Professional Documents
Culture Documents
TEKNOLOGI KEPERAWATAN
Disusun Oleh:
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada saya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Teknologi Keperawatan yang berjudul Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Glaukoma.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR.................................................................................
ii
DAFTAR ISI...............................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................
1
B. PERUMUSAN MASALAH.......................................................................
2
C. TUJUAN......................................................................................................
2
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................
3
A. DEFINISI....................................................................................................
3
B. PREVALENSI............................................................................................
3
C. KLASIFIKASI............................................................................................
4
D. ETIOLOGI.................................................................................................
5
E. FAKTOR RISIKO.....................................................................................
5
F. PATOFISIOLOGI......................................................................................
6
G. MANIFESTASI KLINIS...........................................................................
6
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................
6
I. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN NON MEDIS............................
7
J. KOMPLIKASI...........................................................................................
9
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................
10
BAB IV PENUTUP.....................................................................................
16
A. KESIMPULAN...........................................................................................
16
B. SARAN........................................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
Tujuan umum :
Tujuan dari pembuatan makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien Glaukoma
adalah supaya perawat dan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan
dengan pasien glaukoma.
Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui definisi dari Glaukoma
2. Untuk mengetahui prevalensi dari Glaukoma
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Glaukoma
4. Untuk mengetahui etiologi dari Glaukoma
5. Untuk mengetahui faktor resiko dari Glaukoma
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari Glaukoma
7. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Glaukoma
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Glaukoma
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan non medis dari Glaukoma
10. Untuk mengetahui komplikasi dari Glaukoma
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Glaukoma adalah kelainan mata yang ditandai dengan adanya neuropati optik
glaukomatosa dan hilangnya lapang pandang yang khas, dengan peningkatan TIO
sebagai salah satu faktor risiko utama.
(Artini, Widya. 2011. Hasil Tata Laksana Glaukoma Primer Sudut Tertutup pada
Ras Melayu Indonesia.)
Glaukoma adalah penyakit mata dimana terjadi kerusakan saraf optik yang diikuti
gangguan pada lapang pandang yang khas. Kondisi utamanya ini diakibatkan oleh
tekanan bola mata yang meninggi yang biasanya disebabkan oleh hambatan
pengeluaran cairan bola mata (humour aquous). (Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan, 2015)
Jadi, glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intraokuler karena adanya hambatan pengeluaran cairan bola mata (humor
aquous) dan adanya neuropati optik glaukomatosa diikuti gangguan pada lapang
pandang yang dapat menyebabkan kerusakan pada nervus optikus dan struktur
okuler lain.
2. Prevalensi
3. Klasifikasi
1. Glaukoma Primer
Etiologi tidak pasti. Bersifat bilateral, yang tidak selalu simetris dengan sudut
bilik mata terbuka ataupun tertutup. Didapatkan pada orang yang telah memiliki
bawaan glaukoma, seperti:
- Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau
susunan anatomis bilik mata yang menyempit
- Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan
(goniodisgenesis) berupa trubekulodisgenesis (tersering), iridodisgenesis dan
komeodisgenesis.
2. Glaukoma Sekunder
Peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma sekunder merupakan manifestasi
dari penyakit lain dapat berupa peradangan, trauma bola mata dan paling sering
disebabkan oleh uveitis. Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti
katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes
mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada
mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang
menggunakan obat-obatan tersebut.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat gangguan
perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital terbagi atas
glaukoma kongenital primer (kelainan pada sudut kamera okuli anterior), anomali
perkembangan segmen anterior, dan kelainan lain (dapat berupa aniridia, sindrom
Lowe, sindom Sturge-Weber dan rubela kongenital).
4. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (tertutup/terbuka) dimana
sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan fungsi lanjut.
(Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM.2010. Ilmu Penyakit Mata. Ed 3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI)
4. Etiologi
5. Faktor Risiko
b. Umur
Faktor bertambahnya umur memunyai peluang lebih besar untuk menderita
glaukoma sudut terbuka primer.
Frekuensi umur berdasarkan kejadian glaukoma sudut terbuka primer:
- Sekitar 40 tahun adalah 0,4%–0,7% jumlah penduduk
- Usia 52–64 tahun adalah sekitar 0,7%
- Usia 65–74 tahun meningkat menjadi 1,6%
- Usia 75–85 tahun adalah sekita 4,2%
(Liesegang, et al, 2005).
c. Riwayat Keluarga
Glaukoma sudut terbuka primer juga dipengaruhi faktor keluarga. Peneliti yang
sama mengestimasikan bahwa resiko relatif untuk menderita glaukoma sudut
terbuka primer sebesar 9,2 kali pada seseorang yang memiliki kerabat dekat yang
menderita glaukoma sudut terbuka primer
(Liesegang, et al., 2005).
d. Ras
Menurut penelitian orang berkulit hitam lebih berisiko daripada orang yang
berkulit putih. Namun, penelitian terbaru menyatakan glaukoma sudut terbuka
primer banyak pada populasi china dan eskimo.
6. Patofisiologi
Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya apoptosis sel
ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti
dalam retina serta berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi
atrofi disertai pembesaran cawan optik. Kerusakan saraf dapat dipengaruhi oleh
peningkatan tekanan intraokuler. Semakin tinggi tekanan intraokuler semakin
besar kerusakan saraf pada bola mata. Pada bola mata normal tekanan intraokuler
memiliki kisaran 10-22 mmHg. Tekanan intraokuler pada glaukoma sudut tertutup
akut dapat mencapai 60-80 mmHg, sehingga dapat menimbulkan kerusakan
iskemik akut pada iris yang disertai dengan edema kornea dan kerusakan nervus
optikus.
(Riordan Paul, Eva. Vaugan & Asbury’s General Opthalomologi. Jakarta : EGC.
2009. Edisi 17)
7. Manifestasi Klinis
1. Rasa pegal yang ringan pada kedua mata akibat kenaikan TIO
2. Kehilangan penglihatan perifer akibat kompresi sel-sel batang pada retina
dan serabut saraf
3. Bayangan halo disekitar cahaya akibat edema kornea
4. Penurunan ketajaman visus khususnya pada malam hari yang tidak bisa
dikoreksi dengan kacamata
5. Inflamasi
6. Mata yang merah dan terasa sangat nyeri akibat kenaikan TIO
7. Perasaan tertekan pada mata akibat kenaikan TIO
8. Pelebaran pupil yang sedang dan tidak bereaksi terhadap rangsangan cahaya
9. Kornea yang keruh akibat kompresi pada intraokuler
10. Penglihatan yang kabur dan penurunan ketajaman penglihatan akibat
gangguan hantaran neuron
11. Fotofobia akibat tekanan intraokuler yang abnormal
12. Mual dan muntah akibat kenaikan TIO
(Tamsuri, Anas, 2010, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan, Jakarta : EGC)
8. Pemeriksaan Penunjang
· Pemeriksaan Tonometri
Tonometri merupakan suatu pengukuran tekanan intraokuler yang menggunakan
alat berupa tonometer Goldman. Faktor yang dapat mempengaruhi biasnya
penilaian tergantung pada ketebalan kornea masing-masing individu. Semakin
tebal kornea pasien maka tekanan intraokuler yang di hasilkan cenderung tinggi,
begitu pula sebaliknya, semakin tipis kornea pasien tekanan intraokuler bola mata
juga rendah. Penilaian tekanan intraokuler normal berkisar 10-22 mmHg.
· Pemeriksaan Gonioskopi
Gonioskopi merupakan pemeriksaan dengan alat yang menggunakan lensa khusus
untuk melihat aliran keluarnya humor aquos. Fungsi dari gonioskopi secara
diagnostik dapat membantu mengidentifikasi sudut yang abnormal dan menilai
lebar sudut kamera okuli anterior.
· Pemeriksaan Oftalmoskopi
Untuk memperlihatkan pelekukan (cupping) pada glaukoma sudut terbuka yang
kronis. Diskus optikus tampak pucat menunjukan glaukoma sudut tertutup yang
akut
· Tes Provokasi
Tes ini dilakukan pada suatu keadaan yang meragukan. Pada glaukoma primer
sudut terbuka dapat dilakukan beberapa tes provakasi sebagai berikut :
Ø Tes minum air
Penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Kemudian disuruh
minum satu liter air dalam lima menit. Lalu diukur tiap 15 menit selama 1,5 jam.
Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih, dianggap mengidap glaukoma.
Ø Pressure Congestion Test
Pasang tensimeter pada ketinggian 50-60 mmHg selama satu menit. Kemudian
ukur tensi intraokular nya. Kenaikan 9 mmHg atau lebih mencurigakan, sedang
bila lebih 11 mmHg berarti patologis.
Ø Tes steroid
Pada mata pasien diteteskan larutan dexamethason 3-4 dd gt, selama dua minggu.
Kenaikan tensi intraokular 8 mmHg menunjukan glaukoma.
Penatalaksanaan Medis
1. Terapi medikamentosa
· Miotik Kuat
Ø Pilokaprin, 2% atau 4% setiap 15menit sampai 4x pemberian sebagai inisial
terapi penghambat serangan awal glaukoma akut. Namun, untuk serangan yang
berlangsung 1-2jam tidak efektif karena muskulus sfingter pupil iskemik.
Pilokaprin diberikan satu tetes setiap 30menit selama 1-2jam. Umumnya respon
pupil negatif terhadap serangan yang telah berlangsung lama sehingga
menyebabkan atrofi otot sfingter akibat iskemia.
· Beta Blocker, terapi tambahan untuk menangani serangan glaukoma sudut
tertutup. Menurunkan TIO dengan menghambat produksi humor akuos.
Ø Timolol: Beta blocker non selektif dengan aktifitas dan konsentrasi tertinggi di
bilik mata belakang yang dicapai dalam waktu 30-60menit setelah pemberian
topikal. Diberikan 2x dengan interval setiap 20menit dan dapat diulang 4, 8, 12
jam kemudian.
Penatalaksanaan Non-Medis
1. Pertahankan diet sehat, konsumsi buah dan sayuran sehingga mendapatkan
tambahan nutrisi dan mineral. Vitamin dan mineral yang baik untuk mata adalah
vit.A, vit.C, dan seng.
2. Kurangi konsumsi kafein.
3. Olahraga secara teratur setidaknya 3 kali dalam seminggu. Hal ini penting
untuk memperbaiki tubuh secara keseluruhan.
4. Hindari stres, karena dapat memicu serangan glaukoma akut sudut tertutup.
5. Gunakan pelindung mata saat berada pada kondisi berisiko yang dapat
menimbulkan trauma di mata.
10. Komplikasi
· Kebutaan.
Kondisi mata pada kebutaan yaitu kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil
atrofi dengan ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti batu
dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan
pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris
yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat
dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi
badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena
mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.
(Kowalak, Welsh, Mayer. 2014. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus
Ny. B (35 tahun) saat ini sedang dirawat dengan keluhan orbita dextra terasa sakit
jika ditekan, penglihatan kabur padahal Ny.B sudah menggunakan kaca minus 4
pada mata dextra dan sinistra, satu bulan yang lalu Ny.B menderita kelainan
Thyroid. Klien mengeluh mual dan muntah serta tidak nafsu makan. Klien
mengeluh badannya lemas. Klien mengatakan BB turun 3 kg. Klien mengeluh
penglihatannya menurun. Oleh dokter spesialis mata dilakukan pemeriksaan
Ofthalmoscope, Tonometri dan ukur lapang pandang. Hasil pemeriksaan ternyata
Ny.B menderita Glaukoma. Tanda-tanda vital saat ini TD : 150/100 mmHg, Nadi
: 80x/menit, Suhu : 37oC , Pernapasan : 20x/menit. Ny. B tidak tahu kenapa dia
sampai mengalami Glaukoma dan mendengar informasi dari orang-orang bahwa
Glaukoma bisa menyebabkan kebutaan, sehingga Ny.B takut mengalami
kebutaan.
Data Fokus
Data Subjektif
Data Objektf
1. Klien mengeluh orbita dextra terasa sakit jika ditekan.
2. Klien mengeluh penglihatan kabur padahal sudah menggunakan kaca minus
4 pada mata dextra dan sinistra.
3. Klien mengatakan satu bulan yang lalu menderita kelainan thyroid.
4. Klien mengeluh mual dan muntah.
5. Klien mengeluh tidak nafsu makan.
6. Klien mengeluh badannya lemas.
7. Klien mengatakan BB turun 3 kg
8. Klien mengeluh penglihatannya menurun.
9. Klien tidak tahu kenapa bisa mengalami glaukoma
10. Klien mendengar informasi dari orang-orang bahwa glaukoma bisa
menyebabkan kebutaan, sehingga klien takut mengalami kebutaan.
1. TTV:
TD: 150/100 mmHg
N: 80x/menit
S: 37oC
RR: 20x/menit
2. Klien terlihat menggunakan kacamata.
3. Klien terlihat memegangi area kepala dan sekitar matanya.
4. Pupil klien tampak kecoklatan.
5. Terdapat edema kornea pada klien.
6. Klien terlihat mual dan muntah.
7. Klien terlihat mengerutkan dahi pada saat melihat.
8. BB klien menurun akibat tidak nafsu makan dan hanya makan ¼ porsi
P: nyeri saat ditekan
Q: tumpul
R: orbita dextra
S: 6
T: bertahap
Analisa Data
Data Fokus
Masalah
Etiologi
DS:
· Klien mengeluh orbita dextra terasa sakit jika ditekan
· Klien mengatakan dua bulan yang lalu menderita kelainan Thyroid
DO:
· Tanda-tanda vital :
TD : 150/100 mmHg
N : 80x/menit
S : 37oC
RR : 20x/menit.
· Klien terlihat memegangi area kepala dan sekitar mata
· Klien terlihat mengerutkan dahi pada saat melihat
P: nyeri saat ditekan
Q: tumpul
R: orbita dextra
S: 6
T: bertahap
Nyeri Akut
Agens cedera biologis
DS:
· Klien mengeluh penglihatan kabur padahal sudah menggunakan kaca minus
3 pada mata dextra dan sinistra
· Klien mengatakan mengalami perubahan aktivitas biasanya akibat gangguan
penglihatan
· Klien mengeluh badan terasa lemas
DO:
· Klien terlihat menggunakan kacamata
· Pupil klien tampak kecoklatan
· Terdapat edema kornea pada klien
Resiko jatuh
DS:
· Klien mengeluh mual dan muntah
· Klien mengeluh tidak nafsu makan
· Klien mengatakan BB nya turun 3kg
DO:
· Klien terlihat mual dan muntah
· BB klien menurun akibat tidak nafsu makan dan hanya makan ¼ porsi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kurang asupan makanan
DS:
· Klien mengatakan tidak tahu kenapa dia sampai mengalami Glaukoma
Defisiensi pengetahuan
Kurang Pengetahuan
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri Akut b.d Agens cedera biologis: (00132)
2.
Resiko jatuh (00155)
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Kurang asupan
makanan (00002)
4.
Defisiensi pengetahuan b.d Kurang pengetahuan (00126)
Intervensi Keperawatan
Hari/
Tgl
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Kolaborasi :
Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian analgesic (diazepam)
Resiko jatuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, masalah risiko jatuh dapat
teratasi. Dengan kriteria hasil :
1. Jatuh tidak terjadi
Kolaborasi:
Dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi yang tepat
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Bagi mahasiswa, sebaiknya memperdalam ilmu dalam perawatan klien dengan
glaukoma agar dapat membantu klien untuk mencapai kesembuhan dan
pengobatan. Dan juga untuk mengerti tentang pengertian, penyebab, faktor risiko,
tanda dan gejala serta penatalaksanaan yang tepat untuk memberikan pendidikan
kesehatan terhadap klien.
Bagi institusi pendidikan, diharapkan dapat melengkapi atau menambah buku-
buku yang berkaitan dengan bidang keilmuan keperawatan seperti buku
keperawatan medikal bedah, asuhan keperawatan, kamus kedokteran dan lain-lain
sebagai literatur dalam menambah ilmu bagi mahasiswa.
Bagi masyarakat, diharapkan meningkatkan kesadaran untuk segera
memeriksakan diri atau melaksanakan pemeriksaan kesehatan rutinagar tidak
datang ke fasilitas kesehatan maupun pelayanan kesehatan dengan kondisi yang
sudah parah.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
glaukoma.pdf diakses pada 27 Mei 2017 pukul 16.00 WIB.
Artini, Widya. 2011. Hasil Tata Laksana Glaukoma Primer Sudut Tertutup pada
Ras Melayu Indonesia.
Atiyatul, Aryani. 2008. Penatalaksanaan Glaukoma Akut. Medan: USU
Repository.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3506/09E0137
2.pdf?sequence=1
Kowalak, Welsh, Mayer. 2014. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Liesegang, T.J., Skuta, G.L., Cantor, L.B., 2005. Introduction to Glaucoma:
Terminology, Epidemiology and heredity in basic and Clinical science Course
section 10: Glaucoma. American Academy of Ophthalmology San Fransisco,
USA.
Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, SpM.2010. Ilmu Penyakit Mata. Ed 3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Riordan Paul, Eva. Vaugan & Asbury’s General Opthalomologi. Jakarta : EGC.
2009. Edisi 17
Salmon, J.F., 2009. Glaucoma. Dalam: Riordon-Eve, P., Whitcher, J.P., ed.
Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC, 212-228
Simmons, S.T., et al, 2007. Intraocular Pressure and Aqueous Humor Dynamics.
In: Tanaka, S., ed. Glaucoma. Singapore: American Academy of Ophthalmology.
Soeroso, A., 2009. Patogenesis Glaukoma Sudut Terbuka Primer dan Usaha
Pencegahannya, Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Penyakit Mata FKUNS
Solo, Indonesia.
Tamsuri, Anas, 2010, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan, Jakarta : EGC