Standart Nasional
merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia (SNI). Setiap produk organik
pertanian Kabupaten Sragen bahkan menjadi bersetifikat mencatat produk organik secara
ikon di kabupaten tersebut, produksi padi terperinci ( farm record). Lokasi dan luas lahan
organik dari Sragen merupakan salah satu pertanian organik yang mendapat sertifikat
penopang utama terhadap total produksi padi yakni didesa Sukorejo Kec. Sambirejo seluas
organik nasional (Kompas,Rabu 22 Desember 134, 38 ha, Desa Jetis Kec. Sambirejo dengan
235
BasudewoKrisna Jumna / Economics Development Analysis Journal4 (2) (2015)
luas 53 ha, dan desa Jambeyan Kec. Sambirejo mewakili untuk menetukan alternatif-alternatif
seluas 42,19 ha. program dalam upaya pengembangan usahatani
Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan padi organik di Kecamatan Sambirejo
Kabupaten Sragen Budiharjo menyebutkan, di Kabupaten Sragen.
Kabupaten Sragen saat ini terdapat 185 hektar Ada beberapa program-program dalam
lahan sawah organik murniyang melibatkan upaya mengembangkan usahatani padi organik
500-600 petani dengan produksi rata-rata 10 ton di Kabupaten Sragen yang ditawarkan oleh
beras per hektar per tahun.Lahan ini tersebar di stakeholder terkait, yaitu:
Desa Sukorejo dan Jetis, Kecamatan Sambirejo, Program 1 : Pemerintah memberikan subsidi
yang sudah tersertifikasi. Lahan ini berada di input produksi sesuai kebutuhan
lereng utara Gunung Lawu. Sedangkan untuk petani
lahan sawah semiorganik mencapai 3.000 hektar Program 2 : Pembukaan kesempatan seluas-
dengan areal tanam rata-rata 7.000 hektar per luasnya kepada pihak swasta
tahun. untuk berinvestasi dalam bidang
pupuk dan menyerahkan harga
METODE PENELITIAN pada mekanisme pasar (tanpa
subsidi)
Data merupakan gambaran tentang suatu
Program 3 : Penyediaan sarana produksi
keadaan atau persoalan yang dikaitkan dengan
pertanian (SAPROTAN) tepat
tempat dan waktu yang merupakan bahan untuk
waktu, jumlah, harga, dan mutu
analisis dalam suatu keputusan. Data yang
Program 4 : Pendampingan kepada petani
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
untuk menerapkan teknologi
primer dan sekunder. Data primer merupakan
budidaya padi organik yang tepat
data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
Program 5 : Merangsang peningkatan
organisasi yang menerbitkan atau
pengunaan pupuk organik dan
menggunakan.
pestisida nabati dalam kegiatan
Sedangkan data primer untuk perumusan
budidaya padi organik
kebijakan dalam Analisis Hierarki Proses (AHP)
Program 6 : Merangsang petani menggunakan
diperoleh dari key-persons, meliputi penentuan
benih padi organik berlabel
kriteria dalam rangka mencapai tujuan
Program 7 : Peningkatan pengetahuan dan
mengembangkan usahatani kedelai di
keterampilan budidaya padi
Kabupaten Grobogan yang berdampak kepada
organik
terwujudnya ketahanan pangan nasional.
Program 8 : Pemberian bantuan mesin
Penentuan dalam pemilihan alternatif program
pengering kepada kelompok tani
apa saja yang dapat ditempuh untuk
Program 9: Penyuluhan untuk meningkatkan
mengembangkan usahatani kedelai. Data
kesadaran petani melakukan
sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi
penanganan pasca panen yang
terkait, yiatu Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas
tepat
Pertanian Tanaman Pangan, Badan Koordinasi
Program 10 : Pengendalian harga padi organik
Penyuluhan, Balai Pengkajian Teknologi
Program 11 : Pembentukan kemitraan kelompok
Pertanian dan lain sebagainnya.
tani dengan pedagang besar
Penelitian ini menggunakan Metode
Program 12 : Pembentukan kemitraan kelompok
Analisis Hierarki Proses (AHP) dengan tujuan
tani dengan pabrik tahu/pengguna
untuk mengetahui program manakah yang perlu
padi organik lainnya secara
didahulukan atau diprioritaskan dalam upaya
langsung
mengembangkan usahatani kedelai di
Program 13 : Pemberian bantuan modal kepada
Kabupaten Grobogan. Oleh karena itu
kelompok untuk pembelian
penelitian ini membutuhkan beberapa pihak
padiorganik
yang dianggap berkompeten (key-persons) yang
236
BasudewoKrisna Jumna / Economics Development Analysis Journal4 (2) (2015)
237
BasudewoKrisna Jumna / Economics Development Analysis Journal4 (2) (2015)
238
BasudewoKrisna Jumna / Economics Development Analysis Journal4 (2) (2015)
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa berlabel dengan persentase prioritas sebesar
pendampingan kepada petani merupakan 16,1%.
prioritas yang paling utama dengan persentase Di dalam aspek faktor produksi ini
sebesar 34,5%. Prioritas kedua yaitu merangsang terdapat tiga alternatif guna pengembangan padi
penggunaan pupuk organik dan pestisida organik di Kabupaten Sragen antara lain subsidi
organik dengan persentase 25,8%. Prioritas faktor produksi, investasi pihak swasta dalam
ketiga yaitu peningkatan pengetahuan dan penyediaan faktor produksi, selanjutnya
ketrampilan budidaya padi organik dengan penyediaan sarana produksi (Saprotan) secara
persentase sebesar 23,6%. Adapun prioritas tepat waktu. Adapun urutan alternatif yang
terakhir adalah merangsang penggunaan benih menjadiprioritas dari aspek faktor produksi
unggul dan berdasarkan hasil olah data adalah sebagai
berikut ini :
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa diketahui bahwa yang menjadi prioritas keempat
alternatif yang menjadi prioritas utama dalam dalam pengembangan padi organik adalah aspek
pengembangan padi organik dari aspek faktor kelembagaan. Di dalam aspek kelembagaan
produksi adalah penyediaan sarana produksi sendiri terdapat empat alternatif strategi yang
(Saprotan) dengan persentase prioritas sebesar menjadi pilihan antara lain penyuluhan
36,3%. Selanjutnya prioritas kedua adalah penguatan kelembagaan kelompok tani, insentif
investasi pihak swasta dalam penyediaan faktor bagi lembaga tani yang aktif, revitalisasi
produksi dengan persentase 33,2%. Dan yang lembaga penyuluhan, dan memaksimalkan
menjadi prioritas terakhir dalam upaya pemberdayaan kelembagaan petani. Adapun
pengembangan padi organik dari aspek faktor dari analisis AHP yang digunakan untuk
produksi adalah subsidi faktor produksi dengan memilih prioritas alternatif strategi guna
persentase prioritas sebesar 30,5%. Dalam mengembangkan komoditas padi diperoleh hasil
penelitian ini berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut:
239
BasudewoKrisna Jumna / Economics Development Analysis Journal4 (2) (2015)
Berdasarkan hasil olah data diatas dapat Aspek pasca panen merupakan aspek
diketahui bahwa prioritas utama dalam yang menjadi prioritas terakhir dalam
pengembangan padi organik dari aspek pengembangan padi organik di Kabupaten
kelembagaan yang pertama adalah Sragen. Adapun dalam aspek pasca panen
memaksimalkan pemberdayaan kelembagaan sendiri terdapat tiga alternatif strategi
petani dengan persentase prioritas sebesar pengembangan padi organik. Alternatif strategi
42,4%. Selanjutnya, prioritas kedua adalah tersebut berupa pemberian mesin pengering
penyuluhan penguatan kelembagaan kelompok kepada kelompok tani, penyuluhan dan edukasi
tani dengan persentase prioritas sebesar 23,9%. tentang penanganan pasca panen yang tepat,
Prioritas ketiga adalah insentif bagi lembaga tani dan terakhir pengendalian harga padi organik.
yang aktif dengan presentase 18%. Dan Adapun dari hasil analisis AHP untuk
alternatif yang menjadi prioritas terakhir adalah menentukan prioritas pilihan strategi
revitalisasi lembaga penyuluhan dengan pengembangan padi organic diperoleh output
persentase prioritas sebesar 15,6%. sebagai berikut:
240
BasudewoKrisna Jumna / Economics Development Analysis Journal4 (2) (2015)
pemasaran. Hal ini didasari melalui fakta Hayashi, K., & Hokazono, S. (2012, June ).
dilapangan bahwa pemasaran pertanian padi Variability in environmental impacts during
conversion from conventional to organic
organik sangat terbatas. Kriteria berikutnya farming: a comparison among three rice
adalah kriteria budidaya, kriteria input, kriteria production systems in Japan. Journal of Cleaner
lembaga, dan kriteria pasca panen. Production, 28, 101-112.
241