You are on page 1of 30

NAMA : INDAR SUKRIANI

NIM : P0714211151017

KONSEP ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN ANAK

PRASEKOLAH

 Defenisi

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu


yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta
harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupana intrauterine ke
kehidupan ektrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada
usia kehamilan 37-42 mingggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram.
(Ibrahim Kristina S. Perawatan Kebidanan Jilid II,Bandung)

Bayi adalah masa masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia


setelah terlahir dari rahim seorang ibu. Pada masa ini, perkembangan otak
dan fisik bayi selalu menjadi perhatian utama, terutama pada bayi terlahir
premature maupun bayi yang terlahir cukup bulan namun memiliki berat
badan rendah. Baik ibu maupun bapak dan orang-orang terdekat si bayi juga
harus selalu mengawasi serta memberikan perawatan yang terbaik bagi bayi
sampai bayi berumur 1 tahun sedangkan Balita adalah salah satu periode
usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai dari 2-5 tahun atau
biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. (Wikipedia
Indonesia)
Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen
perawatan pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi
karena system imun mereka imatur, oleh karena itu akibat kegagalan
mengikuti prinsip pencegahan infeksi terutama sangat membahayakan.
Infeksi dalam kehamilan, peralinan dan masa nifas merupakan penyebab
utama kedua dari kematian ibu dan perinatal. (Prawirohardjo,Sarwono.2010.
Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka).

Di Negara berkembang, seperti Indonesia, masih sekitar 80%


perempuan hamil melahirkan di rumah dengan asuhan antenatal yang sangat
terbatas. Mereka kekurangan gizi dan anemic. Kalau diperlukan tindakan di
rumah sakit, masalah jarak, transportasi, dan keadaan sosial ekonomi
menjadi penghambat, sehingga sering perempuan hamil tiba di rumah sakit
sudah terlambat atau dekat dengan kematian. Tingkat infeksi pasca
pembedahan tinggi (15-60%), dengan infeksi luka dan komplikasi serius
sering terjadi. Ditambah pula dengan kemungkinan infeksi HIV/AIDS,
timbulnya kembali tuberculosis dan infeksi nosokomial lainnya.
(Prawirohardjo,Sarwono.2010.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka).
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat di rumah sakit atau
pelayanan kesehatan. Infeksi nosokomial yang berkaitan dengan neonatus
adalah infeksi yang didapat pada waktu intrapartum, selama perawatan atau
kurang dari 48 jam setelah keluar dari rumah sakit dan tidak termasuk infeksi
transplasenta (seperti: TORCH, HIV, sifilis). (Maryunani,Anik(2011).
Pencegahan Infeki Dalam Kebidanan. Jakarta : Tans Info media).

Pada asuhan bayi baru lahir, tindakan preventif barulah imunisasi


tetanus toksoid meternal dan pengobatan untuk mencegah sifilis congenital.
Penapisan dan pengobatan untuk penyakit infeksi lainnya seperti gonore dan
klamidia belum tersedia. (Prawirohardjo,Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Bina Pustaka). Sepsis adalah istilah bagi infeksi berat. Anak-anak
tertentu berisiko besar mengalaminya. Sepsis disebebkan oleh
mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh. Infeksi ini biasanya menyerang
daerah yang terkena infeksi. Sepsis berarti bakteri penyebab infeksi
ditemukan dalam peredaran darah. Ini mengakibatkan infeksi bisa terjadi di
seluruh organ tubuh.

a) Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar Uterus

Transisi atau proses adaptasi bayi baru lahir yang paling dramatis dan
cepat terjadi pada empat aspek, yaitu pada sistem pernapasan, sistem
sirkulasi/kardiovaskular, kemampuan termoregulasi, dan kemampuan
menghasilkan sumber glukosa. Selain itu, pada sistem tubuh lainnya juga
terjadi perubahan, walaupun tidak jelas terlihat.

1. Sistem Pernapasan

 Perkembangan Paru

Paru berasal dari titik tumbuh (jaringan endoderm) yang muncul dari
faring yang kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8
tahun, sampai jumlah bronkiolus dan alveolus sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan gerakan nafas sepanjang trimester ke2 dan
ke3 Ketidakmatangan paru mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi
baru lahir sebelum usia 24 minggu, yang disebabkan oleh keterbatasan
permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru, dan tidak
mencukupinya jumlah surfaktan

 Proses Awal Bernapas

Empat faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi :

1. Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2 merangsang kemoreseptor


yang terletak di sinus karotis.
2. Tekanan terhadap rongga dada (toraks) sewaktu melewati jalan lahir.
3. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang gerakan
pernapasan.
4. Refleks deflasi Hering Breur

Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi dengan normal dalam
waktu 30 detik setelah kelahiran. Tekanan pada rongga dada bayi saat bayi
melalui jalan lahir per vaginam mengakibatkan cairan paru yang jumlahnya
80-100 ml, berkurang sepertiganya sehingga volume yang hilang ini diganti
dengan udara. Paru mengembang sehingga rongga dada kembali ke bentuk
semula. Pernapasan pada neonates terutama pernapasan diafragmatik dan
abdominal. Biasanya, frekuaensi dan kedalaman pernapasan masih belum
teratur.

Kompresi dan dekompresi kepala bayi selama proses kelahirandiyakini


merangsang pusat pernapasan di dalam otak yang menimbulkan upaya
bernapas. Dalam hal ini, rangsangan taktil dianggap tidak terlalu bermakna.
Akan tetapi, rasa sakit yang disebabkan oleh ekstensi tungkai yang masih
fleksi, sendi-sendi dan tulang punggung dapat dianggap menjadi penyebab
timbulnya respons awal bayi terhadap kehidupan di luar uterus.

1. Sistem Kardiovaskular

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan bersirkulasi ke seluruh tubuh guna menghantarkan
oksigen ke jaringan. Agar terbentuk sirkulasi yang baik guna mendukung
kehidupan luar rahim, terjadi dua perubahan besar, yaitu :

1. Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta


2. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem
pembuluh darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan tersebut langsung
berpengaruh paada aliran darah. Oksigen menyebabkan system pembuluh
mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan
resistensinya sehingga mengubah aliran darah

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah :

1. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sistemik


meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah menuju
atrium kanan berkurang sehingga menyebabkan penurunan volume
dan tekanan pada atrium tersebut. Kedua kejadian ini membantu
darah yang miskin oksigen mengalir ke paru untuk menjalani proses
oksigenasi ulang.
2. Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan
pertama ini menimbulkan relaksasi sistem pembuluh darah paru.
3. Peningkatan sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan pembuluh
darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan
atrium kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara
fungsional akan menutup

Dengan pernapasan, kadar oksigen dalam darah meningkat.


Akibatnya duktus arteriosus mengalami konstriksi dan menutup dalam
waktu 8-10 jam setelah bayi lahir. Vena umbilikus, duktus venosus, dan
arteri hipogastrika pada tali pusat menutup secara fungsional dalam
beberapa menit setelah bayi lahir dan setelah tali pusat di klem.
Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan.

Total volume darah yang bersirkulasi pada saat bayi lahir adlah 80
ml/kg berat badan. Akan tetapi, jumlah ini dapat meningkat jika tali pusat
tidak dipotong pada waktu lahir. Kadar hemoglobin tinggi (15-20 gr/dl),
70% adalah Hb janin. Perubahan Hb janin menjadi Hb dewasa yang
terjadi di rahim selesai dalam 1-2 tahun kehidupan.

3. Termoregulasi

Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka


sehingga mereka dapat mengalami stres akibat perubahan lingkungan.
Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh
lebih dingin. Bayi baru lahir/neonatus dapat menghasilkan panas dengan
tiga cara, yaitu menggigil, aktivitas volunter otot, dan termogenesis yang
bukan melalui mekanisme menggigil. Mekanisme menggigil saja tidak
efisien dan bayi cukup bulan tidak mampu menghasilkan panas dengan
cara ini. Aktivitas otot dapat menghasilkan panas, tetapi manfaatnya
terbatas, bahkan untuk bayi cukup bulan dengan kekuatan otot cukup
kuat untuk tetap berada dalam posisi fleksi. Termogenesis non-menggigil
mengacu pada penggunaan lemak cokelat untuk produksi panas.
Timbunan lemak cokelat terdapat pada dan di sekitar tulang belakang,
klavukula dan sternum, ginjal, serta pembuluh darah utama. Jumlah lemak
cokelatbtergantung pada usia kehamilan dan menurun pada bayi baru
lahir yang mengalami hambatan pertumbuhan. Produksi panas melalui
penggunaan cadangan lemak cokelat dimulai saat rangsangan dingin
memicu aktivitas hipotalamus. Pesan kimiawi akan dikirimkan ke sel-sel
lemak cokelat. Sel-sel ini menghasilkan nergi yang akan mengubah lemak
menjadi energi panas.

4. Metabolisme Glukosa

Agar berfungsi dengan baik, otak memerluakan glukosa dalam


jumlah tertentu. Pada saat kelahiran, begitu tali pusat di klem, seorang
bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada
setiap bayi baru lahir, kadar glukosa darah akan turun dalam waktu cepat
(1-2 jam). Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3
cara :

1. Melalui pemberian air susu ibu (bayi baru lahir yang sehat harus
didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).
2. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)
3. Melalui pembentukan glukosa dari sumber lain, terutama lemak
(glukoneogenesis)

Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah
yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika
bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang
sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati,
selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Bayi yang
mengalami hipotermia pada saat lahir, yang kemudian mengakibatkan
hipoksia, akan menggunakan persediaan glikogen dalam satu jam
pertama kelahiran.

5. Sistem Ginjal

Walaupun ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, muatannya


terbilang kecil hingga setelah kelahiran. Urine bayi encer, berwarna
kekuning-kuningan, dan tidak berbau. Warna cokelat dapat disebabkan
oleh lendir bebas membrane mukosa dan udara asam dan akan hilang
setelah bayi banyak minum. Garam asam urat dapat menimbulkan warna
merah jambu pada urine, namun hal ini tidak penting. Tingkat filtrasi
glomerulus rendah dan kemampuan reabsorpsi tubular terbatas. Bayi
tidak mampu mengencerkan urine dengan baik saat mendapat asupan
cairan, dan juga tidak dapat mengantisipasi tingkat larutan yang tinggi
atau rendah dalam darah. Urine dibuang dengan cara mengosongkan
kandung kemih secara refleks. Urine pertama dibuang saat lahir dan
dalam 24 jam, dan akan semakin sering dengan banyaknya cairan yang
masuk.

6. Sistem Gastrointestinal

Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi belum matur


dibandingkan orang dewasa. Membran mukosa pada mulut berwarna
merah jambu basah.Gigi tertanam di dalam gusi dan sekresi ptyalin
sedikit.Sebelum lahir,janin cukup bulan akan mulai mengisap dan
menelan reflek muntah dan batuk yang matur sudah terbentuk dengan
baik pada saat lahir kemampuan bayi untuk menelan dan mencerna
makanan( selain susu) masih terbatas hubungan antara esofagus bawah
dan lambung masih belum sempurna sehingga mengakibatkan gumoh
pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sangat
terbatas,kurang dari 30 ml (15-30 ml) untuk bayi baru lahir cukup bulan.
Kapasitas lambung ini akan bertambah secara perlahan,seiring dengan
pertumbuhan bayi.Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri
sangat penting,contohnya memberikan ASI sesuai keinginan bayi ( ASI on
demand)

7. Sistem Imun

Sistem imun bayi baru lahir masih belum matur sehingga neonatus
rentan mengalami infeksi dan alergi. Sistem imun yang matur akan
memberi kekebalan alami maupun kekebalan dapatan. Kekebalan alami
terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi. Beberapa contoh kekebalan alami meliputi:

1. Perlindungan oleh membran mukosa


2. Fungsi saringan saluran nafas
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan dapatan akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang


lahir dengan kekebalan pasif mendapat antibody dari tubuh ibunya.
Reaksi antibody keseluruhan terhadap antigen asing masih belum muncul
sampai awal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi
dan balita adalah pembentukan system kekebalan tubuh.
8. Sistem Muskuloskeletal

Otot bayi berkembang engan sempurna karena hipertropi, bukan


hiperplasi. Tulang panjang tidak mengeras dengan sempurna untuk
memudahkan pertumbuhan pada epifise. Tulang tengkorak kekurangan
esensi osifikasi untuk pertumbuhan otak dan memudahkan proses
pembentukan selama persalinan. Proses ini selesai dalam waktu
beberapa hari setelah lahir. Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6-8
minggu. Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18 bulan dan
digunakan untuk memperkirakan tekanan hidrasi dan intra cranium yang
dilakukan dengan memalpasi tegangan fontanel.

9. Sistem Neorologi

Sistem saraf bayi baru lahir masih sangat muda baik secara anatomi
maupun fisiologi ini menyebabkan kegiatan reflek spina dan batang otak
dengan control minimal oleh lapisan luar serebrum pada beberapa bulan
pertama kehidupan, walaupun interaksi sosial terjadi lebih awal.

Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak memerlukan persediaan


oksigen dan glukosa yang tetap memadai. Otak yang masih muda rentan
terhadap hipoksia, ketidakseimbangan biokimia, infeksi dan pendarahan.
Bayi baru lahir memperlihatkan sejumlah aktivitas reflek pada usia yang
berbeda beda, yang menunjukkan normalitas dan perpaduan antara
sistem neuorogi dan muskuluskletal. Beberapa reflek tersebut:

1. Refleks moro, reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap
rangsangan mendadak. Reflek ini dapat di munculkan dengan cara
menggendong bayi dengan sudut 45o, lalu biarkan kepalanya turun
sekitar 1-2 cm. Reflek ini simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama
setelah lahir.
2. Refleks rooting, dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi
atau sisi mulut, bayi menoleh kearah sumber rangsangan dan
membuka mulutnya siap untuk mengisap.
3. Refleks mengedip atau reflexs mata, melindungi mata dari trauma.
4. Refleks menggenggam, reflek ini di munculkan dengan menempatkan
jari atau pensil atau pensil di dalam telapak tangan bayi, dan bayi akan
menggenggamnya dengan erat.
5. Refleks berjalan dan melangkah. Jika bayi di sangga pada posisi
tegap dan kakinya mennyentuh permukaan yang rata, bayi akan
terangsang untuk berjalan.
6. Refleks leher tonik asimetris. pada posisi terlentang, jika kepala bayi
menoleh ke satu arah, lengan di sisi tersebut akan ekstensi sedangkan
lengan sebelahnya fleksi. Jika di dudukkan tegak, kepala bayi pada
awalnya akan terkulai ke belakang lalu bergerak ke kanan sesaat
sebelum akhirnya menunduk ke depan.

b.) Pencegahan Infeksi

Menurut Dewi (2010) pencegahan infeksi merupakan bagian


terpenting dari setiap komponen perawatan pada bayi baru lahir (BBL) yang
sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya yang masih belum
sempurna.
Menurut Muslihatun (2010), pencegahan infeksi merupakan
penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir (BBL)
karena BBL sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan BBL,
pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi.

Tujuan Pencegahan Infeksi :

1. Mencegah terjadinya komplikasi infeksi pasca tindakan.


2. Menghindari terjadinya penularan penyakit infeksi berbahaya.

Langkah pengendalian infeksi pada perlengkapan pemberian minum dan


nutrisi pada neonatus, anatara lain :

1. Gunakan ASI sebisa mungkin.


2. Sterilisai botol minuman harus dilakukan dengan benar setiap saat.
3. Penggunaan air steril merupakan keharusan.
4. Sonde lambung harus diganti setiap 2-3 hari.

Pengendalian infeksi bagi petugas kesehatan yang merawat


neonatus, harus memperhatikan antara lain, sebagai berikut:

1. Jumlah petugas yang memadai diperlukan untuk memberikan asuhan


kepada bayi dengan waktu cuci tangan yang adekuat dan kontak bayi
ke bayi.
2. The American Academy Pediatrics (AAP) memberikan beberapa
rekomendasi jumlah staf yang merawat neonatus berdasarkan level
pelayanan sebegai berikut:
3. Unit perawatan bayi normal (levell I), jumlah perawat : 1 perawat per 6-
8 neonatus.
4. Unit perawatan transisi (leve lII), jumlah perawat : 1 perawat per 3-4
neonatus.
5. Unit perawatan intensif (level III), jumlah perawat : 1 perawat per 1-2
neonatus.
6. Petugas yang merawat neonatus harus menyadari kemungkinanan
penularan penyakit kepada neonatus ada harus didorong untuk
melaporkan penyakit menular kepada pengendaliannya misalnya
cutaneous staphylococcal atau lesi herpetic, penyakit pernapasan,
kunjungtivitis dan gastroenteritis.

 Kewaspadaan terhadap pencegahan infeksi

Sebaiknya ibu atau siapa pun yang kontak dengan bayi harus
memiliki kewaspadaan akan terjadinya penularan infeksi.kewaspadaan
tersebut dapat dibangun melalui hal-hal berikut:

1. Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi


menularkan infeksi.
2. Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan alkohol sebelum
dan sesudah merawat bayi.
3. Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan.
4. Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya bila
diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh
lainnya.
5. Bersihkan dan bila perlu lakukan desinfeksi peralatan serta barang
yang digunakan sebelum daur ulang.
6. Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin.
7. Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan,
misalnya bayi dengan diare yang terinfeksi didalam ruangan khusus.
 Cara Pencegahan Infeksi

Upaya pencegahan infeksi berhasil mengurangi resiko infeksi janin


dan bayi baru lahir di negara-negara berkembang. Pencegahan yang
dilakukan antara lain adalah imunisasi maternal (tetanus, rubea,
varisela, hepatitis B). Pengobatan antenatal terhadap sifilis maternal,
gonorea, klamidia, penggunaan profilaksis obat tetes mata pasca lahir
untuk mencegah konjungtivitis karena klamidia, gonorea, dan jamur,
pengobatan profilaksis perempuan hamil yang berisiko terhadap
penyakit grup B streptokokus dan pengobatan dengan obat
antiretroviral (ARV) maternal (antenatal dan intrapartum) dan bayi baru
lahir (pasca lahir) untuk mencegah HIV. (Prawirohardjo,Sarwono.2010.
Ilmu Kebidanan .Jakarta : Bina Pustaka).

Berikut ini adalah gambar 6 langkah mencuci tangan

Berikut ini adalah beberapa cara untuk melakukan pencegahan infeksi,


diantaranya:

1. Cuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan cairan pembersih
tangan berbasis alkohol, pada saat sebelum dan sesudah merawat
bayi, sesudah melepas sarung tangan, dan setelah memegang
instrument atau barang yang kotor.
2. Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci
tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
3. Basahai kedua tangan dengan cairan alkohol yang dibuat dari 2 ml
gliserin dan 100 ml alkohol 60%. Caranya basahi seluruh permukaan
tangan dan jari dengan cairan pembersih tangan dan basuh atau
gosok cairan ke tangan sampai kering.
4. Basahai kedua tangan dengan mencuci tangan selama 10-15 detik
dengansabun dan air mengalir, setelah itu biarkan tangan kering di
udara atau keringkan dengan kertas bersih / handuk pribadi.
5. Gunakan alat-alat perlindungan pribadi.
6. Bila kemungkinan pakailah sepatu tertutup, jangan bertelanjang kaki.
7. Gunakan sarung tangan untuk melakukan tindakan berikut:
8. Memegang atau kontak dengan kulit yang lecet, jaringan di bawah
kulit, atau darah (gunakan sarung tangan steril atau sarung DTT).
9. Memegang atau kontak dengan membran mukosa atau cairan tubuh
(gunakan sarung tangan bersih).
10. Memegang atau kotak dengan barang yang terkontaminasi serta akan
membersihkan atau membuang kotoran (gunakan sarung tangan tebal
dari baha karet atau lateks).
11. Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan, tetapi dapat juga
dipakai ulang. Langkah-langkah adalah sebagai berikut:
12. Dekontaminasi dengan merendam didalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit.
13. Cuci dan bilas.
14. Sterilkan dengan autoclaf atau DTT lalu di rebus atau dikukus.
15. Sarung tangan tidak boleh dipakai ulang lebih dari 3 kali.
16. Jangan gunakan sarung tangan yang robek, terkelupas atau
berlubang.

 Pencegahan infeksi pada tali pusat

Cara merawatnya adalah sebagai berikut:

1. Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat.


Membersihkan tali pusat saat bayi tidak berada di dalam bak air.
Hindari waktu yang lama bayi di air karena bisa menyebabkan
hipotermi.
2. Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat terlebih
dahulu.
3. Perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan kasa steril kering
tanpa diolesi dengan alkohol. Jangan pakai betadine karena yodium
yang terkandung di dalamnya dapat masuk ke dalam peredaran darah
bayi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok.
4. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak
karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman.
5. Tetaplah rawat tali pusat dengan menutupnya menggunakan kasa
steril hingga tali pusat lepas secara sempurna.
 Perawatan Umum Pencegahan Infeksi

Gambar infeksi tali pusat

1. Gunakan sarung tangan dan celemek sewaktu memegang bayi baru


lahir sampai dengan memandikan bayi minimal 6 jam tidak perlu
memakai asker atau gaun tertutup dalam perawatn bayi baru lahir.
2. Bersihkan darah dan cairan bayi dengan menggunakan kapas yang di
rendam dalam air hangat kemudian kekeringan.
3. Bersihkan bokong dan sekitar anus bayi setiap selesai mengganti
popok atau diperlukan dengan menggunakan kapas yang direndamair
hangat atau air sabun lalu keringkan dengan hati-hati.
4. Gunakan sarung tangan sewaktu merawat tali pusat.

 Perawatan Tali Pusat

Saat bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal) yang menghubungkannya


dan plasenta ibunya akan dipotong meski tidak semuanya. Tali pusar yang
melekat di perut bayi, akan disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan
dibiarkan hingga pelan-pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan
sendirinya. Agar tidak menimbulkan infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat
dengan benar. Cara merawatnya adalah sebagai berikut:
1. Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat.
Membersihkan tali pusat saat bayi tidak berada di dalam bak air.
Hindari waktu yang lama bayi di air karena bisa menyebabkan
hipotermi.
2. Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat terlebih
dahulu.
3. Perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan kasa steril kering
tanpa diolesi dengan alkohol. Jangan pakai betadine karena yodium
yang terkandung di dalamnya dapat masuk ke dalam peredaran darah
bayi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok.
4. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak
karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman.
5. Tetaplah rawat tali pusat dengan menutupnya menggunakan kasa
steril hingga tali pusat lepas secara sempurna.

Prosedur Kerja Di Ruang Bayi Secara Umum

1. Petugas di kamar bayi :


2. Lakukan cuci tangan sesuai dengan prosedur standar, sebelum dan
sesudah melakukan tindakan / memeriksa bayi.
3. Pakai alas kaki yang sudah disediakan khusus untuk di dalam ruangan
bayi.
4. Petugas kamar bayi sehat tidak diperkenankan merawat bayi yang
terkontaminasi / terinfeksi.
5. Petugas diruang bayi, rambutnya harus selalu rapi / diikiat/ dipotong
pendek/ mengenankan kerudung, sehingga tidak mengenal muka bayi
pada waktu memberi minum bayi.
6. Petugas memberi penerangan kepada ibu yang habis melahirkan,
antara lain :Cara memassage payudara,Cara menyusui bayi yang
benar, Cara merawat tali pusat bayi dan Cara memberikan susu
formula (jika diperlukan).

 Perlengkapan Perlindungan Diri


1. Bila mungkin pakai sepatu tertutup, jangan telanjang kaki.
2. Bila sarung tangan diperlukan untuk melakukan tindakan, gunakan
sepasang sarung tangan setelah digunakan.
3. Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan dibeberapa tempat
karena keterbatasan sarana. Sarung tangna untuk tindakan bedah
dapat dipakai tindakan ulang setelah :
 Dilakukan kontaminasi dengan merendam di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
 Disterilkan dengan autoklaf untuk membunuh organism atau
DTT dengan direbus atau dikukus.
 Tidak boleh lebih dari 3 kali karena dikhawatirkan terjadi
robekan yang tidak dilihat (Sudarti dan Khoirunnisa, 2010).

 Perawatan Umum
1. Gunakan sarung tangan atau celemek plastic atau karet waktu
memegang bayi baru lahir sampai dengan kulit bayi bersih dari darah
dan mekonium dan cairan.
2. Bersihkan darah dan cairan tubuh bayi lainnya dengan menggunakan
kapas yang direndam dalam air hangat kemudian keringkan.
3. Bershkan pantat dan daerah sekitar anus bayi setiap selesai
mengganti popok atau setiap diperlukan dengan menggunakan kapas
yang direndam air hangat, air larutan sabun dan kemudian dikeringkan
dengan hati-hati.
4. Gunakan sarung tangan waktu merawat tali pusat.
5. Ajari ibu merawat payudara dan cara mengurangi trauma pada
payudara dan putting susu agar tidak terjadi mastitis (Sudarti dan
Khoirunnisa, 2010.
 Teknik Aseptik untuk Melakukan Tindakan

Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan jumlah


mikroorganisme di kulit, jaringan atau benda mati ke tingkat yang lebih aman
melalui cara (Sudarti dan Khoirunnisa, 2010) :
1. Cuci tangan selama 3-5 menit dengan menggunakan sikat lembut dan
sabun antiseptik.
2. Kenakan sarung tangan steril atau sarung tangan yang di desinfeksi
tingkat tinggi (DTT).
3. Siapkan kulit untuk melakukan tindakan dengan mencuci
menggunakan cairan antiseptic dengan gerakan melingkar, dari
sentral ke luar seperti membentuk spiral.
4. Bila ragu-ragu apakah peralatannya terkaontaminasi atau tidak
anggaplah sudah terkontaminasi.

 Alat dan Instrumen


Table Petunjuk memproses atau membersihkan alat
Instrument/Alat Petunjuk Memproses
Thermometer Basuh dengan klorin 0,5% sesudah
digunakan
Balon dan sungkup
- Basuh permukaan yang terpapar dengan
resusitasi menggunakan kain kasa yang direndam
alkohol 90% atau klorin 0,5%.
- Cuci dengan sabun dan air.
Alat pengisap dan
- Rendam dalam larutan klorin 0,5% selama
kateter 10 menit sebelum dibersihkan.
- Cuci dengan sabun dan air mengalir.
- Sterilkan atau DTT.
Pipa lambung untuk
- Rendam di dalam larutan klorin 0,5%
member minum selama 10 menit sebelum dibersihkan.
- Cuci dengan sabun dan air mengalir.
- Sterilkan atau DTT.
Prong nasal dan kateter- Rendam di dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit sebelum dibersihkan.
- Cuci dengan sabun dan air mengalir.
- Sterilkan atau DTT
Oxygen headbox Cuci dengan sabun dan air mengalir

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi


pada BBL adalah :
1. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga
agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau
tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan di sebgalah bawah tali pusat.
Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir
dan sabun, segera dikeringkan dengan kain kasa kering dna dibungkus
dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau
mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka tali pusat, sebab
kaan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengna kematian
neonatal. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai, antara lain
kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan berbau
busuk. Mengawasi dan seger melaporkan ke dokter jika pada tali pusat
ditemukan perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau
berbau busuk

2. Pencegahan infeksi pada kulit


Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada
kulit BBL atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi di dada ibu agar
terjadi kontak kulit langsung ibu dna bayi, sehingga menyebabkan terjadinya
kolonisasi mikroorganisme yang ada di kulit dan saluran pencernaan bayi
dengna mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat nonpatogen, serta
adanya zat antibody bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air
susu ibu (ASI).
3. Pencegahan infeksi pada mata BBL
Cara mencegah infeksi pada mata BBL adalah merawat mata BBL
dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan kedua mata bai
segera setelah lahir dengna kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang
telah dibersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir,
berikan salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum
(tetrasiklin 1%, eritromisin 0,5% atau nitras argensi 1%), biarkan obat tetap
pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan.
Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangna kembali. Keterlambatan
memberikan salep mata, misalnya BBL diberi salep mata setelah lewat 1 jam
setelah lahir, merupakan sebab tersering kegagalan upaya pencegahan
infeksi pada mata BBL.
4. Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberculosis, imunisasi BCG harus
diberikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetes
polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu.
Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan
perlindungan awal. Imunisasi hepatitis B sudah merupakan program nasional,
meskipun pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Pada daerah risiko
tinggi, pemberian imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah
lahir.
Umur Bayi Jenis Imunisasi
≤ 7 Hari Hepatitis B (HB) 0
1 Bulan BCG, Polio 1
2 Bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 Bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 Bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 Bulan Campak

c. rawat gabung
Menurut Muslihatun (2010) menyatakan bahwa rawat gabung adalah
satu cara perawatan ibu beserta bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,
melainkan ditempatkan dalam sebuah ruang, kamar, atau tempat bersama-
sama selama 24 jam penuh dalam seharinya.

 Tujuan rawat gabung :


1. Membina hubungan emosional antara ibu dan bayi.
2. Meningkatkan penggunaan ASI.
3. Mencegah infeksi dan pendidikan kesehatan bagi ibu.
4. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja dan dimana
saja bayi membutuhkannya.
5. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar
seperti yang dilakukan oleh petugas.
6. Ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya.
7. Dapat melibatkan suami secara aktif untuk membantu ibu dalam
menyusui bayinya secara baik dan benar.
8. Ibu mendapatkan kehangatan emosional/batin karena selalu kontak
dengan bayinya.
 Sasaran dan syarat dilakukannya rawat gabung adalah sebagai
berikut :
1. Bayi lahir spontan baik presentasi kepala maupun bokong.
2. Apabila bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung bisa dilakukan
setelah bayi cukup sehat, reflex menghisap baik, tidak ada tanda-
tanda infeksi dan lain-lain.
3. Bayi yang lahir secara section caesaria (SC) dengan pembiusan
umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak
mengantuk, 4-6 jam setelah operasi selesai.
4. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR ≥ 7).
5. Usia kehamilan ≥ 37 minggu atau lebih.
6. Berat bayi lahir ≥ 2.500 gram.
7. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
8. Bayi dan ibu dalam keadaan sehat.

 Sementara ibu, kondisi-kondisi bayi yang tidak memenuhi syarat untuk


dilakukannya rawat gabung adalah sebagai berikut
1. Bayi yang sangat premature.
2. Berat lahir < 2.000 gram
3. Bayi dengan sepsis.
4. Bayi dengan gangguan nafas.
5. Bayi dengan cacat bawaan
6. Ibu dengan infeksi berat (antara lain tuberculosis, sepsis). BBL tidak
boleh dilakukan rawat gabung, apabila keadaan ibu atau keadaan bayi
tidak memungkinkan.
Kontra indikasi rawat gabung dari keadaan ibu, antara lain status
kardiorespirasi tidak normal (ibu dengan decompensatio cordis tingkat III
dianjurkan untuk menyusui), pasca eklampsi kesadaran belum baik, infeksi
akut (tuberculosis aktif), hepatitis, HIV/AIDS, cytomegalovirus (CMV), herpes,
kanker payudara dan psikosis. Kontra indikasi dari keadaan bayi antara lain
bayi kejang/kesadaran menurun, penyakit jantung/paru berat, bayi yang
memerlukan perawatan khusus/pengawasan intensif serta bayi dengan cacat
bawaan tidak mampu menetek.

 Pelaksanaan Rawat Gabung


1) Di poliklinik kebidanan.
Kegiatan rawat gabung bisa dimulai sejak ibu memeriksakan kehamilan di
poliklinik kebidanan, antara lain kegiatna penyuluhan pemutaran film di
ruangan khusus, konsultasi kesehatan ibu dan bayi.
2) Di Ruang Bersalin
Kegiatan rawat gabung di ruang bersalin bisa dilakukan apabila bayi
memnuhi beberapa criteria berikut ini : nilai APGAR ≥ 7, berat badan lahir
2500-4000 gram, usia kehamilan 37 sampai 42 minggu, bayi lahir spontan,
tidak ada infeksi intrapartum, ibu sehat, tidak ada komplikasi persalinan pada
ibu dan bayi, tidak ada kelainan bawaan berat. Dalam setengah jam setelah
lahir bayi segera disusukan, ibu diberikan penyuluhan tentang ASI dan rawat
gabung, persiapan ibu dan bayi ke ruang perawatan.
3) Di Ruang Perawatan
Meletakkan bayi dalam boks bayi di samping tempat tidur ibu, mengawasi
keadaan bayi dalam boks bayi, di samping tempat tidur ibu, mengawasi
keadaan umum bayi, catat dalam status. Bayi boleh menetek setiap kali, tidak
boleh diberi susu botol, jika ada indikasi medis pemberian susu formula,
berikan dengan pipet, sendok, cangkir atau naso gastric tube (NGT),
memantau ibu meneteki bayi, penyuluhan sebelum ibu dan bayi pulang.
4) Poliklinik Anak
Menimbang berat badan, memeriksa payudara dan proses laktasi, mengkaji
makanan bayi, memeriksa keadaan ASI, penyuluhan makanan dan
perawatan bayi, memeriksa jadwal makanan bayi, pemeriksaan bayi oleh
dokter serta memberikan imunisasi sesuai jadwal.

 Manfaat Rawat Gabung


1. Fisik
Mengurangi infeksi silang dari pasien lain atau petugas, dengan menyusu
dini kolostrum dapat memberikan kekebalan, ibu dapat dengan mudah
mengetahui perubahan yang terjadi pada bayinya karena setiap saat dapat
melihat bayinya.
2. Fisiologis
Bayi banyak mendapat nutrisi secara fisiologis, antara lain bayi banyak
mendapatkan nutrisi secara fisiologis dan membantu proses involusi uterus.
3. Psikologis
Terjalin proses lekat akibat sentuhan badaniah antara ibu dan bayinya,
bayi merasa aman dan terlindungi.
4. Edukatif
Ibu mempunyai pendidikan dan pengalaman yang berguna sehingga
mampu menyusui dan merawat bayinya.
5. Ekonomi
Penghematan anggaran dan pengeluaran untuk pembelian susu buatan.
6. Medis
Menurunkan terjadinya infeksi nosokomial, menurunkan angkan
mortalitas dan morbiditas
 Keuntungan Rawat Gabung
1. Menggalakkan pemakaian ASI.
2. Hubungan emosional ibu dan bayi lebih dini dan dekat.
3. Ibu dapat segera melaporkan keadaan aneh pada bayi.
4. Mengurangi ketergantungan ibu pada petugas dan meningkatkan percaya
diri.
5. Ibu bisa belajar merawat bayi.
6. Ibu dapat bertukar pengalaman dengan ibu lain.
7. Risiko infeksi silang dan nosokomial berkurang.
8. Beban perawatan terutama pengawasan berkurang, sehingga petugas
bisa melakukan tugas lain.

 Kerugian Rawat Gabung


1. Kemungkinan ibu kurang beristirahat.
2. Ibu bisa salah memberikan makanan kepada bayi karena pengaruh
orang lain.
3. Pada ibu yang kurang menjaga kebersihan diri, bayi dan ibu akan
mudah sakit.
4. Bayi dapat terkena infeksi dari pengunjung serta kadang ada
hambatan tekniks dan fasilitas dalam pelaksanaan.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rawat gabung :

1. Peranan sosial budaya


Kemajuan teknologi perkembangan industry, urbanisasi, dan pengaruh
kebudayaan barat menyebabkan pergeseran niat sosial budaya masyarakat.
Memberikan susu formula dianggap modern karena dapat menyamakan
kedudukan seorang ibu golongan bawah dengan ibu-ibu golongan atas.
Ketakutan akan mengendurnya payudara menyebabkan ibu enggan
menyusui bayinya. Bagi ibu yang sibuk dengan urusan di luar rumah, hal ini
dapat menghambat usaha peningkatan penggunaan ASI.

2. Ekonomi
Beberapa wanita memilih bekerja di luar rumah. Hal ini dilakukan bukan
karena tuntutan ekonomi, melainkan karena status prestise atau memang
dirinya dibutuhkan.
3. Peranan tata laksanan RS/RB
Peranan tata laksana yang menyangkut kebijakan RS/RB sangat penting,
mengingat saat ini banyak ibu menginginkan untuk bersalin di pelayanan
kesehatan yang lebih baik.
4. Dalam diri ibu sendiri
 Keadaan gizi ibu
 Pengalaman/sikap ibu terhadap menyusui
 Keadaan emosi
 Keadaan payudara
 Peran masyarakat dan pemerintah

 Kebijakan pemerintah RI
1. Setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama 6
bulan kecuali atas indikasi medis (pasal 128 ayat 1 UU No.36 tahun 2009
tentang kesehatan).
2. Selama pemberian ASI, baik pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas khusus (pasal 128 ayat 2 UU No.36 tahun
2009 tentang kesehatan).
3. Pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM. Modal dasar
pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan
disertai dengan pemberian ASI sejak usia dini (GBHN 1999-2004 dan
Program Pembangunan Nasional-Propernas).
4. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan
pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun.
5. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan milik pemerintah maupun
swasta.
6. Meningaktkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal peningkatan
pemberian ASI (PP ASI) sehingga petugas tersebut terampil dalam
melaksanakan penyuluhan pada masyarakat luas.
7. Pencanangan peningkatan penggunaan ASI secara nasional pada peringatan
hari ibu ke-62 (tahun 1990).
8. Upaya penerapan sepuluh langkah untuk berhasilnya program menyusui di
semua RS, RB, dan puskesmas dengan tempat tidur (Dewi, 2010).

Pelaksanaan rawat gabung, bayi ditempatkan bersama ibunya dalam


suatu rungan sedemikian rupa sehingga ibu dapat melihat dan
menjangkaunya kapan saja. Bayi dapat diletakkan di tempat tidur bersama
ibunya atau dalam boks di samping tempat tidur ibu, yang terpenting adalah
ibu harus melihat dan mengawasi bayinya, saat bayinya menangis karena
lapar, kencing, atau digigit nyamuk. Tangis bayi merupakan rangsangan
sendiri bagi ibu untuk memproduksi ASI.

You might also like