Professional Documents
Culture Documents
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
NOVIANTO NUGROHO
NIM. 16 644 043
Keberadaan logam berat di air atau air limbah dengan konsentrasi melebihi
ambang batas dapat memberikan dampak negatif bagi siklus biologi yang normal
di lingkungan. Diantara ion logam pencemar lingkungan yang berbahaya adalah
cadmium, timbal, seng, merkuri, tembaga, dan besi (Connel dkk,1996 dalam sry
dkk, 2013 ). Berbagai teknik pengambilan logam berat dari air telah dikembangkan,
misalnya filtrasi, pengendapan secara kimia, adsorpsi pertukaran ion, electro-
deposition, dan sistem membran (Pradhan dkk,2005 dalam Arif , 2013). Salah satu
teknik yang banyak dikembangkan adalah prinsip ekstraksi fasa padat (solid phase
extraction) dengan menggunakan adsorben tertentu karena tidak membutuhkan
pelarut yang berbahaya. Usaha-usaha pengendalian limbah ion logam belakangan
ini semakin berkembang yang mengarah pada upaya pencarian metode-metode baru
yang murah, efektif dan efisien
tetap juga telah dilakukan oleh futalan (2011) menggunakan kitosan sebagai
adsorben besi (II) dengan menggunakan metode fix bed sorbtion. Sistem proses
dijalankan secara kontinyu dengan variasi konsentrasi adsorbat (500) mg/L, laju alir
inlet (0,2) mL/menit, serta tinggi bed (1,3; 2,3; 4,3 ) cm.. Hasil menunjukkan
kapasitas maksimum adsorpsi (mg/g) pada tinggi bed 1,3 cm sebesar 21,22 mg/g,
pada tinggi bed 2,3 cm sebesar 21,73 mg/g, pada tinggi bed 4,3 cm sebesar 22,27
mg/g .
dilakukan secara kontinyu dengan variasi konsentrasi adsorbat (30 mg/L), laju alir
masuk (4, 6 dan 4 mL/menit) serta tinggi bed (4, 8 dan 12 cm). .. Hasil menunjukkan
kapasitas maksimum adsorpsi (mg/g) pada tinggi bed 4 cm sebesar 52,5 mg/g, pada
tinggi bed 8 cm sebesar 34,8 mg/g, pada tinggi bed 12 cm sebesar 59,6 mg/g .
kitosan, sebagai adsorben besi (II) pada limbah batubara dengan menggunakan fix-
1.3 Tujuan
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah agar diperoleh adsorben baru
pengolahan limbah dari industry batu bara agar aman untuk dibuang ke lingkungan
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi
juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi telah ditemukan sejak zaman
dahulu dan tidak diketahui siapa penemu sebenarnya dari unsur ini. Besi merupakan
unsur keempat terbanyak di bumi dan merupakan logam yang terpenting dalam
industri. Namun keberadaan konsentrasi logam besi yang berlebihan dalam limbah
tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap
tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi
(Fardiaz, 1992).
Adapun besi terlarut dalam air melebihi batas akan menyebabkan berbagai
1. Timbulnya warna, bau dan rasa. Air akan terasa tidak enak bila konsentrasi
pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang
sebagian besar diperoleh dari air, tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang
diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan
tubuh manusia tidak dapat mengekresi Fe. Air minum yang mengandung besi
cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis
besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya
dinding usus. Kadar Fe ang lebih dari 1 mg/L akan menyebabkan terjadinya iritasi
pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/L akan
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
orang banyak, sehingga perlu dilestarikan fungsinya agar tetap bermanfaat bagi
menetapkan baku mutu dari batas maksimum logam Fe dalam Peraturan Daerah
diamati adalah Total Suspended Solid (TSS), kadar total besi, mangan, dan pH.
pH - 6-9
Sumber: Perda Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2011
2.... Limbah Batu Bara
2.2 Kitosan
pada kitin. Ini adalah polisakarida alami paling melimpah kedua dan berasal dari
Kitosan dapat larut pada larutan asam organik pada pH sekitar 4,0 tetapi tidak larut
pada pH lebih besar dari 6,5 juga tidak larut dalam pelarut air, alkohol dan aseton.
Dalam asam mineral pekat seperti HCl dan HNO3, kitosan dapat larut pada
konsentrasi 0,15-1,1 %, tetapi tidak larut pada konsentrasi 10 %. Kitosan tidak larut
dalam H2SO4 pada berbagai konsentrasi, sedangkan di dalam H3PO4 tidak larut
kitosan dipengaruhi oleh bobot molekul, derajat deasetilasi dan rotasi spesifiknya
yang beragam bergantung pada sumber dan metode isolasi serta transformasinya.
beracun, dan adsorpsi yang baik. Kitosan diketahui mempunyai kemampuan untuk
membentuk gel, film dan fiber, karena berat molekulnya yang tinggi dan
solubilitasnya dalam larutan asam encer (Hirano et al, 1999). Salah satu modifikasi
kitosan yaitu berupa butiran atau disebut juga kitosan manik (Chitosan Bead).
3 gram kitosan berbentuk serpihan ke dalam 100 mL larutan asam asetat 1%.
Larutan kitosan yang terbentuk diteteskan pada larutan basa NaOH 4%, sehingga
diperoleh butiran berbentuk bola dengan diameter rata-rata 2,5 mm. Kitosan butiran
yang terbentuk dikumpulkan dan dicuci dengan aquades sampai pH netral (Sugita
dkk, 2009). Tahap awal kitosan dilarutkan dalam 1 % asam asetat kemudian
2.3 Komposit
Komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari dua
atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu sama lainnya baik
2.4 Adsorpsi
atau kemampuan suatu bahan untuk memegang atau mengonsentrasikan gas, cairan,
atau zat terlarut pada permukaannya secara adhesi. Sedangkan menurut Thomas
molekulsolut (gas atau cair) ke permukaan padatan akibat adanya gaya tarik
adsorpsi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu adsorpsi karena gaya tarik elektrik
(electrical attraction) antara solut dan adsorben, adsorpsi karena gaya tarik van der
Waals atau biasanya disebut physical adsorption, dan adsorpsi karena reaksi kimia
fisika (fisiosorpsi) dan jerapan secara kimia (kemisorpsi). Pada proses fisiosorpsi
gaya yang mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya Van der Waals. Dalam
adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia
bilangan koordinasi dengan substrat (Atkins, 1999 dalam Syauqiah dkk, 2011).
1978):
1. Suhu
2. Kecepatan fluida
Kecepatan aliran fluida yang lebih besar memerlukan zona kontak yang lebih
padatan. Adsorpsi dari sistem yang mengandung zat yang akan dijerap
berkonsentrasi tinggi akan lebih cepat dibanding sistem yang sangat encer.
4. Fase
Kecepatan adsorpsi pada fase cair lebih lambat 10 kali atau lebih daripada fase
gas. Ini berarti bahwa panjang zona perpindahan massa sangat dipengaruhi
5. Ukuran adsorben
Ukuran adsorben yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan per
1. Jenis adsorbat
a. Ukuran adsorbat
kecepatan adsorpsinya.
b. Kepolaran zat
maka molekul-molekul non polar yang lebih kuat diadsorpsi oleh adsorben
teradsorpsi.
2. Karakteristik adsorben
a. Kemurnian adsorben
3. Temperatur
temperatur pada tekanan yang tetap akan mengurangi jumlah senyawa yang
temperatur pada tekanan yang tetap akan menyebabkan hasil reaksi kembali
menjasi reaktan.
4. Waktu kontak
Waktu kontak merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses
adsorpsi. Waktu kontak yang lebih lama memungkinkan proses difusi dan
organik akan turun apabila waktu kontaknya cukup dan waktu kontak berkisar
10-15 menit.
2.7 Adsorpsi Secara Kontinyu
adsorben dapat mengadsorp dengan optimal sampai kondisi jenuh yaitu pada saat
awal). Adsorben selalu berkontak sehingga proses kontak yang terjadi relatif
lebih konstan (Metcalf & Eddy, 2003 dalam Hardyanti & Rahayu, 2007). Pada
sistem batch, sehingga lebih sesuai untuk aplikasi dalam skala besar (Setiaka dkk,
2011).
Sistem kolom dapat dilakukan dengan dua cara aliran yaitu aliran dari atas
ke bawah (down flow) atau aliran dari bawah ke atas (up flow). Keberhasilan
adsorpsi dengan sistem kolom dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain laju alir,
konsentrasi awal larutan, jumlah adsorben dan lainnya (Setiaka dkk, 2011).
spektroskopi yang didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral
dan sinar yang diserap biasanya berupa sinar tampak atau ultraviolet. Setiap atom
akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
AAS yaitu penyerapan cahaya oleh atom dimana banyaknya cahaya yang diserap
sebanding dengan konsentrasi dalam sampel. Hal tersebut dibuktikan dengan
larutan sampel yang memiliki konsentrasi tertinggi akan memiliki nilai absorbansi
eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linear. Dari dua
A = ε .b .c ........................................................................... (2.1)
Dimana :
A = Absorbansi
ε = Absorptivitas (cm-1ppm-1)
c = Konsentrasi (ppm)
Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kurva
kalibrasi standar. Dalam metode ini dibuat minimal tiga larutan standar dengan
konsentrasi berbeda, tetapi harus ada blangko agar didapat persamaan garis
lurusnya.
Konsentrasi C1 C2 C 3 C4 Blangko
A1 A2 A3 A4 Ao
Absorbansi
Kemudian dibuat grafiknya, dengan konsentrasi (sebagai absis) lawan absorbansi.
Absorbansi
Konsentrasi
Konsentrasi sampel tidak boleh lebih besar dari konsentrasi standar dan
tidak boleh lebih kecil dari detection limit (Cm). Ax di interpolasikan ke dalam