You are on page 1of 27

Alkoholisme Antisosial Yang Diderita Oleh Para Orang Tua Yang Memiliki

Anak Usia Remaja dan Usia Dewasa Muda Penderita ADHD

Brooke S. G. Molina, Elizabeth M. Gnagy, Heather M. Joseph, dan William E.


Pelham Jr

Abstrak

Tujuan: Menguji hipotesis yang menyatakan bahwa alkoholisme, termasuk

didalamnya alkoholisme antisosial, adalah lebih umum terjadi di kalangan para ibu

dan ayah yang memiliki anak-anak penderita ADHD versus para ibu dan ayah yang

memiliki anak-anak normal (tidak menderita ADHD). Metode: Para ibu (312 orang

dikelompok yang memiliki anak-anak penderita ADHD, 235 orang dikelompok yang

memiliki anak-anak normal) dan para ayah (291 orang dikelompok yang memiliki

anak-anak penderita ADHD, 227 orang dikelompok yang memiliki anak-anak

normal) dalam Penelitian Longitudinal ADHD Pittsburgh pun diwawancarai bersama

dengan para anak mereka yang masih remaja dan yang sudah beranjak di usia dewasa

muda. Hasil: Alkoholisme maternal dan paternal, dengan atau tanpa antisosialitas

komorbid, adalah lebih umum muncul pada mereka yang memiliki anak penderita

ADHD. Alkoholisme paternal tanpa antisosialitas hanyalah secara marjinal lebih

tinggi untuk proban (proban = di dalam penelitian ini adalah anak / individu/ subjek

penelitian yang berperan sebagai titik awal untuk penelitian genetika di dalam

keluarga) setelah dilakukannya pengendalian untuk ADHD paternal. Anak-anak

yang melakukan komorbiditas gangguan diketahui memiliki hubungan dengan

antisosialitas parental, namun tidak memiliki hubungan dengan alkoholisme


antisosial parental. Kesimpulan: Temuan-temuan kami menunjukkan bahwa 44%

dari seluruh ayah proban dan 25% dari seluruh ibu proban diketahui mengalami

masalah penyalahgunaan alkohol dengan atau tanpa antisosialitas, yang dimana hal

ini dapat menjadi kontributor yang cukup signifikan terhadap kerentanan di tingkat

keluarga. Temuan-temuan ini mengindikasikan kebutuhan untuk menilai tingkat

outcome anak-anak jangka panjang sebagai satu fungsi komorbiditas alkohol parental

dan komorbiditas-komorbiditas yang bersifat mengeksternalisasi, dan mungkin

indikator-indikator lain akan fenotip alkoholisme parental, karena tingkat kerentanan

keluarga akan terbuka disepanjang laju pemburukan kondisi.

Kata kunci: alkoholisme, ADHD, keluarga, antisosial, gangguan kepribadian, alkohol

Penelitian yang dilakukan selama beberapa dekade telah mengidentifikasi

adanya hubungan yang kuat antara alkoholisme pada orang tua dengan perilaku

eksternalisasi anak-anak (Pelham & Lang, 1993; Sher, 1991; Waldron, Martin, &

Heath, 2009; Zucker, Heitzeg, & Nigg, 2011). Faktor-faktor genetik, dan juga

lingkungan (contohnya: pengasuhan anak dan sosialisasi pertemanan) diketahui

dapat memberikan kontribusi (Haber, Jacob, & Heath, 2005; Hicks, Foster, Iacono,

& McGue). ADHD yang mencakup gejala inti impulsifitas yang bersifat ‘diturunkan/

genetik’ dapat menjadi pemicu untuk melahirkan masalah-masalah yang berkaitan

dengan alkohol (Barkley, 2015; Lee, Humphreys, Flory, Liu, & Glass, 2011), dan hal

ini memiliki kaitan dengan alkoholisme parental. Namun, beberapa penelitian dalam

jumlah yang sedikit telah melakukan pengujian akan hubungan yang spesifik antara

alkoholisme parental dengan ADHD pada anak. Dengan menggunakan registri anak-

anak dan dewasa berbasis populasi di Swedia, Skoglund dkk menemukan fakta
bahwa 6,5% dari anak-anak penderita ADHD yang memiliki orang tua penyalahguna

alkohol (AUD/ alcohol use disorders) vs hanya 3% dari seluruh anak-anak kendali

(Skoglund, Chen, Franck, Lichtenstein, & Larsson, 2015). Tingkat masalah alkohol

parental yang didasarkan pada sampel klinik (Barkley, Fischer, Edelbrock, &

Smallish, 1990; Biederman dkk, 1992) dan sampel masyarakat (August, Realmuto,

Tamara, & Hektner, 1999) adalah lebih tinggi. Barkley dkk (1990) menemukan fakta

bahwa 34,2% dari seluruh ayah biologis anak-anak penderita ADHD diketahui

memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol, jika dibandingkan dengan 14,1% pada

seluruh kontrol/ subjek kendali. Biederman dkk (1992) melaporkan tingkat

ketergantungan alkohol yang lebih tinggi lagi pada saudara derajat-pertama anak-

anak penderita ADHD (18%) dibandingkan pada subjek kendali (11%). August dkk

(1999) menemukan fakta bahwa 65% sampai 85% anak-anak penderita ADHD

diketahui memiliki orang tua dengan diagnosis alkoholisme (Panduan Diagnostik dan

Statistik Gangguan Jiwa edisi ke-4, DSM-IV; Himpunan Psikiatrik Amerika, 1994)

jika dibandingkan dengan 48% pada subjek kendali. Namun, selain laporan-laporan

ini, beberapa penelitian pun telah gagal untuk mendeteksi tingkat alkoholisme yang

lebih tinggi pada saudara biologis anak-anak yang secara klinis terdiagnosa ADHD

(Biederman dkk, 2008; Cadoret & Stewart, 1991; Lahey dkk, 1988; Milberger,

Faraone, Biederman, Chu, & Wilens, 1998).

Penelitian yang mengkaji topik ini (hubungan antara ADHD anak-anak

dengan alkoholisme parental) jumlahnya tidak banyak, dan hal ini telah secara

langsung mempertimbangkan akan heterogenisitas alkoholisme dan dampaknya

terhadap hubungan dengan ADHD. Alkoholisme adalah variabel pada banyak

dimensi, termasuk usia ketika mulai mengidap alkoholisme, tingkat keparahannya,


kronisitasnya, dan komorbiditas-komorbiditas kesehatan jiwa (Babor, Hesselbrock,

Meyer, & Shoemaker, 1994). Heterogenisitas tersebut mungkin bertanggungjawab

atas ekspresi yang beragam akan gangguan perilaku diantara anak-anak, karena tidak

semua anak-anak yang memiliki orang tua pecandu alkohol yang mengalami masalah

perilaku. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kurang dari setengah anak-anak

dari orang tua penderita alkoholisme yang mengalami kesulitan/ gangguan ini, dapat

dihubungkan dengan heterogenisitas alkoholisme parental (Sher, 1991), dan

psikobiologis penyerta yang memberikan pengaruh (Zucker dkk, 2011). Dengan

demikian, tingkat alkoholisme yang memiliki pengaruh yang berbahaya bagi anak-

anak mungkin tidak ditentukan oleh AUD parental, namun pola akan faktor-fakto

resiko, yang mencakup komorbiditas alkoholisme parental, yang diketahui memiliki

hubungan dengan kemunculan dan tingkat keparahan gangguan.

Gangguan kepribadian antisosial (ASPD/ antisosial personality disorder)

merupakan salah satu komorbiditas fenotipik yang paling umum yang memiliki

kaitan dengan awal kemunculan gangguan dan tingkat keparahan kronis. ASPD

merupakan bagian dari kontinum perilaku eksternalisasi dan memiliki hubungan

dengan peningkatan tingkat psikopatologi anak, yang didalamnya mencakup ADHD

(Herndon & Iacono, 2005). Beauchaine dan McNulty (2013) berpendapat bahwa

impulsivitas yang bersifat ‘genetik/ dapat diruturunkan’, yang merupakan gejala inti

ADHD, mungkin berperan sebagai indikator jelas yang paling awal muncul akan

resiko masalah-masalah perilaku, ASPD, dan penyalahgunaan narkoba. Sesuai

dengan pemikiran ini, kombinasi akan alkoholisme orang tua dan ASPD

(alkoholisme antisosial) merupakan suatu indikator yang kuat akan resiko anak-anak

untuk berperilaku maladaptif yang dapat disebabkan/ dipengaruhi oleh tingkat


keparahan psikopatologi parental, resiko poligenetik dari perilaku-perilaku yang

tidak terkendali, dan lingkungan asuh yang buruk untuk anak. Zucker, Elllis, dan

Fitzgerald (1993) menemukan fakta yang menunjukkan bahwa alkoholisme

antisosial diketahui memiliki hubungan dengan kemunculan dini dan tingkat gejala

penyalahgunaan alkohol komorbid serta gejala akoholisme komorbid pada ayah, dan

hal ini menunjukkan bahwa resiko parental yang berkontribusi ini telah dapat

meningkatkan nilai prognostik untuk masalah-masalah perilaku anak. Di dalam

penelitian mereka, anak laki-laki dari para pecandu alkohol antisosial akan

cenderung memiliki masalah perilaku dibandingkan dengan anak-anak dari orang tua

alkoholik non-anti sosial dan anak-anak dari orang tua non-alkoholik (Wong, Zucker,

Puttler, & Fitzgerald, 1999). Beberapa penelitian yang meneliti anak-anak penderita

ADHD telah menemukan hubungan yang cukup signifikan antara ASPD orang tua

dengan ADHD anak, yang menunjukkan bahwa tingkat ASPD familial yang lebih

tinggi untuk anak-anak penderita ADHD, dibandingkan dengan anak-anak yang tidak

menderita ADHD (Biederman dkk, 1992), dan juga tingkat masalah perilaku anti

sosial orang tua yang lebih tinggi seperti contohnya urusan dengan kepolisian,

perkelaihan, dan kekerasan pada anak dibandingkan dengan anak-anak yang tidak

menderita ADHD (Barkley dkk, 1990). Dalam hal sejauh mana alkoholisme, yang

merupakan sudah diketahui dapat muncul dengan ASPD pada masa dewasa, dapat

bertanggungjawab atas temuan-temuan ini, belumlah ditemukan. Dengan mengetahui

apakah masalah-masalah alkohol parental dapat terjadi dengan tingkat yang lebih

tinggi pada keluarga yang menderita ADHD, yang tergantung pada kemunculan

antisosialitas, akan dapat membantu penelitian di masa mendatang untuk berfokus


pada mekanisme-mekanisme kausal tertentu yang berkaitan dengan fenotip-fenotip

ini.

Sepengetahuan kami, terdapat satu penelitian yang telah menguji hubungan

spesifik antara diagnosis ADHD pada anak-anak dengan alkoholisme antisosial

parental. Dengan menggunakan sampel multi lokasi Penelitian Kolaboratif pada

Genetik Alkoholisme, ADHD pada anak-anak pun diteliti untuk mengetahui

hubungannya dengan alkoholisme pada para orang tua yang ditangani untuk

menghilangkan ketergantungan mereka terhadap alkohol (Kuperman, Schlosser,

Lidral, & Reich, 1999). Dibandingkan dengan anak-anak dari orang tua yang bukan

alkoholik (5,9%), resiko ADHD diketahui secara signifikan adalah lebih tinggi pada

anak-anak dengan keluarga pecandu alkohol (13,2%), dan tingkat resiko ini menjadi

lebih tinggi pada anak-anak dari orang tua alkoholik dengan ASPD (19,0%). Namun,

alkoholisme parental saja (yang tidak disertai dengan antisosialitas) diketahui

memiliki hubungan dengan ADHD pada anak ketika diuji pada satu model

multivariat. Dengan demikian, data awal ini, yang terbatas pada penelitian yang

melibatkan individu alkoholik yang mencari pengobatan/ penanganan, menunjukkan

adanya hubungan antara alkoholisme parental dengan ADHD anak, namun hal ini

masihlah menyisakan pertanyaan tentang pentingnya atau signfikansi dari

antisosialitas komorbid di kalangan para orang tua. Baru-baru ini, Chronis dkk

menemukan fakta yang menunjukkan bahwa antisosialitas paternal dan riwayat

alkoholisme diketahui memiliki hubungan dengan masalah perilaku pada anak

dengan sampel anak-anak yang menderita ADHD (LeMoine, Romirowsky, Woods,

& Chronis-Tuscano, 2015). Kebiasaan mabuk yang dimiliki seorang ayah,

antisosialitas, dan gejala-gejala ADHD diketahui saling terhubung, namun tanpa


sampel pembandingan anak-anak yang tidak menderita ADHD, prediksi gabungan

akan ADHD di masa kanak-kanak tidak dapat dievaluasi.

Pertanyaan lain yang penting yang telah secara minimal dievaluasi adalah

apakah jenis kelamin dari orang tua pecandu alkohol dapat menjelaskan bagian dari

variabilitas di dalam hubungan antara alkoholisme parental dengan gangguan pada

anak seperti ADHD atau tidak. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa

alkoholisme maternal memiliki hubungan dengan gangguan eksternalisasi pada anak

seperti contohnya ADHD (Knopik dkk, 2006) dan penyalahgunaan narkoba

(Chassin, Curran, Hussong, & Colder, 1996). Knopik dkk (Knopik dkk, 2006;

Knopik, Jacob, Haber, Swenson, & Howell, 2009) menggunakan rancangan

penelitian kembar yang terinformasi secara genetik untuk mengetahui hubungan

antara ketergantungan alkohol parental dengan ADHD pada anak, dengan melibatkan

anak-anak yang berjenis kelamin perempuan (Knopik dkk, 2006) dan rancangan

kembar-laki-laki sebagai subjek penelitian (Knopik dkk, 2009). Peningkatan resiko

akan ADHD pada anak diketahui memiliki hubungan dengan ketergantungan alkohol

maternal, dan hal ini pun didukung oleh kedua penelitian, namun pencarian

hubungan ini dikendalian untuk ADHD maternal, yang merupakan satu pengganggu

parsial (Knopik dkk, 2009). Di dalam satu sampel yang berukuran lebih kecil yang

terdiri dari anak-anak di masyarakat di Pittsburgh, Pennsylvania (tidak diseleksi

untuk psikopatologi), alkoholisme pada relatif/ saudara biologis derajat pertama dan

kedua, diketahui memiliki hubungan dengan perilaku eksternalisasi pada anak laki-

laki, bukan pada anak-anak perempuan (Molina, Donovan, & Belendiuk, 2010);

ADHD parental tidak dikendalikan, namun kesehatan kejiwaan ibu dan bukan

penggunaan alkohol merupakan satu mediator yang secara statistik signifikan.


Beberapa pendapat pun menyimpulkan bahwa literatur memiliki pandangan yang

berbeda-beda dalam hal jalur yang terdeferensiasi-gender untuk alkoholisme (Zucker

dkk, 2011) dan kompleksitas hubungan-hubungan ini dan kebutuhan untuk penelitian

tambahan pun dijelaskan dalam penelitian tersebut (Knopik dkk, 2009). Terakhir,

tidak jelas apakah alkoholisme antisosial maternal bertanggungjawab atau tidak akan

kemunculan masalah perilaku pada anak. Dengan demikian, tujuan utama dari artikel

ini adalah untuk meneliti hubungan antara alkoholisme maternal dan paternal dan

alkoholisme antisosial dengan diagnosisi ADHD pada anak. Kami akan

mengendalikan/ melakukan penyesuaian untuk ADHD parental untuk memahami

sejauh mana hubungan-hubungan familial ini tercakup, atau terlepas dari ADHD

diantara para orang tua.

Penelitian Longitudinal ADHD Pittsburgh (PALS) merupakan satu penelitian

follow up longitudinal yang melibatkan anak-anak yang berusia sekolah yang

terdiagnosa dengan ADHD DSM-IV (Panduan Statistik dan Diagnostik Gangguan

Mental edisi ke-3, DSM-III-R, Himpunan Psikiatrik Amerika, 1987), dan para pasien

pun diikuti secara prospektif selama masa remaja dan dewasa muda (Molina,

Pelham, Gnagy, Thompson, & Marshal, 2007; Molina dkk, 2014). PALS mencakup

wawancara dengan para orang tua dan memberikan kesempatan untuk menguji

hipotesis yang menyatakan bahwa alkoholisme antisosial umum terjadi pada orang

tua yang memiliki anak penderita ADHD. Penelitian ini, dengan mengumpulkan data

wawancara dengan para ibu dan ayah, juga memberikan kesempatan untuk menguji

hipotesis yang menyatakan bahwa hubungan ini terjadi pada ibu dan ayah yang

memiliki anak dengan dan tanpa ADHD, dan bahwa anak proban yang memiliki
masalah perilaku (ADHD plus gangguan prilaku) diketahui memiliki tingkat tertinggi

untuk memiliki orang tua yang menderita alkoholisme antisosial.

Metode

Tinjauan Umum

PALS menyertakan 364 orang anak yang terdiagnosa dengan DSM-III-R atau

DSM-IV ADHD, dan anak-anak ini difollow up secara longitudinal selama masa

remaja dan dewasa muda (proban), penelitian ini juga menyertakan 240 individu

sehat (tidak mengidap ADHD) yang sama secara geografis, para anak ini direkrut

dan difollow up untuk tujuan pembandingan (subjek kendali). Metode PALS

dijelaskan secara singkat dan pembaca dipersilahkan untuk mendapatkan informasi

tambahan dari semua literatur yang tersedia (Molina dkk, 2007).

Para Partisipan

Kelompok ADHD. Anak-anak penderita ADHD didiagnosa di Klinik ADD di

Western Psychiatric Institute and Clinic di Pittsburgh, Pennsylvania, selama tahun

1987 sampai 1996. Para subjek penelitian pun layak untuk mendapatkan follow up

longitudinal pada basis (a) diagnosis ADHD di masa kanak-kanak, (b) partisipasi

pada program penanganan musim panas selama 8 minggu untuk anak-anak penderita

ADHD (Pelham & Hoza, 1996), dan (c) kriteria inklusi/ eksklusi tambahan yang

dijelaskan kemudian. Informasi diagnostik dikumpulkan pada anak-anak dengan

menggunakan beberapa sumber, yang menyertakan Skala Pemeringkatan Gangguan

Perilaku Disruptif yang menilai gejala-gejala DSM-III-R dan DSM-IV akan

gangguan perilaku disruptif (Pelham, Gnagy, Greenslade, & Milich, 1992) pada guru
dan orang tua. Para orang tua diminta untuk mengikuti wawancara diagnostik semi-

terstruktur dengan para dokter dengan gelar PhD yang terdiri dari deskriptor DSM-

III-R atau DSM-IV untuk ADHD, Gangguan Ingkar Oposisional (ODD), dan CD,

dengan pertanyaan-pertanyaan penguar suplemental dalam hal faktor-faktor

situasional dan faktor-faktor yang berkaitan dengan tingkat keparahan. Dengan

mengikuti panduan DSM, diagnosis pun dilakukan jika terdapat sejumlah gejala-

gejala yang mencukupi untuk menghasilkan diagnosis (dengan mempertimbangkan

informasi dari para orang tua dan guru). Setidaknya terdapat dua dokter yang

memiliki gelar PhD untuk secara independen meninjau semua rating dan wawancara

untuk mengkonfirmasi diagnosis DSM. Kriteria eksklusi juga dinilai pada anak-anak

yang mencakup IQ skala penuh yang kurang dari 80, riwayat sawan atau masalah-

masalah neurologis lainnya, dan/ atau riwayat gangguan pertumbuhan pervasif,

skizofrenia, atau gangguan psikotik mental organik lainnya. Usia rata-rata pada

evaluasi awal adalah 9,40 tahun, SD (Simpangan Baku) = 2,27 tahun; para partisipan

di kelompok ADHD pun dihubungi untuk di follow up pada kira-kira 8,35 tahun

kemudian, SD = 2,79. Tingkat partisipasi mencapai 70,5% (364/516), dan hanya satu

dari 14 pembandingan antara partisipan dengan non-partisipan yang secara statistik

signifikan (pemeringkatan gejala CD rata-rata, d Cohen = 0,30). Data untuk

penelitian ini diambil dari kunjungan follow up pertama ketika proban berusia rata-

rata 17,74 tahun (SD = 3,38 tahun). Hampir dari seluruh subjek penelitian adalah

anak laki-laki (89,6%) dan ber-ras kulit putih (84,6%). Hampir dari seluruh minoritas

adalah ber-ras kulit hitam Amerika (11,0% proban).

Kelompok Non-ADHD. Para partisipan tanpa ADHD direkrut dari area

Pittsburgh untuk kesamaan demografis mereka dengan kelompok ADHD pada


periode follow up (usia dalam 1 tahun, jenis kelamin, ras, dan pendidikan orang tua).

Mereka direkrut pada basis bergilir untuk membentuk kelompok ADHD/ non-ADHD

dengan proporsi yang sama tiap karakteristik demografis. Para partisipan tanpa

ADHD direkrut melalui beberapa praktek pediatrik di Allegheny County (40,8%),

iklan di surat kabar lokal dan nawala staf rumah sakit universitas (27,5%),

universitas-universitas lokal, sekolah-sekolah tinggi (28,8%), dan metode-metode

lainnya (contohnya dari mulut ke mulut). Wawancara skrining yang dilakukan

dengan orang tua dapat mengumpulkan karakteristik-karakteristik demografis dasar,

riwayat diagnosis, dan penanganan untuk ADHD, dan juga masalah-masalah

perilaku, keberadaan akan kriteria eksklusioner yang sebelumnya didaftarkan untuk

para proban, dan satu daftar periksa gejala-gejala ADHD. Para individu yang

memenuhi kriteria DSM-III-R untuk ADHD – baik baru-baru ini ataupun menurut

riwayat – pun dikecualikan/ ditidaksertakan. Kedua kelompok tidaklah berbeda

dalam hal usia, jenis kelamin, ras, ataupun tingkat pendidikan orang tua. Persentase

ADHD yang lebih tinggi daripada para partisipan kelompok non-DHD adalah dari

rumah tangga dengan orang tua tunggal, 33,2% versus 23,6%, p < 0,05; tingkat

pendapatan orang tua di kelompok ADHD adalah lebih rendah, M = US$ 63.000

versus US$ 76.000, p < 0,01; dan jumlah proban yang diadopsi adalah lebih tinggi

dibandingkan dengan kendali, 8,0% versus 0,4%, p < 0,01.

Subsampel untuk penelitian saat ini. Tujuan utama untuk penelitian ini adalah

untuk membandingkan tingkat alkoholisme orang tua biologis dan alkoholisme

antisosial antara kelompok ADHD dengan kelompok non-ADHD. Dengan demikian,

satu subsampel dari sampel PALS yang berukuran lebih besar pun digunakan untuk

penelitian saat ini untuk memastikan bahwa alkoholisme dan informasi ASPD dapat
menjelaskan orang tua biologis saja. Setelah mentidaksertakan keluarga yang data

parsial nya saja yang tersedia, ukuran subsampel untuk analisis menyertakan 312 ibu

di kelompok ADHD, 291 ayah di kelompok ADHD, 235 ibu di kelompok non-

ADHD, dan 227 ayah di kelompok non-ADHD. Jumlah ini mencerminkan 90% (n =

547/604) dari para ibu dan 86% (n = 518/604) dari para ayah para partisipan pada

sampel PALS yang berukuran lebih besar. Usia rata-rata adalah 45,6 (SD = 5,7)

untuk para ibu di kelompok ADHD, 49,5 (SD = 6,6) untuk para ayah di kelompok

ADHD, 46,3 (SD = 5,4) untuk para ibu di kelompok non-ADHD, dan 49,4 (SD =

6,6) untuk para ayah di kelompok non-ADHD.

Prosedur Wawancara

Wawancara follow up dengan para orang tua dan anak-anak dilakukan di

kantor program ADD oleh staf penelitian pasca sarjana. Para pewawancara

mengetahui sumber perekrutan (yaitu: keberadaan atau ketiadaan ADHD di masa

kanak-kanak), namun para pewawancara dilatih untuk menghindari bias di dalam

pengumpulan data. Izin dan pernyataan kebersediaan dari para partisipan pun

didapatkan, dan kerahasiaan subjek penelitian pun dijamin tidak akan disebarkan

atau diungkapkan kecuali jika bersifat dapat berbahaya atau membahayakan subjek

penelitian ataupun yang lainnya (dijamin oleh Bagian Sertifikan Pelayanan

Kerahasiaan Kesehatan dan Manusia Amerika Serikat.

Ukuran

Alkoholisme orang tua. Riwayat sepanjang hidup tentang masalah-masalah

alkoholisme pada orang tua biologis dinilai dengan menggunakan Wawancara Klinis
Terstruktur untuk DSM-IV dengan para orang tua (SCID-IV; First, Spitzer, Gibbon,

& Williams, 1998). Wawancara ini memilki tingkat reliabilitas dan validitas yang

tinggi dan merefleksikan versi DSM yang digunakan pada waktu pengumpulan data,

dapat menuai diagnosis akan penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol untuk ibu

dan ayah. Dengan tidak adanya wawancara langsung, masalah akan alkohol pada

orang tua biologis yang tidak diwawancarai diukur dengan laporan pasangan nya

(suami atau istrinya) pada Uji Skrining Alkoholisme Michigan Singkat (SMAST;

Selzer, Vinokur, & van Rooijen, 1975). Untuk SMAST, alkoholisme dianggap

sebagai adanya tiga dari masalah-masalah yang berkaitan dengan alkohol atau satu

dari tiga item diagnostik yang mengindikasikan penerimaan penanganan atau

bantuan karena masalah minum-minuman keras (Selzer dkk, 1975).

ASPD Orang Tua. ASPD dinilai dengan menggunakan Modul SCID-II

ASPD (SCID-II; Spitzer, Williams, & Gibbon, 1987) yang dilakukan pada para

orang tua biologis tentang dirinya dan tentang orang tua biologis lain. Diagnosis

ASPD ditentukan ada jika laporan orang tua biologis dapat memenuhi kriteria

diagnostik.

ADHD Parental. ADHD parental disertakan di dalam analisis untuk

mengendalikan akan potensi peranannya di dalam hubungan antara alkoholisme

parental dan ADHD pada anak. Para orang tua akan dinyatakan terdiagnosa

mengalami atau pernah mengalami ADHD jika mereka menunjukan setidaknya satu

dari hal-hal berikut ini: (a) enam gejala hiperaktifitas/ impulsifitas atau lebih di masa

kanak-kanak atau inatensi terhadap Skala Pemeringkatan Gangguan Perilaku

Disruptif (Pelham dkk, 1992); (b) empat atau lebih gejala-gejala yang lebih baru

akan hiperaktifitas/ impulsifitas atau inatensi (Barkley, ukuran yang tidak


diterbitkan) yang menyertakan gejala-gejala DSM-IV ADHD; atau (c) diagnosis

ADHD yang dilaporkan oleh diri sendiri. Ambang batas yang lebih rendah untuk

gejala-gejala pada masa dewasa, relatif terhadap ambang batas lima gejala atau lebih

[Panduan Diagnostik dan Statistik Gangguan-Gangguan Kejiwaan (edisi klima,

DSM-5; Asosiasi Psikiatrik Amerika, 2013)], didasarkan pada temuan-temuan

terbaru dengan data PALS yang disesuaikan dan inklusif ketika pengujian variabel

ini sebagai kovariat yang memungkinkan (Sibley dkk, 2012).

CD Proban/ Proban dengan Gangguan Perilaku. Pada follow up, diagnosis

CD (gangguan perilaku) di tahun-tahun sebelumnya untuk para remaja dilakukan

dengan menggunakan kombinasi laporan dari orang tua, guru, dan laporan subjek itu

sendiri tentang DBD yang diadaptasi untuk para remaja, dan orang tua serta laporan

diri subjek pada Panduan Wawancara untuk Anak-Anak (DISC-IV; Shaffer, Fisher,

Lucas, Dulcan, & Schwab-Stone, 2000). Jika tiap gejala akan gangguan perilaku

ditemukan dan disahkan oleh penilai, maka akan dihitung dan para remaja yang

melampaui batas potong gejala DSM-IV akan didiagnosis menderita gangguan

perilaku. Untuk para subjek yang berusia dewasa muda (diatas 18 tahun), diagnosis

Gangguan Perilaku akan dinilai dengan menggunakan item-item terpilih dari

Kuisioner Delikuensi Yang Dilaporkan Oleh Pasien (Elliot, Huizinga, & Ageton,

1985) dan Modul SCID-II ASPD (SCID-II; Spitzer dkk, 1987) yang diberikan

kepada pasien dan orang tua. Dari ukuran-ukuran ini, para individu dewasa muda

yang diketahui memiliki kesesuaian dengan dua atau lebih dari sembilan item yang

tumpang tindih dengan kriteria diagnostik CD akan didiagnosa sebagai penderita

CD/ gangguan perilaku. (Ambang batas yang lebih rendah akan dua, bukan tiga,
gejala CD digunakan untuk diagnosis untuk menyesuaikan sejumlah gejala-gejala

CD yang lebih kecil yang tersedia untuk rentang usia ini.

Tabel 1. Tingkat Alkoholisme Antisosial pada Para Orang Tua Biologis yang

Memiliki Anak Dengan atau Tanpa ADHD dan Dengan Komorbiditas CD Pada Saat

Follow Up

Kelompok Kelompok Proban Proban


Non-ADHD ADHD ADHD ADHD
Tanpa CD Dengan CD
(Gangguan (Gangguan
Perilaku) Perilaku)
Ibu (%)
Tidak 198 (84) 211 (68) 162 (71) 49 (61)
mengalami
ketergantungan
alkohol atau
ASPD
Hanya 28 (12) 56 (18) 37 (16) 18 (22)
menderita
ketergantungan
alkohol
Hanya 6 (3) 22 (7) 10 (4) 9 (11)
menderita ASPD
Menderita 3 (1) 23 (7) 19 (8) 4 (5)
alkoholisme dan
ASPD
Total 235 312 228 80
Ayah (%)
Tidak 142 (63) 124 (43) 100 (47) 24 (32)
mengalami
ketergantungan
alkohol atau
ASPD
Hanya 32 (15) 49 (17) 38 (18) 11 (15)
menderita
ketergantungan
alkohol
Hanya 22 (10) 39 (13) 22 (10) 16 (21)
menderita ASPD
Menderita 31 (14) 79 (27) 54 (25) 24 (32)
alkoholisme dan
ASPD
Total 227 291 214 75
Hasil

Analisis Regresi Bivariat yang Membandingkan Kelompok ADHD dengan

Kelompok Non-ADHD

Tingkat alkoholisme parental, ASPD, dan alkoholisme antisosial parental

dilaporkan pada Tabel 1 untuk ibu dan untuk ayah, secara terpisah untuk kelompok

ADHD dan kelompok non-ADHD, dan secara terpisah untuk proban dengan atau

tanpa gangguan perilaku pada periode follow up. Dengan menggunakan analisis

bivariat, tingkat alkoholisme pada ibu (dengan atau tanpa ASPD) adalah lebih tinggi

pada kelompok ADHD (25%; 79/312) versus kelompok non-ADHD (13%; 31/235),

X2 (1, N = 547) = 12,3, p < 0,01, dan tingkat alkoholisme paternal adalah lebih tinggi

pada kelompok ADHD (44%; 128/291) versus kelompok non-ADHD (28%; 63/227),

X2 (1, N = 518) = 14,4, p < 0,01.Juga, tingkat alkoholisme antisosial maternal adalah

lebih tinggi pada kelompok ADHD (7%; 23/312) jika dibandingkan dengan

kelompok non-ADHD (1%; 3/235), X2(1, N = 545) = 11,1, p < 0,01, dan tingkat

alkoholisme antisosial paternal adalah lebih tinggi di kelompok ADHD (27%;

79/291) jika dibandingkan di kelompok non-ADHD (14%; 31/227), X2 (1, N = 518)

= 13,9, p < 0,01. Para ayah di kelompok ADHD diketahui memiliki tingkat tertinggi

akan alkoholisme antisosial (27%), hampir dua kali lipat dari para ayah di kelompok

non-ADHD (14%), dan hampir empat kali lipat dari tingkat ibu di kelompok ADHD

(7%).
Analisis Bivariat Untuk Membandingkan Kelompok ADHD dengan dan tanpa

Komorbiditas Gangguan Perilaku Pada Anak-Anak

Untuk para ibu di kelompok ADHD, tingkat alkoholisme tidaklah secara

signifikan berbeda antara pada mereka dengan anak-anak yang menderita CD

(gangguan perilaku) (28%; 22/80) dibandingkan dengan mereka yang memiliki anak

yang normal (25%; 56/228), X2(1, N = 308) = 0,27. Hal ini juga sama untuk para

ayah di kelompok ADHD: Tingkat alkoholisme tidaklah secara signifikan berbeda

antara mereka yang memiliki anak dengan gangguan perilaku (47%; 35/75) versus

mereka yang tidak memiliki anak penderita gangguan perilaku (43%; 92/214), X2(1,

N = 289) = 0,30. Tingkat alkoholisme antisosial maternal adalah sama untuk anak-

anak dengan atau tanpa gangguan perilaku komorbid (masing-masing 5% vs. 8%).

Tingkat alkoholisme antisosial paternal juga sama untuk anak dengan atau tanpa

gangguan perilaku komorbid (32% vs. 25%).

Analisis Regresi Logistik Multivariat

Membandingkan Kelompok ADHD dengan Kelompk Non-ADHD

Serangkaian kontras berpasangan yang direncanakan (SPSS GLM) dilakukan untuk

meneliti apakah alkoholisme orang-tua dengan atau tanpa ASPD secara independen

berkaitan dengan ADHD pada anak atau tidak. Pertama, hanya alkoholisme, hanya

ASPD, dan alkoholisme antisosial pun dibandingkan dengan tidak adanya

psikopatologi. Kemudian, alkoholisme antisosial dibandingkan dengan hanya

alkoholisme dan dengan ASPD saja. ADHD pada anak (ya/ tidak) merupakan

variabel tergantung biner. Serangkaian pembandingan berpasangan pun dilakukan di

kelompok ADHD untuk mengetahui hubungan antara diagnosis pada orang tua
dengan ADHD pada anak plus diagnosis CD (gangguan perilaku. Kami

mengestimasi semua model yang mengendalikan untuk ADHD parental, yang terjadi

pada 18,4% dari para ibu proban penderita alkoholisme dan 18,7% pada para ayah

proban penderita alkoholisme, versus tidak ada dari para ibu non-ADHD yang

menderita alkoholisme dan 1% dari para ayah penderita alkoholisme yang memiliki

anak yang tidak menderita ADHD.

Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 2. Hasil ini menunjukkan bahwa, dengan

mengendalikan untuk ADHD parental, para ibu dari anak penderita ADHD akan

lebih cenderung untuk mengidap alkoholisme dibandingkan dengan para ibu yang

tidak memiliki anak penderita ADHD, dengan atau tanpa ASPD. Mereka juga akan

lebih cenderung untuk memiliki resiko ASPD tanpa alkoholisme. Namun, mereka

tidak memiliki kecenderungan untuk mengidap alkoholisme antisosial dibandingkan

dengan dibandingkan dengan alkoholisme saja atau antisosial saja. Temuan-temuan

untuk para ayah adalah sama, dengan pengecualian bahwa kemungkinan untuk

mengidap alkoholisme saja yang hanya secara marginal meningkat untuk para ayah

yang memiliki anak penderita ADHD.

Tabel 2. Hubungan Antara Alkoholisme Antisosial Maternal dan Paternal Dengan

ADHD Pada Anak Mereka dan Gangguan Perilaku Diantara Anak-Anak Penderita

ADHD

Kelompok ADHD (tidak/ ya) Gangguan Perilaku Anak


(tdk/ ya)
Sampel penuh Di dalam kelompok ADHD
Estimat p Estimat p
kontras (SE) kontras (SE)
Ibu
Hanya 0,129 (0,06) 0,007 0,80 (0,07) NS
alkoholisme vs.
tdk terdiagnosis
Hanya antisosial 0,259 (0,10) 0,007 0,209 (11) 0,05
vs. tdk
terdiagnosa
Alkoholisme 317 (0,10) 0,002 0,100 (0,10) NS
antisosial vs. tdk
terdiagnosa
Alkoholisme -0,158 (0,11) NS 0,180 (0,11) NS
saja vs.
alkoholisme
antisosial
Alkoholisme 0,058 (1,3) NS 0,309 (1,4) 0,027
antisosial vs.
hanya antisosial
Ayah
Hanya 0,114 (0,06) 0,067 0,001 (0,08) NS
alkoholisme vs.
tidak
terdiagnosa
Hanya antisosial 0,170 (0,07) 0,14 0,234 (0,08) 0,005
vs. tidak
terdiagnosa
Alkoholisme 0,227 (0,06) 0,104 0,104 (0,06) 0,10
antisosial vs. tdk
terdiagnosa
Hanya -0,112 (0,07) 0,118 0,118 (0,09) NS
alkoholisme vs.
alkoholisme
antisosial
Alkoholisme 0,057 (0,08) 0,129 0,129 (0,09) NS
antisosial vs.
hanya antisosial
Catatan: ns total untuk model maternal adalah 526 untuk analisis kelompok ADHD

dan 297 untuk analisis CD anak (dalam kelompok ADHD), dan untuk model

paternal, adalah 505 untuk analisis kelompok ADHD dan 290 untuk analisis CD anak

(dalam kelompok ADHD). Model-model ini diestimasi untuk mengendalikan

variabel ADHD parental, ras/ etnisitas dan gender anak, status sosial ekonomi

keluarga (SES; tingkat pendidikan orang tua), dan keberadaan akan satu atau dua

orang tua biologis di dalam keluarga saat ini. Dengan pengecualian ADHD parental,

tidak ada kovariat yang signifikan dan tidak secara signifikan merubah interpretasi

hasil, dan kovariat ini diambil dari model akhir. CD = gangguan perilaku.
Analisis Regresi Logistik Multivariat Untuk Membandingkan Kelompok ADHD

Yang Memiliki Anak Dengan Atau Tanpa Komorbiditas Gangguan Perilaku

Dengan dilakukan di kelompok ADHD saja, kontras atau pembandingan

berpasangan menghasilkan sedikit hubungan. Para ibu proban yang menderita

gangguan perilaku diketahui cenderung untuk mengidap ASPD dibandingkan dengan

para ibu proban yang tidak menderita gangguan perilaku, dan para ibu proban

penderita gangguan perilaku akan lebih cenderung untuk mengidap ASPD daripada

alkoholisme antisosial jika dibandingkan dengan para ibu proban yang tidak

menderita gangguan perilaku. Para ayah proban yang menderita gangguan perilaku

juga akan cenderung untuk mengidap ASPD dibandingkan dengan para ayah proban

yang tidak menderita gangguan perilaku. Para ayah proban penderita gangguan

perilaku hanyalah secara marginal lebih beresiko untuk mengidap alkoholisme

antisosial dibandingkan dengan para ayah proban penderita gangguan perilaku.

Pembahasan

Hasil dari penelitian ini adalah konsisten/ sama dengan beberapa penelitian

yang menunjukkan akan adanya hubungan antara alkoholisme parental dan perilaku

eksternalisasi anak, dan hal ini sesuai dengan hipotesis kami yang menduga akan

fakta bahwa alkoholisme adalah lebih umum terjadi di kalangan para orang tua anak

penderita ADHD dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki anak penderita

ADHD. Temuan-temuan penelitian ini juga membantu penelitian sebelumnya dengan

menunjukkan keberadaan hubungan untuk banyak anak yang terdiagnosa menderita

akan ADHD di masa kanak-kanak dan untuk para ibu dan ayah secara terpisah.

Empat puluh persen dari para ayah dan 25% dari para ibu yang memiliki anak
penderita ADHD, dan versus 28% dari para ayah dan 13% para ibu yang tidak

memiliki anak penderita ADHD diketahui mengalami (pernah mengalami) masalah

yang berkaitan dengan alkohol di dalam hidup mereka. Perbedaan pada kelompok-

kelompok ini secara statistik adalah signifikan dan didasarkan pada ukuran sampel

yang besar terhadap kebanyakan penelitian yang mengkaji hal ini di dalam literatur

(sekitar 300 keluarga yang memiliki anak penderita ADHD dan diatas 200 keluarga

yang tidak memiliki anak penderia ADHD di dalam penelitian kami vs. dibawah 200

per kelompok pada sampel klinis yang secara luas dikaji). Walaupun persentase pada

penelitian kami tampaknya tinggi jika dibandingkan dengan beberapa penelitian

sebelumnya (contohnya penelitian yang dilakukan oleh Barkley dkk, 1990;

Biederman dkk, 1992), namun persentase pada penelitian kami adalah lebih rendah

dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang lainnya (August dkk, 1999), dan

lebih rendah daripada nilai yang sudah kami kira-kira, yang didasarkan pada data

nasional yang dikumpulkan di dalam jendela penelitian kami (42% individu dewasa

laki-laki, dan 19,5% wanita dewasa diketahui mengalami/ pernah mengalami AUD,

hal ini didasarkan pada Survey Epidemiologis Nasional Tentang Alkohol dan

Kondisi-Kondisi yang terkait 2001-2002 [NESARC]; Hasin, Stinson, Ogburn, &

Grant, 2007). Dengan demikian, tingkat pada penelitian kami untuk orang tua indeks

adalah tinggi, namun hal ini tidak sesuai dengan angka perkiraan pada individu

dewasa di Amerika Serikat. Metode kami tidak memungkinkan pembedaan diagnosis

saat ini dengan diagnosis yang dilakukan jauh hari sebelumnya; pembedaan tersebut

dapat menurunkan tingkat tersebut secara dramatis, hal ini menunjukkan tanda

bahwa mungkin masalah-masalah alkohol memiliki hubungan dengan ADHD pada

anak di dalam keluarga ini. Sebagai contoh, hanya 3,8% individu dewasa yang
berusia-menengah (30-44 tahun) di dalam survey NESARC diketahui terdiagnosa

mengidap (pernah mengidap) ketergantungan alkohol (vs. penyalahgunaan) di tahun

yang lalu (Hasin dkk, 2007). Bersamaan dengan hal ini, temuan-temuan kami dan

juga temuan-temuan dari penelitian yang lain (contohnya: penelitian yang dilakukan

oleh August dkk, 1999; Barkley dkk, 1990; Biederman dkk, 1992; Skoglund dkk,

2015) dapat memberikan bukti lanjutan/ tambahan akan pentingnya upaya skrining

untuk riwayat keluarga akan masalah-masalah yang berkaitan dengan alkohol pada

individu-individu yang diperiksa akan kondisi ADHD, dan resiko ini harus

mencakup riwayat maternal, walaupun secara umum tingkat masalah

penyalahgunaan alkohol adalah lebih tinggi di kalangan laki-laki dibandingkan

dikalangan perempuan secara umum (Hasin dkk, 2007). Sebagaimana yang

diartikulasikan di dalam suatu perspektif psikopatologi perkembangan ontogeni

gangguan eksternalisasi (Beauchaine & McNulty, 2013), walaupun orang tua pasien

anak tidak secara aktif mengalami masalah yang berkaitan dengan alkohol, namun

diketahui faktor-faktor resiko turunan, pra-natal, dan faktor lingkungan lain terhadap

kecenderungan perilaku penyalahgunaan alkohol masih dapat berperan. Lebih jauh

lagi, walaupun kecenderungan ini mengalami pergeseran, para ibu masih dianggap

sebagai individu yang lebih berperan dalam hal tanggung jawab pengasuhan

(Yogman, Garfield, & Komite Aspek-Aspek Psikososial Kesehatan Anak dan

Keluarga, 2016), dan kemungkinan akan pengkonsumsian alkohol maternal yang

berkontribusi terhadap resiko-resiko lingkungan harus dipertimbangkan.

Temuan-temuan kami secara parsial adalah sesuai dengan beberapa penelitian

yang menunjukkan bahwa terdapat satu hubungan genetik antara alkoholisme orang

tua dengan ADHD yang diderita oleh anak (Knopik dkk, 2006; Knopik dkk, 2005)
yang dimana hubungan ini diketahui cukup kuat/ signifikan di kalangan para ayah.

Setelah melakukan pengendalian untuk variabel ADHD paternal, hubungan untuk

para ayah secara marginal signifikan untuk alkoholisme tanpa antisosialitas dan

secara statistik signifikan untuk alkoholisme antisosial. Menurut faktanya, 62% dari

para ayah proban yang mengalami permasalahan yang berkaitan dengan alkohol

diketahui memiliki antisosialitas komorbid. Dengan demikian, kita dapat melihat apa

yang dijelaskan oleh Knopik dkk sebagai kovariasi genetik generasi-silang (Knopik

dkk, 2009), dimana orang tua dapat menurunkan kerentanan genetik kepada anak-

anak mereka untuk berbagai gangguan yang mencakup alkoholisme, ADHD, dan

antisosialitas. Para peneliti telah meneliti tentang resiko familial alkoholisme yang

diturunkan melalui multi mekanisme yang mencerminkan heterogenitas alkoholisme

yang lebih umum (Zucker dkk, 2011). Beberapa temuan kami mendukung hipotesis

yang menyatakan bahwa alkoholisme antisosial dapat secara khusus penting di dalam

penurunan resiko secara familial akan kerentanan terhadap alkoholisme antisosial

dan ADHD di kalangan individu yang berjenis kelamin laki-laki. Dua puluh tujuh

persen proban diketahui memiliki ayah yang menderita alkoholisme antisosial

(subkelompok diagnostik parental tertinggi di dalam semua analisis untuk para ibu

dan untuk para ayah).

Hipotesis kami yang beranggapan bahwa alkoholisme antisosial parental

dapat menjadi paling lazim untuk proband penderita gangguan perilaku tidak

terdukung oleh temuan ini. Lima persen proband penderita CD (gangguan perilaku)

diketahui memiliki ibu alkoholik antisosial versus 8% proban yang tidak menderita

CD yang memiliki ibu penderita alkoholik antisosial. Di kalangan para ayah,

minoritas anak yang substansial diketahui ada di kedua pembandingan ini, dan
perbedaannya hanya secara marginal dapat dikatakan signifikan. Tiga puluh dua

persen proban penderita CD diketahui memiliki ayah alkoholik antisosial, sedangkan

25% proban tanpa CD memiliki ayah penderita alkoholik antisosial. Satu penjelasan

yang memungkinkan untuk temuan-temuan kami yang tidak kami duga-duga,

disamping ukuran sampel yang tidak besar, dapat berada pada kontribusi akan

pengasuhan anak terhadap outcome perilaku anak (masalah-masalah yang berkaitan

dengan perilaku). Walaupun komorbiditas parental yang serius ini harus secara

teoritis dapat menentukan outcome anak yang terburuk (Zucker dkk, 1993), yaitu

tingkat perceraian yang tertinggi di dalam sampel kami (Wymbs dkk, 2008) dan para

ibu penderita antisosial dengan jumlah yang kecil dapat menyebabkan penghilangan

pengaruh sosialisasi negatif dari para orang tua yang paling mengalami gangguan

(khususnya ayah). Namun, kami melihat, bahwa ASPD di kalangan para orang tua –

baik itu ayah ataupun ibu – adalah secara statistik memiliki hubungan dengan

gangguan perilaku pada proban ketika mereka remaja atau dewasa muda. Temuan-

temuan ini mengkonfirmasi temuan-temuan dari penelitian yang dilakukan oleh

LeMoine dkk (2015) yang mengkaji para ibu, dengan menunjukkan hubungan antara

antisosialitas parental (ayah dan ibu) dengan masalah perilaku di dalam ADHD anak.

Kami secara khusus tertarik pada pengaruh yang berkaitan dengan jenis

kelamin orang tua, dan kami pun berhipotesa bahwa para ibu (seperti halnya para

ayah) dari anak-anak yang menderita ADHD juga akan memiliki resiko yang lebih

tinggi untuk mengidap alkoholisme jika dibandingkan dengan para ibu yang

memiliki anak-anak yang tidak menderita ADHD. Hasil ini menunjukkan bahwa

alkoholisme dan ASPD yang diderita oleh para ibu (tidak hanya paternal) dapat

menjadi faktor yang penting di dalam penurunan resiko akan gangguan


eksternalisasi. Sedangkan, mayoritas dari literatur sampai saat ini telah berfokus pada

resiko alkoholisme paternal, hal ini sebagian karena tingkat alkoholisme yang lebih

rendah yang ditemui pada wanita jika dibandingkan dengan laki-laki, temuan-temuan

kami mendorong akan pertimbangan fakta yang menunjukkan bahwa alkoholisme

maternal dapat menjadi faktor resiko untuk kualitas kesehatan psikologis pada anak.

Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa alkoholisme maternal diketahui memiliki

hubungan dengan perilaku penyalahgunaan narkoba pada anak (contohnya menurut

penelitian yang dilakukan oleh Chassin dkk, 1996) dan perilaku eksternalisasi seperti

contohnya ADHD (contohnya: Knopik dkk, 2006). Terdapat juga bukti yang

menunjukkan bahwa mediator-mediator psikososial seperti contohnya stres pada

remaja dapat memediasi hubungan antara alkoholisme maternal dan penyalahgunaan

narkoba pada anak (Chassin dkk, 1996), dan arah yang dimediasi ini (untuk

alkoholisme maternal atau paternal) dapat menjadi lebih kuat pada anak-anak

penderita ADHD dibandingkan dengan subjek penelitian kendali (Marshal, Molina,

Pelham, & Cheong, 2007). Data kami mengindikasikan bahwa para ibu yang

memiliki anak penderita ADHD diketahui hampir dari dua kali lebih tinggi

kemungkinannya untuk menderita alkoholisme maternal dibandingkan dengan para

ibu yang memiliki anak normal atau anak yang tidak menderita ADHD (25% vs.

13%), yang dimana hal ini mengindikasikan kemungkinan (yang masih harus diuji)

bahwa alkoholisme maternal secara sebagian dapat merepresentasikan jalur

kerentanan terhadap alkoholisme pada beberapa anak penderita ADHD. Memang,

sebelumnya kami menemukan fakta bahwa para anak yang dilatih untuk

memunculkan karakteristik perilaku anak dengan gangguan eksternalisasi (tidak

kooperatif, mudah teralihkan, dll) dapat menyebabkan peningkatan tingkat stres, dan
konsumsi alkohol, oleh para ibu di dalam setingan laboratorium (Pelham dkk, 1997).

Konsumsi alkohol maternal juga dapat memperburuk pengasuhan maladaptif (Lang,

Pelham, Atkeson, & Murphy, 1999). Pengasuhan dapat menjadi mediator yang

penting akan alkoholisme maternal (dan juga paternal) di dalam keluarga-keluarga

yang memiliki anak penderita ADHD. Ini merupakan satu hipotesis yang penting

untuk diuji di dalam analisis longitudinal di kemudian hari, dan juga melakukan

pengeksplorasian potensi-potensi mediator dan moderator alkoholisme maternal

diantara para anak muda penderita ADHD yang berkaitan dengan outcome individu

dewasa jangka panjang akan persistensi ADHD, antisosialitas, dan alkoholisme di

antara para anak.

Secara umum, penelitian ini memberikan bukti akan hubungan antara

alkoholisme parental, alkoholisme antisosial, dan ADHD pada anak, untuk para ayah

dan para ibu. Terdapat beberapa kekurangan/ keterbatasan dalam hal temuan-temuan

kami yang mencakup sifat dari sampel dan pewaktuan penilaian kami. Kami tidak

mampu untuk meneliti arah alkoholisme parental atau ADHD secara prospektif, yang

dapat memberikan informasi yang lebih mendalam dan lebih akurat tentang

kronisitas alkoholisme dan ADHD, yang dapat memberikan informasi yang lebih

mendalam dan akurat tentang kronisitas alkoholisme dan ADHD di dalam keluarga.

Penilaian kami akan outcome anak pun terbatas pada CD pada follow up awal untuk

berbagai rentang usia. Pemeriksaan outcome anak diatas usia remaja akhir dan awal

dewasa muda, sampai usia menengah – ketika secara developmental ekspresi

perilaku yang terbatas mengalami penurunan, dan masalah alkohol kronis merupakan

hal yang menjadi paling jelas terlihat – adalah sangat penting. Beberapa penelitian di

masa mendatang yang mencakup proporsi yang besar akan anak perempuan yang
menderita ADHD, dan yang menjelaskan mediator dan moderator-moderator

hubungan antara alkoholisme antisosial orang tua dengan semua outcome anak yang

masuk usia dewasa, akan meningkatkan pemahaman akan hubungan antara alkohol

dengan ADHD di dalam keluarga. Sementara itu, hasil dari penelitian saat ini

menyoroti pentingnya untuk mempertimbangkan resiko multi-lapisan di dalam

keluarga yang dapat mencakup beberapa kombinasi akan ADHD, alkoholisme, dan

antisosialitas, untuk laki-laki dan perempuan.

You might also like