You are on page 1of 6

Antara Gugur dan Salju

Karya: Ujang Hermawan


"Siap! Satu... Dua... Tiga... !" Aba - aba yang selalu ku ucapkan saat mengabadikan
satu demi satu foto model majalahku. Cerah begitulah cuaca hari ini, Senja menghiasi setiap
objek fotoku, ku abadikan satu demi satu foto, yang didalamnya terdapat keindahan alam
semesta ini dengan keramaian. Satu persatu daun berguguran dan berterbangan hingga
memenuhi setiap penjuru komplek perumahan yang menjadi objek fotoku ini. Kesibukan yang
mereka lakukan dibawah langit jingga ini menarik perhatianku untuk mengabadikan setiap
aktivitas mereka dan menyimpannya di dalam koleksi majalahku. Banyak sekali foto yang ku
ambil, hampir setiap objek yang menarik perhatian mataku ku abadikan dalam kameraku ini.
Entah mengapa kulihat mereka begitu senang saat mereka bekerja dan melakukan aktivitasnya,
tak terlihat sedikitpun beban bagi mereka dalam melakukan pekerjaannya. Ya! mungkin itulah
yang menyebabkan akan ketertarikanku untuk menjadikan mereka objek fotoku.

Ku potret setiap kegiatan mereka satu persatu. Hingga tak sengaja fokus kameraku
tertuju pada seorang wanita yang sedang berjalan di depanku. Ia meminta maaf karna ia telah
menghalangi objek foto kameraku. Aku tak berkata apapun, aku hanya tersenyum melihat
tingkah lakunya yang tersipu malu. Aku tak begitu menghiraukannya, kulanjutkan kembali
aktivitasku dan ia pun kembali meneruskan perjalanannya. Tak terasa Hari semakin larut sang
mentari sedikit demi sedikit menenggelamkan terangnya, membiarkan gelap menguasai malam
dengan keheningannya. Sunyi mulai menghampiri komplek perumahan yang menjadi objek
fotoku ini, jingganya langit dan cahaya senja yang senantiasa menghiasi setiap objek fotoku
beranjak anjak hilang dan kebisingan dari setiap aktivitas perkomplekan ini pun mulai hilang.

Ku rapihkan semua barang barang perlengkapan kameraku Untuk segera meninggalkan


tempat ini, tampaknya raga inipun tak sanggup kiranya jika harus terus meneruskan aktivitas
memotret diselimuti angin malam yang dingin ini. Setelah selesai merapihkan barang
barangku, ku hampiri Sepedaku yang tersandar di salah satu pohon di perkomplekan ini untuk
segera pulang. Dengan sisa sisa tenagaku kuayuh sepeda yang belum lama kupakai ini.
Rumahku cukup jauh dari perkomplekan yang menjadi objek fotoku ini, sekitar 20 menit
kuayuh sepeda ini dari perkomplekan menuju rumahku. Jalannya pun tak terlalu bagus.

Sesampainya dirumah ku istirahatkan sejenak ragaku ini, ku baringkan raga ini diatas
kasur yang berserakan foto foto koleksi yang belum sempat ku rapihkan. Tak terasa lelah
membuatku tertidur lelap, namun perutku yang belum mendapat asupan membangunkanku dari
tidur, akupun beranjak dari tempat tidurku sekitar pukul 02:15 dan memasuki kamar mandi
untuk membersihkan semua anggota tubuhku dengan keringat yang sudah mengering. Setelah
selesai membersihkan anggota tubuhku, aku memasuki dapur kecilku. Dapur ini Tak mewah,
namun cukup jika hanya untuk menyediakan asupan bagiku sendiri. Biasanya aku memasak
mie rebus atau tidak memasak telur, namun hari ini aku lupa belanja kepasar untuk membeli
makanan, makanan persediaan di dalam kulkasku habis, yang tersedia hanya nasi dengan lauk
sederhana tahu dan tempe sisa sarapanku tadi pagi.

Setelah selesai memberi asupan untuk perutku ini, ku kembali ke tempat tidurku untuk
melanjutkan tidur agar ku bisa beristirahat penuh. Namun mataku sulit untuk terpejam aku
hanya terdiam di atas kasur kecilku ini. Karena mataku sulit terpejam Akhirnya ku terbangun
dari tempat tidurku dan menghampiri komputerku yang terletak di samping tempat tidur.
Setiap hari aku mencetak semua foto yang ku potret dan kusisipkan dalam majalah
yang ku buat. Begitu juga hari ini, ku cetak semua hasil potretku dan ku sisipkan sebagian hasil
foto tersebut di dalam majalah yang kubuat, dan sebagian lagi ku tempel di dinding kamarku
yang hampir terpenuhi dengan koleksi foto. Saat ku tengah menempel foto foto di dinding
kamarku, ternyata foto wanita itu tercetak juga bersama foto lainnya. Ku terdiam sekejap
sambil memandangi fotonya, kulihat dia itu cantik, manis, lucu dan periang. Aku hanya
tersenyum ketika mengingat tingkah lakunya ketika ia merasa malu. Sepintas terpikir olehku
untuk menjadikannya model untuk majalahku, namun dari caranya berjalan tadi sore ia terlihat
tergesa gesa, nampaknya ia sudah memiliki pekerjaan yang membuatnya sibuk.

Ku tempelkan fotonya tepat dihadapan tempat tidurku dan menempelkan sisa foto
lainnya juga. Setelah selesai ku hampiri kembali komputerku dan ku sisipkan foto foto hasil
jepretanku di dalam majalah yang sengaja kubuat. Waktu berjalan terasa begitu cepat, kulihat
waktu sudah menunjukan pukul 07:00 pagi, karena senangnya aku berkarya dengan foto foto
dan majala, sampai sampai aku lupa waktu saat mengerjakannya. Sebenarnya ini adalah
majalah pertama yang aku buat. Majalahku itu belum selesai sepenuhnya namun karena
mentari sudah kembali menerangi bumi pertiwi ini, kuhentikan pekerjaanku dan mulai
merapihkan rumahku dan membersihkannya.

Didalam rumahku Aku hanya tinggal sendiri, jadi jika bukan aku yang membersihkan
rumahku maka tak ada org lain yang akan membersihkannya. Rutinitas Keseharianku tak ada
yang spesial, setiap pagi aku bersih bersih rumah, siang aku bekerja untuk memotret model dan
sorenya ku gunakan untuk memuaskan hobiku. Namun aku tidak pernah bosan menjalankan
rutinitasku, bahkan aku sangat menikmatinya.

"Dio...!" Samar samar terdengar ada yang memanggilku didepan rumah. Kubuka pintu
dan ternyata dia temanku kevin yang sedang lari menyeru nyeru namaku dan menghampiriku.
"Eh yo...! Dita sakit nih terus nanti siang sponsor majalah kita dateng buat liat pekerjaan kita,
gimana nih yo?" Ucap kevin dengan nafas yang terengah engah. Belum sempat ku jawab Dia
sudah nyelonong masuk dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Begitulah kevin dia
memang heboh dan selalu tergesa gesa dalam hal apapun. "Apa vin? Dita sakit? Ya udahlah
vin. Kan masih ada Diana, Bentar gua telpon dia dulu" Jawabku sembari mengambil hpku yang
selalu ku simpan di dekat printer.

"Halo diana apa kabar?" Tanyaku basa-basi dan untungnya HP Diana lagi aktif "Baik
yo, ada perlu apa?" Jawab Diana. "Lo bisa gantiin dulu Dita buat pemotretan nanti siang ngga?
Dita lagi sakit, nanti siang ada yang ngontrol pekerjaan kita dari perusahaan yang ngesponsorin
pembuatan majalah kita" . " Yah Gua minta maaf yo, gua lagi di nikahan kaka gua, gua baru
bisa pulang tiga hari lagi, tapi gua usahain besok gua bisa pulang", "Oke ngga papa, nanti biar
gua minta maaf sama perusahaannya buat ngundurin jadwal pemotretan" Pembicaraan
kamipun berakhir begitu saja. "Gimana yo? Diana bisa dateng buat pemotretan nanti siang ga?"
tanya kevin, " Ga bisa vin dia lagi di nikahan kakanya, tiga hari lagi dia baru bisa pulang. Tapi
dia mau usahain supaya besok dia bisa pulang" Jawabku dengan kesal. "Yah... Terus gimana
yo? Kan cuma mereka model majalah kita" Tanya kevin dengan panik. "Ya mau engga mau
kita harus dateng ke perusahaan vin buat minta ngundurin jadwal pemotretannya" Kamipun
segera bergegas untuk pergi ke perusahaan itu. Jarak rumahku dari perusahaan itu lumayan
jauh, tak mungkin rasanya bila harus berjalan kaki atau naik sepeda ke perusahaan itu.
Akhirnya kamipun memutuskan untuk naik taksi. Butuh waktu 25 menit dari rumahku ke
perusahaan, lebih lama mungkin jika naik sepeda atau berjalan kaki. Setelah 25 menit berlalu
akhirnya kamipun sampai di perusahaan. Kami segera masuk ke dalam, saat kami ingin
menghadap ke pemimpin perusahaan, kami dihadang oleh satpam yang menjaga perusahaan
itu, karena pemimpin perusahaan itu sedang rapat dan tidak bisa diganggu. Sekitar satu jam
kami menunggu dan akhirnya kami bisa menghadap ke pemimpin perusahaan. "Selamat pagi
pa!" Kami memberi salam sambil membuka pintu ruangan " Ya selamat pagi, silahkan duduk"
Jawab sang pemilik perusahaan yang sedang sibuk membereskan berkas berkas. "Seperti ini
pak, saya salah satu photographer pembuat majalah yang disponsori bapak. Seharusnya siang
ini adalah jadwal pemotretan dengan pengontrolan dari bawahan bapak. Tetapi model majalah
kami sekarang sedang sakit, kami minta maaf yang sebesar besarnya, bisa diundur jadi besok
engga pak?" Tanya kevin. "Lho ya engga bisa gitu, kan perjanjiannya hari ini. Jadwal kami
padat nak" Sanggah sang pemilik perusahaan.

Pembicaraan kami terus berlanjut hingga akhirnya pemimpin perusahaan setuju dengan
permintaan kami. Tanpa basa basi lagi kamipun langsung pamit untuk pulang. Kami pulang
menaiki taksi yang berbeda, karena rumah kevin lumayan jauh dari rumahku. Dua puluh lima
menitpun habis dalam perjalananku menuju ke rumah. Waktu sudah menunjukan pukul 11:20.
Sedangkan baju dan sepedaku belum ku bersihkan. Sesampainya di rumah aku langsung
menyuci pakaianku yang sudah menggunung di dekat lemari. Badanku sudah benar benar lelah
sudah dua jam aku menyuci pakaianku. Sekarang aku tinggal mencuci sepeda dan segera pergi
ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur. Entah mengapa begitu semangatnya aku mencuci
sepedaku ini, mungkin karena aku ingin segera memuaskan hobiku dengan mencari objek foto
baru yang lebih indah. Selain itu sudah lama aku tidak memuaskan hobi balapku ini. Dalam
waktu 10 menit sepedaku ini sudah bersih, sekarang aku tinggal membersihkan badanku. Segar
sekali rasanya setelah melepas semua lelahku dengan dinginnya air di waktu yang menjelang
senja ini. Setelah selesai mandi aku langsung merapihkan rambutku untuk segera pergi ke
pasar. Aku lihat rambut ini sudah mulai rusak dan rontok. Sebelum ke pasar ku putuskan untuk
ke salon terlebih dahulu untuk merawat rambut.

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 14:05 karena hari sudah semakin sore
akupun mulai berangkat, untuk sampai ke pasar aku membutuhkan waktu sekitar 25 menit. Di
perjalanan aku menemukan sebuah salon yang kelihatannya cukup berkualitas, kuhampiri
sebentar untuk merawat rambutku yang sudah mulai rusak. Entah kebetulan atau memang
takdir, ternyata wanita yang bertemu denganku saat aku memotret di perkomplekan perumahan
itu bekerja di salon tersebut. Aku duduk di salah satu kursi yang kosong, aku hanya
memandangi setiap sudut ruangan ini yang dihiasi dengan perlengkapan elektronik salon. Salon
ini jug cukup terjaga, selang beberapa menit ada teman sepekerjaannya yang menghampiriku
namun ia segera menghentikan pekerjaannya dan ia berbicara pada temannya supaya ia saja
yang melayaniku.

Dia melayaniku dengan begitu lembutnya, aku begitu menikmatinya tapi aku pura -
pura lupa seolah olah aku dan dia tidak pernah bertemu, namun entah apa yang dipikirkannya,
saat ia melayaniku ia melamun hingga shampo yang ia gunakan di rambutku mengenai mataku.
Aku segera membersihkan wajahku. Aku merasa kasihan padanya karena ia dimarahi oleh
bosnya di depan mataku sendiri. Untuk kedua kalinya aku hanya tersenyum melihat tingkah
lakunya yang konyol saat ia merasa malu, mungkin ia juga merasa bersalah karena telah
melamun saat melayaniku. Aku tak begitu menghiraukan kesalahannya, setelah selesai aku
langsung melanjutkan perjalananku ke pasar. Karena jarak pasar dari salon tersebut hanya
beberapa puluh meter saja. Sang mentari mulai memancarkan cahaya jingganya, hingga
membangunkan senja untuk kembali menghiasi bumi pertiwi ini. Bukan lagi teriknya mentari
yang menemani perjalananku ke pasar, tetapi indahnya senja yang baru terbangun dari
lelapnya. Selang beberapa menit aku tiba di pasar, tanpa berlama lama aku segera membeli
semua kebutuhan dapur yang ku butuhkan. Mulai dari beras, mie instant, sayur sayuran, telur
dan kebutuhanku yang lainnya. Untungnya aku berbelanja sore hari, karna jika aku berbelanja
siang hari tak mungkin ku selesai berbelanja dalam waktu 30 menit. Pasar ini satu satunya
pasar di daerah yang sangat luas ini, pantas saja jika dari pagi sampai siang pasar ini sangat
ramai. Setelah semua keperluan dapur ku dapatkan ku bergegas pulang. Di rumah aku baru
sadar, ternyata habis sudah 3/4 dari uang saku bulananku hanya untuk membeli keperluan
rumah dan pergi ke salon.

Padahal baru setengah bulan ku dapat uang ini. Tapi ya sudahlah, yang penting sekarang
aku bisa memuaskan hobiku. Hari lalu aku memuaskan hobiku dengan memotret sebuah
perkomplekan, sekarang aku berencana untuk menunda sejenak rutinitas memotret dan
menghabiskan sisa waktu senja ini dengan latihan balap dengan teman temanku. Sebelum aku
memotret, dulu aku sangat sering mengikuti balapan balapan tapi sekarang aku menemukan
hobi baru yang cukup memberiku penghasilan. Sejak aku memotret aku jarang mengikuti
balapan balapan, aku lebih sering mencari objek foto yang menarik. Dan sekarang aku ingin
membangkitkan kembali jiwa balapku ini.

Senja mulai terkikis oleh gelap. Bisingnya motor ini tak mampu kiranya melawan
kesunyian, keheningan dan ketenangan kota ini. Waktu sudah menunjukan pukul 18.20 .
Seperti biasa aku pulang ke rumah, namun kali ini aku tidak membawa sepeda, melainkan
menaiki motor yang biasanya aku simpan di garasi kecil rumah saat aku tidak memakainya.
Hari ini sangat melelahkan, karna dari sejak shubuh tadi aku sudah mulai beraktivitas, mulai
dari membuat majalah, menyelesaikan pekerjaan rumah, pergi ke perusahaan sponsor dan
belanja ke pasar. Lelah hari ini lebih dari lelah yang menerpa ku kemarin. Sampai sampai aku
lupa bahwa aku belum memberi asupan lagi terhadap perut ini. Sesampainya di rumah aku
langsung memasak mie instant untuk menghilangkan suara perut yang kekurangan asupan ini.
Selepas memberi asupan aku mengistirahatkan semua lelah ini di kamar. Di kasur yang cukup
hangat ini, aku bersandar ke dinding kamar yang penuh dengan foto foto koleksi yang
menurutku spesial. Namun entah mengapa dari ratusan bahkan ribuan foto yang terpampang di
kamar ini hanya foto gadis itu yang menarik perhatianku untuk selalu memandangnya.

"Cinta? Apakah aku telah jatuh cinta sejak pertama aku berjumpa dengannya? Haha
rasanya tak mungkin aku jatuh cinta semudah itu." pertanyaan pertanyaan itu mulai muncul di
benakku. Setelah beberapa saat ku pandang wajahnya, akhirnya kantung mata inipun menutup
dengan sendirinya bagaikan matahari yang menenggelamkan dirinya. Aku rasa lelah ini
membuatku tak berdaya untuk melakukan apapun.

Kring, kring, kring suara alarm di hpku yang sudah menunjukan pukul 06:00. Karna
suara hp ini sangat mengganggu akhirnya aku yang sedang tertidur pulas pun terbangun. Aku
benar benar terkejut karna ternyata aku bangun terlalu siang hingga akhirnya proses pembuatan
majalah untuk hari ini tertunda. "Siap! Satu... Dua... Tiga... !" Aba - aba yang selalu ku ucapkan
saat mengabadikan satu demi satu foto model majalahku. Cerah begitulah cuaca hari ini, Senja
menghiasi setiap objek fotoku, ku abadikan satu demi satu foto, yang didalamnya terdapat
keindahan alam semesta ini dengan keramaian. Satu persatu daun berguguran dan berterbangan
hingga memenuhi setiap penjuru komplek perumahan yang menjadi objek fotoku ini.
Kesibukan yang mereka lakukan dibawah langit jingga ini menarik perhatianku untuk
mengabadikan setiap aktivitas mereka dan menyimpannya di dalam koleksi majalahku. Banyak
sekali foto yang ku ambil, hampir setiap objek yang menarik perhatian mataku ku abadikan
dalam kameraku ini. Entah mengapa kulihat mereka begitu senang saat mereka bekerja dan
melakukan aktivitasnya, tak terlihat sedikitpun beban bagi mereka dalam melakukan
pekerjaannya. Ya! mungkin itulah yang menyebabkan akan ketertarikanku untuk menjadikan
mereka objek fotoku.
Ku potret setiap kegiatan mereka satu persatu. Hingga tak sengaja fokus kameraku
tertuju pada seorang wanita yang sedang berjalan di depanku. Ia meminta maaf karna ia telah
menghalangi objek foto kameraku. Aku tak berkata apapun, aku hanya tersenyum melihat
tingkah lakunya yang tersipu malu. Aku tak begitu menghiraukannya, kulanjutkan kembali
aktivitasku dan ia pun kembali meneruskan perjalanannya. Tak terasa Hari semakin larut sang
mentari sedikit demi sedikit menenggelamkan terangnya, membiarkan gelap menguasai malam
dengan keheningannya. Sunyi mulai menghampiri komplek perumahan yang menjadi objek
fotoku ini, jingganya langit dan cahaya senja yang senantiasa menghiasi setiap objek fotoku
beranjak anjak hilang dan kebisingan dari setiap aktivitas perkomplekan ini pun mulai hilang.

Ku rapihkan semua barang barang perlengkapan kameraku Untuk segera meninggalkan


tempat ini, tampaknya raga inipun tak sanggup kiranya jika harus terus meneruskan aktivitas
memotret diselimuti angin malam yang dingin ini. Setelah selesai merapihkan barang
barangku, ku hampiri Sepedaku yang tersandar di salah satu pohon di perkomplekan ini untuk
segera pulang. Dengan sisa sisa tenagaku kuayuh sepeda yang belum lama kupakai ini.
Rumahku cukup jauh dari perkomplekan yang menjadi objek fotoku ini, sekitar 20 menit
kuayuh sepeda ini dari perkomplekan menuju rumahku. Jalannya pun tak terlalu bagus.

Sesampainya dirumah ku istirahatkan sejenak ragaku ini, ku baringkan raga ini diatas
kasur yang berserakan foto foto koleksi yang belum sempat ku rapihkan. Tak terasa lelah
membuatku tertidur lelap, namun perutku yang belum mendapat asupan membangunkanku dari
tidur, akupun beranjak dari tempat tidurku sekitar pukul 02:15 dan memasuki kamar mandi
untuk membersihkan semua anggota tubuhku dengan keringat yang sudah mengering. Setelah
selesai membersihkan anggota tubuhku, aku memasuki dapur kecilku. Dapur ini Tak mewah,
namun cukup jika hanya untuk menyediakan asupan bagiku sendiri. Biasanya aku memasak
mie rebus atau tidak memasak telur, namun hari ini aku lupa belanja kepasar untuk membeli
makanan, makanan persediaan di dalam kulkasku habis, yang tersedia hanya nasi dengan lauk
sederhana tahu dan tempe sisa sarapanku tadi pagi.

Setelah selesai memberi asupan untuk perutku ini, ku kembali ke tempat tidurku untuk
melanjutkan tidur agar ku bisa beristirahat penuh. Namun mataku sulit untuk terpejam aku
hanya terdiam di atas kasur kecilku ini. Karena mataku sulit terpejam Akhirnya ku terbangun
dari tempat tidurku dan menghampiri komputerku yang terletak di samping tempat tidur.

Setiap hari aku mencetak semua foto yang ku potret dan kusisipkan dalam majalah
yang ku buat. Begitu juga hari ini, ku cetak semua hasil potretku dan ku sisipkan sebagian hasil
foto tersebut di dalam majalah yang kubuat, dan sebagian lagi ku tempel di dinding kamarku
yang hampir terpenuhi dengan koleksi foto. Saat ku tengah menempel foto foto di dinding
kamarku, ternyata foto wanita itu tercetak juga bersama foto lainnya. Ku terdiam sekejap
sambil memandangi fotonya, kulihat dia itu cantik, manis, lucu dan periang. Aku hanya
tersenyum ketika mengingat tingkah lakunya ketika ia merasa malu. Sepintas terpikir olehku
untuk menjadikannya model untuk majalahku, namun dari caranya berjalan tadi sore ia terlihat
tergesa gesa, nampaknya ia sudah memiliki pekerjaan yang membuatnya sibuk.

Ku tempelkan fotonya tepat dihadapan tempat tidurku dan menempelkan sisa foto
lainnya juga. Setelah selesai ku hampiri kembali komputerku dan ku sisipkan foto foto hasil
jepretanku di dalam majalah yang sengaja kubuat. Waktu berjalan terasa begitu cepat, kulihat
waktu sudah menunjukan pukul 07:00 pagi, karena senangnya aku berkarya dengan foto foto
dan majala, sampai sampai aku lupa waktu saat mengerjakannya. Sebenarnya ini adalah
majalah pertama yang aku buat. Majalahku itu belum selesai sepenuhnya namun karena
mentari sudah kembali menerangi bumi pertiwi ini, kuhentikan pekerjaanku dan mulai
merapihkan rumahku dan membersihkannya.

Didalam rumahku Aku hanya tinggal sendiri, jadi jika bukan aku yang membersihkan
rumahku maka tak ada org lain yang akan membersihkannya. Rutinitas Keseharianku tak ada
yang spesial, setiap pagi aku bersih bersih rumah, siang aku bekerja untuk memotret model da
n sorenya ku gunakan untuk memuaskan hobiku. Namun aku tidak pernah bosan menjalankan
rutinitasku, bahkan aku sangat menikmatinya.
"Dio...!" Samar samar terdengar ada yang memanggilku didepan rumah. Kubuka pintu
dan ternyata dia temanku kevin yang sedang lari menyeru nyeru namaku dan menghampiriku.
"Eh yo...! Dita sakit nih terus nanti siang sponsor majalah kita dateng buat liat pekerjaan kita,
gimana nih yo?" Ucap kevin dengan nafas yang terengah engah. Belum sempat ku jawab Dia
sudah nyelonong masuk dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Begitulah kevin dia
memang heboh dan selalu tergesa gesa dalam hal apapun. "Apa vin? Dita sakit? Ya udahlah
vin. Kan masih ada Diana, Bentar gua telpon dia dulu" Jawabku sembari mengambil hpku yang
selalu ku simpan di dekat printer.

You might also like