Professional Documents
Culture Documents
Chapter Overview
Di seluruh dunia terdapat lebih dari 500 juta orang yang berusia lebih dari 65 tahun
menurut PBB. Di Amerika Serikat, 14% dari total penduduk merupakan penduduk yang
berusia lebih dari 65 tahun dan diprediksi bertambah jumlahnya dua kali lipat dalam 25
sampai 30 tahun terakhir. Penduduk rentang umur lebih dari 85 tahun merupakan yang paling
cepat pertumbuhannya di AS. Penduduk geriatri juga merupakan pengguna ambulans yang
jumlahnya paling signifikan. Di AS, lebih dari 30% pasien yang dibawa dengan ambulans
merupakan yang berusia lebih dari 65 tahun.
Lansia lebih sering diartikan sebagai orang yang berusia lebih dari 65 tahun di
Amerika Serikat karena tunjangan pensiun biasanya diberikan dari usia tersebut.
Bagaimanapun, batas umur belum sesuai digunakan untuk menentukan seseorang merupakan
lansia. Lebih pantas untuk menggunakan perubahan proses fisiologis seperti degenerasi
neuron, penurunan fungsi ginjal serta penurunan elastisitas kulit dan jaringan.
Berdasarkan kelompok, pasien lansia (atau disebut juga geriatri) lebih menunjukkan
cedera yang lebih buruk dibandingkan dengan dewasa muda. Pasien geriatri yang mengalami
cedera meninjukkan dampak yang lebih fatal, dibandingkan dengan mayoritas populasi,
bahkan terhadap cedera yang sebenarnya tidak serius. Berdasarkan Kementrian Kesehatan
Amerika Serikat, terjatuh, cedera panas, dan kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
tersering yang mengakibatkan kematian traumatik pada pasien geriatri. Saat ini bahkan lebih
mengkhawatirkan karena populasi lansia saat ini cenderung lebih aktif melakukan kegiatan
sehari-hari yang membuat mereka lebih beresiko terjadinya trauma.
Jatuh merupakan cedera terbanyak yang dialami oleh populasi geriatri, dan
merupakan penyebab umum terjadinya fraktur panggul ataupun femur dan pergelangan
tangan serta cedera kepala. Kecelakaan lalu lintas diperkirakan 25% dari seluruh penyebab
kematian pada pasien geriatri meskipun yang merupakan pengemudi hanya beberapa.
Populasi geriatri menujunkkan angka insiden tertinggi pada terjadinya kecelakaan lalu lintas
dibandinkan dengan kelompok umur lainnya. Delapan persen dari penyebab kematian pasien
geriatri diakibatkan oleh cedera panas, yang termasuk didalamnya inhalasi serta kontak
dengan panas tinggi yang mengakibatkan luka bakar ataupun cedera akibat tersetrum listrik.
Pasien lansia lebih menunjukkan dampak yang lebih buruk terhadap trauma
dibandingkan dengan pasien yang lebih muda, termasuk peningkatan mortalitas. Belum ada
1
penelitian yang mengatakan alasannya. Bagaimanapun, dengan mengetahui perubahan
fisiologis yang normal pada proses penuaan, kita dapat mempersiapkan untuk
mengidentifikasi dampak cedera, optimalisasi perawatan dan memilih fasilitas kesehatan
yang paling mungkin untuk menerima pasien geriatri yang mengalami trauma.
Kelompok pasien ini merupakan salah satu yang akan berdampak signifikan terhadap
EMS melalui program pencegahan yang dilakukan. Tidak seperti penyedia fasilitas kesehatan
lainnya, EMD dapat melakukan home-visit ke rumah pasien dan memiliki kapabilitas untuk
mengobservasi bahaya dan resiko terhadap pasien yang ditanganinya. Sesuai dengan konsep
dari paramedis kesehatan primer ataupun komunitas, EMS dapat memiliki kemampuan untuk
membantu pencegahan terhadap terjadinya trauma/cedera pada populasi lansia.
Bagian ini akan menjelaskan mengenai proses penuaan dan beberapa penyakit yang
sering dialami oleh lansia, serta menunjukan bagaimana proses dan penyakit tersebut
membuat lebih sulit utuk memprediksi respons fisiologis terhadap trauma yang terjadi pada
pasien geriatri.
Presentasi Kasus
Ambulans Advanced Life Support (ALS) telah diterjunkan menuju lokasi terjadinya
kecelakaan lalu lintas yang melibatkan beberapa kendaraan bermotor. Kamu telah berada
dalam salah satu unit ambulans yang diterjunkan tersebut. Ketika telah tiba di lokasi kejadian,
kamu melihat sebuah truk yang terbalik lalu diberitahu oleh petugas pemadam kebakaran
bahwa kebocoran ringan telah terjadi. Kamu kemudian segera menuju kearah mobil sedan
untuk mengurus seorang wanita yang duduk di bangku penumpang. Kamu menyadari
terdapat retakan pada kaca bagian samping mobil tersebut. Pasien tersebut merupakan wanita
berusia 80 tahun yang berlumuran tepung jagung pada tubuhnya dengan sabuk pengaman
berada pada tempatnya. Dia merespons terhadap suara namun tampak bingung, dan
menanyakan beberapa kali “Apa yang terjadi?” Saat kamu menghampiri dia, kamu melihat
terdapat hematoma pada bagian kanan kepalanya.
Sebelum melanjutkan, pertimbangkan pertanyaan-pertanyaan ini: Pemeriksaan apa
yang harus kamu lakukan? Apakah pasien ini berisiko tinggi memiliki cedera yang
tersembunyi dibandingkan dengan orang yang lebih muda? Haruskah pasien ini ditangani
tanpa menggunakan spinal motion restriction (SMR) atau collar neck? Apakah pasien ini
harus segera dievakuasi? Simpan pertanyaan ini didalam pemikiran kamu saat membaca
bagian ini. Kemudia diakhir bagian, cari tahu bagaimana petugas kesehatan mengatasi pasien
tersebut.
2
Patofisiologi Penuaan
Patofisiologi penuaan merupakan proses bertahap dimana terjadi perubahan terhadap
fungsi tubuh. Perubahan tersebut merupakan salah satu bagian yang paling bertanggung
jawab terhadap peningkatan resiko cedera pada geriatri.
Sistem Repirasi
Perubahan pada sistem respirasi mulai terjadi pada awal dewasa dan akan semakin
meningkat setelah berusia 60 tahun. Sirkulasi pada sistem pulmonal bekurang hingga sampai
30%, menurunkan kadar pertukaran karbondioksida dan oksigen di dalam alveolus. Terdapat
penurunan kemampuan pergerakan dinding dada dan fleksibilitas otot pada dinding dada.
Perubahan tersebut akibat penurunan waktu yang dibutuhkan ketika inhalasi, menghasilkan
cepatnya pernafasan. Terdapat penurunan kapasitas vital paru (jumlah udara yang bertukar
saat bernafas) akibat peningkatan volume residu (jumlah udara yang tetap berada di paru-paru
setelah ekspirasi). Secara keseluruhan kapasitas nafas dan jumlah kerja maksimal menurun.
Apabila terdapat riwayat merokok atau riwayat bekerja ditempat berpolutan tinggi, perubahan
pernafasan akan lebih signifikan. Fraktur iga yang terjadi dapat mengakibatkan peningkatan
mortalitas pada pasien geriatri. Kejadian tersebut dapat mengakibatkan cedera pada organ
dibawahnya seperti jantung, aorta, hepar, lien, dan paru-paru.
Sistem Kardiovaskular
Sirkulasi darah berkurang pada lansia akibat perubahan pada jantung dan pembuluh
darah. Cardiac output dan stroke volume dapat menurun dan sistem konduksi juga mengalami
degenerasi. Kemampuan katup jantung untuk beroperasi secara efisien dapat berkurang.
Perubahan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gagal jantung kongestif dan edema paru
pada pasien geriatri. Arteriosclerosis terjadi dengan peningkatan frekuensi dalam tahap
proses penuaan, mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer (dan juga
hipertensi sistolik). Mungkin terdapat nilai tekanan darah yang normalnya memang tinggi
3
pada pasien lansia. Dengan demikian, perubahan yang signifikan pada perfusi jaringan dapat
terjadi pada pasien ketika tekanan darah yang normalnya sekitar 160 turun menjadi 120
akibat trauma. Seluruh perubahan tersebut berkontribusi terhadap terjadinya penurunan
jumlah cardiac output pada pasien lansia dibandingkan dengan pasien yang lebih muda.
4
Termoregulasi
Mekanisme untuk menjaga suhu tubuh yang normal mungkin dapat tidak berfungsi
dengan baik pada lansia. Pasien mungkin tidak dapat untuk merespons demam pada ingeksi
atau mungkin tidak dapat menjaga suhu tubuh tetap normal saat mengalami cedera. Pasien
geriatri dengan fraktur panggul yang telah berbaring di lantai dalam ruangan dengan
temperatur 18°C atau dibawahnya dapat mengalami hipotermia.
Sistem Ginjal
Penurunan fungsi nefron ginjal pada pasien lansia dapat mengakibatkan penurunan
filtrasu dan penurunan kemampuan untuk mengekskresikan urin dan obat-obatan. Pasien
lansia mungkin lebih sensitif terhadap obat-obatan sedatif. Telah direkomendasikan bahwa
dosis obat-obatan tersebut dikurangi sekitar 20% sampai 40% untuk mengurangi risiko
oversedasi.
Sistem Muskuloskeletal
Pasien geriatri dapat menunjukkan perubahan pada postur tubuhnya. Mungkin
terdapat penurunan tinggi tubuh akibat penyempitan discus vertebralis, fleksi minimal pada
lutut dan panggul, serta penurunan kemampuan otot. Hal ini dapat mengakibatkan kifosis
pada tulang belakang, yang memperlihatkan bentuk tulang belakang seperti huruf “S” yang
sering terlihat pada orang lansia. Pasien geriatri juga mengalami osteoporosis yaitu penipisan
pada tulang yang mengakibatkan penurunan densitas tulang. Oleh karena itu, pasien lansia
lebih berisiko terjadinya fraktur. Pasien yang berusia lebih dari 65 tahun juga berisiko tinggi
untuk mengalami cedera pada tulang belakang. Lebih lanjutnya, mekanisme cedera itu sendiri
tidak dapat digunakan sebagai prediktor terhadap potensi terjadinya cedera karena pasien
lansia jauh berisiko bahkan akibat trauma intensitas minimal dibandingkan dengan kelompok
usia lainnya.
Seringnya pada pasien geriatri, hilangnya jaringan subkutan menurunkan proteksi
terhadap jatuh dan trauma tumpul. Kekurangan ini menurunkan kemampuan seorang lansia
untuk merespon terhadap perubahan suhu, dan juga kurangnya elastisitas pada kulit juga
mengakibatkan meningkatnya risiko terhadap peningkatan tekanan pada luka. Lapisan yang
sesuai dan juga mengurangi tekanan pada permukaan benda yang keras seperti papan tulang
belakang, dapat mengurangi risiko ini. Lalu juga dapat terjadi kelemahan pada kekuatan otot
dan tulang akibat penurunan aktivitas fisik. Hal ini juga membuat pasien geriatri lebih
berisiko terjadi fraktur meskipun hanya terjatuh ringan.
5
Sistem Gastrointestinal
Produksi saliva, motilitas esofagus,dan sekresi gaster dapat menurun sesuai dengan
umur pasien. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan kemampuan untuk mengabsorbsi
nutrien. Konstipasi dan impaksi fekal dapat sering terjadi. Hepar dapat mengalami
pembesaran akibat dari proses beberapa penyakit atau dapat mengalami kegagalan hepar
akibat dari malnutrisi ataupun penyakit. Berhubungan dengan intake yang sulit, terutama
cairan, dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi pada pasien lansia dan dengan demikian
meningkatkan risiko terjadinya syok bila cedera.
Sistem Imun
Ketika proses penuaan berlanjut, kemampuan untuk melawan infeksi akan berkurang
pada pasien geriatri. Pasien yang mempunyai kondisi nutrisi yang tidak baik akan lebih
rentan terhadap terjadinya infeksi dari luka terbuka, akses intravena, serta infeksi pada paru
dan ginjal. Pasien trauma pada geriatri yang tidak mengalami cedera parah dapat meninggal
akibat sepsis karena lemahnya sistem imun tubuh.
Perubahan Lainnya
Total air tubuh dan total sel dalam tubuh dapat berkurang seiring dengan
bertambahnya usia. Peningkatan proporsi lemak dalam tubuh juga dapat terjadi. Juga dapat
terjadi hilangnya kapasitas dari berbagai sistem tubuh saat menghadapi beberapa penyakit
dan cedera.
Obat-Obatan
Banyak pasien geriatri yang telah mengkonsumsi beberapa obat-obatan dapat
mengganggu kemampuan tubuh untuk mengkompensasi ketika mengalami trauma.
Antikoagulan dapat meningkatkan waktu perdarahan. Antihipertensi dan vasodilator perifer
dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk mengkontriksi pembuluh darah sebagai respons
terhadap hipovolemia. Beta-blocker dapat menghambat kemampuan jantung untuk
meningkatkan kontraksi, bahkan ketika mengalami syok hipovolemik. Obat-obatan anti nyeri
dan obat-obatan psikiatri dapat menurunkan tingkat kesadaran, membuat penanganan
terhadap cedera kepala menjadi lebih sulit.
Antihipertensi, antikoagulan, beta-blocker, sedatif, dan agen hipoglikemi dapat
mempengaruhi respons tubuh pada pasien geriatri dalam menghadapi trauma. Mengetahui
riwayat obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien dapat membuat kita menjadi lebih awas
6
terhadap kondisi pasien yang mungkin lebih tidak stabil dibandingkan dengan keluhan
ataupun manifestasi yang ditunjukkan saat ini.
7
Pemeriksaan dan Penanganan
Pemeriksaan pasien geriatri harus lebih akurat karena pasien geriatri dapat meninggal
akibat cedera yang tidak terlalu parah bila dialami oleh pasien yang lebih muda. Sebagai
perbandingan, sering mengalami kesulitan membedaan efek proses penuaan dengan penyakit
kronis yang sudah dialami akibat cedera. Keluhan utama yang sering sulit didapat karena
pasien sering mengutarakan beberapa gejala yang tidak penting. Kamu harus mencari gejala
dan tanda yang penting. Pada pasien geriatri, sudah biasa ketika menghadapi tidak hanya satu
penyakit ataupu cedera dalam satu waktu. Ingatlah bahwa pasien geriatri mungkin memiliki
respons yang tidak sama terhadap nyeri, hipoksia, ataupun hipovolemia dibandingan dengan
pasien yang lebih muda. Jangan meremehkan keparahan dari kondisi pasien.
Kamu mungkin dapat mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan pasien. Hal
ini akibat perubahan perasaan pasien, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran,
ataupun depresi. Pasien geriatri harus lebih diperlakukan dengan lebih khusus. Jangan
mendengarkan orang lain untuk menceritakan keadaan yang terjadi terhadap pasien apabila
pasien tersebut dapat berkomunikasi dan memberikan informasi secara lengkap. Sayangnya
pasien mungkin akan meminimalisir atau bahkan menyangkal gejala yang dialami akibat
ketakutannya sehingga ia akan menolak untuk dibantu dan merasa masih bisa sendiri. Sangat
penting kamu menjelaskan segala tindakan termasuk didalamnya membantu untuk membuka
baju sebelum memulai melakukan pemeriksaan fisik.
Terdapat beberapa pertimbangan dalam pemeriksaan pasien trauma pada geriatri.
Nadi perifer mungin akan lebih sulit untuk dinilai. Pasien yang lebih tua sering menggunakan
beberapa lapis baju, yang akan menyulitkan dalam melakukan pemeriksaan. Kamu juga harus
dapat membedakan antara gejala dari penyakit kronis dan keluhan akutnya. Sebagai contoh:
kurangnya elastisitas kulit dan bernafas menggunakan mulut mungkin tidak menunjukkan
gejala dehidrasi, atau edema pada ekstremitas dapat terjadi akibat insufisiensi vena
dibandingkan akibat gagal jantung kongestif.
Perhatikan perbedaan dari nilai yang diharapkan saat menilai tanda-tanda vital dan
pemeriksaan lainnya yang ditemukan pada pasien geriatri. Cedera yang tidak terlalu
membahayakan pada pasien muda mungkin akan kebalikan pada pasien geriatri. Ketika
menganamnesis riwayat penyakit pasien, pastikan juga untuk memastikan riwayat obat-
obatan yang digunakan oleh pasien tersebut karena obat-obatan yang dikonsumsi mungkin
dapat menghambat respons tubuh terhadap cedera.
8
ITLS Primary Survey
Scene Size-Up
Memperhatikan tempat kejadian untuk memastikan apakah tempat tersebut aman,
untuk menilai berapa jumlah pasien dan untuk mengidentifikasi mekanisme terjadinya
cedera. Observasi kondisi sekitar untuk melihat apakah pasien dapat menangani keadaannya
sendiri; tanda-tanda penggunaan alkohol ataupun obat-obatan; serta tanda-tanda kekerasan
dan penganiayaan. Sayangnya penganiayaan dan pembiaran terhadap lansia sering terjadi.
Ketika kamu melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan keadaan sekitar mendapatkan
kecurigaan dari mereka, mintalah bantuan dari pihak berwenang. Pastikan untuk membawa
pasien tersebut ke rumah sakit.
Pemeriksaan Awal
Seperti halnya pada seluruh pasien trauma, kamu harus mengevaluasi dan
menyediakan akses yang adekuat pada saluran nafas dan menjada spinal motion restriction
(SMR) saat melakukan pemeriksaan awal kesadaran pasien. Hal ini akan lebih signifikan
pada pasien lansia dibandingkan dengan yang lebih muda karena pergantian paramedis akan
dapat mengarah kepada terjadinya penurunan kesadaran dan ke keadaan lainnya
dibandingkan dengan traumanya itu sendiri.
Jika pasien dapat merespons secara verbal, berarti ia sadar dan saluran nafasnya tidk
bermasalah. Jika pasien tidk dapat merespon, secara perlahan buka airway dengan manuver
jaw-thrust dan tetap menjaga leher dalam posisi netral. Posisi ini mungkin akan sulit untuk
diamankan karena arthritis dan kifosis pad atulang belakang. Penting untuk mengenali hal ini
dan tidak memaksa oksiput datar terhadap papan atau tanah/ Sebaiknya menambah padding
pada bagian belakang untuk menjada posisi tulang belakang pasien.
Terdapat kemungkinan terjadinya obstruksi pada saluran nafas. Bersihkan saluran
nafas, hati-hati terhadap kemungkinan obstruksi akibat fragmen gigi. Lihat pada mulut
apakah terdapat makanan yang sedang dimakan ataupun isi perut yang dikeluarkan.
Lihat, dengar dan rasakan pergerakan nafas pasien. Pastikan nilai dan volume udara
nafas yang dikeluarkan adekuat. Pasien geriatri dengan saluran nafas yag tidak bersih dan
kesulitan untuk mengatasinya serta terjadi penurunan kesadaran segera dibawa ke rumah
sakit untuk penanganan segera. Dalam keadaan tersebut, pantau tanda-tanda vital pasien dan
tingkat kesadaran (ingat untuk mengecek kadar gula darah pasien). Pertimbangkan untuk
dilakukan intubasi.
9
Letakkan muka anda di dekat mulut pasien dan lihat ke arah dada untuk melihat
apakah dada pasien naik saat bernafas, kemudian dengarkan suara nafas dari mulut pasien
dan rasakan udara nafas di telinga kamu. Jika pasien bernafas dengan cepat dan udara yang
diekspirasi tidak adekuat (lebih dari 20x per menit) atau apabila sangat lambat (kurang dari
10x per menit) atau jika udara yang inspirasi-ekspirasi tidak adekuat, sediakan bantuan
ventilasi untuk mempertahankan saturasi oksigen sebesar 100%.
Cek nilai dan kualitas nadi di pergelangan tangan (cek di bagian leher apabila nadi di
pergelangan tangan sulit untuk dinilai). Evaluasi perubahan warna kulit dan kondisinya. Lihat
apakah terdapat perdarahan aktif dan apabila terdapat perdarahan, kontrol dengan cara
ditekan.
10
yang buruk. Lebih waspada pada pasien yang memiliki riwayat penyakit paru kronis. Pasien
tersebut lebih rentan mengalami hipoksia meskipun tanpa terjadinya cedera. Periksa juga
suara denyut jantung sehingga kamu bisa lebih waspada terhadap terjadinya perubahan pada
suara jantung. Segera lihat dan periksa perut (lihat apakah terdapat distensi, kontusio, ataupun
luka) dan lakukan palpasi untuk merasakan tegangan ataupun nyeri. Periksa pelvis dan
ekstremitas terhadap luka, deformitas dan krepitasi. Periksa juga apakah pasien dapat
menggerakan jari tangan dan kaki sebelum dipindahkan ke tandu.
11
ITLS Secondary Survey and Ongoing Exam
Lakukan ITLS secondary survey pada tempat kejadian jika pasien stabil. Apabila
terdapat pertanyaan terkait dengan kondisi pasien, kamu harus memindahkan dan melakukan
ITLS secondary survey saat dalam perjalanan. Lakukan ITLS ongoing exams. Apabila
membutuhkan terapi intravena, harus segera dilakukan diperjalanan menuju ke rumah
sakit.Jika kamu memulai IV line di perjalanan, monitor respons pasien terhadap infus
intravena secara ketat. Volume infus dapat memacu CHF pada pasien dengan riwayat
penyakit kardiovaskular. Bagaimanapun, jangan menahan cairan infus intravema pada pasien
yang menunjukkan gejala syok hipovolemik. Perhatikan secara seksama status pulmonal
pasien, termasuk suara paru dan jantung. Seluruh pasien lansia harus dipantau jantung, nadi
dan capnografi apabila tersedia.
12
Ketika sudah berada di ambulans, kamu secara hati-hati melepas papan di bagian
bawahnya dan tetap menahannya di stretcher. Ia mengucapkan terima kasih karena kamu
tetap menahan kepala dan tubuhnya di stretcher. Kamu kemudian menjelaskan bahwa kamu
akan melakukan pemeriksaan cepat pada kepala sampai kaki nya untuk melihat apakah
terdapat cedera yang lainnya. Dia menyetujuinya. Secara hati-hati kamu membuka bajunya
dan menyadari terdapat peningkatan ringan pada vena di bagian lehernya. Pasien mengatakan
bahwa ia memiliki riwayat hipertensi, CHF ringan, denyut jantung irregular dan
mengkonsumsi obat-obatan penurun kadar gula darah. Beberapa obat-obatan yang rutin
dikonsumsinya berada di dalam dompetnya dan termasuk didalamnya beta-blocker untuk
hipertensinya dan coumadin untuk keluhan denyut nadi irregularnya. Ketika kamu
melanjutkan pemeriksaan rapid trauma survey, kamu menyadari terdapat memar pada
sternum dan anterior illiac crest (Seat belt?), rekanmu memeriksa tanda vital dan memasang
pulse oximeter serta monitor jantung. Kemudian tidak lama pasien tiba-tiba tidak merespons
dan mengalami kejang tonic-klonik.
Kamu mengulang pemeriksaan awal dan menemukan bahwa sekarang pasien tidak
merespons, airway clear, nadi sekitar 60x per menit, tekanan darah 164/60. Kamu mengecek
pupil dan melihat bahwa pupil bagian kanan dilatasi dan nonreaktif. Pemeriksaan neurologis
menunjukkan bahwa ia tidak dapat membuka mata ataupun respons verbal terhadap nyeri dan
hanya menggerakkan tangan kanan dan kaki kanannya. (tidak ada pergerakan di bagian kiri).
Curiga terhadap terjadinya perdarahan otak (kemungkinan epidural, karena terdapat riwayat
penurunan kesadaran pada awalnya, interval lucid, dan kehilangan kesadaran yang tiba-tiba),
kamu kemudian memutuskan untuk segera membawa pasien ke pusat trauma.
Saat diperjalanan, kamu menghubungi pusat trauma untuk melaporkan situasi,
memberikan pasien dengan oksigen, dan mempersiapkan untuk membantu ventilasi yang saat
ini telah irregular. Dengan akses intravena telah dipasang, kamu mempertimbangakn untuk
melakukan intubasi endotrakeal menggunakan rapis sequence intubation (RSI).
Bagaimanapun, karena waktu transport yang pendek kamu meutuskan untuk mensuport
airway dengan menggunakan bag-valve mask. Ketika sudah berada di rumah sakit, kamu
memberikan laporan dengan tim trauma. Hasil CAT Scan pasien menunjukkan terdapat
epidural hematoma dan perdarahan subarachnoid. Ia kemudian menjalani evakuasi terhadap
hematoma dan setelah dirawat beberapa lama, pasien menjalani rehabilitasi.
13
Kesimpulan
Kamu mungkin akan dipanggil untuk memeriksa, menangani dan memindahkan
beberapa pasien trauma geriatri. Meskipun mekanisme cedera dapat berbeda dibandingkan
dengan dewasa muda, prioritas penanganan tetap sama. Sesuai dengan aturan umumnya,
cedera yang dialami oleh pasien lansia dapat lebih serius dan complicated dibandingkan
dengan pasien yang lebih muda. Beberapa menyarankan bahwa pasien berusia lebih dari 60
tahun sudah cukup berasalan untuk membawa pasien tersebut ke level 1 trauma center. Proses
fisiologis penuaan dan penyakit yang sedang dialaminya membuat penanganan menjadi lebih
sulit. Kamu harus lebih awas terhadap beberapa perbedaan penanganan optimal yang harus
diberikan terhadap pasien
14