You are on page 1of 6

Energi cahaya dengan panjang gelombang cahaya ± 397 – 723 nm oleh mata diubah menjadi

aksi potensial dalam N.opticus (N.II)  Bayangan benda difokuskan di retina  Berkas cahaya
yang mengenai retina akan memicu aksi potensial pada sel kerucut dan batang  impuls
dihantarkan ke korteks (lobus occipitalis) otak  kesan penglihatan.

Sel batang merupakan reseptor penglihatan malam (skotopik), peka cahaya, dan tidak
mampu untuk penglihatan warna. Sel kerucut merupakan reseptor penglihatan terang (fotopik),
ketajaman lebih besar dan berfungsi untuk penglihatan warna. Sel batang dan kerucut
mengandung zat yang terurai jika terkena cahaya. Dalam proses ini mereka merangsang saraf
mata (N. Opticus) untuk menghantarkan impuls sehingga suatu proyeksi benda dapat dilihat. Zat
kimia pada sel batang disebut rhodopsin dan pada sel kerucut disebut pigmen kerucut .

Fototrandusi oleh sel retina mengubah rangsangan cahaya menjadi sinyal saraf.

Fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) terdiri dari tiga bagian

1. Segmen luar, yang terletak paling dekat dengan eksterior mata, menghadap ke koroid.
Bagian ini mendeteksi rangsangan cahaya.
2. Segmen dalam, yang terletak di bagian tengah fotoreseptor. Bagian ini mengandung
perangkat metabolik sel.
3. 3. Terminal sinaps, yang terletak paling dekat dengan bagian interior mata, menghadap
ke sel bipolar. Bagian ini bervariasi dalam laju pelepasan neurotransmiternya, bergantung
pada luasnya pajanan cahaya terang atau gelap yang dideteksi oleh segmen luar.

Segmen luar, yang berbentuk batang pada sel batang dan kerucut pada sel kerucut , terdiri
dari tumpukan lempeng-lempeng membranosa gepeng yang mengandung banyak molekul
fotopigmen peka cahaya. Setiap retina mengandung lebih dari 125 juta fotoreseptor, dan lebih
dari satu miliar molekul fotopigmen mungkin terkemas di dalam segmen luar setiap fotoreseptor.

Fotopigmen mengalami perubahan kimiawi ketika diaktifkan oleh sinar. Melalui serangkaian
tahap, perubahan yang dipicu oleh cahaya ini dan pengaktifan fotopigmen yang kemudian terjadi
menyebabkan terbentuknya potensial reseptor yang akhirnya menghasilkan potensial aksi di sel
ganglion, yang menyalurkan informasi ini ke otak untuk pemrosesan visual. Fotopigmen terdiri
dari dua komponen: opsin, suatu protein integral di membran plasma diskus; dan retinal, suatu
turunan vitamin A. Retinal adalah bagian fotopigmen yang menyerap cahaya.

Fototransduksi, proses pengubahan rangsangan cahaya menjadi sinyal listrik, pada dasarnya
sama untuk semua fotoreseptor, tetapi mekanismenya bertentangan dengan cara biasa reseptor
berespons terhadap stimulus adekuatnya. Reseptor biasanya mengalami depolarisasi jika
dirangsang, tetapi fotoreseptor mengalami hiperpolarisasi ketika menyerap cahaya. Marilah kita
mula-mula memeriksa keadaan foto reseptor dalam keadaan gelap, kemudian melihat apa yang
terjadi ketika fotoreseptor terpajan ke cahaya. Kita menggunakan sel batang sebagai contoh,
tetapi hal yang sama terjadi pada sel kerucut, kecuali bahwa sel kerucut menyerap cahaya dalam
bagian spektrum cahaya yang berbeda

AKTIVITAS FOTORESEPTOR DALAM GELAP

Fotopigmen dalam sel batang adalah rhodopsin. Retina ada dalam konformasi yang berbeda
dalam terang dan gelap. Pada keadaan gelap, retina terdapat dalam bentuk 11-cis retinal, yang
cocok menempati tempat ikatan di bagian interior bagian opsin rhodopsin (Gambar 6-25b).
Membran plasma segmen luar fotoreseptor mengandung kanal Na+ berpintu kimiawi. Tidak
seperti kanal berpintu kimiawi lainnya yang berespons terhadap caraka kimiawi ekstrasel, kanal
ini berespons terhadap caraka kedua internal, GMP silklik, atau cGMP (guanosin monofosfat
siklik). Pengikatan cGMP dengan kanal Na+ ini membuatnya tetap terbuka. Tanpa cahaya,
konsentrasi cGMP tinggi (Gambar 6-26a). (Absorpsi cahaya menyebabkan cGMP terurai.)
Karena itu, kanal Na+ fotoreseptor, tidak seperti reseptor umumnya, terbuka jika tidak terdapat
rangsangan, yaitu dalam keadaan gelap. Kebocoran pasif Na+ ke dalam sel yang terjadi, yang
disebut arus gelap, menyebabkan depolarisasi fotoreseptor. Penyebaran pasif depolarisasi ini dari
segmen luar (tempat lokasi kanal Na+ ) ke ujung sinaps (tempat penyimpanan neurotransmiter
fotoreseptor) membuat kanal Ca2+ berpintu listrik di ujung sinaps tetap terbuka. Masuknya Ca2+
memicu pelepasan neurotransmiter glutamat dari ujung sinaps selama dalam keadaan gelap.

AKTIVITAS FOTORESEPTOR PADA KEADAAN TERANG

Pada keadaan terpajan ke sinar, konsentrasi cGMP menurun melalui serangkaian reaksi
biokimia yang dipicu oleh pengaktifan fotopigmen. Retinal berubah bentuk menjadi konformasi
all-trans ketika 11-cis retinal menyerap cahaya . Ini adalah satu satunya tahap yang bergantung
pada cahaya dalam keseluruhan proses fototransduksi. Akibat perubahan bentuk ini, retinal tidak
lagi muat dalam tempat ikatannya di opsin, menyebabkan opsin juga berubah konformasi, yang
mengaktifkan fotopigmen. Opsin yang terikat membran serupa dalam bentuk dan sifatnya
dengan reseptor bergandeng protein G , kecuali bahwa fotopigmen bukan diaktifkan oleh
pengikatan dengan caraka kimia ekstrasel, tetapi diaktifkan sebagai respons terhadap penyerapan
cahaya oleh retinal. Sel batang dan sel kerucut mengandung suatu protein G yang dinamai
transdusin. Fotopigmen yang telah aktif mengaktifkan transdusin, yang nantinya mengaktifkan
enzim intrasel fosfodiesterase. Enzim ini menguraikan cGMP sehingga konsentrasi caraka kedua
ini di fotoreseptor berkurang. Selama proses eksitasi cahaya, penurunan cGMP memungkinkan
kanal Na+ berpintu kimiawi tertutup. Penutupan kanal ini menghentikan kebocoran Na+
penyebab depolarisasi dan dengan demikian menyebabkan hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi ini,
yang merupakan potensial reseptor, secara pasif menyebar dari segmen luar ke ujung sinaps
fotoreseptor. Di sini perubahan potensial menyebabkan penutupan kanal Ca2+ berpintu listrik
dan penurunan pelepasan neurotransmiter dari ujung sinaps. Karena itu, fotoreseptor dihambat
oleh stimulus adekuatnya (mengalami hiperpolarisasi oleh cahaya) dan tereksitasi jika tidak
mendapat stimulasi (mengalami depolarisasi dalam keadaan gelap). Potensial penyebab
hiperpolarisasi dan penurunan pelepasan neurotransmiter yang ditimbulkannya bertahap sesuai
dengan intensitas cahaya. Semakin terang cahaya, semakin besar respons hiperpolarisasi dan
semakin besar penurunan pelepasan glutamat. Fotopigmen bentuk aktif yang singkat secara cepat
terpisah menjadi opsin dan retinal. Retinal diubah kembali menjadi bentuk 11-cis. Dalam
keadaan gelap, mekanisme yang diperantarai enzim menggabungkan opsin dan retinal daur ulang
ini untuk memulihkan fotopigmen menjadi bentuk konformasi aslinya yang tidak aktif .

Siklus Rhodopsin

Rhodopsin adalah kombinasi protein scotopsin dan protein retinal (retinene). Retinal
adalah jenis khusus yang disebut 11 - cis – retinal. Bentuk cis retinal ini penting karena ini
adalah satu-satunya bentuk yang dapat bergabung dengan scotopsin untuk mensintesis
rhodopsin. Jika rhodopsin menyerap energi cahaya, segera terurai menjadi bathorhodopsin .
Bathorhodopsin merupakan senyawa tidak stabil dan dalam hitungan nano detik akan terurai
menjadi lumirhodopsin. Kemudian pada beberapa μ detik menjadi metarhodopsin I dan setelah 1
milidetik menjadi metarhodopsin II. Akhirnya menjadi scotopsin dan semua retinal trans.
Metarhodopsin II disebut juga activated rhodopsin yang merangsang perubahan listrik dalam sel
batang dan kemudian menjalarkan bayangan visual ke SSP.
Pembentukan kembali rhodopsin

Tahap pertama dari pembentukan kembali rhodopsin adalah mengubah semua - trans –
retinal menjadi 11 - cis – retinal. Proses dikatalisis oleh enzim isomerase retina Ketika 11 - cis -
retinal terbentuk, otomatis ia bergabung lagi dengan scotopsin untuk membentuk rhodopsin.

Bila berada dalam terang cukup lama maka:

zat fotokimia batang/kerucut → retinal + rodopsin/fotopsin

Retinal batang/kerucut → vit A.

Akibatnya konsentrasi zat fotokimia peka cahaya sangat rendah sehingga kepekaan mata
terhadap cahaya berkurang ( adaptasi terang).

Bila dalam gelap cukup lama maka:

retinal + opsin batang/kerucut → pigmen peka cahaya (rodopsin)

Vit A → retinal → pigmen peka cahaya

Akibatnya reseptor visual menjadi peka sehingga dengan cahaya minimal mata telah
mampu melihat ( adaptasi gelap).

Pengaturan diameter pupil

Saraf parasimpatis : merangsang otot sfingter pupil → memperkecil celah pupil (miosis)

Saraf simpatis : merangsang serabut radial iris → dilatasi pupil (midriasis).

Jika mata disinari cahaya, pupil akan mengecil, ini disebut refleks cahaya pupil.

Persarafan otonom mata dan jaras lengkung refleks

You might also like