Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
angka kesakitan dan status gizi masyarakat, (IV) Situasi Upaya Kesehatan meliputi
pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang,
pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi
dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan. Upaya
pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator
kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan
kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota, (V) Situasi Sumber
Daya Kesehatan meliputi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan
dan sumber daya kesehatan lainnya, (VI)Kesimpulan membahas hal-hal penting
yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di
tahun yang bersangkutan.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. GEOGRAFI
Luas wilayah Puskesmas Dolo ± 36,05 km2 dengan jumlah desa sebanyak
11 desa. secara geografis wilayah Puskesmas Dolo terdiri dari dataran sehingga
transportasi dan komunikasi relatif mudah dijangkau.
Jika dilihat dari segi jarak antara ibu kota kecamatan dengan tiap desa yang
ada maka jarak terdekat dari ibu kota kecamatan (Puskesmas) berkisar antara 0,5
- 1 km² dengan waktu tempuh berkisar 5 menit. Sedangkan jarak terjauh berkisar
antara 1 - 8 km² dengan waktu tempuh berkisar antara 30 menit.
3
B. KEPENDUDUKAN
Dalam mekanisme perencanaan pembangunan, penduduk dilIhat sebagai
salah satu faktor strategis karena disadari posisinya bukan hanya sebagai sasaran
tetapi juga sebagai pelaksana pembangunan. Atas dasar pemikiran ini,
pembangunan nasional di titik beratkan pada peningkatan sumber daya manusia
yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Tabel II.1.
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan
Jenis Kelamin Puskesmas Dolo Tahun 2016
4
sebanyak 21.470 jiwa yang terdiri dari jumlah laki- laki sebanyak 11.136 jiwa
(51.87%) dan jumlah perempuan sebanyak 10.088 (46.99%).
Grafik 1
PROPORSI PENDUDUK MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DOLO TAHUN 2016
: Laki- Laki
: Perempuan
C. TINGKAT PENDIDIKAN
Kemampuan baca-tulis penduduk tercermin dari Angka Melek Huruf, yaitu
persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis
huruf latin atau huruf lainnya. Persentase penduduk yang berumur 10 tahun
keatas yang melek huruf adalah 1.92%
5
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indicator yang kerap di telaah
dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu wilayah khususnya dalam
ini adalah Kecamatan. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap
perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan merupakan sala satu factor pencetus (predisposing) yang berperan
dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk hidup sehat.
Grafik 2
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DOLO TAHUN 2016
6
Tujuan Pembangunan Kesehatan Puskesmas Dolo diarahkan untuk
mewujudkan Masyarakat Sehat yaitu meningkatnya kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal ditandai oleh penduduk hidup dalam perilaku sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh
wilayah Puskesmas Dolo.
M I S I:
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka Puskesmas Dolo melaksanakan
Misi sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan
perorangan yang berkualitas dan merata di seluruh wilayah Kecamatan
Dolo
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jajarannya
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, dan masyarakat untuk hidup sehat.
4. Meningkatkan kualitas SDM tenaga kesehatan Puskesmas
5. Meningkatkan kerjasama dan kolaborasi lintas sektor dalam berbagai
kegiatan
7
5) Menurunnya prevalensi gizi kurang dan gizi lebih serta meningkatnya
kesadaran masyarakat / keluarga akan gizi ( Kadarzi ).
6) Meningkatnya pendayagunaan tenaga kesehatan yang ada serta
didukung oleh komitmen pimpinan dengan pengembangan tenaga yang
professional.
1. Promosi Kesehatan
Tujuan program Promosi Kesehatan (Promkes) adalah
meningkatkan kemampuan individu, keluarga, serta kelompok
masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan upaya
8
kesehatan yang bersumber dari masyarakat serta terciptanya
lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya
kemapuan tersebut.
Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan di
Kecamatan Dolo yaitu:
a. Refreshing Pengetahuan Kader mengenai masalah
kesehatan
b. Pertemuan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
c. Penyuluhan PHBS di sekolah
d. Pembinaan dokter kecil bersama program UKS
e. Penyuluhan kesehatan reproduksi
f. Deteksi nikotin bersama program PTM
g. Penyuluhan PTM bersama program PTM
h. Distribusi Fe pada anak sekolah
i. Pendataan penduduk
j. Pendataan PHBS rumah tangga
2. Kesehatan Lingkungan
Tujuan program ini adalah mewujudkan kualitas
lingkungan hidup yang lebih sehat, memberdayakan individu
dan masyarakat dalam bidang kesehatan melalui peningkatan
pengetahuan, sikap positif, perilaku dan peran aktif individu,
keluarga dan masyarakat sesuai dengan sosial budaya setemapt
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
sendiri dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat,
mandiri dan produktif.
Kegiatan kesehatan lingkungan yang dilaksanakan di
wilayah Kecamatan Dolo yaitu:
a. Pengawasan sumber air minum dan jamban
b. Pengawasan / pemeriksaan sumber air minum di depot
c. Pengawasan tempat pengelolaan makanan
d. Pengawasan tempat-tempat umum
e. Pemicuan stop BAB sembarangan
f. Pengawasan kesling dan kantin sekolah
g. Pengawasan tenpat usaha kesehatan kerja
h. Pembinaan panti asuhan
9
3. Perbaikan Gizi Masyarakat
Tujuan program ini adalah meningkatkan intelektualitas
dan produktivitas sumber daya manusia dan meningkatkan
kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi,
meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang
baik dengan prevalensi gizi lebih dan meningkatkan
penganekaragaman konsumsi pangan bermutu untuk
memantapkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
Kegiatannya adalah:
a. PSG balita / pekan penimbangan
b. Distribusi vitamin A di 28 posyandu
c. Distribusi tablet Fe ibu hamil
d. Distribusi tablet Fe anak sekolah / remaja putri
e. Distribusi PMT bumil
f. Pemantauan gizi buruk
g. Promosi ASI eksklusof dan IMD
h. Pemantauan kesehatan anak pra sekolah (tumbuh kembang)
10
i. Pemantauan bumil risiko tinggi
j. Otopsi verbal kematian maternal dan perinatal
Kegiatan yang dilaksanakan oleh program KB adalah:
a. Sweeping akseptor KB yang drop out
b. Promosi KB dan IVA
2. Imunisasi
Kegiatan program ini yaitu:
a. Pelaksanaan imunisasi di posyandu
b. Sweeping imunisasi
c. Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
d. Crash campak
3. P2 TB Paru
Kegiatan yang dilaksanakan yaitu:
a. Penemuan kasus baru BTA positif
b. Penemuan kasus TB anak
c. Pengobatan kasus TB
d. Penjemputan sputum
e. Penyuluhan etika batuk
f. Kunjungan rumah
4. P2 Kusta
11
Kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a. Penemuan kasus baru kusta
b. Pengobatan kusta
c. Penyuluhan kusta
d. Pemberian obat ke desa
e. Pelacakan kasus kusta
5. P2 ISPA
Kegiatan yang dilaksanakna adalah:
a. Penemuan dan penanganan kasus pneumonia anak
b. Penyuluhan ISPA
c. Pelacakan bayi dan balita pneumonia
6. P2 Diare
Kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a. Penemuan dan penanganan kasus diare
b. Penyuluhan diare
c. Pelacakan kasus diare (kunjungan rumah)
7. P2 Malaria
Kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a. Penemuan penderita (suspek)
b. Pengambilan dan penjemputan spesimen malaria
c. Penyuluhan malaria
d. Pembinaan panti asuhan
e. Pengendalian vektor (survei jentik)
8. P2 Rabies
Kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a. Penemuan kasus rabies
b. Penyuluhan rabies
c. Pelacakan kasus baru
9. P2 HIV/AIDS
Kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a. Penemuan kasus IMS
b. Penemuan kasus HIV/AIDS
12
c. Penyuluhan kesehatan reproduksi pada remaja dan
penderita berisiko
d. Penyuluhan ABAT ke sekolah
e. Pelacakan kasus HIV/AIDS
b. UKM Pengembangan
UKM Pengembangan merupakan kegiatan yang memerlukan
upaya yang sifatnya inovatif disesuaikan dengan prioritas masalah
kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang
tersedia di masing-masing Puskesmas.
3. Kesehatan Indera
Kegiatan yang dilaksanakan yaitu:
a. Penemuan kasus gangguan kesehatan indera
b. Penanganan kasus gangguan kesehatan indera
4. Kesehatan Haji
13
Kegiatan yang dilaksanakan yaitu:
a. Pemeriksaan calon jamaah haji
b. Pembinaan calon jamaah haji
c. Pelacakan calon jmaah haji tiba di tanah air
14
2. Pelayanan Farmasi yang bersifat UKM
Kegiatan yang dilaksanakan yaitu:
a. Pembinaan kefarmasian di bidan desa
b. Evaluasi hasil kunjungan pembinaan
15
7) Kamar Obat / Farmasi
8) Ruang TB/Kusta
9) Ruang Konseling
a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan lingkungan
c. Gizi
d. Batra/ TOGA
e. Akupressur
BAB III
16
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
17
Angka Kematian Maternal menggambarkan tingkat kesadaran perilaku
hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan,
tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, waktu melahirkan
dan masa nifas. Angka Kematian Ibu Maternal adalah akumulasi dari jumlah
kematian ibu hamil, jumlah kematian ibu melahirkan, jumlah kematian ibu
nifas per 100.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2016 tidak terdapat kasus kematian ibu hamil. Berbeda
dengan tahun- tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 terdapat 1 kasus
kematian ibu hamil di desa Tulo dan pada tahun 2014 terdapat pula 1 kasus
kematian ibu hamil di Desa Potoya (MMR 1.5 ‰). Pada tahun 2013
terdapat 1 (satu) Kematian Ibu Hamil dengan kasus Kehamilan Ektopik
Terganggung (KET). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih
semakin tanggap dalam hal pemeriksaan kehamilan (Antenatal care)
terutama dalam mendeteksi dini permasalah kesehatan yang dihadapai.
Tabel. IV.1
18
Pola Penyakit Untuk Semua Golongan Umur di Puskesmas Dolo
Tahun 2016
Dari Tabel IV.1 menunjukkan Tahun 2016 penyakit terbanyak adalah ISPA
3105 (27%), Gastritis 1831 (16%), Peny. Kulit & Jar. Sub Kutan 1293 (11.3%),
Hipertensi 1119 (10%), Pey. Otot & Jar. Penyekat 844 (7.3%), disusul penyakit
Peny. Rongga Mulut, Diare, Comond Cold, Kencing Manis, Dislipi demia.
Beberapa hal yang memungkinkan tingginya angka kasus penyakit ISPA adalah
kurang bersihnya lingkungan di sekitar rumah.
2. Pneumonia Balita
19
Di dunia, dari 9 juta kematian Balita lebih dari 2 juta Balita
meninggal setiap tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 Balita
meninggal setiap menitnya. Dari lima kematian Balita, satu diantaranya
disebabkan pneumonia. Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian
akibat pneumonia diantaranya melalui penemuan kasus pneumonia Balita
sedini mungkin di pelayanan kesehatan dasar, penatalaksanaan kasus dan
rujukan. Adanya keterpaduan dengan lintas program melalui pendekatan
MTBS di Puskesmas serta penyediaan obat dan peralatan untuk Puskesmas
Perawatan dan di daerah terpencil. Tahun 2016 jumlah kasus pneumonia
balita di wilayah kerja Puskesmas Dolo adalah 90 balita.
4. Diare
Menurut data WHO (World Health Organization) pada tahun 2009,
diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara
global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka
kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia
dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap
episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan
anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi
pada anak (WHO, 2009).
Penyakit ini masih merupakan penyebab utama kematian pada balita.
Selama dua tahun terakhir telah terjadi peningkatan kasus diare di wilayah
kerja Puskesmas Dolo. Berdasarkan hasil pemantauan dari unit pelayanan
dari unit pelayanan kesehatan berupa laporan rutin selama tahun 2015
20
mengalami peningkatan dari 601 kasus (2.8%) menjadi 711 kasus
(3.25%) di Tahun 2016.
5. Kusta
Penyakit kusta adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae. Berdasarkan manifestasi
klinis, penyakit kusta dibedakan atas kusta tuberkuloid, kusta
lepromatosa(penyakit Hansen multibasiler) dan kusta multibasiler
(borderline leprosy). Kusta Tuberkuloid ditandai dengan satu atau lebih
hipopigmentasi makula kulit dan bagian yang tidak berasa (anestetik).
Sedangkan Kusta Lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul, plak kulit
simetris, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa
hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung (kongesti nasal) dan
epistaksis (hidung berdarah) namun pendeteksian terhadap kerusakan saraf
sering kali terlambat. Sememntara Kusta Multibasiler, dengan tingkat
keparahan yang sedang, adalah tipe yang sering ditemukan. Terdapat lesi
kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid namun jumlahnya lebih banyak
dan tak beraturan; bagian yang besar dapat mengganggu seluruh tungkai,
dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan kehilangan rasa rangsang.
Tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta lepromatosa atau kusta
tuberkuloid.
Berdasarkan hasil pengamatan data di wilayah kerja Puskesmas Dolo
Tahun 2016, tercatat 7 kasus baru penderita kusta. Terdiri dari 1 kasus
Pausi Basiler (PB)/ Kusta kering dari Desa Karawana dan 6 kasus Multi
Basiler (MB)/ Kusta Basah dari Desa Langaleso, Kotarindau, Karawana
dan Desa Watubula. Sedangkan, Jumlah kasus penderita kusta selesai
berobat adalah 10 kasus.
Tujuan penanggulangan kusta di Indonesia adalah mencapai PR
(Prevalens Rate) kurang dari 1 per 10.000 penduduk di semua kabupaten,
dan kesinambungan program kusta di seluruh wilayah. Ditempuh melalui
kebijakan deteksi dini kasus kusta dan pengobatan dengan Multiple Drugs
Therapy (MDT), mencegah kecacatan, mengubah image (pandangan)
masyarakat luas dan menjamin ketersediaan dan kualitas obat kusta
(MDT).
21
Penyakit difteri adalah penyakit menular akut yang menyerang
bayi (0 – 1thn) serta sebagian besar anak yang tidak mendapat
vaksinasi DPT pada kelompok umur 1 – 4 tahun dengan penyebab
penyakit adalah Coryne Bacterium Diphteriae. Jumlah kasus dan
Angka Insidence per 1000 penduduk kelompok umum > 1 tahun dan 1
– 4 tahun, dari laporan yang masuk secara rutin tahun 2015- 2016
tidak lagi dijumpai kasus Difteri yang terlapor di unit pelayanan
pemerintah.
2) Pertusis
Penyakit pertusis merupakan penyakit menular akut pada saluran
pernapasan, ditemui pada anak dengan kelompok umur kurang dari 5
tahun. Tahun 2015- 2016 tidak lagi dijumpai kasus pertusis yang
terlapor diunit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan rujukan.
3) Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh basil clostridum
tetani. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja tanpa memandang
kelompok umur atau strata ekonomi. Bila dilihat dari angka Insidence
tahun 2015- 2016 kelihatannya penyakit ini tidak ada terlapor ke
tingkat Kabupaten berarti kasus tetanus sudah tidak ada, namun
kemungkinan besar tidak terlapor.
4) Tetanus Neonatorum
Penyakit tetanus yang terjadi pada bayi (bayi kurang dari 1
bulan) disebut dengan Penyakit Tetanus Neonatorum. Upaya
pencegahannya telah dilakukan melalui program immunisasi rutin
dengan pemberian TT pada wanita usia subur, pemeriksaan kehamilan
sekaligus pemberian imunisasi TT dan imunisasi saat sweeping. Kasus
tetanus neonatorum sampai saat ini tidak dijumpai.
5) Polio
Penyakit polio yang telah merupakan kesepakatan global dimana
seharusnya Indonesia telah bebas Polio pada tahun 2000 yang ditandai
dengan pemberian sertifikasi bebas polio oleh WHO, namun
kenyataannya sampai saat ini Indonesia belum lagi bebas dari Polio
22
yang membawa dampak program imunisasi polio masih harus tetap
berjalan.
6) Campak
Penyakit campak merupan penyakit akut yang mudah menular
dan sebagian besar penderita meninggal karena terjadinya komplikasi
seperti radang paru, radang otak dan berak-berak, sebagian besar
kematian dapat dicegah dengan penanganan kasus yang baik. Kasus
penyakit campak pada tahun 2015- 2016 ini tidak dijumpai.
7) Hepatitis B
Penyakit Hepatitis dapat menyerang semua orang, melalui
sistem surveilance terpadu didapat gambaran bahwa penyakit hepatitis
dari tahun 2015- 2016 juga tidak ditemukan ditemukan kasus. Ini
menunjukan bahwa kasus ini belum ditemukan, namun pun begitu
Sistem surveilance harus tetap waspada dan berkoordinasi.
8. Malaria
Sulawesi Tengah merupakan wilayah endemis malaria dengan
kategori daerah endemis sedang (AP 1-5 per 1000 penduduk ). Annual
Parasite Insidence (API) adalah angka kesakitan malaria (berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium) per 1000 penduduk dalam 1 tahun (permil).
Suspek penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Dolo Tahun 2016
sebanyak 242 jiwa.
23
Dalam pemberantasan penyakit malaria, ada 2 kegiatan pokok yang
dilakukan yakni: (1) penemuan dan pengobatan penderita yaitu penemuan
secara pasif yang dilakukan melalui unit pelayanan kesehatan yang
kemudian diberi pengobatan secara cepat dan tepat; (2) pemberantasan
vektor yang dilakukan dengan penyemprotan rumah, kelambunisasi,
penebaran ikan pemakan jentik, pemberantasan jentik melalui kegiatan
larvaciding dan pengelolan lingkungan.
9. Filariasis
Filariasis adalah suatu infeksi cacing gelang melalui nyamuk yang
hanya sesekali bersifat zoonik. Dapat menimbulkan pembesaran yang
menyolok dan cacat dari anggota tubuh. Pada tahun 2016 ditemukan 1
kasus filariasis.
10. Hipertensi
Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi
demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan
perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular
(PTM) meliputi degeneratif dan man made disease yang merupakan faktor
utama masalah morbiditas dan mortalitas . Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk,
saat masyarakat telah mengadopsi gaya hidup tidak sehat seperti merokok,
kurang aktivitas fisik, makanan tinggi lemak dan kalori serta konsumsi
alkohol yang diduga merupakan faktor risiko PTM. WHO memperkirakan
pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh
kesakitan di dunia.
Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah
negara berkembang yakni Indonesia. Salah satu PTM yang menjadi
masalah kesehatan sangat serius saat ini adalah hipertensi (the silent killer).
Di Indonesia angka kejadian hipertensi diperkirakan cenderung meningkat
namun masih banyak yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan di
daerah pedesaan. Jumlah kasus Hipertensi yang ditemukan Tahun 2016 di
Posbindu Kecamatan Dolo yaitu 19 orang.
11. Obesitas
24
Menurut WHO, angka tersebut menempati peringkat kelima
penyebab utama kematian di dunia. Menurut, American Cancer society, 94
persen perempuan dan 48 persen pria yang tidak aktif dan duduk lebih dari
enam jam sehari memiliki risiko lebih besar mengidap penyakit degeneratif
yang menyebabkan kematian daripada mereka yang tidak aktif atau duduk
kurang dari tiga jam per hari.
Pemerintah pun tengah berupaya menurunkan angka obesitas di
Indonesia. Salah satu program yang digalakkan oleh Pemerintah adalah
perilaku CERDIK. Program CERDIK yaitu C (Cek kondisi kesehatan
secara rutin), E (Enyahkan asap rokok), R (Rajin aktivitas fisik), D (Diet
sehat dengan kalori seimbang), I (Istirahat yang cukup), dan K (Kelola
stres). Kasus obesitas yang ditemukan di Posbindu yaitu 20 orang.
2) Perubahan fibrokistik
25
Merupakan perubahan pada payudara karena ketidakstabilan hormon
selama siklus menstruasi. Perubahan tersebut menimbulkan benjolan di
payudara yang terasa nyeri.
3) Fibroadenoma
Merupakan benjolan padat yang terjadi akibat kelebihan pembentukan
kelenjar penghasil susu atau lobulus dan jaringan di sekitar payudara.
Benjolan tidak terasa sakit, dan jika ditekan akan bergeser.
4) Infeksi bakteri seperti mastitis juga dapat menimbulkan benjolan yang
terasa nyeri. Kondisi ini kerap dijumpai pada ibu menyusui. Infeksi
terjadi ketika bakteri dari permukaan kulit Anda atau dari mulut bayi
masuk ke saluran susu melalui puting. Penyebab lainnya yaitu
tertutupnya saluran susu.
26
1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal
2) Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3) Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat
atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya.
27
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
1. PELAYANAN KESEHATAN
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat,
diharapkan sebagaian masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Upaya
kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Berbagai pelayanan
kesehatan dasar yang dilaksanakan pada pelayanan fasilitas kesehatan.
28
3) Distribusi Tablet Fe Untuk Ibu Hamil
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil bertujuan untuk menanggulangi
anemia gizi secara dini. Pada Tahun 2016 pemberian tablet Fe1 277
(55.5%), Fe3 414 (82,97%) dari 499 jumlah sasaran ibu hamil. Perkiraan
bumil dengan komplikasi adalah 100 ibu dari 499 jumlah ibu hamil.
4) KB
Program KB merupakan salah satu program guna menekan laju
pertumbuhan penduduk. Keberhasilan program KB dapat di ketahui dari
beberapa indikator pencapaian, antara lain: pencapaian akseptor KB baru,
cakupan peserta KB aktif dan cakupan KB aktif yang menggunakan metode
kontrasepsi efektif terpilih (MKET).
Tahun 2015 ada 320 peserta KB Baru (9.3%) dari 3435 Pasangan Usia
Subur (PUS) yang ada di Puskesmas Dolo dengan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) sebanyak 20 dan Non Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (NMKJP) sebanyak 300. Sedangkan pada Tahun 2016 menigkat
menjadi 747 (22.4%) dari 3335 Pasangan Usia Subur (PUS). Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sebanyak 175 (23.4%) dan Non
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (NMKJP) sebanyak 572 (76.6%)
Pencapaian Peserta KB aktif selama tahun 2015 sebesar 3727
(108.5%) dari jumlah 3435 Pasangan Usia Subur (PUS) dengan penggunaan
MKJP sebanyak 500 dan NMKJP sebanyak 3227. Pada Tahun 2016 peserta
KB aktif menurun menjadi 1192 (91.8%) penggunaan MKJP sebanyak 500
dan NMKJP sebanyak 106 (8.17%).
29
6) Kunjungan Neonatus
Jumlah Kunjungan Neonatus Puskesmas Dolo Tahun 2016 KN1 390
(113.70%) dan KN lengkap 394 (114.87). Bayi Lahir dengan BBLR
sebanyak 20 kelahiran.
9) Desa UCI
Target desa UCI merupakan tujuan antara yang berarti cakupan
imunisasi untuk BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B harus
mencapai 80% di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten bahkan di setiap
desa. Tahun 2016 terdapat 9 desa UCI dari 11 desa yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Dolo.
30
10) Imunisasi Lengkap
Suatu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit dengan cara
memberikan mikroorganisme bibit penyakit berbahaya yang telah
dilemahkan (vaksin) kedalam tubuh sehingga merangsang sistem
kekebalan tubuh terhadap jenis antigen tersebut dimasa yang akan
datang. Pada Tahun 2016 cakupan imunisasi DPT- HB3 sebanyak 424
(188%), cakupan imunisasi polio pada bayi sebanyak 432 (192%) dan
campak sebanyak 392 (174%) dari 225 bayi.
12) Baduta, Balita ditimbang dan Berat Badan Dibawah Garis Merah (BGM)
Penimbangan merupakan salah satu kegiatan utama program
perbaikkan gizi yang menitik beratkan pada pencegahan dan peningkatan
keadaan gizi anak. Penimbangan terhadap bayi dan balita yang merupakan
upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangannya. Partisipasi
masyarakat dalam penimbangan tersebut digambarkan dalam perbandingan
jumlah balita yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S).
Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan, maka semakin
banyak pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita.
BGM adalah merupakan hasil penimbangan dimana berat badan
Balita berada di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Tidak
semua BGM dapat menggambarkan gizi buruk pada Balita, hal ini masih
harus dilihat tinggi badannya, jika tinggi badan sesuai umur maka keadaan ini
merupakan titik waspada bagi orang tua untuk tidak terlanjur menjadi lebih
buruk lagi, namun jika Balita ternyata pendek maka belum tentu anak tersebut
berstatus gizi buruk.Target yang harus dicapai secara nasional untuk BGM
adalah 5% atau lebih rendah.
Tahun 2016 balita ditimbang di wilayah kerja Puskesmas Dolo
sebanyak 902 balita (62.81%), sedangkan balita BGM sebanyak 123
(13.64%). Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah meningkatnya
pengetahuan ibu sehingga mau berpartisipasi secara rutin dalam penimbangan
balita.nya di posyandu.
31
13) Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Pelayanan kesehatan anak balita terdiri dari pemantauan pertumbuhan
balita dengan KMS, pemberian kapsul vitamin A, pelayanan posyandu,
manajemen terpadu balita sakit, konseling pada keluarga balita. Tahun 2016 di
wilayah kerja Puskesmas Dolo terdapat 1.863 (91.91%) balita yang mendapat
pelayanan kesehatan dari jumlah 2.047 balita.
32
Kesehatan Sekolah (UKS) yangmerupakan suatu paket pelayanan asuhan
sistematik dan ditujukan bagi semuamurid sekolah dasar dalam bentuk paket
promotif, promotif-preventif dan paket optimal. Pada Tahun 2016 sebanyak
398 siswa SD yang mendapat pelayanan gigi/ UKGS di wilayah kerja
Puskesmas Dolo.
2) Cakupan Kunjungan Rawat Jalan dan Cakupan Kunjungan Rawat Inap, dan
Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan.
33
Pelayanan gangguan kesehatan jiwa di Puskesmas Dolo telah
dilaksanakan dengan baik khususnya dalam pemberian rawat jalan dan
rujukan ke rumah sakit, dan telah dilakukan pencatatan dan pelaporan khusus
kesehatan jiwa secara rutin karena sudah ada sistem pelaporan ke dinas
kesehatan kabupaten dan propinsi. Kunjungan rawat jalan Puskesmas Dolo
Tahun 2016 yaitu sebanyak 16.813 kunjungan, dan pelayanan kesehatan Jiwa
di puskesmas Dolo tahun 2016 sebanyak 29 kunjungan
3. KEADAAN LINGKUNGAN
Masih tingginya prevalensi kejadian penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan lingkungan di Puskesmas Dolo seperti; penyakit
ISPA, Diare, Demam Berdarah Dongue, penyakit Kulit dan lain-lain,
menunjukkan bahwa kesehatan lingkungan yang kurang baik masih menjadi
penyebab utama tingginya angka morbiditas di wilayah Puskemas Dolo.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan upaya-upaya
perbaikan higine dan sanitasi lingkungan, meliputi:
1) Rumah Sehat
Rumah adalah salah satu kebutuhan manusia untuk beristirahat,
berlindung. Namun rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan justru dapat
menyebabkan beberapa penyakit seperti, ISPA, Diare, malaria, DBD dan lain-
lain. Oleh karenanya diupayakan supaya rumah-rumah masyarakat dalam
keadaan bersih dan sehat.
Berdasarkan data tahun 2016 jumlah rumah di wilayah Puskesmas
Dolo sebanyak 5075 rumah. Jumlah rumah memenuhi syarat (sehat) adalah
4083 (80.45%).
34
dari seluruh keluarga. Pada Tahun 2016 terjadi peningkatan akses terhadap
penggunaan air bersih meliputi jumlah pengguna pompa air 4771, pengguna
sumur gali 13 KK jadi total Keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih
4797 dari seluruh keluarga.
5) Desa STBM
Di Tahun 2016 belum ada desa yang melaksanakan STBM (Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat).
35
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Upaya pembangunan kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila
kebutuhan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi. Sumber daya kesehatan
mencakup sumber daya tenaga, sarana dan pembiayaan.
A. SARANA KESEHATAN
1) Jumlah Posyandu, Posyandu Aktif dan Ratio Posyandu per 100 Balita
Jumlah posyandu di Puskesmas Dolo tahun 2016 yaitu 28 pos yang
tersebar pada 11 desa, dimana rata-rata setiap desa mempunyai 3 posyandu
dengan frekwensi penimbangan sekali dalam sebulan dan ratio kader aktif per
posyandu yaitu 4 orang.
Berdasarkan strata posyandu, maka terdapat 10 (35.7%) Posyandu
Madya, 18 (64.3 %) Posyandu Purnama, untuk posyandu Mandiri belum ada.
Jumlah posyandu aktif 18. Ratio posyandu per 100 balita adalah 1,29%.
Gambar .3
B. TENAGA KESEHATAN
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis tenaga kesehatan
yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma
sehat yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan, dan
pencegahan penyakit.
Jumlah tenaga dokter umum di Puskesmas Dolo tahun 2016 yaitu
sebanyak 3 orang, dokter gigi 1 orang, bidan 27 orang, perawat 21 orang,
perawat gigi 1 orang, tenaga farmasi 4 orang, tenaga kesehatan masyarakat 5
orang, tenaga kesehatan lingkungan 4 orang, dan tenaga gizi 1 orang.
36
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Dalam melaksanakan upaya pembangunan kesehatan diperlukan
pembiayaan, baik yang bersumber dari pemerintah, maupun masyarakat
termasuk swasta. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah terdiri
atas (1) Anggaran Departemen Kesehatan, (2) Anggaran Pembangunan Belanja
Daerah (APBD), (2) Dana Kesehatan dalam APBD dan (3) Pinjaman Luar
Negeri (BLN).
Anggaran kesehatan APBD 59,765,025,660. Jumlah anggaran APBN
sebanyak 13,132,571,387. Adanya anggaran pembiayaan kesehatan ini
diharapkan mampu membantu petugas kesehatan dalam menjalankan
pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Dolo
37
BAB VI
KESIMPULAN
Upaya perbaikan gizi masyarakat yaitu kasus gizi buruk ditemukan 3 kasus di
Tahun 2016. Cakupan pemberian Vitamin A pada Bayi sebesar 218 (96,89%) dan
Balita sebesar 1863 kapsul (91,01%). Balita dengan Distribusi pemberian Fe3 pada
Bumil sebesar 414 (82,97%) meningkat dari pencapaian tahun sebelumnya di tahun
2015 yakni 269 (53,9%).
38
masyarakat masih kurang dalam hal meningkatan derajat kesehatan. Dengan
pencapaian saat ini diharapkan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu dan Anak.
39