Professional Documents
Culture Documents
ANTIPIRETIK
A. TUJUAN
1. Mengenal satu cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek antipiretik suatu
obat.
2. Mampu membedakan potensi antipiretik dari beberapa golongan kimia obat-obatan
antipiretik .
3. Mampu merumuskan beberapa kriteria antipiretik untuk senyawa-senyawa yang
diduga potensial untuk maksud ini.
4. Menyadari pendekatan sebaik-baiknya untuk mengatasi panas .
B. DASAR TEORI
Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan
infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia. Demam
akan mengaktifkan daya kekebaan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih.
Antibodi dan zat-zat lain untuk melawan infeksi.( Wibowo, S. 2006)
Demam, yang berarti suhu tubuh di atas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak, atau dehidrasi. Banyak protein, pemecahan protein,
dan zat-zat tertentu lain, seperti toksin lipopolisakarida yang disekresi oleh bakteri dapat
menyebabkan titik setel termostat hipotalamus meningkat. Zat-zat yang menyebabkan efek
ini dinamakan pirogen. Terdapat pirogen yang disekresikan oleh bakteri toksik atau pirogen
yang dikeluarkan dari degenerasi jaringan tubuh yng menyebabkan demam selama sakit. Bila
titik setel termostat hipotalamus meningkat lebih tinggi dari normal, semua mekanisme untuk
meningkatkan suhu tubuh bekerja, termasuk konservasi panas dan peningkatan pem bentukan
panas. Dalam beberapa jam setelah termostat diubah ke tingkat yang lebih tinggi, suhu tubuh
juga mencapai tingkat tersebut (Guyton.1990)
Daya kerja antipiretik bertentangan dengan efek analgesik dan antipiretik,
dikembalikan pada penghambatan mekanisme sentral.Bila pusat panas yang terletak di
hipotalamus dianggap sebagai termostat,maka zat-zat yang menimbulkan demam (pitogen)
bekerja meninggalkan nilai ambang melalui stimulasi sintesis prostaglandin. Penurunan suhu
tubuh dapat diharapkan dari zat-zat inhibision prostaglandin-sintetase yang dapat
mempermeasi dengan baik kedalam SSP. (Schunack,W.1990)
Banyak gejala yang menyertai demam dapat ditimbulkan dengan infus sitokinin.
Gejala kedinginan (chills) yaitu perasaan dingin yang terjadi pada sebagian besar keadaan
demam, nerupakan bagian dari respons sistem saraf pusat (SSP) dterhadap “set point”
termoregulasi yang meminta lebih banyak panas. Gejala menggigil (rigors), yaitu gejala
kedinginan yang lebih intensif dengan disertai piloereksi (“goose flesh”) dan gigi yang
gemeletuk serta gemeteran hebat,, sering ditemukan pada penyakit infeksi bakteri, ricketsia
serta protozoa dan pada keadaan infleunza (tetapi tidak dijumpai pada penyakit virus
lainnya). Rigors juga sering terdapat pada keadaan demam yang ditimbulkan oleh obat.
Gejala perspirasi terjadi dengan aktivasi mekanisme pelepasan panas yang bisa
disebabkan oleh obat-obat antipiretik yang menghasilkan plafon “set point” yang baru atau
oleh hilangnya stimulus untuk menimbulkan panas. Pemberian obat antipiretik yang
dilakukan secra berputus-putus (intermiten) dapat menambah fluktuasi suhu sehingga timbul
gejala kedinginan (chilling), perasaan tidak enak dan kelelahan. Refleks hipotalamus
memicu perspirasi yang memungkinkan penghilangan panas dengan cepat lewat cara
evaporasi (Horison,1999:100).
1. Ibuprofen
Untuk nyeri yang ringan sampai sedang, terutama nyeri dismonorea primer.
Obat ini dapat diberikan dengan susu atau makanan untuk meminimalkan efek
samping saluran cerna.
Zat ini merupakan campuran rasemis, dengan bentuk-dextro yang aktif.
Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian oral, dan konsentrasi puncak
dalam plasma teramati setelah 15 sampai 30 menit. Waktu paruh dalam plasma sekitar
2 jam. Ibuprofen banyak (99%) terikat pada protein plasma, tetapi obat ini hanya
menduduki sebagian dari seluruh tempat ikatan obat pada konsentrasi biasa.
Ibuprofen melintas dengan lambat ke dalam ruang sinovial dan mungkin tetap berada
pada konsentrasi yang lebih tinggi jika konsentrasi dalam plasma menurun.( Joel G
Hardman.2003)
t 1/2 eliminasi ibuprofen 1,2-5 jam. (ISO Farmakoterapi, 2008)
2. Na. Diklofenac
ALAT :
BAHAN :
HASIL
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan, dkk. 2007. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UI.
2. Tan, h .t. 1993. Swamedikasi . Jakarta: Depkes RI
3. Wibowo,S. 2006. Demam.www.surya-wibowo.blogspot.com
4. Guyton. A. C, Hall, J. T. 1996. Texbook Medical Physiology.Nineth Edition.
Mississipi
5. Schunak, W. 1990. Senyawa Obat. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada
university Press
6. Anonim. 2008. Iso Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI
7. Horison. 1999. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta: kedokteran EGC.
PERTANYAAN
Jawab:
Penggunaan kelima obat antipiretik tersebut lebih mudah bila dilakukan secara
peroral dengan memperhatikan dosis dan jangka waktu pemakaian obat tersebut.
Diperhatikan pula interaksi-interaksi obat bila dikonsumsi bersama obat lain.
3. Menurut pendapat saudara antiperitik termasuk kelompok yang manakah dari ketiga
kelompok obat system syaraf pusat yang dikemukan pada awal bab ini? Jelaskan
jawaban saudara!
Jawab:
Antipiretik termasuk golongan obat depresansia SSP. Obat yang termasuk golongan
ini adalah obat yang berefek menghambat aktifitas SSP secara spesifik maupun
umum. Obat depresansia adalah obat yang mempengaruhi sister saraf pusat, tetapi
pengaruhnya berlawanan dengan stimulan. Depresan menurunkan kerja organ
tubuh, seperti menurunkan tekanan darah, denyut jantung, pernapasan, kerja otot, dan
membuat seorang menjadi mengantuk dan ingin tidur.