Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Studi di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk
kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan
Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit
dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman yang
direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA). Dengan melihat kondisi
dan kecenderungan asma secara global, GINA pada kongres asma sedunia di
Barcelona tahun 1998 menetapkan tanggal 7 Mei 1998 sebagai “Hari Asma
Sedunia” untuk pertama kalinya.2
1
Di Indonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun hasil
penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner
ISAAC (Internationla Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995
prevalensi asma masih 2,1%, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi
5,2%. Hasil survei asma pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia (Medan,
Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang dan Denpasar)
menunjukkan prevalensi asma pada anak SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara
3,7%-6,4%, sedangkan pada anak SMP di Jakarta Pusat sebesar 5,8% tahun 1995
dan tahun 2001 di Jakarta Timur sebesar 8,6%. Berdasarkan gambaran tersebut di
atas, terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu
mendapat perhatian secara serius.5
2
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A.F
Umur : 2 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Beruang no.29
Tanggal masuk : 10 Oktober 2016
Tempat rawat : Ruang Catelia RSUD Undata palu
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Sesak nafas
3
Riwayat penyakit keluarga :
Kakek dan nenek pasien menderita asma
Riwayat sosial-ekonomi :
Menengah
Anamnesis Makanan :
Pasien tidak pernah memperoleh ASI dan hanya diberikan
susu formula semenjak lahir sampai usia 1 tahun 2 bulan
Riwayat Imunisasi :
Lengkap
4
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit Berat
Kesadaran : Compos mentis
Pengukuran Tanda vital :
Nadi : 112 kali/menit, reguler
Suhu : 36,7 °C
Respirasi : 64 kali/menit
Berat badan : 11 kg
Tinggi badan : 91 cm
Status gizi : gizi baik, z score (-1), (-2)
5
7. Thorax
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Retraksi dinding dada (+)
Palpasi : Vocal fremitus meningkat kanan dan kiri
Perkusi : Hipersonor +/+
Auskultasi : Bronchovesikular+/+, Rhonki (-/-), Wheezing (+/+)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas Jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler.
8. Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Tympani seluruh regio abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-) Splenomegali (-)
6
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,3 11,7-15,5 g/dl
Leukosit 8,32 3,6-11,0 103/ul
Eritrosit 5,06 3,8-5,2 106/ul
Hematokrit 40,5 35-47 %
Trombosit 435 150-440 103/ul
V. RESUME
Pasien anak laki-laki usia 2 tahun 4 bulan masuk ke RSUD Undata
dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1 hari yang lalu.
Sesak dirasakan pertama kali pada siang hari ketika sedang beraktifitas,
Pasien lebih menyukai untuk berbaring dibandingkan dengan duduk untuk
mengurangi sesak nafas yang dialami, sensasi seperti rasa dada tertekan.
Biasanya Sesak nafas timbul pada saat pasien merasa terlalu capek. terakhir
kali pasien mengalami sesak napas pada 7 bulan yang lalu. Sesak nafas tidak
dialami setiap bulan, dimana sesak nafas dialami sudah 2 kali selama 1
tahun ini dan jarak antara sesak sekitar 7 bulan. Pasien juga mengeluhkan
batuk berlendir sejak 2 hari lalu, tidak disertai dengan flu.
Pasien tidak Demam dan tidak ada riwayat kejang, tidak
mengalami mual dan muntah, buang air kecil lancar dan buang air besar
biasa. Pada pemeriksaan fisik didapatkan, Pemeriksaan Kepala dan leher
DBN, pemeriksaan thorax : terlihat retraksi dinding dada, suara nafas
tambahan Wheezing (+), frekuensi nafas: 64x/menit. Pemeriksaan Abdomen
DBN, Extremitas DBN.
.
VI. DIAGNOSIS : Asma bronchial Intermiten
7
VII. TERAPI
- O2 2 LPM
- IVFD RL 8 gtt/m
- Inj. Dexametasone 3 x 2 mg.
- Nebulizer β2 agonist (salbutamol nebule 2.5 mg )
- ambroxol 5,5 mg
3x1 pulv
- Salbutamol 1 mg
VIII. ANJURAN
- Spirometri
IX. FOLLOW UP
Tanggal : 11-10-2016
Subjek (S) : Sesak (-), Batuk(+), lendir (+), sianosis (-)
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 88 kali/menit
- Respirasi : 38 kali/menit
- Suhu : 36,50C
Thorax
Inspeksi : Retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Vocal fremitus meningkat kanan dan kiri,
Ictus cordis teraba pada SIC V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Hipersonor (-/-), Batas Jantung Normal
Auskultasi : Bronchovesikular (+/+), Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-) Bunyi jantung S1 dan S2
murni reguler.
8
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Tympani seluruh regio
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Hepatomegali(-) Splenomegali (-)
9
DISKUSI
ANAMNESIS
10
episodic atau berulang. Gejala timbul misalnya ada faktor pencetus misalny iritan,
asap obat nyamuk, udara dingin, makanan dan minuman dingin, aktifitas fisik.
Seringkali ada riwayat alergi pada pasien dan keluarganya. Biasanya gejala juga
dapat lebih berat pada malam hari. Dari hasil Anamnesis terhadap pasien
:pasien datang dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1 hari..
Sesak nafas timbul pada saat pasien merasa terlalu capek.. Sesak nafas tidak
dialami setiap bulan, dimana sesak nafas dialami sudah 2 kali selama 1 tahun
ini dan jarak antara sesak sekitar 7 bulan. Pasien juga mengeluhkan adanya
batuk berlendir (+), kakek dan nenek pasien menderita asma. 7
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien dalam keadaan sedang bergejala batuk atau
sesak dapat terlihat retraksi dinding dada ataupun kontraksi otot bantu repiratorik,
terdengar wheezing, baik yang terdengar langsung atau yang terdengar dengan
stetoskop. Perlu dicari gejala lain alergi pada pasien seperti dermatitis atopik atau
rinitis alergi. Dari Pemeriksaan fisik yang dilakukan, didapatkan pada
pemeriksaan thorax terdengar suara nafas tambahan wheezing (+)7
Pemeriksaan penunjang
11
Klasifikasi derajat asma
Frekuensi
1 <1x/bulan >1x/bulan Sering
serangan
Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
2 Lama serangan <1minggu >1minggu
periode bebas
serangan
Intensitas
3 Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
serangan
12
Tidur dan
5 Tidak tergganggu Sering tergganggu Sangat tergganggu
aktifitas
Obat pengendali
7 Tidak perlu Perlu Perlu
(anti inflamasi)
Uji faal
PEF atau FEV1<60- PEV atau
8 paru(diluar PEF atau FEV1>80%
80% FEV<60%
serangan)
Variabilitas 20-
Variabilitas faal
30%.
9 paru(bila ada Variabilitas>15% Variabilitas>30%
serangan) Variabilitas>50%
Tujuan tata laksana asma adalah terkendalinya asma anak secara umum untuk
mencapai kendali asma sehingga menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang
anak secara optimal. Secara lebih rinci, tujuan yang ingin dicapai adalah :
Apabila tujuan ini belum tercapai maka tata laksananya perlu dievaluasi kembali
13
Alur Tatalaksana Serangan Asma pada Anak
Klinik / IGD
Nilai derajat serangan
Tatalaksana awal
nebulisasi -agonis 1-3x, selang 20 menit (2)
Serangan berat
Boleh pulang
Bekali obat -agonis
(hirupan / oral)
jika sudah ada obat Ruang Rawat Sehari /observasi RuangRawatInap
pengendali, teruskan
Oksigen teruskan Oksigen teruskan
jika infeksi virus sbg.
berikan steroid oral Atasi dehidrasi dan
pencetus, dapat diberi
steroid oral nebulisasi tiap 2 jam asidosis jika ada
bila dalam 12 jam perbaikan steroid IV tiap 6-8 jam
dalam 24-48 jam kon-
trol ke Klinik R. Jalan, klinis stabil, boleh pulang, nebulisasi tiap 1-2 jam
untuk reevaluasi tetapi jika klinis tetap belum aminofilin IV awal,
membaik atau meburuk, alih lanjutkan rumatan
rawat ke Ruang Rawat jika membaik dalam 4-
Inap 6x nebulisasi, interval
jadi 4-6 jam
jika dalam 24 jam
Catatan: perbaikan klinis stabil,
boleh pulang
1. Jika menurut penilaian serangannya berat, nebulisasi cukup jika dengan steroid dan
1x langsung dengan -agonis + antikolinergik aminofilin parenteral
tidak membaik, bahkan
2. Bila terdapat tanda ancaman henti napas segera ke Ruang
timbul Ancaman henti
Rawat Intensif napas, alih rawat ke
3. Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganti dengan Ruang Rawat Intensif
adrenalin subkutan 0,01ml/kgBB/kali maksimal 0,3ml/kali
4. Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4
L/menit diberikan sejak awal, termasuk saat nebulisasi
14
DAFTAR PUSTAKA
15