You are on page 1of 22

ASUHAN KEPERAWATAN SCABIES

Disusun Oleh :

1. )

Pendidikan Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PATRIA HUSADA BLITAR

Tahun 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.

Maksud akan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai sarana pembahasan dan
pemahaman dalam mata kuliah KMB 3, materi yang kami bahas mengenai Scabies. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa STIKES.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Ulfa M.Kep.,Ns selaku dosen pengampu
dalam mata kuliah KMB 3. Dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan, maka kepada para pembaca kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu
pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Blitar, 29 Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................1
1.3 Tujuan .............................................................................................................................1
BAB II. TINJAUAN TEORI
2.1 ANATOMI KULIT .........................................................................................................2
2.2 FISIOLOGI KULIT ........................................................................................................4
2.3 PENGERTIAN VARISELA ...........................................................................................6
2.4 ETIOLOGI ......................................................................................................................6
2.5 KLASIFIKASI ................................................................................................................7
2.6 MANIFESTASI KLINIS ................................................................................................7
2.7 PATOFISIOLOGI ...........................................................................................................8
2.8 KOMPLIKASI ................................................................................................................10
2.9 PENCEGAHAN .............................................................................................................10
2.10 PENGOBATAN ...........................................................................................................11
2.11 PENATALAKSANAAN ..............................................................................................11
BAB III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN ................................................................................................................12
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN ....................................................................................12
3.3 INTERVENSI .................................................................................................................13
BAB IV. APLIKASI KASUS SEMU
4.1 KASUS ...........................................................................................................................16
4.2 PENGKAJIAN ................................................................................................................16
BAB V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN ...............................................................................................................29
5.2 SARAN ...........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..30
BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Skabies (scabies) suatu penyakit kulit yang banyak terdapat di negeri kita, terutama dikenal
umum pada masa pendudukan tentara jepang. Sering disebut orang pada masa itu penyakit BPP,
karena pada umumnya terkena pada orang BP (para pekerja indonesia yang dihimpun oleh tentara
pendudukan Jepang pada tahun 1942-1945). Juga di zaman “ Gestapu” (Gerakan September 30)
yang disebut orang penyakit Gestapu.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit acarus scabiei. Yang betina melakukan kerusakan pada
kulit penderita, pada saat parasit mencari tempat bersarang untuk bertelur, sedangkan yang jantan
berada di permukaan kulit. Biasanya daerah yang dipilihnya mula-mula tempat di antara jari-jari
tangan, dan pergelangan tangan, kaki dan tubuh. Rasa gatal sangat dirasakan, sehingga penderita
mau tidak mau terpaksa menggaruk. Bila diikuti terus, mau rasanya menggaruk terus menerus
sehingga kulit terinfeksi oleh kuman-kuman lainnya yang berada dipermukaan kulit, dan kulit pun
bisa menjadi eksim. Pada kulit timbul bintik-bintik berisi cairan dan tampak sangat kotor.
Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh Von Hebra, bapak dermatologi
modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh benomo pada 1687, kemudian oleh Mellanby
dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama PD II.

I.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian scabies ?
2. Etiologi scabies ?
3. Manifestasi klinis scabies ?
4. Patofisiologi scabies ?
5. Penatalaksanaan scabies ?
6. Asuhan keperawatan dengan kasus scabies ?

I.3 TUJUAN PENULISAN


Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. untuk memahami pengertian scabies ?
2. untuk memahami apa etiologi dari scabies ?
3. untuk memahami apa saja manifestasi klinis pada scabies ?
4. untuk memahami patofisiologi pada scabies ?
5. untuk memahami penatalaksanaan pada scabies ?
6. untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan pada kasus scabies
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Kulit

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi
permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga, lubang-
lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa. Kulit
tersusun dari 3 lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan sub-kutan. Setiap lapisan akan
semakin berdiferensiasi (menjadi masak dan memiliki fungsi yang lebih spesifik) ketika tumbuh
dari lapisan stratum germinativum basalis ke lapisan stratum korneum yang letaknya paling luar.

1. Epidermis

Ada dua jenis sel yang lazimnya terdapat dalam epidermis, yaitu sel-sel Merkel dan Langerhans.
Fungsi sel Merkel belum dipahami dengan jelas, tetapi diperkirakan berperanan dalam lintasan
neuroendokrin epidermis. Sel Langerhans diyakini mempunyai peranan yang signifikan dalam
respons antigen-antigen kutaneus.

Epidermis mengalami modifikasi pada berbagai daerah tubuh yang berbeda. Lapisan ini paling
tebal pada daerah telapak tangan serta kaki, dan mengandung keratin dalam jumlah yang lebih
besar. Ketebalan epidermis dapat meningkat jika bagian tersebut banyak digunakan dan bisa
mengakibatkan pembentukan kalus pada tangan atau klavus (corns) pada kaki.Epidermis terdiri
dari beberapa lapisan sel, yaitu:

1. Stratum Korneum. Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati,
dan mengandung zat keratin. Keratin merupakan protein fibrosus insolubel yang
membentuk barrier paling luar kulit dan memliki kemampuan untuk mengusir
mikroorganisme patogen serta mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh.
Keratin merupakan unsur utama yang mengeraskan rambut dan kuku.
2. Stratum Lusidum. Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-sel sudah
banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus
sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan
terlihat seperti suatu pita yang bening dan batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat.
3. Stratum Granulosum. Stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan, sel-sel tersebut
terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma, terdapat
butir-butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh
karena banyaknya butir-butir stratum granulosum.
4. Stratum Spinosum / Stratum Akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal
da daat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya disebut spinosum karena jika
kita lihat di bawa mikroskop bahwa sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya
poligonal/banyaknya sudut dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel-
selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut ada hubungan antara sel yang lain yang
disebut intercelulair bridges atau jembatan inter seluler.
5. Stratum Basal / Stratum Germinativum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di
bagian basal/ basis, stratum germinativum menggantikan sel-sel yang diatasnya dan
merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di
dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut disusun
seperti pagar (palisade) dibagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut
membran basalis, sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan batas terbawah dari
pada epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tapi bergelombang, pada
waktu korium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit).
Dipihak lain epidermis menonjol ke arah korium, tonjolan ini disebut Rete Ridges atau rete
pegg = Prosesus inter papilaris.

2. Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis
dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutan tapi batas ini tidak jelas, hanya kita ambil
sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak. Dermis terdiri dari 2 lapisan:

1. Bagian atas: Pars Papilaris (stratum papilar), berada langsung di bawah epidermis dan
tersusun terutama dari sel-sel fibroblast yang dapat menghasilkan salah satu bentuk
kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat.
2. Bagian bawah: Retikularis (stratum retikularis), terletak di bawah lapisan papilaris dan juga
memproduksi kolagen serta berkas-berkas serabut elastik.Dermis juga tersusun dari
pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.
Dermis sering disebut sebagai ”kulit sejati”.

3. Hypodermis (Jaringan Subkutan)

Ini merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa yang
memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan ini
memungkinkan mobolitas kulit, perubahan kontur tubuh, dan penyekatan panas tubuh. Lemak atau
gajih akan bertumpuk dan tersebar meurut jenis kelamin seseorang dan secara parsial
menyebabkan bentuk tubuh laki-laki dan perempuan berbeda. Makan yang berlebihan akan
meningkatkan penimbunan lemak di bawah kulit.

Jaringan subkutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan
suhu tubuh. Subkutan terdiri dari kumpulan-kumpulan sel lemak dan diantar gerombolan ini
berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya
terdesak ke pinggir sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikuus
adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan
perempuan tidak sama. Guna penikulus adiposus adalah sebagai shok breker, yaitu pegas / bila
tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan
suhu tubh, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh.

2.2 Fisiologi Kulit

Kulit mempunyai banyak fungsi. Bahan lemak yang bisa larut dapat menembus kulit melalui
folikel rambut dan kelenjar sebasea. Kulit yang atropi atau senil mengandung lebih sedikit folikel
rambut, jadi permeabilitas bahan lemak yang bisa larut melalui kulit berkurang pada saat sudah
lanjut usia. Secara umum, fungsi kulit adalah sebagai berikut:

1. Perlindungan
Kulit yang menutupi sebagaian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2 mm saja, padahal
kulit memberikan perlindungna yang sangat efektif terhadap invasi bakteri dan benda asing
lainnya. Kulit telapak tangan dan kaki yang menebal memberikan perlindungan terhadap pengaruh
trauma yang terus-menerus terjadi di daerah tersebut.

2. Sensibilitas

Ujung-ujung reseptor serabut pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau secara terus-
menerus keadaan lingkungan di sekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk
mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan tekanan (atau sentuhan yang berat). Berbagai ujung
saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda. Meskipun tersebar
diseluruh tubuh, ujung-ujung saraf lebih terkonsentrasi pada sebagian daerah dibandingkan bagian
lainnya. Sebagai contoh, ujung-ujung jari tangan jauh lebih terinervasi ketimbang kulit pada
bagian punggung tangan.

3. Keseimbangan Air

Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan mencegah
hilangnya air dan elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan
kelembaban dalam jaringan subkutan. Bila kulit mengalami kerusakan, misalnya pada luka bakar,
cairan dan elektrolit dalam jumlah besar dalam hilang dengan cepat sehingga bisa terjadi kolaps
sirkulasi, syok, serta kemati

4. Pengaturan Suhu

Tubuh secara terus-menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan yang
memproduksi energi. Panas ini akan hilang terutama lewat kulit. Tiga proses fisik yang penting
terlibat dalam kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan. Proses pertama, yaitu radiasi,
merupakan pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah dan berada pada suatu
jarak tertentu. Proses kedua, yaitu konduksi, merupakan pemindahan panas dari tubuh ke benda
lain yang lebih dingin yang bersentuhan dengan tubuh. Panas yang dipindahkan lewat konduksi
ke udara yang melingkupi tubuh akan dihilangkan melalui proses ketiga, yaitu konveksi, yang
terdiri atas pergerakan massa molekul udara hangat yang meninggalkan tubuh.
Pengeluaran keringat merupakan proses lannya yang digunakan tubuh untuk mengatur laju
kehilangan panas. Pengeluaran keringat tidak akan tejadi sebelum suhu internal tubuh melampaui
37 derajat Celcius tanpa tergantung pada suhu kulit. Pada hawa lingkungan yang sangat panas, laju
produksi keringat dapat setinggi 1L/jam. Dalam keadaan tertentu,misalnya pada stres emosional,
pengeluaran keringat dapat terjadi secara refleks dan tidak ada hubungannya dengan keharusan
untuk menghilangkan panas dari tubuh.

5. Produksi Vitamin

Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis
vitamin D. Vitamin D merupakan unsur esensial untuk mencegah penyakit riketsia, suatu keadaan
yang terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalsium serta fosfor dan yang menyebabkan deformita
tulang.

6. Fungsi Respon Imun

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa sel dermal merupakan komponen penting
dalam sistem imun. Penelitian yang masih berlangsung harus mendefinisikan lebih jelas peranan
sel-sel dermal ini dalam fungsi imun.

1.3 PENGERTIAN SCABIES

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sesnsitisasi
terhadap sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya. (Prabu: 1996).
Penyakit infeksi kulit menular dengan menifestasi keluhan gatal pada lesi terutama pada waktu
malam hari yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei var hominis.(Soedarto: 1996)
Pada pengkajian anamnese, penyakit ini sering didapatkan pada orang-orang miskin yang
hidup dengan kondisi hiegien dibawah standar, walapun juga sering terdapat diantara orang-
orang yang sangat bersih. Pada pengkajian riwayat bisa didapatkan dalam satu
rumah/komunitas yang terkena lebih dari 1 pasien.
Skabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual-aktif. Namun demikaian, infestasi
parasit ini tidak bergantung pada aktifitas seksual karena kutu tersebut sering menjangkit jari-
jari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal
semalaman dengan teman yang terinfeksi atau saling bergantian pakain dengannya dapat
menjadi sumber infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan
pasien skabies juga dapat terinfeksi.
Kutu betina yang dewasa akan menbuat terowongan pada lapisan superfisial kulit dan berada
disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dari persendian kaki
depannya, kutu tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya dua hingga
tiga butir setiap hari sampai selama 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva (telur)
menetas dalam waktu 3 sampai 4 hari dan berlanjut memasuki stadium larva, kemudian nimfa
menjadi bentuk kutu dewasa dalam tempo sekitar 10 hari.
Diperlukan waktu kurang lebih 4 minggu sejak terjadi kontak hingga timbul gejala pada pasien.
Pasien akan mengeluhkan gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat terhadap
kutu atau butiran fesesnya. Pada pemeriksaan, pasien ditanyakan dimana gatal-gatal tersebut
terasa paling hebat. Terowongan yang dibuat oleh kutu skabies dapat berupa lesi yang multiple,
lurus, atau gelombang, berwarna coklat atau hitam dan menyerupai benang, yang terlihat
terutama diantara jari jari tangan, serta pada pergelangan tangan.
Lokasi lainya adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinngir kaki, ujung-ujung sendi siku,
daerah disekitar puting susu, lipatan aksila, dibawah payudarah yang menggantung, dan pada
atau didekat lipat paha atau lipat gluteus, serta penis atau skrotum.
1.4 ETIOLOGI
2. Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik sarcoptes
scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian
perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang
berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam
lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu
singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan
yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu,
penderita mengalami rasa gatal.(Keperawatan Medikal Bedah, 2002). Sarcoptes
scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, super famili Sarcoptes. Pada
manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. Scabieiyang lain,
misalnya kambing dan babi.
3. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna puith kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan
yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat, dan 2
pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan
kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus
hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit,
yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk
betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya
dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat
tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus
hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
3.3 MANIFESTASI KLINIS

- Pruritus nokturna ( gatal pada malam hari ) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu yang lebih lembab dan panas.
- Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota
keluarga.
- Adanya terowongan ( kunikulus ) pada tempat – tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu – abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata – rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit
menjadi polimorfi ( pustull, ekskoriasi dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan
stratum korneum tipis, yaitu sela – sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong,
genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan
telapak kai bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul
pada kuli kepala dan wajah.
- Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostic
Pada pasien dengan hygiene terjaga, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis
kadangkala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, maka dapat timbul likenifikasi,
impetigo, dan furunkulosis.
3.4 PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga
terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal
yang terjadi disebabkan leh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat it kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang
terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

Pathway ????

3.5 KOMPLIKASI

Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat
garukan.Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel.Infeksi
bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada
ginjal.Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan,
baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
• Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan
menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal.Urtikaria
dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20
menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain.
• Infeksi sekunder
• Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel). Pada kulit yang terkena
akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar folikel rambut tampak beruntus-
beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu mengering dan membentuk keropeng.
• Furunkel
Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan
subkutaneus di sekitarnya.Paling sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan
bokong.Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung atau telinga atau pada jari-jari
tangan.Furunkel berawal sebagai benjolan keras bewarna merah yang mengandung nanah.
Lalu benjolan ini akan berfluktasi dan ditengahnya menjadi putih atau kuning (membentuk
pustula). Bisul bisa pecah spontan atau mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit
darah.
• Infiltrat
• Eksema infantum
Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang
umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak.Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak
tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:

1. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk, seprai
maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan
rantai penularan.
4. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit yang mengelupas
dan kemudian kulit dibiarkan kering.
5. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk dan pakaian yang
habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas kalau perlu direbus dan
dikeringkan dengan alat pengering panas.
6. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat,
ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari serta menjaga kebersihan
diri anggota keluarga dengan baik.
Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat dilakukan
penatalakasanaan medis.

Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi
dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh
dan murah. Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk
penderita yang hiposesitisasi).

Jenis obat topikal:

1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi
dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman efektif.
Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang dari tiga hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian, dan dapat menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang semakin
gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam bentuk krim atau
losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stdium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya hanya cukupt
sekali setiap 8 jam. Jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian. Pengguanaan yang
berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak jika
digunakan berlebihan , dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunaka
untuk ibu menyusui dan wanita hamil.
4. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim atau losio mempunyai
dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
Krim (eurax) hanya efektif pada 50-60 % pasien. Digunakan selama 2 malam beruturut-
turut dan dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir, kemudian digunakan lagi 1
minggu kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan
berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus di
tambahkan air 2-3 bagian.
5. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal. Pengguanaanya selama 8-12
jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Merupakan obat yang paling efektif dan aman
karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas rendah pada
manusia. Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik, hanya perlu
ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi
sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan dahulu ( pernah menderita penyakit sejenis )
3. Riwayat alergi kulit, reaksi alergi makanan, obat serta zat kimia dan riwayat kanker kulit
4. Kaji kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membran mukosa, kulit kepala dan kuku
5. Kaji vital sign
6. Kaji riwayat imunisasi
7. Kaji nyeri
8. Kaji nutrisi
9. Riwayat kesehatan sekarang ( pernah kontak dengan penderita sejenis, adakah penderita yang
sama di lingkungan penderita, sudah dan beberapa lama menderita, kapan gejala terasa. )
3.2 DIAGNOSA KEPPERAWATAN
1. Kerusakan integritas jaringan
2. Nyeri akut
3. Resiko infeksi
3.3 INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Kerusakan Integritas jaringan : kulit Pemberian obat kulit
integritas jaringan Ditingkatkan ke 4 Aktivitas:
kulit Indikator: 1. Catat riwayat medis dan
1. Suhu kulit riwayat alergi.
2. Sensasi 2. Tentukan pengetahuan
3. Elastisitas pasien mengenai
4. Tekstur medikasi dan
5. Integritas kulit pemahaman pasien
6. Pengelupasan kulit mengenai pemberian
obat.
3. Tentukan kondisi kulit
pasien di atas area
dimana obat akan
diberikan.
4. Buang sisa obat
sebelumnya dan
bersihkan kulit.
5. Berikan obat di atas kulit
sesuai kebutuhan.
6. Monitor adanya efek
samping lokal dari
pemberian obat.
1. Dokumentasikan pemberian
obat dan respon pasien.

2. Resiko infeksi Kontrol Resiko: Proses Infeksi Perlindungan Infeksi


Dipertahankan ke 4 Aktivitas:
1. Mengidentifikasi tanda 1. Monitor adanya tanda
dan gejala infeksi dan gejala infeksi
2. Mengidentifikasi sistemik dan local.
strategi untuk 2. Monitor kerentanan
melindungi diri dari terhadap infeksi.
orang lain yang 3. Berikan perawatan kulit
terkena infeksi yang tepat untuk area
3. Memonitor perilaku yang mengalami infeksi.
diri yang berhubungan 4. Periksa kulit dan selaput
dengan resiko infeksi lendir untuk adanya
4. Memonitor factor di kemerahan, kehangatan
lingkungan yang ekstrim, atau drainase.
berhubungan dengan 5. Anjurkan istirahat .
resiko infeksi
5. Mempraktikan strategi 6. Instruksikan pasien
efektif untuk untuk minum antibiotic
mengontrol infeksi yang diresepkan.
6. Memonitor perubahan 7. Ajarkan pasien dan
status kesehatan anggota keluarga
7. Melakukan tindakan bagimana cara
segera untuk menghindari infeksi.
mengurangi resiko 8. Lapor dukaan infeksi
pada personil pengendali
infeksi dari air, udara.
7.
BAB IV

APLIKASI KASUS SEMU

4.1 Kasus

Klien mengatakan 5 hari sebelum masuk RS mengalami gatal yang sangat hebat di bagian
ketiak kanan dan kiri . dan gatalnya terjadi setiap malam saja sehingga pada malam hari pasien
tidak bias tidur karena gatal-gatal. setelah 1 hari dirawat di RS dipastikan klien mengalami scabies
akibat oleh kutu.dan lokasi gatal selalu melebar dan gatal secara terus menerus. klien mengatakan
saat gatal klien langsung mengambil barang runcing/tajam untuk menggaruk

A. IDENTITAS KLIEN
1) Pasien
Inisial : Tn .”K”
Umur : 53 tahun
Pendidikan : smp
Pekerjaan : buruh
Status Pernikahan : menikah
Alamat : km 16 sebogor
Diagnosa Medis : Scabies
No. Reg / Rm : 215384

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny”S”
Umur : 48 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : turut suami
Status Pernikahan : menikah
Alamat : km 16 sebogor
B. PENGKAJIAN
1) Alasan utama datang ke rumah sakit : klien mengatakan gatal yang tidak sembuh-sembuh
2) Keluhan Utama ( Saat dikaji ) : klien mengeluh gatal pada ketiak
3) Riwayat perjalan penyakit saat ini ( P,Q,R,S,T )
Klien mengatakan 5 hari sebelum masuk RS mengalami gatal yang sangat hebat di bagian
ketiak kanan dan kiri . dan gatalnya terjadi setiap malam saja . setelah 1 hari dirawat di RS
dipastikan klien mengalami scabies akibat oleh kutu.dan lokasi gatal selalu melebar dan gatal
secara terus menerus.
Riwayat penyakit dahulu : Klien mengatakan tidak ada riwayat sakit masa lalu
4) Riwayat penyakit keluarga : klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita poenyakit ini
5) Riwayatan Pengobatan dan alergi :
a. Riwayat pengobatan : Sebelum kerumah saki klien mengatkan pergi ke puskesmas terdekat
b. Riwayat alergi : Klien mengatakan tidak ada alergi

C. PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran : GCS ; E; 4 M; 6 V; 3 = 1 , Compos mentis : klien dalam keadaan sadar penuh
Vital Sign :
- Tekanan Darah : 120/90 mmHg
- Tekanan Nadi : 84 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu Tubuh : 36 °C
Sakit / Nyeri : gatal pada daerah yang bermasalah
Status Gizi : Berat badan klien dalam kondisi ideal
Sikap : klien mengatakan saat gatal klien langsung mengambil barang
runcing/tajam untuk menggaruk
Masalah Keperawatan : gatal pada daerah ketiak
2. Pemeriksaan Khusus
Kulit
Warna : Warna kulit anemis
Tugor : Tugor kulit elastis
Tekstur : Tekstur kulit elastis
Kelembapan : Kelembapan kulit basah
Memar/Luka : terdepat luka akibat bekas garukan
Kebersihan : kebersihan kulit kurang
Masalah keperawatan : kebersihan kulit kurang
Ada luka bekas garuka
Kepala
Bentuk : Bentuk kepala simetris kiri dan kanan
Warna Rambut : Warna rambut hitam
Distribusi : Distribusi rambut hitam merata
Tekstur : Tekstur kulit halus
Kualitas : Berbau dan Berminyak
Kebersihan : Kebersihan rambut tidak bersih karna berminyak
Masalah Keperawatan : Timbul ketombe

Bentuk mata : Mata tidak simetris, mata kanan mengalami kecacatan


Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis (berwarna merah jambu)
Sklera : Sklera mata putih
Reaksi cahaya : Dapat berkedip bila ada rangsangan cahaya
Pupil : Pupil isokator
Visus : 6/6
Kebersihan : kebersihan mata cukup bersih
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

Hidung
Bentuk : Simetris,tidak ada kelainan
Kebersihan : Cukup bersih di area hidung
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

Telinga
Bentuk : Simetris, telinga kanan kiri
Pendengaran : Dapat mendengar dengan jelas
Kebersihan : Cukup bersih pada area telinga
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

Mulut dan Tenggorokan


Mukosa bibir : Simetris antara bibir atas dan bawah
Bibir : Bibir normal
Sakit menelan : Sakit ketika menelan
Lidah : Tidak dapat membedakan rasa ( campah )
Tonsil : Normal ( tidak ada penyakit )
Kebersihan : Cukup bersih pada area mulut dan tenggorokan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
Leher
Bentuk : Simetris kiri dan kanan tampak seimbang
Kelenjar tiroid : Normal ( Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid )
Vena jugularis : Tidak ada peningkatan vena jugularis
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

Dada
Jantung
Inpeksi : Ictus cordis tampak terlihat
Palpasi : Vocal premitus HR : 80 x/ menit
Perkusi : Sonor Suara perkusi jaringan paru yang normal
Auskultasi : Irama teratur, tidak ada suara tambahan

Paru-paru
Inpeksi : Simetris, tidak ada kelainan ( ) RR: 20 x/ menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor, suara perkusi jaringan paru yang normal
Auskultasi : Vesikuler bunyi, pernapasan normal
Kebersihan : bersih
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

Abdomen
Inpeksi : Bentuk : semitris, tidak ada pembesaran
Auskultasi : Peristaltik :4 x/menit
Palpasi : ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani bunyi perkusi perut redup
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

Genetalia
Penis : Normal
Srotum dan testis : Normal
Anus : Tidak terdapat pelebaran pena
Kebersihan : Kebersihan pada genetalia bersih
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

Ekstremitas atas dan bawah


Rentang gerak : Tidak terdapat keterbatasan gerak
Kekuatan otot : Skala 5 kekuatan utuh
Nyeri sendi : Tidak ada nyeri sendi
Edema : Tidak ada edema
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

 Rencana Keperawatan

No Data penunjang Etiologi Masalah


Keperawatan
1 o

2 DS : Gatal hebat Gangguan


o Klien mengatakan tidak ↓ pola tidur
bisa tidur menggaruk
DO : ↓
o Klien tampak sering Tidak bias istirahat tenang
menggaruk ↓
o Klien tampak tidak bias Gangguan pola tidur
tidur
o TD : 120/90 mmHg
o Nadi : 84 x/menit
o RR : 20
o T : 36 C
3 Ds : Pendidikan rendah Kurang
o Klien mengatakan tidak ↓ pengetahuan
tahu jelas penyakit ini Informasi terbatas

Do : Kurang pengetahuan
o Klien tampak bingung
ketika dikaji

You might also like