You are on page 1of 27

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum, Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hikmah dan
hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan laporan kasus ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada An. T Dengan Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Asma Brochial ”
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Anak”.

Dalam penulisan laporan kasus ini kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun,
berkat bantuan semua pihak, saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini. saya juga
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberi
pengarahan serta dukungan semangat kepada kami, terutama kepada :

1. Oktiani Tejaningsih, S.Kep., M.Kep., Ners. selaku penanggung jawab mata kuliah
2. Teman – teman yang selalu memberi dukungan agar terselesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan laporan kasus ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut, kami berharap laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya untuk proses pembelajaran.

Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.

Cirebon, 22 Februari 2018

( Penyususn )

i
Daftar Isi

Kata pengantar ...........................................................................i

Daftar isi ...........................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ...........................................................................1


B. Tujuan Penulisan ...........................................................................2
C. Ruang lingkup ...........................................................................2
D. Metode penulisan ...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi ...........................................................................3
B. Etiologi ...........................................................................3
C. Klasifikasi ...........................................................................4
D. Patofisiologi ...........................................................................4
E. Pathways ...........................................................................5
F. Manifestasi klinis ...........................................................................6
G. Pemeriksaan penunjang ...........................................................................6
H. Penatalaksanaan mdis ...........................................................................7
I. Konsep asuhan keperawatan ...........................................................................8

BAB III TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian ...........................................................................13
2. Analisa data ...........................................................................18
3. Diagnosa keperawatan ...........................................................................19
4. NCP ...........................................................................20
5. Implementasi ...........................................................................22
6. Evaluasi ...........................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Asma bronkial adalah suatu kelainan inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas
yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagairangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa
mengi, batuk, sesak nafas, dan rasa berat di dada terutama pada malam hari dan atau dini
hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan. Penyakit
asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “sukar
bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi
yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas.Banyak kasus-kasus penyakit asma di
masyarakat yang tidak terdiagnosis, yangsudah terdiagnosis pun belum tentu
mendapatkan pengobatan secara baik.
Disamping itu banyak permasalahan kesehatan
lainyang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan permasala
han kesehatan lainnya, Penyakit asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor
penyebab, dimanayang paling sering karena faktor atopi atau alergi. Faktor-faktor
penyebab dan pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu
binatang, asap rokok,asap obat nyamuk, dan lain-lain.Penyakit ini merupakan penyakit
keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua,kakek atau nenek anak
menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak. Prof Dr. dr Heru Sundaru,
Sp.PD, KAI, Guru Besar Tetap FKUI menjelaskan, “penyakitasma bukan penyakit
menular tapi penyakit keturunan.”
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang
didunia mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit
asma pada tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies
inChildhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi
gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4 %.Penyakit asma tidak
dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini
hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma, pend
erita penyakit asma bisa bebas dari gejala penyakit asma yang mengganggusehingga
dapat menjalani aktivitas hidup sehari-hari.Mengingat banyaknya faktor risiko yang
berperan, maka prioritas pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk

1
mengontrol gejala. Kontrol yang baik inidiharapkan dapat mencegah terjadinya
eksaserbasi (kumatnya gejala penyakit asma),menormalkan fungsi paru, memperoleh
aktivitas sosial yang baik dan meningkatkankualitas hidup pasien.Anda bisa mengenal
penyakit asma lebih lanjut dalam halaman detail ini
meliputigejala asma, diagnosa asma, penyebab asma, faktor pencetus asma, pengobatan,
pengcegahan dan hidup bersama asma.

B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pemahaman klinis asma
bronkial khususnya dari segi diagnosis, pengenalanetiologi, faktor risiko, patofisiologi,
dan penatalaksanaan terkait kasus
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronchial
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengna asma bronchial.
b. Mampu menentukan masalah atau diagnosa keperawatan pada pasien dengan
asma bronchial.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan asma bronchia
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan secara baik dan benar.

C. Ruang Lingkup
Makalah ini menguraikan tentang bagaimana melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien dengan asma bronchial, pada kasus ini penulis
menggunakan metoda pemecahan masalah yaitu dengan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan masalah, diagnosis pelaksanaan dan
evaluasi.

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu pengamatan langsung
terhadap klien mengenai penyakit dan perkembangan, perawatan serta pengobatan klien
dengan asma bronchial.

2
BAB II

TUJUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi
Asma adalah keadaan klinik yang menunjukan meningkatnya respon trakea dan
bronkus yang menyebabkan penyempitan jalan napas akibat dari bronkospasme, edema
mukosa, dan hipersekresi mucus yang kental.
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,
reversibeldimana trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu.Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
tracheadan bronkhus terhadap berbagai rangsangandengan manifestasi adanya
penyempitan jalannafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan
maupun hasil daripengobatan. ( The American Thoracic Society)
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi: genetic
Meskipun belum diketahui bagaimana penurunanya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronchial jika terpapar dengan factor pencetus. Selain itu hipersensitifita saluran
pernapasan juga bia diturunkan.
b. Faktor presipitasi
Alergen
- Inhalan
- Ingestan
- Kontaktan
c. Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim.
d. Stress/gangguan emosi
Stress dapat menjadi pencetus asma, selain itu bias memperberat serangan asma yang
sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma
yang mengalami stress perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya,
karena jika stress belum diatasi maka gejala asma belum bisa diobati.

3
e. Lingkungan kerja
Berkaitan dengan dimana dia bekerja. Mis. Orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industry tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada
waktu libur atau cuti.
f. Olahraga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas
jasmani atau olahraga yang berat, Serangan asma karena aktivitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktivitas tersebut.

3. Klasifikasi Asma
a. Asma Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh factor-faktor pencetus yang
spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic terhadap alergi.
b. Asma Intrinsik (nonalergik)
Ditandai dengan adannya reaksi non alergik yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga oleh adanya
infeksi saluran pernapasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan
sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis
kronis dan emfisema, atau asma gabungan.
c. Asma gabungan
Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergi dan nonalergi.

4. Patofisiologi
Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita.
Benda-benda yang terpapar tersebut dikenali sebagai antigen oleh system di tubuh
penderita yang kemudian memicu dikeluarkan antibody yang berperan sebagai respon
reaksi hipersensitif seperti neutrofil, basofil, dan immunoglobulin E (Ig E). Masuknya
antigen pada tubuh yang memicu reaksi antigen akan menimbulkan reaksi antigen-
antibodi. Ikatan antigen dan antibody akan meransang peningkatan pengeluaran mediator
kimia seperti histamin neutrophil chemotactic slow acting epinefrin, norepinefrin dan
prostaglandin.
Peningkatan mediator-mediator kimia terebut akan meransang peningkatan
permiabilitas kapiler pembengkakan pada mukosa saluran pernafasan (terutama bronkus).
Pembengkakan yang hampir merata pada semua bagian bronkus akan menyebabkan
4
penyempitan bronkus (bronkokontriksi) dan sesak nafas. Penyempitan bronkus akan
menurunkan jumlah oksigen luar yang masuk saat inspirasi sehingga menurunkan okigen
yang darah. Kondisi ini akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga
penderita terlihat pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi mucus dan
meningkatkan pergerakan silia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan produksi
mukus yang cukup banyak.

Pathway

5
5. Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada saat serangan penderita tampak bernapas cepat dan dalam, batuk, bunyi napas
wheezing ( mengi ),tacipnea, ortopnea, gelisah, dyaporesis, ronchi. Gejala awal pada
anak-anak bisa berupa rasa gatal di leher.
a. Sesak Napas
Terjadi setelah berpaparan dengan bahan allergen dan menetap beberapa saat.
b. Batuk
Batuk yang terjadi pada penderita asma merupakan usaha saluran pernapasan untuk
mengurangi penumpukan mucus yang berlebihan pada saluran pernapasan dan
partikel asing melalui gerakan silia mucus yang ritmik keluar.
c. Suara Pernapasan Whezing
Suara ini dapat digambarkan sebagai bunyi yang bergelombang yang dihasilkan dari
tekanan aliran udara yang melewati mucosa bronkus yang mengalami pembengkakan
tidak merata. Wheezing pada penderita asma akan terdengar pada saat ekspirasi.
d. Pucat
Pucat pada penderita asma tergantung pada tingkat penyempitan bronkus. Pada
penyempitan yang luas penderita dapat mengalami sianosis karena kadar
karbondioksida yang ada lebih tinggi daripada kadar oksigen jaringan.
e. Lemah
oksigen di dalam tubuh difungsikan untuk respirasi sel yang akan digunakan untuk
proses metabolisme sel termasuk pembentukan energi yang bersifat aerobic seperti
glikolisis. Kalalu jumlah oksigen bekurang maka proses pembentukan energy secara
metabolic juga akan menurun sehingga penderita mengeluh lemah.

6. Komplikasi
a. Atelektatis
b. Pneumothoraks
c. Emfisema

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Spirometr
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas.
b. Pemeriksaan dahak atau sputum
Untuk mengetahui jenis allergen apa yang masuk dalam saluran pernapasan
6
c. Pemeriksaan darah
AGD hanya dilakukan pada penderita dengan asma berat.
Pemeriksaan darah tepi pada penderita asma: jumlah eosinofila dalam darah
meningkat. Dipakai sebagai patokan untuk menentukan cukup tidaknya dosis
kortikoteroid yang diperlukan penderita asma dan membantu membedakan penderita
asma dan bronchitis akut.
d. Foto Rotgen (thoraks)

8. Penatalaksanaan Medis
a. Oksigen nasal atau masker pada serangan akut
b. Periksa keadaan gas darah dan pasang infuse dengan cairan 3:1 glukosa 10% dan
NaCL 0,9% +KCL 5mEq/kolf
- Koreksi kekurangan cairan
- Koreksi penyimpangan asam basa
- Koreksi penyimpangan elektrolit
c. Teofilin
d. Kortikosteroid
e. Usaha pengenceran lendir dengan obat mukolitik
f. Periksa foto thoraks
g. Lakukan pemeriksaan EKG: untuk mengetahui adanya tanda-tanda hipertropi otot
jantung dan hipoksemia

7
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional menurut Gordon:
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Riwayat penyakit yang pernah dialami seperti sesak napas yang mengganggu
aktivitas.
Riwayat keperawatan diri serta pemeliharaan lingkungan yang dapat menjadi
penyebab asma seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, dan cuaca
Riwayat kesehatan keluarga ada yang menderita penyakit asma.
b. Pola metabolik nutrisi
Dapat muncul mual dan anoreksia sebagai dampak penurunan oksigen jaringan
gastrointestinal. Anak biasanya mengeluh badannya lemah karena penurunan asupan
nutrisi, terjadi penurun BB.
c. Pola eliminasi
Anak dengan asma jarang terjadi gangguan eliminasi baik buang besar dan kecil
d. Pola tidur dan istirahat
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena sesak napas.
Penampilan anak terlihat lemah, sering menguap,mata merah, anak juga sering
menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan tersebut
e. Pola aktivitas dan latihan
Anak tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan fisik.
Anak tampak lebih banyak minta digendong orang tua atau bedrest/ seta orang tua
membatasi aktivitas anak, berlari atau bermain
f. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat
akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak. Pada saat dirawat anak
tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru disampaikan
g. Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat,tidak suka
bermain ketakutan terhadap orang lain meningkat.
h. Pola peran-hubungan
Anak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupun lebih besar, anak
lebih banyak diam dan selalu bersama dengan orang terdekat.
i. Pola seksual-reproduksi

8
Pola kondisi sakit anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah mengalami
puberitas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada wanita tetapi berifat sementara
dan biasanya penundaan.
j. Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak, saat menghadapi stress anak sering menangis, kalau
sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung dan suka marah.
k. Pola nilai-keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapat
sumber kesembuhan Allah SWT

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi mucus.
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan tubuh dan hipoksia
c. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d dipnea, kelemahan, produksi
sputum, anoreksia, mual dan muntah
d. Kecemasan b/d adanya hospitalisasi disstres pernapasan
e. Perubahan proses keluarga b/d kondisi kronik
f. Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
pengobatan

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi mucus
Tujuan:
- Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan naps, misalnya batuk efektif
dan mengeluarkan secret
Intervensi :
a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada
R/ takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi karena
peningkatan tekanan dalam paru dan penyempitan bronkus semakin sempit dan tinggi
tekanan semakin meningkat frekuensi pernapasan.
b. Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya, mengi, krekels dan
ronchi
R/ pernapasan bising menunjukan terhentinya secret atau obstruksi jalan napas
c. Observasi TTV

9
R/ perubahan pada TTV dapat memberikan petunjuk adanya perubahan pada kondisi
pasien.
d. Bantu pasien latihan napas dan batuk secara efektif
R/ napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan napas lebih
kecil. Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak.
e. Section sesuai indikasi bila perlu sesuai instruksi dokter
f. R/ mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan napas
g. Kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian obat seperti bronkodilator dan
mukolitik melalui inhalasi
R/ memudahkan pengenceran dan pembuangan secret dengan cepat
Diagnosa II : Intoleransi aktivitas b/d kelemahan tubuh dan hipoksia
Tujuan:
Pasien mampu menunjukan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
dengan tidak adanya dispnea, tidak lagi mengalami kelemahan yang berlebihan dan TTV
kembali dalam rentang normal.
Intervensi:
a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan
kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas
R/ Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung sealama fase akut sesuai indikasi,
dorong penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat
R/ Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
c. Jelaskan pada orang tua pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
kesimbangan aktivitas dan istirahat
R/ Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolik,menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan
dengan respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan
pernapasan
d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan
aktivitas selama fase penyembuhan
R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
e. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
f. R/ menunjukan kerja sama dan pasien merasa lebih diperhatikan
10
Diagnosa III : Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d dipnea kelemahan
produksi
sputum, anoreksia, mual dan muntah
Kriteria Hasil:
- Berat badan dapat dipertahankan
- Anak merasa semakin kuat
- Anak dapat menghabiskan porsi makanan yang diberikan
- Mual yang dirasakan dapat berkurang atau hilang

Intervensi:
a. Identifikasi factor yang menimbulkan mual atau muntah (sputum banyak),
pengobatan aerosol, dispnea berat dan nyeri
R/ sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual, dispnea dapat
merangsang pusat pengaturan makanan di medulla oblongata
b. Auskultasi bunyi usus. Obervasi atau palpasi distensi abdomen.
R/ bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang.
Distensi abdomen terjadi akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin
pada saluran gastrointestinal.
c. Evaluasi status nutrisi umum. Timbang berat badan dasar.
R/ adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons terhadap terapi.
d. Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
R/ menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini
e. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan porsi kecil dan sering dan atau
makanan yang disukai pasien
R/ tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat
untuk kembali
f. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diet yang diberikan
g. R/ menghindari adanya makanan pantangan pada pasien

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuaidengan rencana
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatandapat bersifat mandiri dan

11
kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatanperlu diawasi dan dimonitor kemajuan
kesehatan klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulandata subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuanpelayanan keperawatan sudah dicapai
atau belum. Bila perlu langkahevaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan
analisamasalah selanjutnya.

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas
a) Identitas klien
Nama : An. T
Umur : 5 Tahun
Jenis kelamin :P
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Diagnosa Medis : Asma Brochial
No.Reg : xxx-xxx
Alamat : Cirebon
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. Y
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Buruh tani
Hubungan dengan klien : Ayah Klien
Alamat : Cirebon
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan terdahulu
Klien mengatakan bahwa klien baru pertama kali dirawat di rumah sakit, klien
mengatakan tidak pernah mengalami penyakit kronis maupun yang sedang
dialami sebelumnya. Klien baru mengetahui penyakitnya setelah dirawat di
RSU UMC
b) Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 20 Februari 2018 An. T dibawa keluarganya ke RSU UMC
melalui IGD, ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 2
hari yang lalu. Sesak setelah anak bermain dengan kucing. An. T sudah di
periksakan ke dokter tetapi belum menujukan perbaikan, kluarga sangat

13
khawatir dengan kondisi anaknya dan langsung membawa ke RSU UMC
untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik.
c) Keluhan waktu didata
Klien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, nyeri di bagian dada, sulit
tidur, susah makan.
d) Keluhan Utama : Sesak Nafas
Sesak nafas berkurang jika klien dalam posisi semi vowler dan Sesak nafas
bertambah jika klien beraktivitas. Sesak di rasakan pada malam hari sehingga
sering terbangun.
e) Riwayat kesehatan keluarga
(1) Riwayat penyakit keturunan
Menurut keluarga klien bahwa di keluarganya terdapat riwayat atopi pada
nenek (dari Ibu )berupa Asma.
(2) Riwayat penyakit menular
Menurut keluarga klien bahwa dikeluarganya tidak memiliki riwayat
penyakit menular.
3) Data biologis
No Pola Sebelum sakit Selama sakit
1 Nutrisi:
a. Makan
1) Frekuensi 3xsehari 3xsehari
2) Porsi 1 porsi ½ porsipun tidak
habis
3) Menu makanan Nasi, lauk pauk Bubur
4) Pantangan Tidak ada Pedas, asam
5) Masalah Tidak ada Mual dan muntah
saat makan
b. Minum
1) Frekuensi 5xsehari 5xsehari
2) Jumlah 800cc 250cc
3) Jenis minuman Air putih Air putih
4) Pantangan Tidak ada Air dingin
5) Masalah Tidak ada Sulit makan
2 Eliminasi

14
a. BAB
1) Frekuensi 1xsehari 1xsehari
2) Konsistensi Lembek lembek
3) Warna Kuning Kuning
4) Bau Khas khas
5) Masalah Tidak ada tidak ada
b. BAK
1) Frekuensi 6xsehari 2xsehari
2) Jumlah 600cc 200 cc
3) Bau Khas Khas
4) Warna Kuninng jernih Kuning jernih
5) Masalah Tidak ada Tidak ada
3 Istirahat dan tidur
a. Siang
1) Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
2) Lamanya 2 jam 2 jam
3) Kualitas Nyenyak Nyenyak
4) Masalah Tidak ada Tidak ada
b. Malam
1) Frekuensi 1 x semalam 1 x semalam
2) Lamanya 8 jam 4 jam
3) Kualitas Nyenyak Tidak Nyenyak
4) Masalah Tidak ada Sulit Tidur
4 Personal hygiene
a. mandi 2 x sehari 1 x seahri
b. gosok gig 2 x sehari 1 x sehari
c. cuci rambut 1 x sehari 1 x sehari
d. gunting kuku 1 x seminggu Belum pernah
e. ganti pakaian 1 x sehari 1 x sehari
f. masalah Tidak ada Tidak ada
5 Aktivitas Dalam batas Dalam batas wajar
wajar usia usia

a. masalah Tidak ada Tidak ada

15
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum sedang, klien terpasang infus, terpasang oksigen, klien terlihat sukar
bernafas, BB : 21 Kg, tinggi badan 82 Cm.
b) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran Composmentis, GSC : Eye: 4, Motorik: 6, Verbal: 5, total 15.
c) Tanda-tanda Vital
(1) Tekanan darah : 80/60 MmHg
(2) Nadi : 120 x/ menit
(3) Respirasi : 40 x/ menit
(4) Suhu tubuh : 36,5 oC
d) Kulit
Warna kulit sama dengan daerah sekitar, tidak ada lesi, tidak ada petteng edema,
tekstur kulit lunak, turgor kulit normal kembali dalam keadaan semula.
e) Kepala
Rambut berawarna hitma legam, distribusi dan penyebaran merata, kualitas tidak
mudah dicabut, tidak terdapat alopesia, tidak terdapat seborhea, tidak ada lesi, tidak
terdapat edema, bentuk simetris, fontanel normal dan tidak ada nyeri tekan saat
dipalpasi.
f) Mata
Alis mata tumbuh di atas rot, simetris, distribusi dan penyebaran merata, kualitas tidak
mudah ronrok, tidak ada nyeri tekan, reflek kedip secara sepontan, enam lapang
pandang normal, fisus mata normal, sclera mata berwarna putih jernih, konjungtiva
ananemis dan tidak ada tanda-tanda penurunan fungsi penglihatan.
g) Hidung
Ukuran dan bentuk simetris, warna sama dengan daerah sekitar, terdapat 2 lubang
hidung yang disekat dengan satu septum, terdapat cuping hidumg, terdapat silia, tidak
terdapat benjolan pada mukosa hidung, tidak terdapat nyeri tekan pada area hidung,
klien tampak sulit bernafas, fungsi penciuman baik.
h) Mulut
Warna bibir merah, bentuk simetris, tidak terdapat tanda-tanda hipoksia, bibir lembab,
susunan gigi tumbuh dengan baik, tidak ada karries, tidak terdapat pembesaran tonsil,
uvula bergetar saat bersuara, mukosa mulut merah muda, tidak ada stomatitis dan
indra pengecapan normal.
i) Telinga
16
Bentuk simetris dan sejajar dengan kantus mata, tidak ada lesi, kulit sama dengan
daerah sekitar, terdapat serumen, test pendengaran baik dan tidak terdepat nyeri tekan.
j) Leher
Warna kulit sama dengan daerah sekitar, kedudukan trakea normal, tidak terjadi
pembengkakan pada limfe maupun kelenjar tiroid dan paratiroid, tidak tampak
peningkatan vena jugularis maupun arteri karotis, ROM normal dan tidak ada nyeri
tekan.
k) Thorax
Warna kulit sama dengan daerha sekitar, postur dada baik, bentuk simetris, tidak
terdapat lesi maupun edema, terdengar bunyi wheezing, ronchi, tidak terdengar
setidor, gurgling , otot bantu pernafasan positif, nafas cepat dan dangkal, irama
jantung reguler, tidak ada kelainan pada jantung, tidak ada nyeri tekan pada bagian
mamae, terdapat puting susu yang dikelilingi areola.
l) Abdomen
Bentuk tidak simetris, tidak ada lesi, terdapat edema pada perut, terdapat distensi
abdomen, , bising usus 10x / menit dan terdapat nyeri tekan pada abdomen..
m) Ektremitas
Tidak ada lesi, tidak ada edema, reflek trisep maupun bisep normal, tonus otot normal,
akral hangat, CRT kurang dari 3 detik akral dingin dan tampak pucat.
n) Genetelia
Bentuk normal, tidak ada lesi.

17
2. Analisa data
No Symptom Etiologi Problem
1 DS: bersihan jalan nafas
faktor ekstrinsik
1. Ibu klien mengatakan tidak efektif
(alergen + faktor
bahwa klien sesak nafas
genetik)
2. Ibu klien mengatakan
batuk berdahak
pengaktifan respon
DO:
imun ( sel mast )
1. Klien tampak sukar
bernafas
bronchospasme
2. Terdengar suara
Wezhing dan Ronchi
penyempitan jalan nafas
3. Terdapat cuping hidung
4. RR : 40 x/menit
serangan paroksimal

dipsnea, whezing,
batuk, sputum

bersihan jalan nafas


tidak efektif
2 DS: faktor ekstrinsik Gangguan nutrisi
1. Ibu klien mengatakan (alergen + faktor kurang dari kebutuhan
anaknya susah makan genetik) tubuh
DO:
1. Klien makan ½ porsi pengaktifan respon
2. BB : sebelum sakit 22 imun ( sel mast )
Selama sakit 21
bronchospasme

penyempitan jalan nafas

serangan paroksimal

dipsnea, whezing,

18
batuk, sputum

anorexia

gangguan nutrisi kurang


dari kebutuhan
3 DS: gangguan pola istirahat
1. Ibu klien mengatakan faktor ekstrinsik tidur
anaknya sulit tidur (alergen + faktor
karna sesak nafas genetik)

DO : pengaktifan respon
1. Klien terlihat sesak nafas imun ( sel mast )
2. Klien tampak gelisah
3. Klien meringis kesakitan bronchospasme

penyempitan jalan nafas

serangan paroksimal

dipsnea, whezing,
batuk, sputum

gangguan pola istirahat


tidur

3. Diagnosa keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan branchospasme


b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia
c. gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan dipsneu

19
1
4. NCP

No Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
NOC NIC
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 1. Monitor frekuensi, ritme, kedalamam
dengan branchospasme 24 jam pola nafas dapat teratasi, dengan pernafasan.
kriteria hasil : 2. Berikan posisi semi vowler
1. Frekuensi pernafasan dalam batas normal 3. Catat pergerakan dada, kesimetrisan,
2. Irama nafas sesuai yang diharapkan penggunaan otot tambahan.
3. Ekspansi dada simetris 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
4. Sesak nafas berkurang oksigenasi
2 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor intake nutrisi
berhubungan dengan anorexia selama 1 x 24 jam intake nutrisi kembali 2. Anjurkan pada keluarga pasien untuk
adekuat dengan kriteria hasil: memberikan makan sedikit tapi sering
1. Nafsu makan klien bertambah 3. Pastikan pola diet klien yang di
2. Klien makan habis 1 porsi sukai/tidak disukai
4. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
3 gangguan pola istirahat tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji Pola Tidur

20
dengan dipsneu selama 1 x 24 jam Hypertermi teratasi dengan 2. Kaji faktor yang menyebabkan
kriteria hasil :
gangguan tidur
Istirahat tidur klien terpenuhi
3. Ciptakan suasana nyaman

4. Batasi pengunjung selama periode


istirahat yang optimal.

21
5. Implementasi
No Tanggal DX Tindakan dan Respon Paraf
1 21-02-2018 1 08:00 WIB
T1: menghitung frekuensi pernafasan
R1: 22x / menit
T2: memberikan posisi semi vowler
R2: sesak nafas berkurang
T3: memberikan posisi semi vowler
R3: nafas terbantu
T4: mencatat pergerakan dinding dada
R4: tampak menggunakan otot bantu
pernafasan
T5: berkolaborasi dengan dokter untuk
oksigenasi
R5: pernafasan terbantu
2 21-02-2018 2 09:30 WIB
T1: memonitor intake nutrisi
R1: nutrisi dapat terjadwal
T2: menganjurkan makan sedikit tapi
sering
R2: klien makan sedikit tapi sering
T3: memastikan pola diet klien yang di
sukai/tidak disukai
R3: klien makan bubur
T4: berkolborasi dengan ahli gizi
R4: gizi terpantau
3 21-02-2018 3 10:00 WIB
T1 : Mengkaji pola tidur
R1 : klien tidak bisa tidur
T2 : Mengkaji faktor yang menyebabkan
gangguan tidur
R2 : Klien tidak bisa tidur karna sesak
nafas

22
T3 : Menciptakan suasana nyaman
R3 : Klien merasa sedikit nyaman
T4 : Membatasi pengunjung selama
periode istirahat yang optimal
R4 : hanya satu orang penunggu klien

23
6. Evaluasi
No Tanggal DX Evaluasi Paraf
1 22-02-2018 1 S:
1. Ibu klien mengatakan sesak nafas
anaknya berkurang
2. Mengatakan batuk berkurang
O:
1. Klien tidak tampak sukar bernafas
2. Suara ronci dan wheziing
berkurang
3. RR : 27
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 22-02-2018 2 S:
1. Ibu klien mengatakan anaknya
makan bertambah
O:
1. Klien makan habis 1 porsi
2. BB : 22 kg
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

3 22-02-2018 3 S:
1. Ibu klien mengatakan anaknya
sudah bisa tidur
O:
1. Klien tampak tenang
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

24

You might also like