You are on page 1of 14

TRAUMA PADA GERIATRI

Chapter Overview
Di seluruh dunia terdapat lebih dari 500 juta orang yang berusia lebih dari 65 tahun
menurut PBB. Di Amerika Serikat, 14% dari total penduduk merupakan penduduk yang
berusia lebih dari 65 tahun dan diprediksi bertambah jumlahnya dua kali lipat dalam 25
sampai 30 tahun terakhir. Penduduk rentang umur lebih dari 85 tahun merupakan yang paling
cepat pertumbuhannya di AS. Penduduk geriatri juga merupakan pengguna ambulans yang
jumlahnya paling signifikan. Di AS, lebih dari 30% pasien yang dibawa dengan ambulans
merupakan yang berusia lebih dari 65 tahun.
Lansia lebih sering diartikan sebagai orang yang berusia lebih dari 65 tahun di
Amerika Serikat karena tunjangan pensiun biasanya diberikan dari usia tersebut.
Bagaimanapun, batas umur belum sesuai digunakan untuk menentukan seseorang merupakan
lansia. Lebih pantas untuk menggunakan perubahan proses fisiologis seperti degenerasi
neuron, penurunan fungsi ginjal serta penurunan elastisitas kulit dan jaringan.
Berdasarkan kelompok, pasien lansia (atau disebut juga geriatri) lebih menunjukkan
cedera yang lebih buruk dibandingkan dengan dewasa muda. Pasien geriatri yang mengalami
cedera meninjukkan dampak yang lebih fatal, dibandingkan dengan mayoritas populasi,
bahkan terhadap cedera yang sebenarnya tidak serius. Berdasarkan Kementrian Kesehatan
Amerika Serikat, terjatuh, cedera panas, dan kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
tersering yang mengakibatkan kematian traumatik pada pasien geriatri. Saat ini bahkan lebih
mengkhawatirkan karena populasi lansia saat ini cenderung lebih aktif melakukan kegiatan
sehari-hari yang membuat mereka lebih beresiko terjadinya trauma.
Jatuh merupakan cedera terbanyak yang dialami oleh populasi geriatri, dan
merupakan penyebab umum terjadinya fraktur panggul ataupun femur dan pergelangan
tangan serta cedera kepala. Kecelakaan lalu lintas diperkirakan 25% dari seluruh penyebab
kematian pada pasien geriatri meskipun yang merupakan pengemudi hanya beberapa.
Populasi geriatri menujunkkan angka insiden tertinggi pada terjadinya kecelakaan lalu lintas
dibandinkan dengan kelompok umur lainnya. Delapan persen dari penyebab kematian pasien
geriatri diakibatkan oleh cedera panas, yang termasuk didalamnya inhalasi serta kontak
dengan panas tinggi yang mengakibatkan luka bakar ataupun cedera akibat tersetrum listrik.
Pasien lansia lebih menunjukkan dampak yang lebih buruk terhadap trauma
dibandingkan dengan pasien yang lebih muda, termasuk peningkatan mortalitas. Belum ada

1
penelitian yang mengatakan alasannya. Bagaimanapun, dengan mengetahui perubahan
fisiologis yang normal pada proses penuaan, kita dapat mempersiapkan untuk
mengidentifikasi dampak cedera, optimalisasi perawatan dan memilih fasilitas kesehatan
yang paling mungkin untuk menerima pasien geriatri yang mengalami trauma.
Kelompok pasien ini merupakan salah satu yang akan berdampak signifikan terhadap
EMS melalui program pencegahan yang dilakukan. Tidak seperti penyedia fasilitas kesehatan
lainnya, EMD dapat melakukan home-visit ke rumah pasien dan memiliki kapabilitas untuk
mengobservasi bahaya dan resiko terhadap pasien yang ditanganinya. Sesuai dengan konsep
dari paramedis kesehatan primer ataupun komunitas, EMS dapat memiliki kemampuan untuk
membantu pencegahan terhadap terjadinya trauma/cedera pada populasi lansia.
Bagian ini akan menjelaskan mengenai proses penuaan dan beberapa penyakit yang
sering dialami oleh lansia, serta menunjukan bagaimana proses dan penyakit tersebut
membuat lebih sulit utuk memprediksi respons fisiologis terhadap trauma yang terjadi pada
pasien geriatri.

Presentasi Kasus
Ambulans Advanced Life Support (ALS) telah diterjunkan menuju lokasi terjadinya
kecelakaan lalu lintas yang melibatkan beberapa kendaraan bermotor. Kamu telah berada
dalam salah satu unit ambulans yang diterjunkan tersebut. Ketika telah tiba di lokasi kejadian,
kamu melihat sebuah truk yang terbalik lalu diberitahu oleh petugas pemadam kebakaran
bahwa kebocoran ringan telah terjadi. Kamu kemudian segera menuju kearah mobil sedan
untuk mengurus seorang wanita yang duduk di bangku penumpang. Kamu menyadari
terdapat retakan pada kaca bagian samping mobil tersebut. Pasien tersebut merupakan wanita
berusia 80 tahun yang berlumuran tepung jagung pada tubuhnya dengan sabuk pengaman
berada pada tempatnya. Dia merespons terhadap suara namun tampak bingung, dan
menanyakan beberapa kali “Apa yang terjadi?” Saat kamu menghampiri dia, kamu melihat
terdapat hematoma pada bagian kanan kepalanya.
Sebelum melanjutkan, pertimbangkan pertanyaan-pertanyaan ini: Pemeriksaan apa
yang harus kamu lakukan? Apakah pasien ini berisiko tinggi memiliki cedera yang
tersembunyi dibandingkan dengan orang yang lebih muda? Haruskah pasien ini ditangani
tanpa menggunakan spinal motion restriction (SMR) atau collar neck? Apakah pasien ini
harus segera dievakuasi? Simpan pertanyaan ini didalam pemikiran kamu saat membaca
bagian ini. Kemudia diakhir bagian, cari tahu bagaimana petugas kesehatan mengatasi pasien
tersebut.

2
Patofisiologi Penuaan
Patofisiologi penuaan merupakan proses bertahap dimana terjadi perubahan terhadap
fungsi tubuh. Perubahan tersebut merupakan salah satu bagian yang paling bertanggung
jawab terhadap peningkatan resiko cedera pada geriatri.

Penuaan Saluran Nafas


Perubahan pada struktur saluran nafas pada pasien geriatri termasuk didalamnya
kerusakan gigi, penyakit gusi, dan penggunaan gigi palsu. Kawat gigi, gigi palsu, dan
tambalan gigi seluruhnya berisiko terhadap terjadinya obstruksi saluran nafas pada pasien
geriatri. Sebagai perbandingan, perubahan sendi dapat membuat manajemen saluran nafas
menjadi lebih sulit akibat penurunan pergerakan pada sendi mandibula dan mobilisasi leher.

Sistem Repirasi
Perubahan pada sistem respirasi mulai terjadi pada awal dewasa dan akan semakin
meningkat setelah berusia 60 tahun. Sirkulasi pada sistem pulmonal bekurang hingga sampai
30%, menurunkan kadar pertukaran karbondioksida dan oksigen di dalam alveolus. Terdapat
penurunan kemampuan pergerakan dinding dada dan fleksibilitas otot pada dinding dada.
Perubahan tersebut akibat penurunan waktu yang dibutuhkan ketika inhalasi, menghasilkan
cepatnya pernafasan. Terdapat penurunan kapasitas vital paru (jumlah udara yang bertukar
saat bernafas) akibat peningkatan volume residu (jumlah udara yang tetap berada di paru-paru
setelah ekspirasi). Secara keseluruhan kapasitas nafas dan jumlah kerja maksimal menurun.
Apabila terdapat riwayat merokok atau riwayat bekerja ditempat berpolutan tinggi, perubahan
pernafasan akan lebih signifikan. Fraktur iga yang terjadi dapat mengakibatkan peningkatan
mortalitas pada pasien geriatri. Kejadian tersebut dapat mengakibatkan cedera pada organ
dibawahnya seperti jantung, aorta, hepar, lien, dan paru-paru.

Sistem Kardiovaskular
Sirkulasi darah berkurang pada lansia akibat perubahan pada jantung dan pembuluh
darah. Cardiac output dan stroke volume dapat menurun dan sistem konduksi juga mengalami
degenerasi. Kemampuan katup jantung untuk beroperasi secara efisien dapat berkurang.
Perubahan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gagal jantung kongestif dan edema paru
pada pasien geriatri. Arteriosclerosis terjadi dengan peningkatan frekuensi dalam tahap
proses penuaan, mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer (dan juga
hipertensi sistolik). Mungkin terdapat nilai tekanan darah yang normalnya memang tinggi

3
pada pasien lansia. Dengan demikian, perubahan yang signifikan pada perfusi jaringan dapat
terjadi pada pasien ketika tekanan darah yang normalnya sekitar 160 turun menjadi 120
akibat trauma. Seluruh perubahan tersebut berkontribusi terhadap terjadinya penurunan
jumlah cardiac output pada pasien lansia dibandingkan dengan pasien yang lebih muda.

Neurologi dan Fungsi Sensorik


Beberapa perubahan terjadi pada otak terkait dengan bertambahnya usia. Otak
menyusut dan bagian luar dari selaput meningens, duramater, tetap menempel kuat pada
tulang tengkorak. Hal ini menghasilkan sebuah bagian yang kosong atau penambahan jarak
antara otak dan tengkorak. Bukannya lebih melindungi otak dari benturan, bagian yang
kosong ini akan mengakibatkan peningkatan resiko terjadinya subdural hematoma bahkan
akibat trauma minor. Juga terdapat pengerasan, penyempitan dan penurunan elastisitas pada
beberapa pembuluh arteri di dalam otak. Cedera juga dapat mengakibatkan ruptur pembuluh
darah dan berpotensi terjadinya perdarahan di dalam otak.
Bersamaan dengan penuaan, juga terjadi penurunan fungsi penglihatan dan
pendengaran. Sebagai hasilnya, pasien lansia mungkin tidak daoat melihat bahaya yang
berpotensi terjadi atau mendengarkan peringatan dan dengan demikian lebih berisiko tinggi
mengalami cedera. Karena berkurangnya keseimbangan dan refleks, pasien lansia lebih
berisiko untuk jatuh. Oleh karena osteoporosis dan berbagai proses penuaan, bahkan jatuh
ketika sedang berdiri dapat mengakibatkan cedera yang signifikan pada pasien lansia.
Terdapat penurunan aliran darah ke otak. Pasien dapat mengalami perlambatan
respons sensorik seperti persepsi nyeri dan penurunan pendengaran, penglihatan atau persepsi
sensoris lainnya. Beberapa pasien lansia dapat memiliki toleransi nyeri yang tinggi terhadap
beberapa konfisi seperti artritis atau karena telah mengkonsumsi obat anti nyeri secara kronis.
Hal ini dapat mengakibatkan sulitnya mengidentifikasi area tubuh yang telah mengalami
cedera. Tanda lainnya dari penurunan sirkulasi darah di otak akibat proses penuaan yaitu
kebingungan, iritabilitas, sering lupa, perubahan pola tidur, dan disfungsi mental seperti
hilangnya ingatan dan perubahan sikap. Bahkan juga terdapat penurunan atau bahkan
hilangnya kemampuan untuk mengkompensasi syok.
Beberapa pasien lansia mungkin mengalami demensia atau penyakit psikiatri lainnya
yang dapat membuat kesulitan dalam mengatasi perubahan status mentalnya. Sangat
membantu untuk mengecek dengan keluarga atau pengasuh terhadap bagaimana perubahan
status mental pasien dari sebelumnya.

4
Termoregulasi
Mekanisme untuk menjaga suhu tubuh yang normal mungkin dapat tidak berfungsi
dengan baik pada lansia. Pasien mungkin tidak dapat untuk merespons demam pada ingeksi
atau mungkin tidak dapat menjaga suhu tubuh tetap normal saat mengalami cedera. Pasien
geriatri dengan fraktur panggul yang telah berbaring di lantai dalam ruangan dengan
temperatur 18°C atau dibawahnya dapat mengalami hipotermia.

Sistem Ginjal
Penurunan fungsi nefron ginjal pada pasien lansia dapat mengakibatkan penurunan
filtrasu dan penurunan kemampuan untuk mengekskresikan urin dan obat-obatan. Pasien
lansia mungkin lebih sensitif terhadap obat-obatan sedatif. Telah direkomendasikan bahwa
dosis obat-obatan tersebut dikurangi sekitar 20% sampai 40% untuk mengurangi risiko
oversedasi.

Sistem Muskuloskeletal
Pasien geriatri dapat menunjukkan perubahan pada postur tubuhnya. Mungkin
terdapat penurunan tinggi tubuh akibat penyempitan discus vertebralis, fleksi minimal pada
lutut dan panggul, serta penurunan kemampuan otot. Hal ini dapat mengakibatkan kifosis
pada tulang belakang, yang memperlihatkan bentuk tulang belakang seperti huruf “S” yang
sering terlihat pada orang lansia. Pasien geriatri juga mengalami osteoporosis yaitu penipisan
pada tulang yang mengakibatkan penurunan densitas tulang. Oleh karena itu, pasien lansia
lebih berisiko terjadinya fraktur. Pasien yang berusia lebih dari 65 tahun juga berisiko tinggi
untuk mengalami cedera pada tulang belakang. Lebih lanjutnya, mekanisme cedera itu sendiri
tidak dapat digunakan sebagai prediktor terhadap potensi terjadinya cedera karena pasien
lansia jauh berisiko bahkan akibat trauma intensitas minimal dibandingkan dengan kelompok
usia lainnya.
Seringnya pada pasien geriatri, hilangnya jaringan subkutan menurunkan proteksi
terhadap jatuh dan trauma tumpul. Kekurangan ini menurunkan kemampuan seorang lansia
untuk merespon terhadap perubahan suhu, dan juga kurangnya elastisitas pada kulit juga
mengakibatkan meningkatnya risiko terhadap peningkatan tekanan pada luka. Lapisan yang
sesuai dan juga mengurangi tekanan pada permukaan benda yang keras seperti papan tulang
belakang, dapat mengurangi risiko ini. Lalu juga dapat terjadi kelemahan pada kekuatan otot
dan tulang akibat penurunan aktivitas fisik. Hal ini juga membuat pasien geriatri lebih
berisiko terjadi fraktur meskipun hanya terjatuh ringan.

5
Sistem Gastrointestinal
Produksi saliva, motilitas esofagus,dan sekresi gaster dapat menurun sesuai dengan
umur pasien. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan kemampuan untuk mengabsorbsi
nutrien. Konstipasi dan impaksi fekal dapat sering terjadi. Hepar dapat mengalami
pembesaran akibat dari proses beberapa penyakit atau dapat mengalami kegagalan hepar
akibat dari malnutrisi ataupun penyakit. Berhubungan dengan intake yang sulit, terutama
cairan, dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi pada pasien lansia dan dengan demikian
meningkatkan risiko terjadinya syok bila cedera.

Sistem Imun
Ketika proses penuaan berlanjut, kemampuan untuk melawan infeksi akan berkurang
pada pasien geriatri. Pasien yang mempunyai kondisi nutrisi yang tidak baik akan lebih
rentan terhadap terjadinya infeksi dari luka terbuka, akses intravena, serta infeksi pada paru
dan ginjal. Pasien trauma pada geriatri yang tidak mengalami cedera parah dapat meninggal
akibat sepsis karena lemahnya sistem imun tubuh.

Perubahan Lainnya
Total air tubuh dan total sel dalam tubuh dapat berkurang seiring dengan
bertambahnya usia. Peningkatan proporsi lemak dalam tubuh juga dapat terjadi. Juga dapat
terjadi hilangnya kapasitas dari berbagai sistem tubuh saat menghadapi beberapa penyakit
dan cedera.

Obat-Obatan
Banyak pasien geriatri yang telah mengkonsumsi beberapa obat-obatan dapat
mengganggu kemampuan tubuh untuk mengkompensasi ketika mengalami trauma.
Antikoagulan dapat meningkatkan waktu perdarahan. Antihipertensi dan vasodilator perifer
dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk mengkontriksi pembuluh darah sebagai respons
terhadap hipovolemia. Beta-blocker dapat menghambat kemampuan jantung untuk
meningkatkan kontraksi, bahkan ketika mengalami syok hipovolemik. Obat-obatan anti nyeri
dan obat-obatan psikiatri dapat menurunkan tingkat kesadaran, membuat penanganan
terhadap cedera kepala menjadi lebih sulit.
Antihipertensi, antikoagulan, beta-blocker, sedatif, dan agen hipoglikemi dapat
mempengaruhi respons tubuh pada pasien geriatri dalam menghadapi trauma. Mengetahui
riwayat obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien dapat membuat kita menjadi lebih awas

6
terhadap kondisi pasien yang mungkin lebih tidak stabil dibandingkan dengan keluhan
ataupun manifestasi yang ditunjukkan saat ini.

Penuaan dan Cedera


Beberapa proses penuaan berkontribusi terhadap peningkatan risiko terjadinya cedera
pada pasien geriatri. Perubahan-perubahan tersebut yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya cedera, yaitu:
 Perlambatan refleks
 Penurunan tajam penglihatan
 Penurunan fungsi pendengaran
 Arthritis
 Rapuhnya kulit dan pembuluh darah
 Rapuhnya tulang
Faktor penyebab yang berhubungan dengan proses penuaan juga berhubungan dengan
beberapa cedera yang lebih spesifik seperti terkena perabot rumah dan terjatuh dari tangga.
Beberapa penelitian menunjukkan bawah terjadinya jatuh berhubungan dengan beberapa
penurunan fungsi tubuh seperti penurunan penglihatan, ketidakseimbangan postur tubuh,
gangguan perfusi cerebrovaskular, efek samping konsumsi alkohol, ataupun riwayat
penggunaan beberapa obat-obatan. Perubahan dalam persepsi dan perlambatan respons
terhadap tekanan menjadi risiko terhadap terjadinya cedera pada pasien geriatri. Ketika
menangani seluruh pasien trauma pada geriatri, ingatlah bahwa prioritasnya sama dengan
seluruh pasien trauma. Bagaimanapun, kamu harus memperhatikan tiga hal yang penting,
yaitu:
 Sistem organ utama mungkin tidak berfungsi secara efektif dibandingkan dengan
pasien yang lebih tua terutama sistem kardiovaskular, pulmonal dan sistem ginjal.
 Pasien geriatri mungkin memiliki beberapa penyakit kronis yang membuat
efektivitas penanganan trauma akan menjadi lebih sulit.
 Tulang dapat lebih mudah mengalami fraktur terhadap tekanan minimal. Fraktur
yang terjadi pada tulang utama seperti panggul atau femur dapat mengancam nyawa
meskipun telah ditangani secara maksimal.

7
Pemeriksaan dan Penanganan
Pemeriksaan pasien geriatri harus lebih akurat karena pasien geriatri dapat meninggal
akibat cedera yang tidak terlalu parah bila dialami oleh pasien yang lebih muda. Sebagai
perbandingan, sering mengalami kesulitan membedaan efek proses penuaan dengan penyakit
kronis yang sudah dialami akibat cedera. Keluhan utama yang sering sulit didapat karena
pasien sering mengutarakan beberapa gejala yang tidak penting. Kamu harus mencari gejala
dan tanda yang penting. Pada pasien geriatri, sudah biasa ketika menghadapi tidak hanya satu
penyakit ataupu cedera dalam satu waktu. Ingatlah bahwa pasien geriatri mungkin memiliki
respons yang tidak sama terhadap nyeri, hipoksia, ataupun hipovolemia dibandingan dengan
pasien yang lebih muda. Jangan meremehkan keparahan dari kondisi pasien.
Kamu mungkin dapat mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan pasien. Hal
ini akibat perubahan perasaan pasien, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran,
ataupun depresi. Pasien geriatri harus lebih diperlakukan dengan lebih khusus. Jangan
mendengarkan orang lain untuk menceritakan keadaan yang terjadi terhadap pasien apabila
pasien tersebut dapat berkomunikasi dan memberikan informasi secara lengkap. Sayangnya
pasien mungkin akan meminimalisir atau bahkan menyangkal gejala yang dialami akibat
ketakutannya sehingga ia akan menolak untuk dibantu dan merasa masih bisa sendiri. Sangat
penting kamu menjelaskan segala tindakan termasuk didalamnya membantu untuk membuka
baju sebelum memulai melakukan pemeriksaan fisik.
Terdapat beberapa pertimbangan dalam pemeriksaan pasien trauma pada geriatri.
Nadi perifer mungin akan lebih sulit untuk dinilai. Pasien yang lebih tua sering menggunakan
beberapa lapis baju, yang akan menyulitkan dalam melakukan pemeriksaan. Kamu juga harus
dapat membedakan antara gejala dari penyakit kronis dan keluhan akutnya. Sebagai contoh:
kurangnya elastisitas kulit dan bernafas menggunakan mulut mungkin tidak menunjukkan
gejala dehidrasi, atau edema pada ekstremitas dapat terjadi akibat insufisiensi vena
dibandingkan akibat gagal jantung kongestif.
Perhatikan perbedaan dari nilai yang diharapkan saat menilai tanda-tanda vital dan
pemeriksaan lainnya yang ditemukan pada pasien geriatri. Cedera yang tidak terlalu
membahayakan pada pasien muda mungkin akan kebalikan pada pasien geriatri. Ketika
menganamnesis riwayat penyakit pasien, pastikan juga untuk memastikan riwayat obat-
obatan yang digunakan oleh pasien tersebut karena obat-obatan yang dikonsumsi mungkin
dapat menghambat respons tubuh terhadap cedera.

8
ITLS Primary Survey

Scene Size-Up
Memperhatikan tempat kejadian untuk memastikan apakah tempat tersebut aman,
untuk menilai berapa jumlah pasien dan untuk mengidentifikasi mekanisme terjadinya
cedera. Observasi kondisi sekitar untuk melihat apakah pasien dapat menangani keadaannya
sendiri; tanda-tanda penggunaan alkohol ataupun obat-obatan; serta tanda-tanda kekerasan
dan penganiayaan. Sayangnya penganiayaan dan pembiaran terhadap lansia sering terjadi.
Ketika kamu melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan keadaan sekitar mendapatkan
kecurigaan dari mereka, mintalah bantuan dari pihak berwenang. Pastikan untuk membawa
pasien tersebut ke rumah sakit.

Pemeriksaan Awal
Seperti halnya pada seluruh pasien trauma, kamu harus mengevaluasi dan
menyediakan akses yang adekuat pada saluran nafas dan menjada spinal motion restriction
(SMR) saat melakukan pemeriksaan awal kesadaran pasien. Hal ini akan lebih signifikan
pada pasien lansia dibandingkan dengan yang lebih muda karena pergantian paramedis akan
dapat mengarah kepada terjadinya penurunan kesadaran dan ke keadaan lainnya
dibandingkan dengan traumanya itu sendiri.
Jika pasien dapat merespons secara verbal, berarti ia sadar dan saluran nafasnya tidk
bermasalah. Jika pasien tidk dapat merespon, secara perlahan buka airway dengan manuver
jaw-thrust dan tetap menjaga leher dalam posisi netral. Posisi ini mungkin akan sulit untuk
diamankan karena arthritis dan kifosis pad atulang belakang. Penting untuk mengenali hal ini
dan tidak memaksa oksiput datar terhadap papan atau tanah/ Sebaiknya menambah padding
pada bagian belakang untuk menjada posisi tulang belakang pasien.
Terdapat kemungkinan terjadinya obstruksi pada saluran nafas. Bersihkan saluran
nafas, hati-hati terhadap kemungkinan obstruksi akibat fragmen gigi. Lihat pada mulut
apakah terdapat makanan yang sedang dimakan ataupun isi perut yang dikeluarkan.
Lihat, dengar dan rasakan pergerakan nafas pasien. Pastikan nilai dan volume udara
nafas yang dikeluarkan adekuat. Pasien geriatri dengan saluran nafas yag tidak bersih dan
kesulitan untuk mengatasinya serta terjadi penurunan kesadaran segera dibawa ke rumah
sakit untuk penanganan segera. Dalam keadaan tersebut, pantau tanda-tanda vital pasien dan
tingkat kesadaran (ingat untuk mengecek kadar gula darah pasien). Pertimbangkan untuk
dilakukan intubasi.

9
Letakkan muka anda di dekat mulut pasien dan lihat ke arah dada untuk melihat
apakah dada pasien naik saat bernafas, kemudian dengarkan suara nafas dari mulut pasien
dan rasakan udara nafas di telinga kamu. Jika pasien bernafas dengan cepat dan udara yang
diekspirasi tidak adekuat (lebih dari 20x per menit) atau apabila sangat lambat (kurang dari
10x per menit) atau jika udara yang inspirasi-ekspirasi tidak adekuat, sediakan bantuan
ventilasi untuk mempertahankan saturasi oksigen sebesar 100%.
Cek nilai dan kualitas nadi di pergelangan tangan (cek di bagian leher apabila nadi di
pergelangan tangan sulit untuk dinilai). Evaluasi perubahan warna kulit dan kondisinya. Lihat
apakah terdapat perdarahan aktif dan apabila terdapat perdarahan, kontrol dengan cara
ditekan.

Rapid Trauma Survey atau Focused Exam


Pemilihan antara rapid trauma survey dan focused exam tergantung dari mekanisme
cedera dan atau hasil dri pemeriksaan awal. Apabila terdapat mekanisme cedera yang bawa
(seperti jatuh dari ketinggan ataupun tabrakan mobil) atau bila pasien tidak sadar, kamu harus
melakukan rapid trauma survey. Apabila terdapat mekanisme cedera yang lebih fokus yang
mengarah pada cedera tersisolasi (seperti luka tembak di paha atau luka tusuk di dada), kamu
harus melakukan focused exam, dimana dibatasi di daerah cedera saja.
Apabila tidak terdapat mekanisme cedera yang signifikan dan pemeriksaan awal pada
pasien normal (pasien tidak terdapat riwayat hilang kesadaran, pernafasan normal, dan nadi
kurang dari 100x per menit, tidak ada keluhan sesak nafas ataupun nyeri dada, nyeri perut
dan nyeri panggul), kamu segera melakukan focused exam berdasarkan dnegan keluhan
utama pasien. Perhatikan juga bahwa pada pasien lansia mungkin tidak terjadi takikardi
setelah terjadi trauma karena proses penuaan ataupun karena efek obat-obatan.
Untuk melakukan rapid trauma survey, periksa kepala, leher, dada, perut, pelvis dan
ekstremitas. Periksa kepala dan leher dari cedera dan lihat apakah pembuluh vena leher
apakah datar atau distensi dan lihat apakah trakea berada di tengah. Kamu mungkin harus
memasang collar neck. Lalu lihat, rasakan dan dengarkan pergerakan dada. Lihat apakah
kedua bidang simetris atau apakah terdapat pergerakan. Lihat juga apakah tulang iga naik saat
respirasi atau apakah hanya terdapat pernafasan diafragma. Lihat apakah terdapat tanda-tanda
trauma tumpul ataupun luka terbuka. Rasakan apakah terdapat penegangan dan krepitasi.
Dengarkan untuk merasakan pernafasan dan sama antara kedua bidang.
Lakukan penanganan yang sesuai pada cedera dada. Ingatlah bahwa cedera dada dapat
mengarah kepada masalah yang lebih serius pada orang yang lebih tua dengan keadaan paru

10
yang buruk. Lebih waspada pada pasien yang memiliki riwayat penyakit paru kronis. Pasien
tersebut lebih rentan mengalami hipoksia meskipun tanpa terjadinya cedera. Periksa juga
suara denyut jantung sehingga kamu bisa lebih waspada terhadap terjadinya perubahan pada
suara jantung. Segera lihat dan periksa perut (lihat apakah terdapat distensi, kontusio, ataupun
luka) dan lakukan palpasi untuk merasakan tegangan ataupun nyeri. Periksa pelvis dan
ekstremitas terhadap luka, deformitas dan krepitasi. Periksa juga apakah pasien dapat
menggerakan jari tangan dan kaki sebelum dipindahkan ke tandu.

Critical Transport Decisions


Beberapa prosedur yang mungkin harus dilakukan segera di tempat kejadian, namun
jangan menunda evakuasi pasien. Beberapa intervensi yang mungkin harus segera dilakukan
pada kondisi kritis seperti:
 Manajemen airway
 Menjaga ventilasi
 Mulai RJP
 Kontrol perdarahan masif
 Menutup luka terbuka pada dada
 Stabilisasi flail chest
 Dekompresi tension pneumothorax
 Stabilisasi objek yang menusuk tubuh
Pertimbangkan apakah harus menunda atau segera melakukan tindakan tersebut sesuai
dengan risiko untuk menunda pemindahan pasien. Kemungkinan keselamatan pasien dapan
berkurang apabila pasien berada dalam waktu yang lama di tempat kejadian. Transport yang
segera sama berlaku terhadap pasien lansia dan pasien yang lebih muda.

Packaging and Transport


Persiapkan pasien lansia untuk ditransport secara cepat dan hati-hati. Apabila
terindikasi, berikan penangan extra dengan memasang SMR pada pasien trauma geriatri.
Pasien lansia dengan kifosis membutuhkan padding dibawah bahu dan kepala untuk menjaga
leher sesuai dengan alurnya. Jangan memaksa leher ke posisi netral apabila menyebabkan
rasa sakit atau bila leher telah mengarah pada posisi ke depan. Ingatlah untuk menangani dan
memindahkan pasien trauma geriatri sama halnya dengan penanganan seluruh pasien trauma
yaitu dengan hati-hati dan sesegera mungkin.

11
ITLS Secondary Survey and Ongoing Exam
Lakukan ITLS secondary survey pada tempat kejadian jika pasien stabil. Apabila
terdapat pertanyaan terkait dengan kondisi pasien, kamu harus memindahkan dan melakukan
ITLS secondary survey saat dalam perjalanan. Lakukan ITLS ongoing exams. Apabila
membutuhkan terapi intravena, harus segera dilakukan diperjalanan menuju ke rumah
sakit.Jika kamu memulai IV line di perjalanan, monitor respons pasien terhadap infus
intravena secara ketat. Volume infus dapat memacu CHF pada pasien dengan riwayat
penyakit kardiovaskular. Bagaimanapun, jangan menahan cairan infus intravema pada pasien
yang menunjukkan gejala syok hipovolemik. Perhatikan secara seksama status pulmonal
pasien, termasuk suara paru dan jantung. Seluruh pasien lansia harus dipantau jantung, nadi
dan capnografi apabila tersedia.

Presentasi Kasus (lanjutan)


Kamu berada di tempat kejadian tabrakan beberapa kendaraan. Kamu ditugaskan
untuk menangani pasien lansia wanita yang berada di kursi bagian depan. Mobil pasien
tersebut menabrak pengendara sepeda motoro yang sebelumnya telah dibawa ke rumah sakit.
Suami pasien tersebut berada di kursi pengemudi dan sedan diperiksan dengan petugas yang
lain karena mengalami patah tulang apada anggota geraknya. Saat kamu menghampiri pasien
tersebut, kamu menyadari bahwa ia dapat merespons namun tampak kebingungan. Kamu
melihat terdapat hematoma pada bagian kanan kepalanya. Kamu melihat bahwa airway nya
terbuka, dan ia bernafas 15-20kali per menit dan terus bertanya apa yang terjadi terus
menerus. Kamu menjelaskan bahwa seseorang akan tetap menjaga kepalanya agar tidak
bergerak secara berlebihan dan kemudian EMS akan mengontrol tulang servikalnya secara
manual. Kamu kemudian mengecek nadi di pergelangan tangannya dan mendapatkan bahwa
nadinya kuat, namun irregular dan dengan nilai 84 kali permenit. Kamu menyadari terdapat
memar pada lengan atas. Lalu warna kulitnya dan suhu tubuhnya kering dan dingin, tanpa
pucat dan sianosis.
Sebagai respons dari pertanyaan yang diberikan, pasien tersebut mengatakan bahwa ia
merasa mengalami blacked out. Ia mengatakan merasa nyeri pada bagian hematoma, dan juga
mengatakan bahwa ia tidak merasa nyeri di tempat yang lainnya. Palpasi di bagian leher,
dada, perut dan perlvis serta ekstremitas menunjukkan tidak ada penegangan dan krepitasi.
Kamu memasang C-collar, dan menbawa pasien ke stretcher dan segera membawa pasien
tersebut ke ambulans, dan mengatakan kepadanya bahwa suaminya akan ditangani oleh
petugas yang lain.

12
Ketika sudah berada di ambulans, kamu secara hati-hati melepas papan di bagian
bawahnya dan tetap menahannya di stretcher. Ia mengucapkan terima kasih karena kamu
tetap menahan kepala dan tubuhnya di stretcher. Kamu kemudian menjelaskan bahwa kamu
akan melakukan pemeriksaan cepat pada kepala sampai kaki nya untuk melihat apakah
terdapat cedera yang lainnya. Dia menyetujuinya. Secara hati-hati kamu membuka bajunya
dan menyadari terdapat peningkatan ringan pada vena di bagian lehernya. Pasien mengatakan
bahwa ia memiliki riwayat hipertensi, CHF ringan, denyut jantung irregular dan
mengkonsumsi obat-obatan penurun kadar gula darah. Beberapa obat-obatan yang rutin
dikonsumsinya berada di dalam dompetnya dan termasuk didalamnya beta-blocker untuk
hipertensinya dan coumadin untuk keluhan denyut nadi irregularnya. Ketika kamu
melanjutkan pemeriksaan rapid trauma survey, kamu menyadari terdapat memar pada
sternum dan anterior illiac crest (Seat belt?), rekanmu memeriksa tanda vital dan memasang
pulse oximeter serta monitor jantung. Kemudian tidak lama pasien tiba-tiba tidak merespons
dan mengalami kejang tonic-klonik.
Kamu mengulang pemeriksaan awal dan menemukan bahwa sekarang pasien tidak
merespons, airway clear, nadi sekitar 60x per menit, tekanan darah 164/60. Kamu mengecek
pupil dan melihat bahwa pupil bagian kanan dilatasi dan nonreaktif. Pemeriksaan neurologis
menunjukkan bahwa ia tidak dapat membuka mata ataupun respons verbal terhadap nyeri dan
hanya menggerakkan tangan kanan dan kaki kanannya. (tidak ada pergerakan di bagian kiri).
Curiga terhadap terjadinya perdarahan otak (kemungkinan epidural, karena terdapat riwayat
penurunan kesadaran pada awalnya, interval lucid, dan kehilangan kesadaran yang tiba-tiba),
kamu kemudian memutuskan untuk segera membawa pasien ke pusat trauma.
Saat diperjalanan, kamu menghubungi pusat trauma untuk melaporkan situasi,
memberikan pasien dengan oksigen, dan mempersiapkan untuk membantu ventilasi yang saat
ini telah irregular. Dengan akses intravena telah dipasang, kamu mempertimbangakn untuk
melakukan intubasi endotrakeal menggunakan rapis sequence intubation (RSI).
Bagaimanapun, karena waktu transport yang pendek kamu meutuskan untuk mensuport
airway dengan menggunakan bag-valve mask. Ketika sudah berada di rumah sakit, kamu
memberikan laporan dengan tim trauma. Hasil CAT Scan pasien menunjukkan terdapat
epidural hematoma dan perdarahan subarachnoid. Ia kemudian menjalani evakuasi terhadap
hematoma dan setelah dirawat beberapa lama, pasien menjalani rehabilitasi.

13
Kesimpulan
Kamu mungkin akan dipanggil untuk memeriksa, menangani dan memindahkan
beberapa pasien trauma geriatri. Meskipun mekanisme cedera dapat berbeda dibandingkan
dengan dewasa muda, prioritas penanganan tetap sama. Sesuai dengan aturan umumnya,
cedera yang dialami oleh pasien lansia dapat lebih serius dan complicated dibandingkan
dengan pasien yang lebih muda. Beberapa menyarankan bahwa pasien berusia lebih dari 60
tahun sudah cukup berasalan untuk membawa pasien tersebut ke level 1 trauma center. Proses
fisiologis penuaan dan penyakit yang sedang dialaminya membuat penanganan menjadi lebih
sulit. Kamu harus lebih awas terhadap beberapa perbedaan penanganan optimal yang harus
diberikan terhadap pasien

14

You might also like