You are on page 1of 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi.
Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan
pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala
sama sekali, hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa
penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal.
Data WHO (2011) menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau
26,4 % mengidap hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi
29,2 % di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara
maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang, termasuk Indonesia.1
Menurut WHO (2011), hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap
tahun, dimana hampir 1,5 juta adalah penduduk wilayah Asia Tenggara.
Diperkirakan 1 dan 3 orang dewasa di Asia Tenggara menderita
hipertensi.Menurut data Departemen Kesehatan, hipertensi dan penyakit jantung
lain meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana hipertensi menjadi
penyebab kematian kedua setelah stroke. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) dari 70% penderitahipertensi yang di ketahui hanya 25%
yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5%yang diobati dengan baik
(adequately treated cases) diperkirakan sampai tahun 2025tingkat terjadinya
1,2
tekanan darah tinggi akan bertambah 60%. Menurut NHLBI (National Heart,
Lung, and Blood Institute ), 1 dari 3 pasien menderita hipertensi
Menurut Riset Kesehatan Dasar/RISKESDAS tahun 2013 menujukkan
bahwa hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5%. Menurut Hamid (2011),
dalam Seminar The S Scientific Meeting on Hypertension 2011, tingkat prevalensi
hipertensi di Indonesia mencapai 31,7 persen dari total penduduk dewasa.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi hipertensi di
Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 26,5

1
persen. Jadi cakupan nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%) kasus
hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Data secara nasional yang belum
lengkap, sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi,
sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi
penyakitnya.1,2,3
Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien Puskesmas salobulo
selama tahun 2017, hipertensi menduduki peringkat 2 dari 10 penyakit terbanyak
di Puskesmas Salobulo.4
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul Tingkat Kejadian Diagnosis
Hipertensi berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di wilayah Puskesmas
Salobulo, Kecamatan Sajoanging, Kab. Wajo, Sulawesi Selatan.
Data yang diambil dari penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosa
hipertensi, baik kasus baru ataupun lama yang berkunjung dan berobat di
Puskesmas Salobulo, Kecamatan Sajoanging, Kab. Wajo, Sulawesi Selatan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjelasan di atas, dapat ditemukan permasalahan sebagai berikut:

 Hipertensi menduduki peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak di


Puskesmas Salobulo
 Tingginya angka kejadian hipertensi pada usia tua dan pada laki-laki.
 Tidak terdiagnosis atau overdiagnosanya kasus hipertensi karena gejala
yang tidak khas ataupun terlalu cepatnya diagnosis hipertensi
ditegakkan.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Tingkat Kejadian Diagnosis Hipertensi berdasarkan
Kelompok umur dan jenis Kelamin di wilayah Puskesmas salobulo, Kec.

2
Sajoanging, Kab. Wajo tahun 2017, Kec. Sajoanging Kab Wajo, Sulawesi
Selatan.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Salobulo, Kec. Sajoanging, Kab. Wajo, Sulawesi Selatan
tahun 2017.
b. Untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan tentang
sistematika penegakan hipertensi untuk mencegah misdiagnosed
ataupun overdiagnosed.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi
penulis dalam meneliti secara langsung di lapangan.
b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program
internsip dokter umum Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat dapat mengerti tentang
pentingnya penyakit hipertensi dan agar masyarakat dapat mendapatkan
pengobatan hipertensi yang sesuai.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas
Puskesmas Salobulo, Kec. Sajoanging, Kab. Wajo, Sulawesi Selatan
dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit
hipertensi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Salobulo.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang disajikan dalam bentuk

3
distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti menggunakan
analisa univariat.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi


2.1.1 Definisi Hipertensi6,7
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg). Menurut
Potter dan Perry (2006), hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah persisten, dimana diagnosa
hipertensis pada orang dewasa ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana
lebih tinggi atau pada 140/90 mmHg.

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi8


Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1
dibawah.

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7


Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg) Diatolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 -89
Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

2.1.3. Faktor Penyebab Hipertensi


Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau
disebabkan oleh hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi

5
primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi, yaitu :
a. Faktor Keturunan
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu
keluarga. Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang
tekanan darahnya normal.9
b. Ras
Statistik menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir
dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.
c. Usia
Wanita premenopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
daripada pria pada usia yang sama, meskipun perbdaan diantara jenis kelami
kurang tampak setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause,
wanita cenderung terlindungi dari penyakit jantung oleh hormone esterogen.10
d. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada
wanita.Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi faktor
psikologis.Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok,
kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan
pada wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor
psikis kuat.11
e. Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekkana darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan
dapat berakibat tekanan darah tetap tinggi.11
f. Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untu
memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh
tersebut.Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume

6
darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat
turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg penurunan berat badan.
g. Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retemsi air, sehingga volume darah bertambah dan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat.Juga memperkuat efek
vasokonstriksi noradrenalin.
h. Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat.Hal ini
karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan
disebarkan keseluruh aliran darah.Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi
nikotin untuk sampai ke otak.Otak bereaksi terhadap nikotin dengan
memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan efinefrin
(adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah,
sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras dibawah tekanan
yang lebih tinggi.12
i. Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan
semakin banyak alkohol yang diminum semakin tinggi tekanan darah.10
j. Olahraga
Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapatmemacu
emosi sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darahseperti tinju,
panjat tebing dan angkat besi.Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita
hipertensi adalah jalan kaki,bersepeda, senam, berenang dan aerobic.

2.1.4 Patofisiologi Hipertensi13,14


Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah
yangdipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme hipertensi
tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat
interaksi dinamis antara faktor genetik,lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan
darah dirumuskan sebagai perkalianantara curah jantung dan atau tekanan perifer
yang akan meningkatkan tekanandarah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal,

7
meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin
alosteron, perubahan membransel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan
beberapa faktor yang terlibatdalam mekanisme hipertensi.
ACE (Angiotensin Converting Enzyme), memegang peran fisiologi penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati selanjutnya oleh hormone, rennin akan diubah menjadi
angiotensin 1, oleh ACE yang terdapat di paru-paru angiotensin 1 diubah menjadi
angiotensin II (peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi
utama.
a. Meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus, ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitasi) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat
sedikit urin yang dieksresikan keluar tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya untuk mengencerkanya volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan di bagian intra seluler akibatnya
volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan
darah.
b. Menstimulasi sekrsi aldosteron dari korteks adrenal, aldosteron merupakan
hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl dengan
cara mengabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya kosentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstra seluler
yang pada giliranya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. (Astawan,
2005).

2.1.5 Manifestasi Klinis Hipertensi15


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala,meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak).Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,

8
wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang
lebih serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi
disebut sebagai silent killer karena dua hal yaitu:
a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus, gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala
biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat
diketahui dengan mengukur secara teratur.
b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar
untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.
Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa
timbul gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Jantung berdebar-debar
4. Mual
5. Muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Pandangan menjadi kabur
9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

2.1.6 Komplikasi dari Hipertensi12,16, 17


Salah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah
tinggiadalah untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat

9
timbul jika penyakit ini tidak disembuhkan. Beberapa komplikasihipertensi yang
umum terjadi sebagai berikut :
1. Stroke
Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan
serangantransient iskemik.Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi
merupakanstroke iskemik,yang disebabkan karena trombosis intra-arterial atau
embolisasidari jantung dan arteri besar.Sisanya 20% disebabkan oleh
pendarahan(haemorrhage), yang juga berhubungan dengan nilai tekanan darah
yang sangattinggi.Studi populasi menunjukan bahwa penurunan tekanan darah
sebesar 5 mmHg menurunkan resiko terjadinyastroke.

2. Penyakit jantung koroner dan gagal jantung


Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan
resikoterjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau
kematianmendadak).Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat
retrospektif menyatakan bahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki
resiko enam kali lebih besar untuk menderita gagal jantung daripada penderita
tanpa riwayat hipertensi.
3. Penyakit vaskular
Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan
penyakitvaskular perifer.Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis
yangdiperbesar oleh hipertensi.Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesia
therosklerosis pada arteri carotid, dimana lesi atherosklerosis yang beratseringkali
merupakan penyebab terjadinya stroke.
4. Retinopati
Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata, yangdisebut
retinopati hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinalfalmshaped
haemorrhages, cotton woll spots, hard exudates dan papiloedema.Pada tekanan
yang sangat tinggi (diastolic >120 mmHg, kadang-kadangsetinggi 180 mmHg
atau bahkan lebih) cairan mulai bocor dari arteriol-arteriolkedalam retina,
sehingga menyebabkan padangan kabur.

10
5. Kerusakan ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi.Dalam
waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensiginjal,
kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri-
ginjalkecil.Perkembangankerusakan ginjal akibat hipertensi biasanya ditandai oleh
proteinuria.Proteinuria dapat dikurangi denganmenurunkan tekanan darah secara
efektif.

2.1.7. Diagnosis hipertensi


Canadian Hypertension Education Program Recommendations (2005)
memiliki cara sederhana untuik menentukan penderita HT yang perlu diobati :
a. pasien yang pada kunjungan pertama memiliki TD >180/100 mmHg, atau TD
<180/100 mmHg namun sudah terjadi kerusakan organ target, atau pada
mereka yang digolongkan dalam hipertensi urgensi ataupun emergensi, maka
penderita tersebu sudah dapat didiagnosis sebagai HT dan langsung dapat
dilakukan pengobatan.
b. Pasien yang pada kunjungan pertama memiliki TD 140-170/90/109 mmHg,
tidak ada riwayat hipertensi sebelumnya maka dianjurkan diet rendah garam
dan mengubah pola hidup, kemudian dilakukan pengukuran ulang. Pada
kunjungan berikutnya ternyata TD meningkat, maka pendeita ini sudah dapat
dikatakan hipertensi dan diberi pengobatan. Apabila pada kunjungan kedua TD
menurun, dilakukan follow up. Pada kunjungan ke tiga apabila TD meningkat
dari yang sebelumnya, atau memiliki TD >140/90, maka dapat didiagnosa
sebagai HT dan diberi pengobatan.

2.1.8. Penatalaksanaan pada Penderita Hipertensi18,19,20


Penatalaksanaan pengobatan hipertensi harus secara holistik dengan tujuan
menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dengan
menurunkantekanan darah seoptimal mungkin sambil mengontrol faktor-faktor
resikokardiovaskular lainnya.

11
Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan
darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk
pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah ≤ 130/80 mmHg. American
Heart Association (AHA) merekomendasikan target tekanan darah yang harus
dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal
kronik, penyakit arteri kronik atau ekuivalen penyakit arteri kronik, dan ≤ 120/80
mmHg untuk pasien dengan gagal jantung.
Algoritme penanganan hipertensi menurut JNC 7 (2003), dijelaskan pada
skema dibawah ini:
Tabel 2.2 Algoritma tatalaksana hipertensi JNC 7

t
Promosi kesehatan modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk
individu dengan pra-hipertensi dan sebagai tambahan terhadap terapi obat pada
individu hipertensi. Intervensi ini untuk risiko penyakit jantung secara
keseluruhan.Pada penderita hipertensi, bahkan jika intervensi tersebut tidak

12
menghasilkan penurunan tekanan darah yang cukup untuk menghindari terapi obat,
jumlah obat atau dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah dapat
dikurangi. Modifikasi diet yang efektif menurunkan tekanan darah adalah
mengurangi berat badan, mengurangi asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium,
mengurangi konsumsi alkohol, dan pola diet yang sehat secara keseluruhan.
Mencegah dan mengatasi obesitas sangat penting untuk menurunkan
tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular.Berolah raga teratur selama 30
menit seperti berjalan, 6-7 perhari dalam seminggu, dapat menurunkan tekanan
darah.Ada variabilitas individu dalam hal sensitivitas tekanan darah terhadap
NaCl, dan variabilitas ini mungkin memiliki dasar genetik.Konsumsi alkohol pada
orang yang mengkonsumsi tiga atau lebih minuman per hari (minuman standar
berisi ~ 14 g etanol) berhubungan dengan tekanan darah tinggi.Begitu pula
dengan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) meliputi diet kaya
akan buah-buahan, sayuran, dan makanan rendah lemak efektif dalam
menurunkan tekanan darah.

13
Tabel 2.3. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi hipertensi
Modifikasi Rekomendasi Penurunan potensial TD
sistolik
Diet natrium Membatasi diet natrium 2-8 mmHg
tidak lebih dari 2400
mg/hari atau 100 meq/hari
Penurunan Berat Badan Menjaga berat badan 5-20 mmHg per 10 kg
normal; BMI = 18,5-24,9 penururnan berat badan
kg/
Olahraga aerobik Olahraga aerobik secara 4-9 mmHg
teratur, bertujuan untuk
melakukan aerobik 30
menit
Latihan sehari-hari dalam
seminggu. Disarankan
pasien berjalan-jalan 1 mil
per hari di atas tingkat
aktivitas saat ini
Diet DASH Diet yang kaya akan buah- 8-14 mmHg
buahan, sayuran, dan
mengurangi jumlah lemak
jenuh dan total
Membatasi konsumsi Pria ≤2 minum per hari, 2-4 mmHg
alkohol wanita ≤1 minum per hari

Jadi, modifikasi gaya hidup merupakan upaya untuk mengurangi tekanan


darah, mencegah atau memperlambat insiden dari hipertensi, meningkatkan
efikasi obat antihipertensi, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan oleh JNC 7 adalah:
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist
b. Beta Blocker (BB)
c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker (ARB)

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan
target tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan
untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang

14
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah
memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi
tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi
dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan
darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan
dosis obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensif lain dengan dosis rendah.
Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik
tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat
meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah
obat yang harus diminum bertambah.
Kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan dapat ditolerensi pasien
adalah :
a. CCB dan BB
b. CCB dan ACEI atau ARB
c. CCB dan diuretika
d. AB dan BB
e. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat

Tabel 2.4. Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7


Klasifikasi TDS TDD Perbaikan Terapi Obat Awal
Tekanan (mmHg) (mmHg) Pola Hidup Tanpa Indikasi Dengan
Darah yang Memaksa Indikasi yang
Memaksa
Normal < 120 < 80 Dianjurkan
Prehipertensi 120 - 139 Atau 80 Ya Tidak indikasi Obat-obatan
– 89 obat untuk indikasi
yang
memaksa
Hipertensi 140 - 159 Atau 90 Ya Diuretika jenis Obat-obatan
Thiazide untuk untuk indikasi
Derajat 1 – 99
sebagian besar yang
kasus dapat memaksa obat

15
dipertimbangkan antihipertensi
ACEI, ARB, lain (diuretika,
BB, CCB, atau ACEI, ARB,
kombinasi BB, CCB)
sesuai
kebutuhan
Hipertensi ≥ 160 Atau ≥ Ya Kombinasi 2
100 obat untuk
Derajat 2
sebagian besar
kasus umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB

Saat ini Dalam penanganan hipertensi para ahli umumnya mengacu


kepada guideline-guideline yang ada. Salah satu guideline terbaru yang dapat
dijadikan acuan dalam penanganan hipertensi di Indonesia adalah guideline Joint
National Committee 8(JNC-8) yang dipublikasikan pada tahun 2014.
Guideline JNC 8 ini disusun berdasarkan kumpulan studi-studi yang sudah
dipublikasikan mulai dari Januari 1966 sampai dengan Agustus 2013. NC
8 merupakan klasifikasi hipertensi terbaru dari Joint National Committee yang
berpusat di Amerika Serikat sejak desember 2013. JNC 8 telah merilis panduan
baru pada manajemen hipertensi orang dewasa terkait dengan penyakit
kardiovaskuler :

Para penulis membentuk sembilan rekomendasi yang dibahas secara rinci bersama
dengan bukti pendukung . Bukti diambil dari penelitian terkontrol secara acak dan
diklasifikasikan menjadi :
A. rekomendasi kuat, dari evidence base terdapat banyak bukti penting yang
menguntungkan
B. rekomendasi sedang, dari evidence base terdapat bukti yang menguntungkan
C. rekomendasi lemah, dari evidence base terdapat sedikit bukti yang
menguntungkan
D. rekomendasi berlawanan, terbukti tidak menguntungkan dan merusak
(harmful).

16
E. opini ahli
N. tidak direkomendasikan
Tabel 2.5 Algoritma tatalaksana hipertensi JNC 8

Beberapa rekomendasi terbaru antara lain :


1 . Pada pasien berusia ≥ 60 tahun , mulai pengobatan farmakologis pada tekanan
darah sistolik ≥ 150mmHg atau diastolik ≥ 90mmHg dengan target terapi
untuk sistolik < 150mmHg dan diastolik < 90mmHg . (Rekomendasi Kuat-
grade A)
2 . Pada pasien berusia < 60 tahun , mulai pengobatan farmakologis pada tekanan
darah diastolik ≥ 90mmHg dengan target < 90mmHg. (Untuk usia 30-59
tahun, Rekomendasi kuat -Grade A; Untuk usia 18-29 tahun , Opini Ahli -
kelas E )
3 . Pada pasien berusia < 60 tahun , mulai pengobatan farmakologis pada tekanan
darah sistolik ≥ 140mmHg dengan target terapi < 140mmHg . (Opini Ahli -
kelas E )

17
4. Pada pasien berusia ≥ 18 tahun dengan penyakit ginjal kronis , mulai
pengobatan farmakologis pada tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg atau
diastolik ≥ 90mmHg dengan target terapi sistolik < 140mmHg dan diastolik <
90mmHg . ( Opini Ahli - kelas E )
5. Pada pasien berusia ≥ 18 tahun dengan diabetes , mulai pengobatan
farmakologis pada tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg atau diastolik BP ≥
90mmHg dengan target terapi untuk sistolik gol BP < 140mmHg dan
diastolik gol BP < 90mmHg . ( Opini Ahli - kelas E )
6 . Pada populasi umum bukan kulit hitam, termasuk orang-orang dengan
diabetes, pengobatan antihipertensi awal harus mencakup diuretik tipe
thiazide, CCB , ACE inhibitor atauARB ( Rekomendasi sedang-Grade B )
Rekomendasi ini berbeda dengan JNC 7 yang mana panel merekomendasikan
diuretik tipe thiazide sebagai terapi awal untuk sebagian besar pasien .
7 . Pada populasi umum kulit hitam , termasuk orang-orang dengan diabetes ,
pengobatan antihipertensi awal harus mencakup diuretic tipe thiazide atau
CCB . ( Untuk penduduk kulit hitam umum : Rekomendasi Sedang - Grade
B , untuk pasien hitam dengan diabetes : Rekomendasi lemah-Grade C)
8 . Pada penduduk usia ≥ 18 tahun dengan penyakit ginjal kronis , pengobatan
awal atau tambahan antihipertensi harus mencakup ACE inhibitor atau ARB
untuk meningkatkan outcome ginjal . (Rekomendasi sedang -Grade B )
9 . Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam waktu satu bulan pengobatan,
tiingkatkan dosis obat awal atau menambahkan obat kedua dari salah satu
kelas dalam Rekomendasi 6 . Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai
dengan dua obat , tambahkan dan titrasi obat ketiga dari daftar yang tersedia.
Jangan gunakan ACEI dan ARB bersama-sama pada pasien yang sama . Jika
target tekanan darah tidak dapat dicapai hanya dengan menggunakan obat-
obatan dalam Rekomendasi 6 karena kontraindikasi atau kebutuhan untuk
menggunakan lebih dari 3 obat untuk mencapai target tekanan darah, maka
obat antihipertensi dari kelas lain dapat digunakan . (Opini Ahli - kelas E )

18
Tabel 2.6. Obat antihipertensi berdasarkan evidence base

19
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan tentang data penderita hipertensi, baik pasien lama maupun baru
berdasarkan tingkatan umur maupun jenis kelamin di Puskesmas Salobulo.
Penelitian ini disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi terhadap variabel
yang diteliti

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Salobulo, Kecamatan
sajoanging, kab Wajo, Sulawesi Selatan tahun 2017.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2017.
3.1.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data
secara Sekunder Dari Rekam Medik Puskesmas Salobulo

3.3 Populasi dan Subjek Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam penelitian ini
adalah semua penderita hipertensi yang datang Puskesmas salobulo,
Kecamatan sajoanging, kab Wajo, Sulawesi Selatan.
3.3.2 Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah populasi target yang terdiagnosis hipetrtensi.

3.4 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data


3.4.1 Tehnik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari data sekunder dari rekam medik pasien dengan teknik
pengambilan sampling adalah total random sampling.

20
3.4.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa data sekunder berupa distribusi tentang
jumlah penderita lama maupun baru.

3.5 Analisa Data


Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dari hasil pengumpulan data
sekunder, dimana hubungan sebab-akibat dianalisa berdasarkan tinjauan pustaka
dan dideskripsikan secara naratif.

21
BAB IV
PROFIL UMUM PUSKESMAS SALOBULO

4.1.KEADAAN GEOGRAFIS

Puskesmas salobulo terletak dikecamatan sajoanging yang sekitar 42 Km


dari ibu kota kabupaten dan kurang lebih 25 Km dari ibu kota kecamatan
sajoanging. Puskesmas salobulo msih berstatus puskesmas Rawat jalan
sedangkan Puskesmas Induk berada di ibu kota kecamatan Sajoanging yang
berstatus Rawat Inap. Adapun kondisi Geografis wilayah puskesmas Salobulo
yang terdiri dari lima Desa :

 Desa Salobulo mempunyai 3 dusun


 Desa Sarkoli mempunyai 2 dusun
 Desa Towalida mempunyai 2 dusun
 Desa Barangmamase mempunyai 2 dusun
 Desa Alewadeng mempunyai 3 dusun

Adapun Wilayah Puskesmas Salobulo ini berbatasan dengan :

 Puskesmas Keera di kecamatan Keera terletak dibagian


Utara
 Puskesmas Gilirang dikecamatan Gilirang terletak dibagan
Barat
 Puskesmas Majauleng dikecamatan Majauleng terletak di
bagian Selatan
 Puskesmas Sajoanging di kecamatan Sajoanging terletak
dibagian Timur

22
Luas wilayah kerja Puskesmas Salobulo sekitar 82,20 Km2 terdiri dari
Lima Desa dengan tingkat kepadatan penduduk 121,27 Km2

Puskesmas Salobulo selesai direnovasi pada tahun 2010 yang


dilengkapi dengan 13 kamar dan difasilitasi satu unit mobil puskesmas
keliling, Puskesmas Salobulo mempunyai Visi dan Misi yaitu “Terwujudnya
Puskesmas terbaik melalui pelayanan prima menuju masyarakat sehat tahun
2017”

Lokasi puskesmas salobulo terletak sangat strategis lintas darat


provinsi dengan sarana listrik PLN dan terbuka unit gawat darurat 24 jam.

Peta Puskesmas Salobulo

23
1. Sarana dan Prasarana Puskesmas
 Puskesmas Pembantu` : 2 Buah
 Polindes : 0 Buah
 Puskesdes : 2 Buah
 Posyandu : 15 Buah
2. Ketenagaan Puskesmas
Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Salobulo sebanyak
 Dokter Umum : 1 Orang
 Perawat Umum : 6 Orang
 Bidan Puskesmas : 14 Orang
 Bidan PTT : 1 Orang
 Sanitarian : 1 Orang
 Promosi Kesehatan : 1 Orang
 Petugas Gizi : 1 Oang
 Petugas Imunisasi : 2 Orang
 Sopir : 1 Orang
Profil kesehatan masyarakat ini akan memberikan gambaran secara
menyeluruh baik mengenai gambaran dari Puskesmas Salobulo itu sendiri hingga
gambaran keadaan derajat kesehatan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan pokok
Puskesmas Salobulo tahun 2017.

1. CAKUPAN PROGAM
a. KIA dan KB
 K1 : 44%
 K4 : 38,2%
 Kunjungan neonatus : 98,7%
 Kunjungan bayi : 44%
 Persalinan di tolong oleh Nakes : 42%
 TT1 : 5 orang

24
 TT2 : 5 orang
 Akseptor Baru : 3,7%
 Akseptor Aktif : 75,9%
b. Kesehatan Lingkungan
 Penduduk memakai sarana air bersih : 76,5%
 Keluarga dengan JAGA : 75,1 %
 Rumah dengan SPAL : 74,4%
 Rumah dengan TPS : 74,49%
 Institusi yang dibina kesehatan lingkungannya : 100%
c. Perbaikan Gizi
 D/S : 71,3 %
 Frekuensi Penimbangan : 90 %
 Balita diberi Vitamin A :97,69 %
d. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
 Imunisasi :
BCG : 98 %
DPT + HBI : 112 %
DPT3 + HB3 : 101 %
Polio 4 : 92 %
Campak : 96 %
 Rumah / Bangunan bebas jentik : 64,6 %
 Pengobatan Diare semua umur : 100 %
 Penderita TB Paru yang sembuh : 100 %
e. PKM dan penggerakan PSM
 Frekuensi Pembinaan Posyandu :100 %
 Kader aktif : 90 %
 Jumlah Keseluruhan Kegiatan penyuluhan : 24 kali
 Jumlah Posyandu : 15 Posyandu
 Maskin dapat pelayanan kesehatan : 1652

25
Data 10 Penyakit TerbanyakTahun 2017

No Nama Penyakit
1 ISPA
2 HIPERTENSI
3 LUKA
4 DISPEPSIA
5 DERMATITIS KONTAK ALERGI
6 MYALGIA
7 CHEPALGIA
8 DM
9 TB
10 SKIZOFRENIA

26
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Kejadian Hipertensi di Puskesmas Salobulo

Berdasarkan hasil data sekunder yang diambil, diperoleh data kejadian


Hipertensi sebagai berikut.

Tabel 1. Kasus Lama Kejadian hipertensi di Puskesmas Salobulo

Umur Umur Umur


Pasien (tahun) Presentase (tahun) Presentase (tahun) Presentase Total
18-24 45-74 >75
Laki-laki 41 48,23% 56 55,44% 47 45,19% 144
Perempuan 44 51,76% 55 54,45% 57 54,80% 156
Total 85 100% 101 100% 104 100% 300
Sumber: data sekunder kasus lama

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah hipertensi kasus lama terbanyak pada


kelompok umur > 75 tahun sebanyak 104 orang dan paling banyak diderita oleh
jenis kelamin perempuan sebanyak 156 orang dari semua kelompok umur.

Dari hasil pngambilan data sekunder yang dilakukan di Puskesmas


Salobulo pada hipertensi kasus lama, ditemukan bahwa total jumlah kasus
hipertensi adalah sebanyak 300 pasien. Dimana pada kelompok umur 18-24 tahun
dari total 85 pasien didapatkan jumlah laki-laki penderita hipertensi adalah 41
orang (48,23%), dan jumlah perempuan penderita hipertensi adalah sebanyak 44
orang (51,76%). Pada kelompok umur 45-74 tahun didapatkan jumlah laki-laki
penderita hipertensi adalah sebanyak 56 orang (55,44%), dan jumlah perempuan
penderita hipertensi adalah 55 orang (54,45%). Pada kelompok umur >75 tahun
didapatkan jumlah laki-laki penderita hipertensi adalah sebanyak 47 orang
(45,19%), dan jumlah perempuan penderita hipertensi adalah 57 orang (54,80%).

27
Tabel 2. Kasus Baru Kejadian hipertensi di Puskesmas Salobulo

Umur Umur Umur


Pasien (tahun) Presentase (tahun) Presentase (tahun) Presentase Total
18-24 45-74 >75
Laki-laki 21 42,85% 17 43,58% 26 45,61% 64
Perempua 28 57,14% 22 56,41% 31 54,38% 81
n
Total 49 100% 39 100% 57 100% 145
Sumber: data sekunder kasus baru

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah hipertensi kasus baru terbanyak pada


kelompok umur > 75 tahun sebanyak 57 orang dan paling banyak diderita oleh
jenis kelamin perempuan sebanyak 81 orang dari semua kelompok umur.

Dari hasil pngambilan data sekunder yang dilakukan di Puskesmas


Salobulo pada hipertensi kasus baru, ditemukan bahwa total jumlah kasus
hipertensi adalah sebanyak 145 pasien. Dimana pada kelompok umur 18-24 tahun
dari total 49 pasien didapatkan jumlah laki-laki penderita hipertensi adalah 21
orang (42,85%), dan jumlah perempuan penderita hipertensi adalah sebanyak 28
orang (57,14%). Pada kelompok umur 45-74 tahun didapatkan jumlah laki-laki
penderita hipertensi adalah sebanyak 17 orang (43,58%), dan jumlah perempuan
penderita hipertensi adalah 22 orang (56,41%). Pada kelompok umur >75 tahun
didapatkan jumlah laki-laki penderita hipertensi adalah sebanyak 26 orang
(45,61%), dan jumlah perempuan penderita hipertensi adalah 26 orang (54,38%).

BAB V

28
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah penderita hipertensi,


baik kasus lama maupun baru mencapai 445 orang. Hal ini sesuai data
epidemiologi hipertensi menurut panduan JNC 8 yang menyebutkan bahwa
hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan dalam
praktek kedokteran primer, dan sesuai dengan NHLBI (National, Heart, Lung,
Blood Institude) yang menyatakan bahwa 1 dari 3 orang menderita hipertensi. Hal
ini juga mendukung data Riset Kesehatan dasar (RISKESDAS) yang
menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5%. Hal
ini juga didukung oleh data PKM salobulo yang menyebutkan bahwa hipertensi
menduduki penyakit terbanyak ke 2 setelah ISPA. Tentu data sebanyak 445 orang
ini masih jauh dari kata cukup melihat besarnya populasi Desa Salobulo
dibandingkan jumlah pasien yang artinya bahwa kemungkinan besar banyak
masyarakat Salobulo yang sebenarnya menderita hipertensi tapi belum diketahui
atau karena belum mau memeriksakan diri karena tidak bergejala sesuai dengan
teori yang menyebutkan bahwa hipertensi adalah Silent killer Disease. tapi tidak
tertutup kemungkinan bahwa terjadi overdiagnosa pada pasien karena dokter
lengah dalam diagnosa hipertensi.
Pada data sekunder, kelompok usia terbanyak menderita hipertensi adalah
di umur >75 tahun yaitu sebanyak 104 orang pada kasus lama dan 57 orang pada
kasus baru. Hal ini menunjukkan bahwa insidensi hipertensi terbanyak adalah
pada usia tua atau hipertensi senilis karena seuai dengan tinjuan pustaka
patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang dipengaruhi oleh
curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan
dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara
faktor genetik,lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai
perkalianantara curah jantung dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan
tekanandarah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan
saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin alosteron, perubahan
membrane sel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa faktor

29
yang terlibat dalam mekanisme hipertensi. Hal ini didukung oleh teori hipertensi
karangan Prof.dr.Peter Kabo yang menjelaskan bahwa hipertensi terjadi karena
kerusakan endotel karena adanya peningkatan radikal bebas dan mikroinflamasi.
Radikal bebas menurunkan bioviabilitas NO sehingga terjadi gangguan relaksasi
vascular, bahkan sebaliknya terjadi peningkatan reaktivitas kontraktil vaskuler.
Kerusakan endotel selanjutnya akan menyebabkan remodeling vascular dan
penurunan compliance yang meningkatkan resistensi perifer.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa penderita hipertensi, baik
pada kasus lama maupun baru perempuan merupakan penderita terbanyak
hipertensi, yaitu 156 orang pada kasus baru dan 81 orang pada kasus lama. Hal ini
tidak seusai teori dalam tinjaun pustaka yang menyebutkan bahwa wanita
premenopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria
pada usia yang sama, meskipun perbdaan diantara jenis kelami kurang tampak
setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita cenderung
terlindungi dari penyakit jantung oleh hormone esterogen.10
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada
wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi faktor
psikologis.Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok,
kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada
wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis
kuat.11

30
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pengumpulan data menggunakan data sekunder diperoleh hasil
bahwa kasus hipertensi terbanyak didapatkan pada kelompok umur >75 tahun
sebanyak 104 orang pada kasus lama dan 57 pada kasus baru. Dan jenis kelamin
yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 156 orang pada kasus lama dan
81 orang pada kasus baru.

B. Saran
1. Untuk Masyarakat
Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan terjadinya
penyakit hipertensi dengan mengikuti penyuluhan kesehatan yang diberikan
oleh petugas kesehatan terdekat agar dapat terhindar penyakit hipertensi
secara dini.
2. Untuk Petugas Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat lebih meningkatkan sosialisasi
tentang penyakit tekanan darah tinggi dan memberikan penyuluhan tentang
upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi secara dini dan tindakan
apa saja yang harus dilakukan jika tekanan darah meningkat serta
menjelaskan pentingnya memeriksakan tekanan darah secara teratur ke
pelayanan kesehatan terdekat.
3. Untuk Penderita Hipertensi
Agar lebih rajin dalam memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan
kesehatan terdekat atau rumah sakit serta mengikuti kegiatan yang berkaitan
dengan kesehatan untuk mencegah kekambuhan penyakit hipertensi serta
dapat termotivasi untuk menghindari hal-hal yang dapat menambah penyakit
hipertensi menjadi lebih parah lagi misalnya menghindari makanan yang
mengandung lemak seperti gorengan, daging kambing, santan, mengurangi

31
konsumsi garam dapur, minuman yang mengandung kafein, alcohol,
merokok, malas berolahraga, serta menjauhi stress.

Wajo, Oktober 2017

PESERTA PENDAMPING

dr. Daud Yusuf dr. Hj. Maskura Syam, M.Kes

32
BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

1. Hanid, Seminar the 5th scientific meeting on hypertension 2011. Available


from: http://www.to-
day.co.id/read/2011/02/26/13140/astagaprevalensi_hipertensi_di_indonesi
a_sangat_tinggi.
2. Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Jantung
dan Pembuluh Darah. Depkes, Jakarta : ii + 52 hlm.
3. Riskesda. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Depkes RI. Jakarta.
4. Salwati S. Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru 2013.
Jakarta.2014
5. Notoatmodjo, S. 2007.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
6. Smeltzer, C. Suzanne, Bare G. Brenda., 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal – Bedah. Alih Bahasa: dr. H. Y. Kuncara. Jakarta: EGC
7. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep,
proses, dan praktik edisi 4. Jakarta : EGC
8. Gray, et al. (2005). Lecture Notes Kardiologi edisi 4. Jakarta: Erlangga
Medical Series.
9. Kumar, P., and Clark, M., 2005. Clinical Medicine 6th ed. London, UK:
Elseveir Saunders.
10. Beevers, D. G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta : Dian Rakyat.
11. Hariwijaya, M., & Sutanto. (2007). Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit
Kronis. Jakarta : Edsa Mahkota.
12. Gardner, D.S.Hypertension and impaired renal function accompany
juvenileobesity: the effect of prenatal diet. Kidney International. 2007
13. Soemantri, Djoko, Nugroho, J. 2006. Standar Diagnosis dan Terapi
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Edisi 4. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga.
14. Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. The
Mc. Graw Hill Company. USA.
15. Macnair, Trisha. 2001. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga
16. Shankie, Susan. 2001. Hypertension In Focus. Pharmaceutical Pr. USA.
17. Padmawinata, Kosasih. (2001). Pengendalian Hipertensi, Bandung: ITB
18. Cohen, L.D., Townsend, R.R., 2008. In the Clinic Hypertension. Available
from:www.annals.org/intheclinic/
19. Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment
of High Blood Pressure. 2003. Seventh Report of The Joint National
Committe on Prevention,Detection,Evaluation,and Treatment of High Blood
Pressure JNC Express(NIH Publication No.03-5233). Bethesda,
MD:U.S.Department of Helath and Human Services.

33
20. Yogiantoro Mohammad, 2006. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, Aru.w., ed. Ilmu
Penyakit Dalam Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu PenyakitDalam
FKUI,

34

You might also like