You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut pengertian umum, obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang
menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia. Sedangkan
definisi yang lengkap, obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan
pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, kelainan fisik atau
gejala-gejalanya pada manusia atau hewan; atau dalam pemulihan, perbaikan atau
pengubahan fungsi organik pada manusia atau hewan. Obat dapat merupakan bahan
yang disintesis di dalam tubuh (misalnya : hormon, vitamin D) atau merupakan
merupakan bahan-bahan kimia yang tidak disintesis di dalam tubuh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi obat hormon, antagonis dan kardiovaskuler?
2. Apa saja jenis-jenis obat hormon, antagonos dan kardiovaskuler?
3. Bagaimana mekanisme kerja obat hormon, antagonis dan kardiovaskuler?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi obat hormon, antagonis dan kardiovaskuler.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis obat hormon, antagonis dan kardiovaskuler.
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat hormon, antagonis dan kardiovaskuler.

1.4 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan definisi obat hormon, antagonis dan
kardiovaskuler.
2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis obat hormon, antagonis dan
kardiovaskuler.
3. Agar mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme kerja obat hormon, antagonis dan
kardiovaskuler.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Obat Hormon, Antagonis dan Kardiovaskuler

a. Obat Hormon
Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman - “yang menggerakkan”)
adalah pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Semua
organisme multiselular, termasuk tumbuhan, memproduksi hormon. secara
normal hormon dikeluarkan oleh kelenjar endokrin atau jaringan tubuh dan
dilepaskan ke peredaran darah, menuju jaringan sasaran, berinteraksi secara
selektif dengan reseptor khas dan menunjukkan efek biologis. Hormon
berfungsi untuk memberikan sinyal ke sel target yang selanjutnya akan
melakukan suatu tindakan atau aktivitas tertentu.
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau
kelenjar buntu. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran
sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke
seluruh tubuh. Apabila sampai pada suatu organ target, maka hormon akan
merangsang terjadinya perubahan. Pada umumnya pengaruh hormon berbeda
dengan saraf. Perubahan yang dikontrol oleh hormon biasanya merupakan
perubahan yang memerlukan waktu panjang. Contohnya pertumbuhan dan
pemasakan seksual.

b. Obat Antagonis
Antagonis adalah obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak
mampu secara intrinsik menimbulkan efek farmakoligik sehingga menghambat
karja suatu agonis sedangkan antagonisme adalah dampak gabungan dari dua
atau lebih obat yang berefek gabungan kurang dari jumlah efek yang dihasilkan
oleh setiap agen secara terpisah. Antagonis dibedakan menjadi 2 yaitu :
 Antagonisme fisiologi, yaitu antagonisme pada sistem fisiologi yang
sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan. Misalnya, efek
histamin dan autakoid lainnya yang dilepaskan tubuh sewaktu terjadi
syok anafilaktik dapat diantagonisasi dengan pemberian adrenalin.

2
 Antagonisme pada reseptor, yaitu antagonisme malalui sistem
reseptor yang sama (antagonisme antara agonis dengan
antagonismenya). Misalnya, efek histamin yang dilepaskan dalam
reaksi alergi dapat dicegah dengan pemberian antihistamin yang
menduduki reseptor yang sama

c. Obat Kardiovaskuler
Jantung dan pembuluh darah merupakan alat dalam tubuh yang
mengatur peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme
jaringan dapat terangkut dengan baik. Jantung sebagai organ pemompa darah
sedangkan pembuluh darah sebagai penyalur darah ke jaringan. Sistem
kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui nodus SA, nodus
AV, berkas His, dan serabut Purkinye. Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem
saraf otonom melalui saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap gangguan dalam
sistem tersebut akan mengakibatkan kelainan pada sistem kardiovaskuler. Obat
kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi dan
memperbaiki sistem kardiovaskuler secara langsung ataupun tidak langsung.
Obat kardiovaskular terdiri dari :
1. Antihipertensi
2. Obat Jantung Koroner
3. Obat Gagal Jantung Kongestif
4. Obat Aritmia

3
2.1 Jenis – Jenis Obat Hormon, Antagonis dan Kardiovaskuler
1. Obat Hormon
A. Obat Anti Tiroid
Hormon ini mempunyai peran yang sangat penting terhadap pertumbuhan
otak, oleh karena itu, jika hormon tiroid tidak ada pada masa neurogenesis (0-
6 bulan pasca lahir)mungkin terjadi retradasi mental yang irreversibel dan
kretinisme. Kretinisme sendiri dibedakan menjadi endemik dan sporadik.
Endemik bisa terjadi dengan atau tanpa goiter, sedangkan yang sporadik akan
selalu disertai goiter. Tiroksin meningkatkan penggunaan O2 pd hampir semua
jaringan, yang tidak responif hanya otak, gonad dan limpa. Disamping itu
tiroksin berperan penting pada termogenesis.
B. Obat Diabetes Melitus
a. Insulin
Insulin adalah senyawa yang dapat menyebabkan efek hipoglikemik
dengan cara menaikkan penggunaan karbohidrat dan lemak dalam jaringan
perifer.
b. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
OHO adalah obat penurun kadar glukosa pada darah, bukan hormon
insulin yang diberikan secara oral. Jenis OHO, terbagi dalam 3 kelompok:
1. Obat yang meningkatkan produksi insulin.
 Sulfonilurea, Repaglinid, Nateglinid
 Bekerja pada sel beta pancreas
2. Obat yang memperbaiki kerja insulin
 Biguanid (metformin)
 Tiazolinedion (glitazone), memperbaiki kadar glukosa
darah, juga menurunkan kadar trigliserida dan asam lemak
bebas.
3. Penghambat enzim alfa glukosidase
Contoh : akarbose, menghambat penyerapan karbohidrat dengan
menghambat enzim disakarida di usus, menurunkan kadar
glukosa darah setelah makan.
ESO : kembung, buang angin dan diare. Efektif dikonsumsi
bersama dengan makanan.

4
C. Obat Hormon Estrogen dan Progesteron
a. Estrogen
Estrogen adalah obat untuk terapi pengganti hormon (hormon
replacement therapy, HRT), yang diberikan pada kondisi di mana
kadar hormon estrogen alami dalam tubuh tidak memadai. Selain
sebagai pengganti hormon estrogen alami, obat ini dapat digunakan
untuk mengatasi gejala yang timbul selama masa menopause dan
mencegah osteroporosis pasca menopause. Di samping itu, estrogen
juga berfungsi untuk mengatasi gangguan pada kulit genital (atrofi
vulva) atau masalah pada indung telur. Obat ini juga dapat diberikan
dalam penanganan penyakit kanker payudara serta kanker prostat pada
pria.
Merek dagang: Endometril, Lutenyl, Oesreogek, Ovestin, Gestin F1,
Preabor, Pregnolin, Pregtenol, Premaston, dan Pregaston
b. Progesteron
Progesteron adalah hormon yang berperan penting bagi fungsi sistem
reproduksi wanita. Hormon ini diproduksi secara alami pada wanita
saat mendekati menstruasi dan saat kehamilan. Ketika menopause,
jumlah hormon progesteron yang dihasilkan akan berkurang.
Progesteron diberikan sebagai suplemen atau tambahan ketika terjadi
penurunan kadar hormon tersebut dalam tubuh wanita, misalnya ketika
menopause, gangguan menstruasi, dan keguguran berulang akibat
kekurangan progesteron. Progesteron juga terkandung dalam KB
suntik yang dilakukan 3 bulan sekali.
Merek dagang: Crinone, Cygest, Utrogestan

5
D. Obat Hormon Kortikosteroid
Hormon kortikosteroid merupakan hormon steroid yang disintesis dari
kolesterol dan diproduksi oleh kelenjar adrenalis bagian korteks. Obat-obat
golongan kortikosteroid banyak digunakan dalam penatalaksanaan
persalinan yang prematur. Untuk bayi-bayi prematur yang lahir dalam
waktu tujuh hari sesudah pemberian obat tokolitik, preparat kortikosteroid
dapat mengurangi insidens sindrom gawat napas neonatus, perdarahan
intraventikuler dan kematian neonatus. Baik deksametason maupun
betametason diresepkan untuk keperluan tersebut.

2. Obat Antagonis
a. Antagonisme fisiologi, yaitu antagonisme pada sistem fisiologi yang sama tetapi
pada sistem reseptor yang berlainan. Misalnya, efek histamin dan autakoid lainnya
yang dilepaskan tubuh sewaktu terjadi syok anafilaktik dapat diantagonisasi
dengan pemberian adrenalin.
b. Antagonisme pada reseptor, yaitu antagonisme malalui sistem reseptor yang sama
(antagonisme antara agonis dengan antagonismenya). Misalnya, efek histamin
yang dilepaskan dalam reaksi alergi dapat dicegah dengan pemberian antihistamin
yang menduduki reseptor yang sama. Antagonisme pada reseptor dapat bersifat
kompetitif dan nonkompetitif :
 Antagonisme kompetitif : antagonis mengikat reseptor di tempat ikatan
agonis (receptor site atau active site) secara reversibel sehingga dapat
digeser aloh agonis kadar tinggi. Hambatan kadar agonis dapat diatasi
dengan meningkatkan kadar agonis sampai akhir dicapai efek maksimal
yang sama.
 Antagonisme nonkompetitif : hambatan efek agonis oleh antagonis
nonkompetitif tidak dapat diatasi dengan meningkatkan kadar agonis.
Akibatnya, efek maksimal yang dicapai akan berkurang, tetapiafinitas
agonis terhadap reseptornya tidak berubah. Antagonisme nonkompetitif
terjadi jika :

6
1) Antagonis mengikat reseptor secara ireversibel, di receptor site
maupun di tempat lain sehingga menghalangi ikatan agonis dengan
reseptornya. Efek maksimal akan berkurang tetapi afinitas agonis
terhadap reseptor yang bebas tidak berubah. Contoh:
fenoksibenzamin mengikat reseptor adrenergik α di receptor site
secara ireversibel.
2) Antagonis mengikat bukan pada molekulnya sendiri tapi pada
komponen lain dalam sistem reseptor, yakni pada molekul lain yang
meneruskan fungsi reseptor dalam sel terget, misalnya molekul
enzim adenilat siklase atau molekul protein yang membentuk kanal
ion. Ikatan antagonis pada molekul-molekul tersebut, secara
reversibel maupun ireversibel akan mengurangi efek yang dapat
ditimbulkan oleh kompleks agonis-reseptor tanpa mengganggu
ikatan agonis dengan molekul reseptornya (afinitas agonis terhadap
reseptornya tidak berubah).

3. Obat Kardiovaskuler
1. Antiangina
Angina pektoris adalah nyeri dada hebat yang terjadi ketika aliran darah koroner
tidak cukup memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh jantung dan ini disebut
sebagai Iskemia jaringan dimana obat-obat vasilisator dapat digunakan. Anti
angina adalah obat untuk ketidak seimbangan antara permintaan (demand) dan
penyediaan (supply) oksigen pada salah satu bagian jantung (angina pectoris).
a. Golongan nitrat
Merelaksasi otot polos pembuluh vena, menyebabkan alir balik vena
berkurang sehingga mengurangi beban hulu jantung.Merupakan
vasodilator koroner yang poten. contoh : ISDN ( Isosorbid dinitrat )
b. Golongan antagonis kalsium
Antagonis kalsium bekerja dengan cara menghambat influks ion
kalsium transmembran, yaitu mengurangi masuknya ion kalsium
melalui kanal kalsium lambat ke dalam sel otot polos, otot jantung dan
saraf. Contoh : Diltiazem , Nifedipin
c. Golongan beta-bloker

7
Menghambat adrenoseptor beta (beta-bloker) di jantung, pembuluh
darah perifer, bronkus, pankreas & hati. Beta-bloker dapat mencetuskan
asma dan efek ini berbahaya. Karena itu, harus dihindarkan pada pasien
dengan riwayat asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
Contoh : Propranolol

2. Antiaritmia
Aritmia jantung adalah masalah yang sering terjadi dalam praktik klinis, yang
timbul hingga 25% dari pasien yang diobati dengan digitalis, 50% dari pasien-
pasien yang dianestesi, dan lebiuh dari 80% pasien dengan infarktus miokardium
akut. Beberapa aritmia dapat memicu ganguan irama jantng yang lebih serius atau
bahkan gangguan irama yang mematikan misalnya, depolarisasi ventrikuler
premature yang dini dapat memicu timbulnya fibrilasi ventrikuler.
- aritmia supraventrikel misal : adenosin, verapamil, digoxin
- aritmia supraventrikel dan aritmia ventrikel misal : disopiramid, beta bloker
- aritmia ventrikel misal : lidokain, meksiletin

3. Glikosida
Glikosida jantung (derivat digitalis dan obat sejenisnya) terdiri atas senyawa
steroid yang dapat meningkatkan curah jantung. Juga mempunyai efek terhadap
otot polos dan jaringan lainnya. Efek terapi utama pada gagal jantung kongestif
adalah peningkatan kontraktilitas jantung (efek inotropik positif) yang
memperbaiki ketidak seimbangan karena kegagalan tersebut. Sekalipun demikian
masih ada sejumlah keraguan evektivitas jangka panjang glikosida jantung pada
pasien gagal jantung.

8
4. Obat antihipertensi

a. Sering digunakan obat yang melebarkan pembuluh darah (vasodilator), yang


bisa melebarkan arteri, vena atau keduanya. Pembuluh darah yang melebar
akan mengurangi tahanan tepi, pada akhirnya menurunkan tekanan darah.
Karena tekanan darah merupakan hasil perkalian tahanan tepi dan volume
sekuncup jantung.
b. Pelebar arteri akan melebarkan arteri dan menurunkan tekanan darah
sehingga mengurangi beban kerja jantung. Pelebar vena akan melebarkan vena
dan menyediakan ruang yang lebih untuk darah yang telah terkumpul dan tidak
mampu memasuki bagian kanan jantung sehingga mengurangi penyumbatan
dan mengurangi beban jantung.
Contoh vasodilator : Paling banyak digunakan adalah ACE-inhibitor
(Angiotensin Converting Enzyme inhibitor). Efek pada pembuluh darah :
 ACE-inhibitor : melebarkan arteri & vena
 Nitroglycerin : hanya melebarkan vena
 Hydralazine : hanya melebarkan arteri

5. Diuretik

Sering sebagai kombinasi obat jantung. Fungsinya mengurangi


penimbunan cairan, menambah pembentukan air kemih, membuang natrium dan
air dari tubuh melalui ginjal. Contoh : Hidroclortiazide (HCT) & Furosemide.
Mengurangi cairan akan menurunkan jumlah darah yang masuk ke jantung
sehingga mengurangi beban kerja jantung. Pemberian diuretik sering disertai
dengan pemberian tambahan Kalium, karena diuretik tertentu menyebabkan
hilangnya Kalium

1. Obat yang mempengaruhi koagulasi darah


Pembentukan trombus berlangsung melalui 3 tahap, yaitu :
1) Pemaparan darah pada suatu permukaan trombogenik vaskuler yang
rusak.
2) Suatu rangkaian peristiwa terkait dengan trombosit.

9
3) Pengaktifan mekanisme pembekuan melalui peran penting trombin
dalam pembentukan fibrin. Trombin sendiri merupakan suatu
perangsang agregasi dan adhesi platelet yang sangat kuat.

Macam obat sistem koagulasi darah


a. Antikoagulan,
 Dibagi menjadi 2 yaitu : antikoagulan parenteral
contoh : Heparin dan antikoagulan oral, contoh : Warfarin
 Antikoagulan oral mengantagonisasi efek vitamin K
 Efek samping utama semua antikoagulan oral adalah
pendarahan
b. Antiplatelet (antitrombosit)
Bekerja dengan cara mengurangi agregasi (perlekatan ) platelet,
sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi
arteri, di mana trombi terbentuk melalui agregasi platelet dan
antikoagulan menunjukkan efek yang kecil. Contoh : Asetosal,
Dipiridamol
c. Fibrinolitik
Bekerja sebagai trombolitik dengan cara mengaktifkan plasminogen
untuk membentuk plasmin, yang lebih lanjut mendegradasi fibrin dan
dengan demikian memecah trombus. Contoh : Streptokinase,
Urokinase, Alteplase.
d. Hemostatik dan antifibrinolitik
Defisiensi faktor pembekuan darah dapat menyebabkan pendarahan.
Pendarahan spontan timbul apabila aktivitas faktor pembekuan kurang
dari 5% normal. Contoh obat : Asam traneksamat

10
2.2 Mekanisme Kerja Obat Hormon, Antagonis dan Kardiovaskuler
Mekanisme kerja Obat Hormon
1. Mekanisme Kerja Hormon Peptida
Reseptor hormone peptide terdapat pada membrane plasma sel target. Reseptor ini
bersifat spesifik untuk hormon peptide tertentu. Interaksi hormon dengan reseptornya
mengakibatkan perangsangan atau penghambatan enzim adenilsiklase yang terikat
pada reseptor tersebut. Interaksi hormon reseptor ini mengubah kecepatan sintetis siklik
AMP dan ATP. Selanjutnya siklik AMP berfungsi sebagai mediator intra sel untuk
hormone tersebut dan seluruh system ini berfungsi sebagai suatu mekanisme spesifik,
sehingga efek spesifik suatu hormon dapat terjadi.
Siklik AMP mempengaruhi berbagai proses dalam sel, dan efek akhirnya
bergantung pada kapasitas serta fungsi sel tersebut. Siklik AMP menyebabkan aktivasi
enzim-enzim protein kinase yang terlibat dalam proses fosforilasi pada sintetis protein
dalam sel. Siklik AMP mempengaruhi kecepatan proses ini. Metabolisme siklik AMP
menjadi 5’AMP, yang tidak dikatalis oleh enzim fosfodiesterase yang spesifik. Dengan
demikian zat-zat yang menghambat enzim fosfodiesterase ini kadang-kadang dapat
menyebabkan timbulnya efek mirip hormon.
Hormone yang bekerja dengan cara di atas ialah hormone tropic adenohiposis
misalnya gonadotropin, MSH (melanocyte stimulating hormone), beberapa releasing
hormones dari hipotalamus, glucagon, hormone paratiroid, dan kalsitonin. Beberapa
hormone menyebabkan ion Ca sebagai mediator intraselularnya (intrasellular
messenger). Kerja ion Ca dan siklik AMP dapat saling mempengaruhi sebab ion Ca
dapat menyebabkan aktivasi siklik AMP dan demikian pula sebaliknya. Molekul-
molekul lain yang juga dapat bekerja sebagai mediator intrasel adalah siklik GMP,
diasigliserol dan inositol trifosfat.

11
2. Mekanisme Kerja Hormon Steroid
Hormone steroid melewati membrane sel masuk ke dalam sitoplasma setiap sel,
baik sel target hormone steroid maupun sel lainnya. Tetapi reseptor hormone
steroid hanya terdapat di dalam sel target yaitu dalam sitoplasmanya. Bila hormone
steroid berikatan dengan reseptor sitoplasma maka kompleks hormone-reseptor
tersebut setelah mengalami modifikasi akan ditranslokasi ke tempat kerjanya (site of
action) di dalam inti sel yaitu pada kromatin. Selanjutnya terjadilah beberapa hal yang
berhubungan dengan peningkatan sintetis protein sesuai dengan fungsi masing-masing
sel target.

3. Mekanisme Kerja Lain


Hormone pertumbuhan mempunyai mekanisme kerja yang agak kompleks
karena juga berikatan dengan beberapa zat lain.

4. Mekanisme Kerja Estrogen


Estrogen mempunyai 2 jenis reseptor, ERα dan ERβ yang berasal dari gen
berbeda. Dan berada di inti sel. ERα terdapat banyak di saluran reproduksi wanita
antara lain uterus, vagina, ovarium dan juga di kelenjar mammae, hipotalamus, sel-sel
endotel. Dan otot-otot polos vaskular, ERβ letaknya menyebar, terbanyak di prostat dan
ovarium dan dalam jumlah lebih sedikit di paru, otak, dan pembuluh darah. Sekitar 40%
sekuens asam amino kedua jenis reseptor ini identik serta mempunyai struktur domain
yang umum dimiliki oleh jenis reseptor steroid lain. Fungsi biologik reseptor ini
nampaknya berlainan dan dapat memberikan respon berlainan terhadap berbagai
senyawa estrogenic, misalnya ERα dan ERβ mengikat 17-β estradiol dengan kekuatan
yang sama sekitar 0,3 nM, sedangkan fitoestrogen genistein terikat ERβ dengan afinitas
5 kali lebih tinggi dari ikatannya pada ERα.
Kedua ER merupakan ligand-activated transcription factors yang dapat
meningkatkan atau menurunkan sintetis mRNA dari gen target. Setelah masuk sel
melalui difusi pasif membrane plasma, hormon akan terikat ER di inti sel. ER yang
semula merupakan monomer akan mengalami perubahan konformasi, terjadi dimerisasi
sehingga afinitas dan kecepatan pengikatannya pada DNA meningkat. ER akan
terikat estrogen response elements (EREs) di gen target. Senyawa yang bersifat
antagonis juga akan menyebabkan dimerisasi dan terikat DNA, tetapi konformasi ER
yang terjadi di sini berlainan dari reseptor yang di duduki oleh agonis.

12
5. Mekanisme Kerja Progesteron
Di dalam gen progesteron hanya mempunyai reseptor tunggal (PR) yang
memproduksi dua isoform, PR-A dan PR-B. Kedua isoform PR ini mempunyailigand-
binding domain yang identik, tidak berbeda seperti yang dimiliki isoform ER. Pada
keadaan tanpa ligand, PR berada di inti dalam bentuk monomerik terikat inaktif
dengan heat-shock proteins (HSP-90, HSP-70 dan p59), apabila telah terikat
progesteron HSP terlepas (berdisosiasi) dan reseptor mengalami fosforilase dan
kemudian membentuk dimer (homo- dan heterodimer) yang terikat dengan selektivitas
tinggi pada progesteron response elements (PREs) pada gen target. Proses transkripsi
oleh PR terjadi melalui recruitment beberapa ko-aktivator ini selanjutnya berinteraksi
dengan beberapa protein spesifik yang mempunyai aktivitas asetilasi histon. Asetilase
histon menyebabkan remodeling kromatin dan menambah protein transkripsi antara
lain RNA polymerase ke promotor target antagonis progesteron juga akan
menyebabkan dimerisasi reseptor dan pengikatan dengan DNA tetapi
konformasi antagonis-bound PR lain dengan antagonis-bound PR. Konformasi ini
tidak akan menyebabkan transkripsi.

Mekanisme Kerja Obat Antagonis


Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu
organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi
dan fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat tersebut. Reseptor obat
merupakan komponen makromolekul fungsional yang mencakup 2 konsep penting.
Pertama, bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, bahwa
obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah
ada. Walaupun tidak berlaku bagi terapi gen, secara umum konsep ini masih berlaku
sampai sekarang. Setiap komponen makromolekul fungsional dapat berperan sebagai
reseptor obat, tetapi sekelompok reseptor obat tertentu juga berperan sebagai reseptor
yang ligand endogen (hormon, neurotransmitor). Substansi yang efeknya menyerupai
senyawa endogen disebut agonis. Sebaliknya, senyawa yang tidak mempunyai aktivitas
intrinsik tetapi menghambat secara kompetitif efek suatu agonis di tempat ikatan agonis
(agonist binding site) disebut antagonis.

13
Mekanisme Kerja Obat Kardiovaskuler

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar
buntu. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga
sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh.
Sedangkan antagonis adalah obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak
mampu secara intrinsik menimbulkan efek farmakoligik sehingga menghambat karja
suatu agonis.
Jantung sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai
penyalur darah ke jaringan. Sistem kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf
otonom melalui nodus SA, nodus AV, berkas His, dan serabut Purkinye. Pembuluh
darah juga dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf simpatis dan parasimpatis.
Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan mengakibatkan kelainan pada sistem
kardiovaskuler. Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi
dan memperbaiki sistem kardiovaskuler secara langsung ataupun tidak langsung.

3.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah mengenai Obat Hormon dan Antagonis
serta Obat Kardiovaskuler ini para perawat khususnya bisa memahaminya dan
diterapkan didunia keperawatan dan bisa juga memberikan pemahaman dengan
tenaga kesehatan lainnya. Harapan penulis makalah ini bisa bermanfaat untuk
pembaca khususnya perawat.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://diary-veteriner.blogspot.co.id/2011/11/obat-antagonis-dan-agonis.html

http://menurutparaahli.com/tag/definisi-antagonis/

http://www.doktermuslimah.com/2013/02/obat-antitiroid.html

http://www.alodokter.com/estrogen

https://adysetiadi.files.wordpress.com/2016/03/konsep-obat-pada-sistem-kardiovaskuer.pdf

http://diary-veteriner.blogspot.co.id/2011/11/obat-antagonis-dan-agonis.html

http://arifsaputra96.blogspot.co.id/2014/01/makalah-farmakologi-keperawatan-tentang.html

16

You might also like