Professional Documents
Culture Documents
untuk dijadikan
penilaian dan
pengukuran sebagai
penyembuhan atau
perluasan edema.
3. Kerusakan Integritas Dapat Anjurkan pasien Agar dapat bergerak lebih
integritas kulit menjadi mempertahankan untuk leluasa dan kecilnya
kulit membaik integritas yang menggunakan gesekan pada kulit.
dan tidak baik. pakaian yang
mengalami Perfusi jaringan longgar. Agar tidak munculnya luka
pemburukan baik. susulan.
atau Hindari kerutan
pelebaran. Menujukkan pada tempat Membantu proses kulit
pemahaman tidur. dalam melakukan
dalam proses pertukaran.
perbaikan kulit dan Jaga kebersihan
mencegah kulit agar tetap Mengurangi resiko luka
terjadinya cedera bersih dan tekan.
berulang. kering.
Mampu melindungi Mobilisasi pasien Membantu dalam
kulit dan pemulihan luka.
mempertahankan Monitor status
kelembapan kulit nutrisi pasien Untuk memantau aktifias
dan perawatanya. yang dapat mempeburuk
Monitor aktivitas kondisi kulit.
dan mobilitas
pasien
4. Hambatan Dalam Aktifitas fisik klien Kaji kemampuan Untuk mengetahui
mobilitas 2x24 jam meningkat. pasien dalam kemampuan pergerakan
fisik klien mobilisasi. pasien.
dapat: Memverbalisasikan
membuat perasaan dalam Latih pasien Membantu pasien dalam
pasien meningkatkan dalam meningkatkan
dapat kekuatan dan pemenuhan kemampuanmobilisasinya.
bergerak kemampuan kebutuhan ADLs Mengurangi resiko jatuh
aktif berpindah. secara mandiri dan cidera.
Mengerti tujuan sesuai
dari peningkatan kemampuan Mengurangi resiko luka
mobilisasi. dan melatih pergerakan
Dampingi dan kecil pasien
bantu pasien
pada saat
mobilisasi
Ajarkan pasien
untuk merubah
posisinya.
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Nefrotik sindrom adalah kumpulan gejala degenerasi ginjal tanpa adanya peradangan, ditandai
dengan oedema, albuminuria dan penurunan albumin dalam serum(Ramali, 2003, hal 230).
Sindrom nefrotik merupakan kumpulan manifestasi klinis (di tandai proteinuria masif lebih dari 3,5
gram per 1, 73 m2 luas permukaan badan perhari dan hipoalbuminemia kurang dari 3 gram per milliliter)
dan berhubungan dengan kelainan glomerulus akibat penyakit - penyakit tertentu atau tidak diketahui
Sindrom nefrotik adalah penyakit yang terjadi secara tiba-tiba, biasanyan berupa oliguria dengan
urin berwarna gelap, atau urin yang kental akibat proeinuria berat. Tanda yang terlihat jelas adalah oedema
Sindrom nefrotik ialah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan
hiperkolesterolemia, kadang – kadang terdapat hematuria, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal
Dari beberapa pengertian diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa nefrotik sindrom adalah
suatu penyakit degenerasi fungsi ginjal yang ditandai dengan oedema, albuminuria, dan penurunan
albumin serum yang diakibatkan oleh penyakit - penyakit tertentu yang terjadi secara tiba-tiba.
B. ETIOLOGI
Mansjoer (1999, hal 525) menyatakan bahwa penyebab sindrom nefrotik pada orang dewasa
adalah :
· Glomerulonefritis membranosa
· Glomerulonefritis membranoproliperatif
· Glomerulonefritis pascastreptokokok
2. Glomerulonefritis sekunder
Sedangkan Tisher (1997, hal 38) menyebutkan bahwa penyebab nefrotik sindrom ada 2 yaitu
· Glomerulonefritis membranosa
· Nefropati IgA
· Glomerulonefritis proliferatif
2. Kelainan sekunder
olahraga.
C. PATOFISIOLOGI
Pada individu yang sehat, dinding kapiler glomerrolusberfungsi sebagai sawar untuk
menyingkirkan protein agar tidak memasuki ruangan urinarius melalui diskriminasi ukuran dan muatan
Dengan adanya gangguan pada glomerulus, ukuran dan muatan sawar selektif dapat rusak
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran glomerolus. Proses penyaringan pun menjadi
terganggu.molekul protein yang seharusnya mampu tersaring oleh glomerulus, tidak dapat tersaring.
Sebagian besar protein dalam urine adalah albumin. Dengan banyaknya albumin yang keluar
bersama urine, mengakibatkan kandungan albumin dalam darah menjadi rendah yang disebut
Rangkaian keadaan yang menunjukkan mulai dari proteinuria sampai sindrom nefrotik tergantung
menjadikan volume cairan intravaskular menurun, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke ginjal /
Ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin - angiotensin dan sekresi
aldosteron yang kemudian mengakibatkan retensi natrium dan air. Kejadian ini menimbulkan edema
perifer, anasarka dan asites. Kondisi hipoalbuminemia juga mempengaruhi respon imun seseorang.faktor
imun Ig G menurun sehingga penderita nefrotik sindrom lebih peka terhadap semua macam
D. MANIFESTASI KLINIK
Pada penderita Sindrom Nefrotik, edema merupakan gejala klinik yang menonjol. Kadang - kadang
mencapai 40 % dari pada berat badan dan didapatkan edema anasarka. Pasien sangat rentan terhadap
infeksi sekunder. Selama beberapa minggu mungkin terdapat hematuria, azotemia dan hipertensi ringan.
Terdapat proteinuria terutama albumin (85-95%) sebanyak 10 - 15 gram perhari. Selama edema masih
banyak biasanya produksi urin berkurang, berat jenis urin meninggi. Sedimen dapat normal atau berupa
torak hialin, granula, lipoid; terdapat pula sel darah putih. Pada fase non nefritis, uji fungsi ginjal tetap
normal atau meninggi. Dengan perubahan yang progresif di glomerulus terdapat penurunan fungsi ginjal
Kimia darah menunjukkan hipoalbuminemia. Kadar globulin normal atau meninggi sehingga terdapat
perbandingan albumin - globulin yang terbalik. Didapatkan pula hiperkolesterolemia, kadar fibrinogen
meninggi sedangkan kadar ureum normal. Pada keadaan lanjut biasanya terdapat glukosuria tanpa
Mansjoer(1999, hal 526) menyatakan bahwa gejala utama yang ditemukan pada penderita nefrotik
sindrom adalah :
4. hipoalbuminemia < 30 g / l
5. edema anasarka
6. hiperlipidemia / hiperkolesterolemia
8. hematuria, hipertensi
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk pemeriksaan penunjang, dilakukan pemeriksaan urine dan darah untuk memastikan adanya
lebih dari 20 eritrosit /luas permukaan badan. Pemeriksaan darah lengkap juga diperlukan untuk mencari
mikroskopik, ureum, kreatinin, elektrolit, dan protein urin(Tisher, 1997, hal 40).
Untuk pengawasan kemajuan penderita Sindrom Nefrotik, dilakukan pengukuran dan pencatatan
berkala dari tekanan darah, keseimbangan cairan serta berat badan( Mansjoer, 1999, hal 528).
F. PENATALAKSANAAN
sebagai berikut:
a. Medis
Pengobatan :
2. Diet tinggi protein 2-3 gram/kgBB/hari dengan garam minimal bila edema masih berat. Bila edema
3. Diuretik
4. Kortikosteroid. Berikan prednison peroral dengan dosis awitan 60 mg/hari/luas permukaan badan(lbp)
selama 28 hari. Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40
mg/hari/lbp, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari.
b. Keperawatan
Penderita sindrom nefrotik perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan pengawaan dan
pengobatan yang khusus. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah edema anasarka, diet, risiko
terjadi komplikasi dan pengawasan mengenai pengobatan/gangguan rasa aman dan nyaman.
H. FOKUS KEPERAWATAN
Dalam pengelolaan kasus, penulis menggunakan metode proses keperawatan secara sistematis
1. pengkajian
Pada pengkajian klien dengan nefrotik sindrom, penulis menggunakan format pengkajian konseptual
Gordon yang terdiri dari 11 pola. Hal ini dikarenakan format ini menunjang dan mempermudah dalm
Pada klien dengan nefrotik sindrom, hal yang perlu di kaji menurut 11 pola konseptual Gordon yang
a. Persepsi kesehatan
Tanyakan tentang alasan klien masuk rumah sakit, riwayat kejadian , keluhan utama, riwayat penyakit
masa lalu yang berkaitan dengan nefrotik sindrom, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat gaya hidup
klien.
b. Pola nutrisi metabolik
Tanyakan tentang pola makan klien sebelum dan selama sakit, kaji status nutrisi klien dengan, kaji input
cairan klien selama 24 jam, dan kaji turgor kulit serta observasi adanya oedema anasarka.
c. Pola eliminasi
Kaji pola bab dan bak klien sebelum sakit dan selama sakit.apakah terjadi perubahan pola berkemih seperti
d. Pola aktivitas
Kaji tanda – tanda vital terutama tekanan darah, kaji adanya tanda - tanda kelelahan,
Kaji kemampuan pancaindra klien, kaji pengetahuan klien tentang penyakit yang di deritanya.
Kaji persepsi diri klien meliputi body image, harga diri, peran diri, ideal diri, konsep diri.
Kaji pola komunikasi klien terhadap keluarga, klien satu ruang, dan perawat.
i. Pola seksualitas
k. Pola spiritual
Kaji persepsi klien dilihat dari segi agama, apakah klien memahami bahwa penyakitnya adalah ujian dari
Allah SWT.
Selain itu, lakukan pemeriksaan fisik pada klien meliputi penkajian edema yang tampak, bengkak di mata,
2. Diagnosa keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulator ginjal dengan retensi air dan
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional : terapi diuretik dapat diakibatkan oleh kehilangan cairan tiba - tiba berlebihan meskipun edema
masih ada.
Rasional : posisi telentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.
Rasional : pembentukan edema, nutrisi melambat, gangguan pemasukan nutrisi dan imobilisasi lama
Rasional : hipertensi menunjukkan kelebihan natrium, serta dapat menunjukkan terjadinya kongesti paru,
gagal jantung.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, prosedur invasif dan kateterisasi(Doengoes,
Kriteria hasil:
Intervensi :
2. Pertahankan prinsip aseptik dalam setiap tindakan keperawatan yang berhubungan dengan area invasive
dan kateterisasi.
Rasional : Meningkatkan rasa nyaman klien serta mencegah kontaminasi bakteri ke tubuh.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia(Engram, 1999, hal 131)
Kriteria hasil :
Mempertahankan / meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan oleh klien, bebas edema.
Intervensi :
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional : meningkatkan istirahat dan keteenangan klien, posisi telentang meningkatkan filtrasi ginjal dan
Rasional : pembentukan edema, nutrisi melambat, gangguan pemasukan nutrisi dan imobilisasi lama
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan efek diuretik(Swearingen, 2001, hal 77).
Kriteria hasil : Menunjukkan pemasukan dan pengeluaran mendekati seimbang, turgor kulit baik, membran
mukosa lembab.
Intervensi :
Rasional : perubahan tekanan darah dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kadar kehilangan cairan,
Rasional : penggantian cairan tergantung dari berapa banyaknya cairan yang hilang atau dikeluarkan.
f. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema anasarka(Carpenito, 2001, hal 304)
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional : menandakan area sirkulasi buruk yang dapat menimbulkan pembentukan dekubits
g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas(Doengoes, 2000, hal 642)
Kriteria hasil :
Intervensi :
3. Ajarkan teknik penghematan energi, contoh duduk, melakukan tugas secara bertahap.
melaksanakan tugas.
4. Libatkan keluarga dalam perawatan klien.
Rasional : memandirikan keluarga agar lebih peduli pada pemenuhan kebutuhan klien, menciptakan rasa
nyaman klien.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit(Doengoes, 2000, hal
624)
Kriteria hasil :
Intervensi :
2. Kaji pengetahuan klien akan penyakitnya, prognosanya, dietnya dan hal - hal yang perlu dilakukan klien
Rasional : Menentukan sejauh mana pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritanya.
Rasional : memberikan informasi yang actual yang mampu merubah persepsi klien tentang penyakitnya.
BAB III
RESUME KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 41 tahun
Pendidikan : Tamatan SD
Pekerjaan : Petani
Nama : Ny. C
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Petani
1. Persepsi Kesehatan
Klien mengatakan bahwa dirinya sesak napas dan seluruh badannya bengkak sehingga klien memutuskan
b. Keluhan utama
Menurut keterangan klien, kurang lebih 5 bulan yang lalu tubuh klien tiba – tiiba membengkak. Daerah yang
pertama terlihat bengkak adalah kaki. Setelah dua bulan, bengkak nya menjalar ke daerah muka, genital
dan kedua tangan. Selain itu, perutnya makin membesar. Sejak tanggal 12 juli hingga tanggal 15 juli 2006,
klien merasakan sesak napas yang diakibatkan oleh perutnya yang membesar. Pada tanggal 16 juli, klien
periksa ke Rumah Sakit Batang. Klien masuk IGD RSUD Batang dengan keluhan sesak napas , setelah
dilakukan penanganan sementara di IGD, klien langsung dikirim ke Ruang Melati. Keadaan umum waktu
X permenit. Klien masuk ke ruang Melati tanggal 16 Juli 2006 jam 13.30 WIB
Keluhan saat pengkajian hari rabu tanggal 26 juli 2006 jam 08.00 WIB adalah klien mengeluh seluruh
tubuhnya terasa lemas, kulit terasa meregang, TD : 110 / 70 mmHg, S : 37 °C, N : 64 x / mnit, RR : 20 X
permenit, terpasang infus D5 % 10 tetes / menit di tangan kiri, terpasang DC sudah 10 hari belum diganti,
klien mendapat terapi injeksi Cefotaxim 2 x 1 gram, Lasix 2 x 40 mg, albumin fl 100cc/ hari, obat oral :
letonal 3 x 100 mg, prednison 3-2-0 atau pagi 3 x 5 mg, siang 2x5 mg.
Klien menuturkan bahwa klien belum pernah menderita penyakit seperti ini, penyakit yang sering diderita
oleh klien adalah pusing, meriang dan pegel – pegel.dan klien belum pernah dirawat di Rumah Sakit.
Menurut keterangan klien, dalm keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien
f. Riwayat alergi
Klien menuturkan bahwa dirinya tidak mempunyai alergi terhadap makanan, minuman dan obat – obatan.
Menurut keterangan klien, klien mempunyai kebiasaan minum kopi, selain itu klien mempunyai aktivitas
yang padat sebagai seorang petani dan klien jarang minum air putih.klien sebelum sakit mempunyai
a. Klien sedang menjalani diet tinggi protein dan diet rendah garam
b. Kebiasaan makan :
Sebelum sakit : klien makan 3 xsehari dengan menu nasi, lauk - pauk, sayur dan kadang – kadang
Selama sakit : klien makan 3 x sehari dengan menu nasi, lauk - pauk, sayur, buah yang disediakan oleh
Rumah sakit.menu ini menurut data instalasi gizi terdiri dari menu tinggi protein dan rendah garam.klien
c. Nafsu makan klien baik, klien menghabiskan 1 porsi makanan dengan lahap.
menelan.
e. Asupan cairan didapat dari infus D5% 10 tts/mnit dan klien mengatakan minum air
putih maksimal 3 gelas sehari ( gelas belimbing @ 200ml ).saat pengkajian klien baru
3. Pola Eliminasi
a. Bak
· Sebelum sakit : klien mengatakan kalau bak sakit, frekuensi 4 x sehari warna kuning jernih
· Selama sakit : saat pengkajian, klien terpasang DC jumlah urine 500 ml selama 2 jam. DC sudah 10 hari
terpasang.
b. Bab
· Selama sakit : klien bab 2 hari sekali, saat pengkajian klien bab baru 1 x, warna kuning konsistensi lunak.
4. Pola Aktivitas
b. Mobilisasi
Klien belum bisa melakukan aktivitas sambil berdiri. Klien bisa duduk, tapi kalau duduk klien menjadi sesak
c. Pernapasan
d. Kesadaran : composmentis
Kebiasaan tidur selama sakit : klien mengatakan tidur malam pukul 21.00 WIB dan Bangun Pukul
05.00WIB, saat siang klien lebih sering tidur dikarenakan tubuhnya lemas.
6. Persepsi / Kognitif
a. Klien dapat melihat dengan baik, klien mampu menyebutkan jenis benda yang
ditunjuk oleh perawat serta klien mampu melihat dengan jelas tulisan dari jarak kurang
lebih 25 cm
b. Indra perasa klien juga berfungsi baik, klien dapat mengecap rasa asin, manis dan
pahit.
c. Klien mengatakan kurang tahu tentangpenyakit yang dideritanya
d. Klien sering bertanya - tanya kepada perawat tentang penyakit yang diideritanya.
c. Harga diri : klien tidak merasa rendah diri dengan penyakit yang dideritanya.
d. Ideal diri : klien selalu berharap agar bisa sembuh dari penyakitnya.
e. Peran diri : peran klien sebagai seorang suami dan ayah dari kedau anaknya
orang terdekat klien adalah istrinya yang selalu merawatnya dan memperhatikan dirinya. Klien tidak
mengalami gangguan komunikasi dengan orang lain dank lien mudah diajak komunikasi oleh perawat dan
klien adalah seorang laki – laki, suami dari istrinya dan ayah dari kedua anaknya.selama sakit klien tidak
bisa melakukan aktivitas seks dengan istrinya.klien menuturkan tidak mempunyai penyakit yang
Klien mengatakan bahwa dirinya pasrah dengan apa yang menimpanya, klien mengatakan akan sabar
dalam menghadapi penyakitnya ini. Bila ada masalah, klien selalu membicarakannya dengan istrinya.
Klien adalah seorang muslim, klien menyadari bahwa penyakitnya adalah ujian dari Allah SWT. Klien selalu
berdo’a agar penyakitnya cepat sembuh. Selama sakit, klien tidak bisa melaksanakan sholat.
1. pemeriksaan fisik
b. inspeksi
c. Palpasi
d. Perkusi
e. Auskultasi
2. Pemeriksaan Laboratorium
tabel 1
Hitung jenis
Eosinofil 0 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Batang 0 % 2-6
Segmen 90 % 50-70
Limposit 10 % 20-40
Monosit 0 % 2-8
MCV 87,6 Fl 92
3. Pemeriksaan Roentgen
· injeksi Lasix 2 x 40 mg
· Albumin fl 100cc/ hari
· Obat oral : Letonal 3 x 100 mg, Prednison 3-2-0 atau pagi 3 x 5 mg, siang 2x5 mg.
B. PENGELOMPOKAN DATA
I. Data Subyektif
5. Klien mengatakan minum satu gelas ( 200 ml ) air pada pagi hari
3. Perut membesar
tabel 2
Penyeb
No Data Problem
ab
1 DS : - Resiko Penuru
kan imun,
dipasang prosedu
kateter r
sudah 10 invasive
hari dan
belum kateteri
2. diganti sasi
- klien Kelebihan
mengata volume
nyaman
pada
derah Mekani
infus. sme
DO : - regulato
terpasan r ginjal
g DC, dengan
No kotor. retensi
gkus
infus
kotor.
- hitung
albumin
2,1 gr
/100mL
Penyeb
DS : ab
klien
mengata
kan kulit
terasa
meregan
DO : -
kaki,
tangan,
wajah
dan
genitalia
oedema
- perut
membes
ar
- urine
tampung
500 mL
selama 2
jam.
- hitung
albumin
2, 1
gr/100m
penampil
an
umum
gemuk
akibat
edema
Data
3. DS : Intolerans Kelema
mengata
kan
tubuhny
a lemas
DO : -
aktivitas
dibantu
keluarga
aktivitas
4 terbatas Defisit
dan
berbarin
g.
- wajah
tampak
lesu
konjungti
No va Masalah
- TD : pengetah ab
S : 37 kondisi informa
°C, N : si yang
64 x / dan akurat
mnit, RR perawata
: 20 X nnya
permenit
. DS : -
klien
mengata
kan
mulut
terasa
asam
- klien
mengata
kan
tubuhny
a lemas.
DO : -
muluit
kotor
- gigi
kotor
aktivitas
dibantu
keluarga
Data
DS : -
klien
mengata
kan tidak
tahu
tentang
penyakit
yang
dideritan
ya
DO :-
klien
sering
bertanya
tentang
penyakit
nya pada
perawat
- klien
tidak
bisa
menjawa
pertanya
an
berkaita
dengan
penyakit
nya
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko terjadi infeksi behubungan dengan penurunan respon imun, prosedur invasive dan kateterisasi
ditandai dengan :
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Mekanisme regulator ginjal dengan retensi air dan natrium
ditandai dengan :
- perut membesar
DO : - mulut kotor
- gigi kotor
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit dan perawatannya berhubungan dengan kurangnya
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
tabel 3
ÿÿÿÿÿÿllÿÿÿÿ0ÿvmrgÿÿlvertalcÿÿbrÿÿs
No. Rencana
No Hari / tanggal Paraf
DP Tujuan Tindakan
1 Rabu, 26 1 Setelah dilakukan
1. kaji KU klien
selama 2 x 24 jam
3. kaji daerah pemasangan
6. kolaborasi pemberian
antibiotik.
catat jumlah
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
2. Rabu, 26 2 selama
juli 2006
No. Rencana
No Hari / tanggal Paraf
DP Tujuan Tindakan
meningkat ke angka
4. pertahankan cairan /
sesuai indikasi
5. kolaborasi pemberian
obat diuretik.
aktivitas
3. 3
Rabu, 26
juli 2006
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
diharapkan terjadi
No. Rencana
No Hari / tanggal Paraf
DP Tujuan Tindakan
normal perawatan.
- klien mampu
beraktivitas secara
mandiri
Setelah dilakukan
1. Tentukan kemampuan
memenuhi kebutuhan
personal hygiene
No. Rencana
No Hari / tanggal Paraf
DP Tujuan Tindakan
perawatan
1. Kaji status pendidikan
klien.
Setelah dilakukan
2. Kaji pengetahuan klien
mengetahui tentang
penyakitnya
No. Rencana
No Hari / tanggal Paraf
DP Tujuan Tindakan
persepsinya tentang
4. Berikan penyuluhan
dan perawatannya.
E. IMPLEMENTASI
DP
26 juli 2006
¬ mengobservasi TTV ¬ TD : 110/70 mmHg, S :
37°C, N
:64x/mnt, RR :20x/mnt
DP
tusukan.
hygiene
DP
duduk lama
Rabu 11.30 2 ¬ memantau keluaran ¬ urine tampung 100 mL
kateter.
RR : 20x/mnt
obat masuk
DP
¬ obat masuk
¬ Prednisone2x5mg
penkes tentang
Sindrom Nefrotik
gigi
DP
Rabu 17.00 1,2,3, ¬ mengukur TTV ¬ TD : 130/80mmHg, S
RR : 20x/mnt
26 juli 2006
DP
¬ S : 37°C
¬ N : 86x/mnt
¬ RR : 20x/mnt
F. EVALUASI KEPERAWATAN
DP
- infus bersih
- kateter bersih
1 gram
DP
P : lanjutkan intervensi :
warna.
- TD : 130/90mmHg
- S : 36,5°C
- N : 84x/mnt
- RR : 20x/mnt.
P : lanjutkan intervensi :
1. kaji aktivitas klien
DP
- mulut bersih
P : lanjutkan intervensi :
DP
DP
- infus bersih
- kateter bersih
P : lanjutkan intervensi:
DP
21.00 WIB
P : lanjutkan intervensi :
warna.
- TD : 130/90mmHg
- S : 37°C
- N : 86x/mnt
- RR : 20x/mnt.
P : lanjutkan intervensi :
DP
4.
- mulut bersih
P : lanjutkan intervensi :
libatkan keluarga
DP
DP
20x/mnt
tirah baring
tusukan
27 juli 2006
DP
kesehatan.
pertanyaan
¬ N : 88x/mnt
¬ RR: 24x/mnt
DP
- infus bersih
- kateter bersih
P : lanjutkan intervensi :
edema
WIB
P : lanjutkan intervensi :
warna.
- TD : 160/100mmHg
- S : 36,2°C
- N : 88x/mnt
- RR : 24x/mnt.
DP
- mulut bersih
A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi
A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi
BAB IV
PEMBAHASAN
Di dalam pembahasan ini, penulis akan membandingkan antara tinjauan teori dengan tinjauan
kasus. Penulis akan membahasa perbandingan proses keperawatan yang tertulis di tinjauan teori dengan
A. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada Tn. A dengan nefrotik sindrom di ruang Melati BRSUD BAtang,
penulis menggunakan metode pendekatan pengkajian pola fungsional Gordon di modifikasi, pola ini dapat
mencakup seluruh aspek yang harus dikaji yaitu bio - psiko - sosio - spiritual dan kultural yang di dalamnya
dapat membantu penulis dalam memperoleh data fokus yang menunjang pada kasus Nefrotik sindrom.
Dari pengkajian pada kasus ini, penulis mendapat data yang sesuai dengan manifestasi klinik klien
Nefrotik Sindrom, yaitu adanya hipoalbuminemia, kadar protein yang rendah, dan edema anasarka.
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 21 juli 2006, didapatkan data Total protein 3.9 gr/100 mL,
Albumin 2.1 gr/100 mL dan edema anasarka. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kesesuaian antara
B. Diagnosa keperawatan
Pada tinjauan teori yang telah penulis kemukakan, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulator ginjal dengan retensi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, prosedur invasif dan
kateterisasi.
Sedangkan diagnosa yang muncul pada tinjauan kasus adalah sebagai berikut :
1. Resiko terjadi infeksi behubungan dengan penurunan respon imun, prosedur invasive dan kateterisasi.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulator ginjal dengan retensi air dan natrium.
informasi.
Diagnosa yang muncul pada tinjauan teori tetapi tidak muncul pada tinjauan kasus adalah :
Alasan munculnya diagnosa keperawatan tersebut dalam kasus nefrotik sindrom pada Tn. A adalah
sebagai berikut.
1. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun, prosedur invasif dan kateterisasi
Resiko terhadap infeksi adalah keadaan dimana seorang individu beresiko terserang oleh agen
patogenik atau oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa), dari sumber - sumber eksternal, sumber -
Resiko terhadap infeksi menggambarkan suatu situasi bila pertahanan penjamu lemah (respon
imunitas menurun), akan membuat penjamu mudah terserang oleh agen patogenik yang ada di lingkungan.
Alasan diagnosa resiko tinggi infeksi dijadikan prioritas diagnosa pertama adalah karena apabila
kondisi ini tidak segera ditangani dengan cermat, akan timbul infeksi yang akan memperburuk kondisi
klien, dan akan muncul komplikasi yang akan mempersulit proses penyembuhan.
Komplikasi yang bisa muncul pada klien dengan sindrom nefrotik adalah infeksi sekunder terutama
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam adalah
diharapkan tidak terjadi infeksi pada Tn. A. adapun tanda - tanda infeksi adalah kolor (panas),
a. kaji KU klien
Rasional : deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan
infeksi
b. observasi TTV
rasional : peningkatan tanda - tanda vital, terutama peningkatan suhu tubuh dapat menunjukkan adanya
proses infeksi.
Rasional : untuk meminilkan kontaminasi dan introduksi bakteri ke tubh yang dapat memperberat keadaan,
Rasional : menjaga agar infus dan kateter tetap bersih, mencegah terhadap komplikasi selanjutnya dan
Rasional : untuk menurunkan laju penyebaran dan pertumbuhan jumlah bakteri dalam tubuh.
Implementasi :
Implementasi yang dilakukan meliputi : mengobservasi keadaan umum dan tanda - tanda vital,
melakukan perawatan infus, mengganti selang kateter, menggunakan teknik aseptik dan antiseptik dalam
Kekuatan dari implementasi yang sudah dilaksanakan adalah sikap klien yang mau diajak
bekerjasama dalam pelaksanaan intervensi demi kesembuhannya dengan menyetujui tindakan yang akan
Kelemahannya adalah keterbatasan jumlah alat yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan dan
Evaluasi akhir dilakukan pada tanggal 27 juli 2006 yaitu tidak tampak tanda - tanda infeksi (rubor,
color, dolor, tumor, fungsiolaesa). Walaupun tanda – tanda infeksi tidak muncul, tetapi resiko infeksi mashi
ada/ dapat terjadi dikarenakan masih terpasang infus dan kateter. Sehingga perlu dilakukan perawatan
2. kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulator ginjal dengan retensi air dan natrium.
Kelebihan volume cairan adalah kondisi dimana seorang individu mengalami atau beresiko
- perut membesar
Diagnosa kelebihan volume cairan menjadi prioritas yang kedua karena dengan adanya kelebihan
volume cairan menunjukkan adanya edema. Pada Tn. A terdapat edema anasarka yang dapat
menimbulkan komplikasi adanya resiko injuri. Selain itu, kelebihan volume cairan menunjukkan adanya
paningkatan angiotensin yang dapat memacu peningkatan tekanan darah. Jadi kalau tidak segera
ditangani akan berakibat pada hipertensi akut pada stadium berat. Adanya edema juga akan membatasi
aktivitas fisik yang menyebabkan klien pada kondisi intoleransi untuk beraktivitas sehingga dikhawatirkan
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam adalah
berkurangnya edema anasarka, peningkatan hitung albumin lebih dari 3, 8 gr / 100 mL.
Intervensinya adalah :
Rasional : keluaran urin mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi.
Rasional : terapi diuretik dapat diakibatkan oleh kehilangan cairan tiba - tiba berlebihan meskipun edema
masih ada.
Rasional : posisi telentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.
Implementasi :
Memantau pengeluaran urin, mencatat jumlah dan warna urin, menganjurkan klien untuk banyak istirahat
Kekuatan dari implementasi yang sudah dilaksanakan adalah sikap klien dan keluarga yang mau
bekerjasama dalam pelaksanaan intervensi. Kelemahannya adalah sulitnya memantau jumlah urin.
Evaluasi :
Evaluasi akhir dilakukan tanggal 27 juli 2006, dan didapatkan bahwa edema masih ada dan besar.
Jadi masalah ini belum teratasi. Rencana selanjutnya adalah lanjutkan intervensi yang telah disusun.
aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan(Carpenito, 2000, hal 2).
Diagnosa ini ditegakkan sesuai data yang ditemukan dimana selama dirawat klien tidak mampu
beraktivitas. Jika beraktivitas klien akan sesak napas. Hal ini dibenarkan oleh keluarga.
Diagnosa intoleransi aktivitas diangkat sebagai prioritas ketiga dikarenakan intoleransi aktivitas ini
muncul setelah terjadi edema anasarka pada klien. Jika intoleransi aktivitas ini tidak ditangani, maka klien
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam adalah Tn. A mampu
Intervensi :
Rasional : meningkatkan istirahat dan keteenangan klien, posisi telentang meningkatkan filtrasi ginjal dan
Implementasi :
Implementasi yang dilakukan adalah mengkaji aktivitas klien, menganjurkan klien banyak istirahat,
memotivasi klien untuk beraktivitas secara bertahap dan melibatkan keluarga dalam perawatan seperti
Kekuatan dari implementasi yang sudah dilaksanakan adalah sikap klien dan keluarga yang mau
bekerjasama dalam pelaksanaan intervensi. Kelemahannya adalah tindakan ini harus rutin diberikan
selama klien belum mampu beraktivitas secara mandiri sehingga waktu yang dibutuhkan cukup lama atau
Evaluasi :
Evaluasi dilakukan pada tanggal 27 juli 2006 dengan kondisi klien belum mampu beraktivitas
secara mandiri. Sehingga untuk masalah ini belum bisa teratasi. Rencana selanjutnya adalah melanjutkan
Kurang perawatan diri adalah keadaan dimana individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau
melakukan gosok gigi dan klien mengatakan lemas untuk beraktivitas. Data obyektif didapat mulut dan gigi
Defisit perawatan diri penulis angkat sebagai diagnosa kelima karena kebersihan penting untuk
kenyamanan dan untuk memudahkan komunikasi dengan orang lain tanpa rasa minder.
Kesehatan yang menyeluruh penting untuk mendukung cepatnya proses penyembuhan. Apabila
kurangnya perawatan diri tidak teratasi bisa mengakibatkan rasa tidak nyaman dan dapt menjadi faktor
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam adalah
diharapkan Tn. A mampu melakukan aktivitas personal hygiene secara mandiri dab klien merasa nyaman
setelah melakukannya.
Intervensi :
c. Ajarkan teknik penghematan energi, contoh duduk, melakukan tugas secara bertahap.
melaksanakan tugas.
Rasional : memandirikan keluarga agar lebih peduli pada pemenuhan kebutuhan klien, menciptakan rasa
nyaman klien
Imlementasi:
Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa ini adalah memberikan bantuan dalam aktivitas yang
diperlukan seperti oral hygiene dan memotong kuku, memotivasi klien dalam perawatan diri dan melibatkan
Kekuatan dalam tindakan ini adalah sikap klien dan keluarga yang mau diajak kerjasama dalam
tindakan.
Kelemahannya adalah jika keluarga klien pulang kerumah, maka tidak ada yang bisa membantu
pemenuhan kebutuhan personal hygiene klien. Juga dikarenakan keterbatasan jumlah perawat ruangan.
Evaluasi akhir yan dilakukan pada tanggal 27 juli 2006 adalah klien merasa nyaman dan
mengatakan bahwa mulutnya terasa segar. Klien mampu mendemonstrasikan oral hygiene sambil sedikit
5. kurang pengetahuan mengenai kondisi dan perawatan berhubungan dengan kurangnya informasi yang
akurat.
Kurang pengetahuan adalah kondisi dimana seorang individu atau kelompok mengalami defisiensi
pengetahuan kognitif atau ketrampilan psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan
Alasan diagnosa ini diangkat adalah dengan ditemukannya data bahwa klien tidak mengetahui
tentang penyakitnya yang kemungkinan besar diakibatkan karena gaya hidup yang tidak sehat, klien juga
Kurangnya informasi harus diatasi dengan memberikan penyuluhan kesehatan. Jika tidak, maka
klien tidak tahu tentang bagaimana perawatannya yang aklan mengakibatkan klien akan memperburuk
kondisinya sendiri.
Intervensi :
b. Kaji pengetahuan klien akan penyakitnya, prognosanya, dietnya dan hal - hal yang perlu dilakukan klien
Rasional : Menentukan sejauh mana pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritanya.
Rasional : memberikan informasi yang actual yang mampu merubah persepsi klien tentang penyakitnya.
Implementasi :
klien tentang penyakitnya, mengkaji status pendidikan klien, memberikan informasi melalui penyuluhan
kesehatan kepada klien dan keluarganya berkenaan tentang penyakit klien, bagaimana pola makan yang
Kekuatan dari tindakan ini adalah sikap klien dan keluarga yang mau bekerjasama dalam
pelaksanaan tindakan. Klien dan keluarga aktif bertanya. Klien dan keluarga mudah diajak komunikasi
menggunakan bahaa indonesia maupun bahasa jawa sehingga mempermudah jalannya penyuluhan
kesehatan.
Kelemahan dari tindakan ini dalah tidak semua anggota keluarga klien hadir mengikuti penyuluhan.
Evaluasi akhir yang dilakukan tanggal 27 juli 2006 adalah klien mengetahui tentang penyakitnya dan klien
mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penulis. Jadi secara teori masalah ini dapat teratasi.
Diagnosa yang muncul dalam tinjauan teori tetapi tidak muncul dalam tinjauan kasus adalah :
mengalami penurunan berat badan dengan masukan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang
Diagnosa tersebut tidak ditegakkan karena pada saat pengkajian klien tidak mengalami gangguan nafsu
makan.
Resiko kerusakan integritas kulit adalah suatu keadaan dimana individu beresiko terhadap kerusakan
Diagnosa ini tidak diangkat karena saat pengkajian tidak muncul tanda - tanda lesi pada kulit walaupun
klien sudah dirawat 10 hari. Hal ini dikarenakan keluarga selalu dianjurkan perawat ruangan untuk merubah
Resiko kekurangan volume cairan adalah keadaan dimana seseorang yang intake cairannya
sedikit, mendapat pengobatn diuretik hingga output cairan banyak yang mempunyai resiko terjadinya
Diagnosa ini tidak muncul karena saat pengkajian klien masih dalam kondisi oedema anasarka berat dan
pengeluaran urin yang sedikit yang disebabkan areaobat diuretik dalam dosis sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (2001). Handbook of Nursing Diagnosis, 8/E (Buku Saku Diagnosa Keperawatan, E/8, editor:
Doengoes, M. E, Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2000). Nursing Care Plan: Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, 3/E (Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Engram,B. (1999). Medical-Surgical Nursing Care Plans, 1/V (Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah,
Mansjoer, A, Triyanti, K, Savitri, R, Wardani, W. I, Setiowulan, W. (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Swearingen. (2001). Pocket Guide to Medical-Surgical Nursing, 2/E (Seri Pedoman Praktis Keperawatan Medikal
Tisher, C. C, Wilcox, C. S. (1997). House Officer Series Nephrology, 3/E (Buku Saku Nefrologi, E/3). Jakarta:
EGC.
Tucker, S. M, Canobbio, M. M, Paquette, E. V, Wells, M. F. (1998). Patient Care Standards; Nursing Process,
Diagnosis, and Outcome, 3/V, 5/E (Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis,