You are on page 1of 8

FILOSOFI PENDIDIKAN KLINIK

Nama : Arif Munandar Hari : Kamis, 12 April 2018


NPM : 20171050028
Peminatan : Keperawatan Jiwa
Blok : Blok Clinical Teaching

Assalamu'alaikum, Pada topik ini kita akan akan berdiskusi tentang filosofi pendidikan klinik.
Coba dijelaskan:
a. Pentingnya Filosofi Dalam Pendidikan
Tercapainya suatu cita cita umum jangka panjang perkembangan manusia Indonesia
seutuhnya dalam masyarakat bangsa yang damai, lebih demokratis, terbuka, lebih cerdas, sehingga
permasalahan pendidikan nasional yang fokusnya pada masalah kualitas dan efisien dapat tercapai,
seperti kualitas manusia Indonesia, pemerataan pendidikan, relevansi pendidikan, kualitas pendidikan,
efisiensi dan efektivitas pendidikan (Dikutip dari Buku berjudul filosofi dan teori pendidikan
untuk membangun pendidikan kearah masyarakat Indonesia baru karangan Prof. Dr. H.
Waini Rasyidin, M.Ed. Universitas Pendidikan Indonesia, tahun 2000)
Filosofis pendidikan adalah filosofis yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan praktek
pendidikan. Dalam pendidikan mesti terdapat studi pendidikan dan praktek pendidikan. Melalui studi
pendidikan akan diperoleh pemahaman tentang landasan-landasan pendidikan, yang akan dijadikan
titik tolak praktek pendidikan. Dengan demikian, landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi
pendidikan tersebut, dapat dijadikan titik tolak dalam rangka studi pendidikan yang bersifat filsafiah,
yaitu pendekatan yang lebih komprehensif, spekulatif, dan normatif. Indonesia menganut landasan
filosofis pancasila, dimana pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa dan Dasar Negara Republik Indonesia (Dikutip dari Buku
Suyitno,Y.2009.Landsan Filosofi Pendidikan. Bandun :Universitas Pendidikan Indonesia ).
b. Filofosofi, Teori Atau Model Yang Digunakan Dalam Pendidikan Klinik Keperawatan
1. Filosofi
Ditinjau dari sudut filsafat ilmu, philosophy of science, secara umum cabang ilmu
pengetahuan dibedakan menurut hal hal yang diketahuinya (ontology), epistemology dan aksiologi.
Berdasarkan kajian aspek ontologi, setiap disiplin ilmu harus memiliki objek forma dan objek
materia terkait wujud yang akan menjadi fokus penelaahannya. Objek materia i l m u
keperawatan adalah manusia yang tidak dapat berfungsi secara sempurna
dalamkaitannya dengan kondisi kesehatan dan proses pen yembuhan. Titik
fokus dalam keperawatan adalah respon manusia terhadap ketidakseimbangan
yang dapat ditanganidengan asuhan keperawatan. E p i s t e m o l o g i m e r u p a k a n a s a s
y a n g b e r k a i t a n d e n g a n c a r a m e m p e r o l e h d a n menyusun materi pengetahuan
menjadi suatu ilmu dengan metode ilmiah yang memproses pengetahuan dalam tiga aspek yaitu
keabsahan, kebenaran dan penyusunan. Ilmu, ditinjau dari aspek aksiologi
m e r u p a k a n c a r a p e n g g u n a a n / p e m a n f a a t a n pengetahuan ilmiah untuk kemaslahatan
umat manusia. Secara aksiologi keperawatanmerupakan bagian integral dari layanan
kesehatan yang tidak hanya memiliki tanggung jawab profesional tetapi juga tanggung
jawab sosial yang disertai sikap moral yang luhur (Butts, Janie Bonds, Karen Saucier Lundy.
2003.Teaching Philosophy of Science in Nursing Doctoral Education . D a l a m Journal
of Nursing Scholarship d i a k s e s t a n g g a l 6 September 2012).
2. Teori
a. Teori jean Watson “ P h i l o s o p h i c a l a n d S c i e n c e o f C a r i n g “ .
Focus utama dalam keperawatan adalah pada carative factor dimana ia berasal dari Humanistik
perpective yang dikombinasikan dengan dasar ilmu pengetahuan ilmiah. Untuk perawat
pengembangan humanistic filisofi dan system nilai, serta latar belakang seni yang kuat itu
perlu. Filososfi dan system nilai akan memberikan fondasi yang kokoh untuk ilmu asuhan
keperawatan. Dasar seni dapat membantu perawat untuk mengembangkan visi mereka serta
nilai-nilai dunia dan untuk mengembangkan ketrampilan berfikir kritis. Pengembangan
ketrampilan ini dibutuhkan dalam asuhan keperawatan dimana focusnya lebih kepada
peningkatan kesehatan daripada pengobatan penyakit. Watson mengemukakan teori
philosophycal and science caring yang berada pada level metateori, dimana dalam aplikasinya
didukung dengan teorinya yang lain yaitu clinical caritas caring yang lebih aplikatif dalam
proses asuhan keperawatan.
b. Teori keperawatan dari Wiedenbach “the helping art of clinical nursing”. Perhatian
utamanya adalah kepeda aspek kiat (praktik) dari keperawatan. Menurut Wiedenbach
keperawatan klinik (clinical nursing) mempunyai empat komponen, yaitu filsafat ( philosophy),
kemanfaatan/kegunaan (purpose), praktik, dan kiat (art). Pandangan ini yang melandasi
pendapatnya bahwa pada praktik keperawatan terdapat tiga kegiatan, yaitu:
a. Mengidentifikasi kebutuhan klien/pasien.
b. Melaksanakan bantuan yang diperlukan; dan
c. Mengevaluasi dan menyatakan (mensahkan) bahwa bantuan yang diberikan memang
bermanfaat. (http://anikindriono.blogspot.co.id/2011/04/teori-dan-model-praktik
keperawatan. html. teori dan model konseptual keperawatan Ernestine
Wiedenbach diakses : Kamis, April 07, 2011)
c. Teori Sister Callista Roy
Roy memandang individu sebagai makhluk bio-psiko-sosial yang harus dilihat sebagai suatu
kesatuan yang utuh yang secara terus menerus berinteraksi dengan lingkungan, berespon
terhadap lingkungan, dan beradaptasi dengan lingkungan. Keperawatan dilihat sebagai kegiatan
atau tindakan yang ditujukan pada upaya menghilangkan stimuli dan memacu kemampuan
adaptasi dari individu. Model keperawatan yang dikembangkannya selanjutnya dikenal sebagai
“adaptation model”. Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep
keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta
nilai-nilai yang dimilikinya diantaranya:
1. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi, dan social yang selalu berinteraksi dengan
lingkungannya.
2. Untuk mencapai suatu hemostasis atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi sesuai
dengan perubahan yang terjadi.
3. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh Roy, diantaranya:
a. Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan mempunyai
pengaruh kuat terhadap seorang individu.
b. Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik stimulus internal
maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur
secara subjektif.
c. Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan cirri tambahan yang ada atau sesuai
dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
4. Sistem adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya: 1) fungsi fisiologis, komponen
system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas
dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologist dan fungsi
endokrin; 2) Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-
pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain; 3) fungsi peran merupakan
proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal
pola-pola interaksi dalam berhubungan dengan orang lain; 4) interdependen merupakan
kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan
melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
5. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu
melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan untuk meningkatkan respon adaptif.
Ringkasnya pandangan Roy mengemukakan bahwa individu sebagai makhluk biopsikososial
dan spiritual sebagai suatu kesatuan yang utuh memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan sehingga individu selalu berinteraksi terhadap perubahan
lingkungan. Asumsi dasar indivisu mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan psikososial,
setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positip maupun negative. Roy
berpendapat bahwa ada empat elemen penting dalam model adaptasi keperawatan, yakni
keperawatan, tenaga kesehatan, lingkungan, dan sehat.
d. Teori Virginia Henderson
Teori Henderson berfokus pada individu , bahwa jasmani (body) dan rohani (mind) tidak
dapat dipisahkan. Menurut pendapat Henderson, manusia adalah unik dan tidak ada manusia
yang sama. Kebutuhan dasar individu tercermin dalam 14 komponen dari asuhan keperawatan
dasar (basic nursing care). Virginia Henderson (1966) mengidentifikasi 14 komponen dalam
asuhan keperawatan dasar (basic nursing care) pada tingkat asuhan individual, mengacu kepada
aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dari seseorang; perawat membantunya dengan fungsi-
fungsi ini, atau membuat kondisi sehingga memungkinkan ia melakukan hal-hal berikut:
1. Bernapas normal
2. Minum dan makan secukupnya/adekuat
3. Eliminasi melalui berbagai cara eliminasi.
4. Bergerak dan menjaga sikap/memelihara postur tubuh yang menyenangkan (berjalan, duduk,
berbaring dan bertukar dari posisi ke posisi lain).
5. Tidur dan istirahat
6. Memilih pakaian yang sesuai, berpakaian dan tidak berpakaian.
7. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal melalui penyusuaian pakaian dan
memodifikasi lingkungan.
8. Menjaga tubuh bersih, terawat baik, dan melindungi kulit.
9. Menhindari bahaya di lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain.
10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kecemasan, dan
lain sebagainya.
11. Mengerjakan sesuatu yang memberikan perasaan menyelesaikan sesuatu (sense of
accomplishment).
12. Melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
13. Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi.
14. Belajar menemukan atau memenuhi rasa ingin tahu yang menuju kepada pertumbuhan normal
dan sehat. Klien dilihat sebagai individu yang memrlukan bantuan menuju kemandiriannya, dan
asuhan keperawatan bertujuan memandirikan klien. Virginia Henderson mendefinisikan
Keperawatan terutama membantu individu sakit atau sehat, di dalam melaksanakan aktivitas
yang menunjang kesehatan atau penyembuhannya (meninggal dengan tenang) yang akan
dilakukan tanpa bantuan jika ia memiliki kekuatan, kemauan atau pengetahuan yangdiperlukan,
kontribusi keperawatan yang unik membantu individu agar tidak bergantung pada bantuan.
3. Model experiential learning
Memanfaatkan pengalaman baru dan reaksi mahasiswa terhadap pengalamannya untuk
membangun pemahaman dan transfer pengetahuan, keterampilan, serta sikap. Kesesuaian model
ini dapat dilihat pada tahapan pembelajaran klinik experiential yang diawali dengan karakteristik
peserta didik sebagai sebagai faktor yang mempengaruhi proses tahap awal pembelajaran klinik
experiential yakni peserta didik telah mengalami suatu kejadian pembelajaran kemudian. Aplikasi
model pembelajaran klinik experiential keperawatan gawat darurat ini tidak hanya berupa satu
metode pembelajaran saja melainkan menggunakan beberapa metode pembelajaran klinik seperti
metode penugasan klinik, observation, case study, dan metode bed side teaching. Model
pembelajaran klinik experiential ini dapat diterapkan dengan baik dan terstruktur, apabila disertai
dengan adanya media atau alat bantu pembelajaran berupa buku panduan atau modul
pembelajaran yang berisi tentang aktifitas mahasiswa dan pembimbing klinik pada setiap tahapan
pembelajaran klinik experiential. Hasil temuan penelitian ini sesuai dengan teori sistem pendidikan
terdiri atas input, proses, dan output, setiap komponen harus berfungsi dengan baik dan selaras
dengan komponen lain, agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara
optimal (Pannen, 2001; Dirjen Dikti, 2014). Pembelajaran klinik experiential dipengaruhi oleh
karakteristik peserta didik, pengamatan, proses berpikir, dan perilaku belajar baik langsung
maupun tidak langsung. Model pembelajaran klinik experiential ini mempunyai prediksi yang baik,
dan apabila diaplikasikan dapat meningkatkan capaian pembelajaran klinik keperawatan gawat
darurat. Keberhasilan pembelajaran klinik experiential pada model ini bergantung pada
karakteristik peserta didik dan perilaku belajar. (Dikutip dari Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.
10, No. 2, Agustus 2017, Hal 180-187. Arif Helmi Setiawan1, Ah. Yusuf2, Hanik Endang
Nihayati2. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KLINIK EXPERIENTIAL TERHADAP
CAPAIAN PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN KLINIK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
MAHASISWA NERS).

c. Elemen Dalam Pendidikan Klinik Keperawatan


Salah satu teori yang berlaku didalam ilmu keperawatan, yakni teori Ernestine Wiedenbach. Yang
dimana teori ini dikemukakan oleh seorang nurse-midwife yang berkualifikasi sebagai perawat dan
kemudian menjadi nurse-midwife. Didalam teorinya, Ernestine memberikan dampak yang begitu besar
bagi profesi perawat(bidan). Sebagai tenaga kesehatan, kita wajib untuk mengetahui dan memahami
teori keperawatan. Teori ini secara tidak langsung banyak digunakan. Namun, terkadang seseorang
tidak menyadari bahkan tidak mengetahui bahwa mereka menggunakan teori dalam praktiknya. Teori
Ernestine ini banyak digunakan dalam berkomunikasi dengan klien dan filoosofi dalam ilmu
keperawatan. Ernestine yakin bahwa ada 4 elemen dalam praktek keperawatan / kebidanan. Ke 4
elemen tersebut yaitu filosofi, tujuan, praktek, dan seni. Falsafah adalah sikap dan kepercayaan dan
bagaimana akibat dari kenyataan itu bagi mereka.
Penjabaran ke-4 elemen menurut Ernestine adalah sebagai berikut :
1. Filosofi adalah sesuatu yang memotivasi perawat / midwife untuk bertindak dengan berbagai cara.
2. Tujuan perawat / bidan adalah apa yang diinginkan perawat untuk menyelesaikan apa yang
dilakukannya. Ini semua ditujukan ke arah yang baik dari keseluruhan pasien.
3. Praktik adalah tindakan keperawatan yang mempengaruhi kepercayaan dan perasaan tentang
menemukan kebutuhan pasien yang ditemukan.
4. Seni keperawatan / kebidanan termasuk mengerti apa yang pasien butuhkan dan perhatikan,
mengembangkan cita-cita dan tindakan untuk meningkatkan kemampuan / kesehatan pasien dan
memberikan aktivitas yang berhubungan dengan rencana pengobatan agar dapat lebih
meningkatkan kesehatan pasien.
Perawat / bidan juga harus selalu memusatkan pikiran pada pencegahan atau perkembangan
suatu hal baru yang memprihatinkan. Konsep yang luas menurut Ernestine pada tahun 1967 yang nyata
ditemukan dalam keperawatan yaitu :
· The Agent Midwife
Empat elemen dalam “Clinical Nursing” yaitu filosofi, tujuan, praktik dan seni. Dikemukakan juga 3 poin
dasar dalam filosofi keperawatan / kebidanan, yaitu :
a. Menghargai atas kehidupan yang diberikan
b. Menghargai kehormatan, otonomi dan individualisme pada setiap orang
c. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain
Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera, untuk mengembangkan
kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua.
· The recipient
Penerima asupan adalah wanita dalam masa reproduksi, keluarganya dan masyarakat yang karena suatu
hal tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Sehingga bidan perlu melakukan tindakan atau intervensi bila
terdapat kendala yang menyebabkan mereka tidak dapat memenuhi secara memuaskan.
· The Goal / purpose
Kebutuhan masing – masing individu perlu diketahui sebelum menetapkan tujuan. Bila sudah diketahui
kebutuhannya maka dapat diperkirakan goal / tujuan yang akan dicapai dengan mempertimbangkan
tingkah laku fisik, emosional, atau fisiologikal yang berbeda dari kebutuhan normal.
· The Means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan Ernestine menentukan beberapa tahap yaitu :
a. Identification = identifikasi kebutuhan klien
b. Ministration = memberikan dukungan dalam mencapai pertolongan yang dibutuhkan
c. Validation = memberikan dukungan sesuai kebutuhan
d. Coordination = mengkoordinasi tenaga yang ada untuk memberikan bantuan
· The Framework
Meliputi lingkungan sosial, organisasi dan profesi.
Konsep keperawatan Ernestine sebagai latihan untuk mengidentifikasi kebutuhan yang
dibutuhkan oleh pasien, utuk membantu penelitian pemberian sopan santun dan keselarasan,
perkembangan dari maksud ini yaitu keselarasan dengan pasien, menentukan penyebab dari
ketidaknyamanannya, dan menemukan kemampuan pasien untuk memecahkan ketidaknyamanannya
atau jika pasien tersebut memerlukan bantuan dari perawat atau tenaga kesehatan professional yang
lain. Perawat utamanya harus bisa mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pertolongan. Dalam
memberikan perawatan seorang perawat menggunakan pandapat baik melalui perundingan, latihan, dan
pemberian pendidikan tentang gejala-gejala. Persepsi pasien dari situasi ini adalah pertimbangan penting
bagi perawat ketika memberikan perawatan yang kompeten. Dari model kepunyaannya tentang
ilmu keperawatan klinis, Ernestine menemukan bahwa ada 4 elemen utama yang diperlukan
untuk ilmu keperawatan klinis, di antaranya antara lain :

ELEMEN PENJELASAN
Cara yang ditempuh seseorang dalam memikirkan hidup dan
Filosofi
bagaimana kepercayaan mereka mempangaruhi mereka.
Sasaran di mana perawat bermaksud mencapai akhir daritindakan yang
Tujuan diambil. Semua aktivitas dimaksudkan untuk mencapai agar sesuatuhal
menjadi semakin baik.
Tindakan di mana perawat melaksanakan sesuatu dalam
Praktik
rangka memelihara kebutuhan pasien
Kemampuan untuk memahami kebutuhan klien, dan mampu
Seni mengembangkan suatu intuisi dalam hubungan dengan aktivitas
mereka
Ketika memperhatikan komponen ini, ilmu keperawatan klinis ini ada lebih untuk
diperhatikan, dan Ernestine mengerjakan ini dengan memperhatikan 3 tindakan dan proses,
yaitu :
a. Refleks secara spontan
b. Dikondisikan otomatis
c. Dengan penuh tanggung jawab
Dalam hubungan dengan perawatan praktek, ada 3 komponen yaitu :
a. Pemahaman kebutuhan klien
b. Sediakan tindakan untuk membantu menengahi kebutuhan itu
c. Mengirimkan pengesahan atas tindakan yang diambil untuk memenuhi kebutuhan pasien tersebut.
(Dikutip dari http://riskamegayanti06.blogspot.co.id/2013/05/teori-ernestein
wiedenbach. html diakses pada tanggal Wednesday, 15 May 2013. TEORI ERNESTEIN
WIEDENBACH).

You might also like