Professional Documents
Culture Documents
INKONTINENSIA URINE
Inkontinensia urine merupakan pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup
banyak, Sehingga dapat dianggap merupakan masalah bagi seseorang.
Keadaan ketika individu mengalami inkontinensia karena kesulitan dalam mencapai atau
ketidakmampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Batasan karakteristik :
Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter yang dapat diprediksi tanpa
sensasi dorongan, berkemih, atau kandung kemih penuh.
Batasan karakteristik :
Kehilangan sensasi penuh kandung kemih atau desakan berkemih sebagian atau komplet.
Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter segera pada peningkatan tekanan
intraabdominal.
Batasan karakteristik :
Individu melaporkan penurunan urine(biasanya kurang dari 50 cc) yang terjadi karena peningkatan
tekanan abdominal akibat berdiri, bersin, batuk, berlari, atau mengangkat beban berat.
4. Inkontinensia urine total :
Keadaan ketika individu mengalami urine terus menerus yang tidak dapat di perkirakan, tanpa
distensi atau tidak menyadari kandung kemih penuh.
Batasan karakteristik :
Keadaan ketika individu mengalami pengeluaran urine involunter yang dihubungkan dengan
keinginan kuat dan tiba-tiba untuk berkemih.
Batasan karakteristik :
I. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
inkontinensia pada umumnya biasanya sering atau cenderung terjadi pada lansia (usia ke atas 65
tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi tidak menutup kemungkinan lansia laki-laki juga
beresiko mengalaminya.
b. Riwayat kesehatan
Meliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan saat ini. Berapakah
frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang mendahului inkonteninsia (stres, ketakutan,
tertawa, gerakan), masukan cairan, usia/kondisi fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan
berkenaan dengan waktu miksi. Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih sebelum
terjadi inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan.
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa dengan klien dan
apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan, penyakit ginjal bawaan/bukan bawaan.
c. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Klien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi peningkatan karena respon dari terjadinya
inkontinensia
Pemeriksaan Sistem :
a. B1 (breathing)
Kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplai oksigen menurun. kaji
ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi.
b. B2 (blood)
c. B3 (brain)
d. B4 (bladder)
Inspeksi :periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat karena adanya aktivitas
mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta disertai keluarnya darah apabila ada lesi pada
bladder, pembesaran daerah supra pubik lesi pada meatus uretra,banyak kencing dan nyeri saat
berkemih menandakan disuria akibat dari infeksi, apakah klien terpasang kateter sebelumnya.
Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / pelvis, seperti rasa terbakar di urera luar
sewaktu kencing / dapat juga di luar waktu kencing.
e. B5 (bowel)
Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan abdomen, adanya
ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan palpasi pada ginjal.
f. B6 (bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitas yang lain, adakah nyeri
pada persendian.
d. Data penunjang
a. Urinalisis
o Hematuria.
o Poliuria
o Bakteriuria.
b. Pemeriksaan Radiografi
o VCUG (Voiding Cystoufetherogram), mengkaji ukuran, bentuk, dan fungsi VU, melihat adanya
obstruksi (terutama obstruksi prostat), mengkaji PVR (Post Voiding Residual).
c. Kultur Urine
o Steril.
o Organisme.
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien inkontinensia adalah sebagai berikut :
1. Inkonteninsia stress berhubungan dengan kelemahan otot pelvis dan struktur dasar
penyokongnya.
2. Inkontinensia Urine : Refleks yang berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemih dan
kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih
3. Inkontinensia Urine : Dorongan yang berhubungan dengan gangguan implus eferen inhibitor
sekunder akibat disfungsi otak atau medulla spinalis
4. Resiko disrefleksia yang berhubungan dengan stimulasi reflex dari system saraf simpatis sekunder
akibat kehilangan control autonomic
6. Resiko Kerusakan Integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine
7. Resiko Isolasi Sosial berhubungan dengan keadaan yang memalukan akibat mengompol di depan
orang lain atau takut bau urine
1. Diagnosa I
Tujuan :
Intervensi :
o Kaji kebiasaan pola berkemih dan dan gunakan catatan berkemih sehari,
o Intruksikan klien batuk dalam posisi litotomi, jika tidak ada kebocoran, ulangi dengan posisi klien
membentuk sudut 45, lanjutkan dengan klien berdiri jika tidak ada kebocoranyang lebih dulu.
o Pantau masukan dan pengeluaran, pastikan klien mendapat masukan cairan 2000 ml, kecuali harus
dibatasi.
o Ajarkan klien untuk mengidentifikasi otot dinding pelvis dan kekuatannya dengan latihan
o Kolaborasi dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan tentukan kemungkinan perubahan
obat, dosis / jadwal pemberian obat untuk menurunkan frekuensi inkonteninsia.
2. Diagnosa 2
Tujuan :
Berkemih dengan urine jernih tanpa ketidaknyamanan, urinalisis dalam batas normal, kultur urine
menunjukkan tidak adanya bakteri.
Intervensi :
a. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasien inkontinensia, cuci daerah
perineal sesegera mungkin.
b. Jika di pasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2x sehari (merupakan bagian dari
waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur) dan setelah buang air besar. R: Kateter memberikan
jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
c. Ikuti kewaspadaan umum (cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung, pemakaian sarung
tangan), bila kontak dengan cairan tubuh atau darah yang terjadi (memberikan perawatan perianal,
pengososngan kantung drainse urine, penampungan spesimen urine). Pertahankan teknik asepsis
bila melakukan kateterisasi, bila mengambil contoh urine dari kateter indwelling.
d. Kecuali dikontraindikasikan, ubah posisi pasien setiap 2jam dan anjurkan masukan sekurang-
kurangnya 2400 ml / hari. Bantu melakukan ambulasi sesuai dengan kebutuhan.
R: Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman. Karena jumlah sari buah berri diperlukan untuk
mencapai dan memelihara keasaman urine. Peningkatan masukan cairan sari buah dapat
berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.
3. Diagnosa 3
Resiko Kerusakan Integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine
Tujuan :
Suhu 37° C.
Intervensi :
b. Ganti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdeteksi. Yakinkan kulit bersih dan kering
sebelum memasang wafer yang baru. Potong lubang wafer kira-kira setengah inci lebih besar dar
diameter stoma untuk menjamin ketepatan ukuran kantung yang benar-benar menutupi kulit
periostomal. Kosongkan kantung urostomi bila telah seperempat sampai setengah penuh.
R: Peningkatan berat urine dapat merusak segel periostomal, memungkinkan kebocoran urine.
Pemajanan menetap pada kulit periostomal terhadap asam urine dapat menyebabkan kerusakan
kulit dan peningkatan resiko infeksi.
4. Diagnosa 4
Resiko Isolasi Sosial berhubungan dengan keadaan yang memalukan akibat mengompol di depan
orang lain atau takut bau urine
Intervensi :
a. Yakinkan apakah konseling dilakukan dan atau perlu diversi urinaria, diskusikan pada saat
pertama.
R: Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan pasien / orang terdekat tentang situasi
individu dan Pasien menerimanya(contoh; inkontinensia tak sembuh, infeksi)
b. Dorong pasien / orang terdekat untuk mengatakan perasaan. Akui kenormalan perasaan marah,
depresi, dan kedudukan karena kehilangan. Diskusikan “peningkatan dan penurunan” tiap hari yang
dapat terjadi setelah pulang.
R: Memberikan kesempatan menerima isu / salah konsep. Membantu pasien / orang terdekat
menyadari bahwa perasaan yang dialami tidak biasa dan bahwa perasaan bersalah pada mereka
tidak perlu / membantu. Pasien perlu mengenali perasaan sebelum mereka dapat menerimanya
secara efektif.
c. Perhatikan perilaku menarik diri, peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada
asuhan.
R: Dugaan masalah pada penyesuaian yang memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih efektif.
Dapat menunjukkan respon kedukaan terhadap kehilangan bagian / fungsi tubuh dan kawatir
terhadap penerimaan orang lain, juga rasa takut akan ketidakmampuan yang akan datang /
kehilangan selanjutnya pada hidup karena kanker.
d. Berikan kesempatan untuk pasien / orang terdekat untuk memandang dan menyentuh stoma,
gunakan kesempatan untuk memberikan tanda positif penyembuhan, penampilan, normal, dsb.
R: Meskipun integrasi stoma ke dalam citra tubuh memerlukan waktu berbulan-bulan / tahunan,
melihat stoma dan mendengar komentar (dibuat dengan cara normal, nyata) dapat membantu
pasien dalam penerimaan ini. Menyentuh stoma meyakinkan klien / orang terdekat bahwa stoma
tidak rapuh dan sedikit gerakan stoma secara nyata menunjukkan peristaltic normal.
e. Berikan kesempatan pada klien untuk menerima keadaannya melalui partisipasi dalam perawatan
diri.
f. Pertahankan pendekatan positif, selama aktivitas perawatan, menghindari ekspresi menghina atau
reaksi mendadak. Jangan menerima ekspresi kemarahan pasien secara pribadi.
R: Membantu pasien / orang terdekat menerima perubahan tubuh dan menerima akan diri sendiri.
Marah paling sering ditunjukkan pada situasi dan kurang kontrol terhadap apa yang terjadi (tidak
terduga), bukan pada pemberi asuhan.
g. Rencanakan / jadwalkan aktivitas asuhan dengan orang lain.
R: Meningkatkan rasa kontrol dan memberikan pesan bahwa pasien dapat mengatasinya,
meningkatkan harga diri.
h. Diskusikan fungsi seksual dan implan penis, bila ada dan alternatif cara pemuasan seksual.
R: Pasien mengalami ansietas diantisipasi, takut gagal dalam hubungan seksual setelah pembedahan,
biasanya karena pengabaian, kurang pengetahuan. Pembedahan yang mengangkat kandung kemih
dan prostat (diangkat dengan kandung kemih) dapat mengganggu syaraf parasimpatis yang
mengontrol ereksi pria, meskipun teknik terbaru ada yang digunakan pada kasus individu untuk
mempertahankan syaraf ini.
5. Diagnosa 5
Tujuan :
Intervensi :
a. Berikan kesempatan kepada klien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan dan
harapannya. Perbaiki konsep yang salah.
R: Kemapuan pemecahan masalah pasien ditingkatkan bila lingkungan nyaman dan mendukung
diberikan.
Sifat penyakit.
Bila informasi harus diberikan selama episode nyeri, pertahankan intruksi dan penjelasan singkat
dan sederhana. Berikan informasi lebih detail bila nyeri terkontrol. R: Pengetahuan apa yang akan
dirasakan membantu mengurangi ansietas, nyeri mempengaruhi prose belajar.
WOC
DAFTAR PUSTAKA
• Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Jakarta, EGC. 2006
• http;/medicastore.com/penyakit/602/inkontinensia_Uri.html
• http:/www.majalah-farmacia.com/rubric/one_finenews.asp?IDNews=40