You are on page 1of 12

METODE FOOD RECORDS (ESTIMASI MAKANAN DAN PENIMBANGAN

MAKANAN)

Prinsip dan Prosedur Metode Food Records (Estimasi Makanan dan Penimbangan
Makanan)

Menurut Fahmida dan Dillon, 2007 bahwa prinsip dan penggunaan dari metode pencatatan
makanan (food records) adalah sebagai berikut :

1. Dasar dari pencatatan ukuran porsi makanan dari makanan yang dikonsumsi oleh
individu adalah estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (URT) atau penimbangan
menggunakan timbangan makanan. Metode penimbangan merupakan metode yang ideal
untuk studi penelitian dan kontrol penelitian terutama saat kegiatan konseling diet atau
untuk mengetahui korelasi antara intake dengan parameter biologis.
2. Berguna untuk kegiatan dalam penelitian, khususnya dalam penelitian epidemiologi gizi.
Data intake zat gizi selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar program pendidikan gizi.
3. Jika menggunakan metode penimbangan, responden perlu diberikan motivasi, harus bisa
berhitung dan tidak buta huruf, atau alternatifnya adalah menggunakan enumerator untuk
mengumpulkan data dan mencatat intake makanan responden.
4. Apabila membutuhkan ingatan 24 jam (24-h recall) untuk mengestimasi kebiasaan intake
makanan individu maka tergantung pada variasi konsumsi harian dalam intake makanan
pada satu individu. Jika membutuhkan recall lebih dari satu hari maka sebaiknya memilih
hari yang tidak berurutan (nonkonsekutif).
5. Ingatan 24 jam (24-h recall) dapat diulang selama musim yang berbeda pada satu tahun
untuk mengestimasi rata-rata intake individu selama periode waktu yang lebih lama
(untuk mengetahui kebiasaan intake makanan).

Dalam Fahmida & Dillon, 2007 juga disebutkan bahwa prosedur pada metode estimasi makanan
dan penimbangan makanan adalah sebagai berikut :

1. Responden diminta untuk mencatat, konsumsi pada saat yang sama, semua makanan dan
minuman (termasuk snack) yang dimakan dalam ukuran rumah tangga (URT) untuk
periode waktu yang telah ditentukan.
2. Rincian deskripsi dari makanan tersebut adalah meliputi :
o Nama (lokal/setempat dan umum jika diketahui)
o Metode pemasakan
o Kondisi makanan (mentah, masak, dikupas atau olahan)
o Nama merk jika memungkinkan
o Semua bumbu, herbal dan rempah-rempah
o Deskripsi yang lengkap dari masing-masing makanan
o Menimbang jumlah yang dikonsumsi atau mengestimasi menggunakan ukuran
rumah tanggan (URT) dan menggunakan peralatan rumah tangga yang
dikaliberasi.
o Jika responden makan diluar rumah maka responden biasanya diminta untuk
mencatat deskripsi dan jumlah dari makanan yang dimakan. Ahli gizi dapat
kemudian membeli dan menimbang duplikat porsi dari masing-masing item
makanan yang dicatat, hal ini dilakukan jika memungkinkan, untuk menilai
kemungkinan jumlah makanan yang dikonsumsi.

Metode Pencatatan Untuk Metode Estimasi Makanan dan Penimbangan Makanan

Menurut Fahmida dan Dillon, 2007 bahwa metode untuk mengestimasi dan menimbang
makanan untuk campuran bahan makanan (mixed dishes) adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan metode persiapan dan pemasakan makanan


2. Menimbang porsi yang dapat dimakan untuk masing-masing bahan mentah atau
melakukan estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (URT) untuk mendapatkan
jumlah dari masing-masing bahan mentah yang digunakan didalam resep
3. Mencatat berat akhir (atau volume) dari ragam makanan (ini hanya untuk metode
penimbangan makanan)
4. Mencatat berat (atau volume) dari ukuran porsi yang dikonsumsi atau melakukan
estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (URT) dan atau menggunakan peralatan
rumah tangga yang dikaliberasi (terstandar) untuk mendapatkan jumlah dari makanan
yang dikonsumsi oleh subjek.
5. Mengestimasi jumlah bahan yang dikonsumsi oleh individu sebagai proporsi dari masing-
masing bahan yang ada di dalam makanan yang dimakan (catat masing-masing jumlah
bahan makanan mentah yang digunakan, berat makanan dalam bentuk akhir dan jumlah
yang dikonsumsi)
6. Menyesuaikan jumlah bahan dengan hasil masakan dan memasukkannya sebagai berat
dari bahan yang dimasak (catat proses pemasakan yang dilakukan karena ada beberapa
zat gizi yang hilang pada saat pemasakan).

Jenis Metode Food Records

Dalam Arisman, 2009 dituliskan bahwa food records dalam pelaksanaannya dapat dilakukan
dengan dua cara. Cara pertama disebut dengan cara perkiraan atau estimated food record. Cara
kedua disebut dengan cara penimbangan atau weight food records. Pada food records, biasanya
responden diminta mencatat semua makanan dan minuman yang telah dikonsumsi selama paling
sedikit 3 hari dalam seminggu, yakni 2 hari biasa dan 1 hari libur. Berikut ini akan dijelaskan
kedua metode tersebut.

1. Estimasi Makanan (Estimated Food Record)

Metode ini disebut juga food record atau diary record, yang digunakan untuk mencatat jumlah
yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan dan
minum setiap kali sebelum makan dalam ukuran rumah tangga (URT) atau menimbang dalam
ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan
pengolahan makanan tersebut (Supariasa, 2012).
Berbeda dengan penulis sebelumnya, Siagian, 2010 menuliskan bahwa periode waktu yang
dilakukan pada metode estimasi ini biasanya 3-7 hari dengan memperhitungkan hari secara
proporsional, berupa hari-hari biasa dan weekend. Hal ini diperkuat lagi dalam Almatsier et al,
2011 yang menuliskan bahwa periode waktu untuk metode ini biasanya antara 1 hingga 7 hari.
Pada dasarnya tidak ada aturan baku dalam penentuan jumlah hari. Jumlah hari yang diperlukan
dalam metode ini bervariasi, biasanya tiga, lima atau tujuh hari. Akhir minggu harus secara
proporsional disertakan pada periode survey makanan pada setiap subjek untuk
memperhitungkan efek hari dalam minggu yang potensial pada asupan pangan dan zat gizi.
Tidak ada kesepakatan tentang jumlah, jarak dan pemilihan hari pencatatan untuk mencirikan
baik asupan aktual maupun asupan kebiasaan pangan dan /atau zat gizi individu dengan metode
estimasi ini.

Untuk pencatatan dalam metode estimasi yang digunakan dapat berupa formulir khusus atau
buku kecil yang berupa lembaran kosong atau telah berisi anjuran kategori pangan setiap hari.
Pada beberapa penerapan, pangan ditimbang atau diukur dengan prosedur tertentu. Prosedur
pencatatan, terutama yang berkaitan dengan deskripsi lengkap jenis dan kuantitas pangan, harus
dijelaskan kepada subjek atau responden. Umumnya, dengan pencatatan-segera ini diharapkan
kelupaan akan menjadi minimal. Pencatatan ini kemungkinan akan mengubah perilaku makan.
Hal ini tidak diinginkan karena data yang diinginkan adalah asupan pangan yang lazim pada
subjek atau keluarganya.

Deskripsi lengkap makanan atau minuman yang harus dijelaskan berupa kuantitas (URT : piring,
sendok, dll), jenis, metode pemasakan dan merk (bagi produk olahan). Untuk makanan yang
terdiri atas campuran bahan makanan (mixed dishes) (misalnya seperti gado-gado), kuantitas dari
setiap bahan mentah yang digunakan dalam resep makanan, berat akhir dari campuran makanan,
dan kuantitas yang dikonsumsi oleh subjek harus dicatat, jika memungkinkan.

Ukuran porsi makanan dapat diperkirakan oleh responden dengan menggunakan berbagai
prosedur, yang masing-masing berbeda taraf presisinya. Untuk mengukur porsi pangan dapat
digunakan URT baku seperti piring, sendok makan. Pengukuran tambahan dapat dilakukan
dengan menggunakan penggaris (untuk daging dan kue) dan hitungan (untuk telur dan roti).
Ukuran porsi biasanya dikonversi ke gram oleh peneliti sebelum menghitung asupan zat gizi.

Berdanier, 2008 menuliskan cara pengisian sederhana untuk food records adalah sebagai berikut
:

1. Tanggal. Catat tanggal pada bagian atas form


2. Nama. Catat nama pada bagian atas form yang telah disediakan
3. Waktu makan. Catat waktu makan tiap hari dari pagi sampai malam
4. Makanan/tempat makan. Catat jenis makanan (sarapan, makan siang, makan malam,
snack, dll) dan dimana tempat makan (dirumah/restoran)
5. Item bahan makanan. Catat nama masing-masing bahan makanan yang dimakan
6. Deskripsi/persiapan. Termasuk informasi bagaimana bahan makanan tersebut disiapkan
7. Jumlah. Catat jumlah dari masing-masing bahan makanan dengan menggunakan URT
atau lakukan penimbangan.
Untuk membantu menganalisis intake bahan makanan tersebut, maka responden harus
memperhatikan dan mematuhi petunjuk yang tertera pada form yaitu :

1. Jangan mengubah kebiasaan/pola makan anda dan jangan mencoba untuk memodifikasi
intake makanan, karena intake makanan anda akan di catat.
2. Catatlah segala sesuatu yang anda makan atau minum. Termasuk semua snack . termasuk
juga suplemen vitamin atau mineral berserta dosis/hari.
3. Catatlah sesegera mungkin makanan yang anda makan. Catatlah dengan jelas.

Cara pengisian food records ini lebih jelas lagi diuraikan dalam Supariasa, 2012. Adapun
langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1. Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram (nama masakan,
cara persiapan dan pemasakan bahan makanan)
2. Petugas memperkirakan/estimasi URT ke dalam ukuran berat (gram) untuk bahan
makanan yang dikonsumsi tadi
3. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM
4. Membandingkan dengan AKG

Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya (true intake)
tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu.

Kelebihan metode estimated food records :

1. Metode ini relatif murah dan cepat


2. Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar
3. Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari
4. Hasilnya relatif lebih akurat

Kekurangan metode estimated food records :

1. Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan responden


merubah kebiasaan makannya.
2. Tidak cocok untuk responden yang buta huruf
3. Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam mencatat dan
memperkirakan jumlah konsumsi.

2. Penimbangan Makanan (Weighed Food Records)

Metode penimbangan makanan adalah metode yang paling akurat dalam memperkirakan asupan
kebiasaan dan/atau asupan zat gizi tertentu. Data yang dihasilkan penting untuk konseling diet,
dan untuk analisis statistik yang meliputi korelasi atau regresi dengan parameter biologis
(Siagian, 2010) & (Almatsier et al, 2011).

Pada metode ini, subjek atau responden diminta untuk menimbang semua pangan yang
dikonsumsi pada periode waktu tertentu. Lebih jelasnya, subjek atau responden diminta untuk
menimbang semua makanan yang dikonsumsi (misalnya yang dimasukkan ke dalam piring) dan
makanan yang sisa. Kuantitas asupan makanan adalah selisih antara kuantitas yang akan
dikonsumsi dengan kuantitas makanan yang sisa. Deskripsi detail makanan atau minuman yang
harus dimasukkan responden meliputi kuantitas (massa, volume), jenis, metode pemasakan,
penyajian, dan merk (bagi produk olahan).

Untuk pangan yang dikonsumsi diluar rumah, subjek atau responden diminta untuk
mendeksripsikan kuantitas atau jumlah pangan yang dikonsumsinya. Peneliti atau pewawancara
kemudian membeli dan menimbang porsi duplikat pangan tersebut untuk memperkirakan
kuantitas pangan yang dikonsumsi diluar rumah tersebut (Siagian, 2010). Kemudian untuk
makanan yang terdiri dari lebih dari satu bahan makanan, penimbangan dilakukan terhadap
masing-masing bahan makanan dalam keadaan mentah (sesuai dengan resep bila ada), setelah
jadi, dan bagian yang dimakan (Almatsier et al, 2011).

Seperti halnya metode estimasi, jumlah, jarak, pemilihan hari untuk mencirikan asupan aktual
atau asupan kebiasaan individu dengan metode penimbangan pangan bersifat bervariasi. Hal ini
tergantung pada zat gizi yang menjadi pokok perhatian, populasi penelitian, tujuan penelitian,
dan sebagainya. Dengan metode inipun, akhir minggu harus secara proporsional disertakan pada
periode survey makanan pada setiap subjek untuk memperhitungkan efek akhir minggu pada
asupan pangan dan zat gizi. Hal ini senada dengan pendapat Almatsier et al, 2011 bahwa hari
libur atau hari besar dan hari minggu harus dimasukkan didalam survey.

Langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan (Supariasa, 2012) :

1. Petugas /responden menimbang dan mencatat bahan makanan/ makanan yang dikonsumsi
dalam gram
2. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari, kemudian dianalisis dengan
menggunakan DKBM atau DKGJ (Daftar Komposisi Gizi Jajanan)
3. Membandingkan hasilnya dengan Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG).

Perlu diperhatikan disini adalah, bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga
ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi.
Sehingga dalam Arisman, 2009 dituliskan bahwa dalam metode penimbangan lebih tepat apabila
dilakukan pengamatan secara langsung terhadap responden, meskipun membutuhkan waktu lebih
lama dan biaya lebih tinggi. Cara ini cocok diterapkan pada pasien rawat inap di rumah sakit.
Pengamat mencatat takaran makanan yang diresepkan oleh ahli gizi, jumlah santapan yang
diantar oleh petugas gizi, jumlah yang dimakan pasien, serta banyaknya makanan yang tersisa.

Berdasarkan uraian tentang metode ini maka dapat dikatakan kelebihan dari metode weighed
food records adalah data yang diperoleh lebih akurat dan teliti sedangkan kekurangan metode ini
adalah sebagai berikut :

1. Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu peralatan. Dalam Almatsier et al, 2011
disebutkan bahwa biaya yang dibutuhkan dalam metode ini relatif tinggi, karena
responden harus sering dikunjungi untuk memonitor dan memberi semangat.
2. Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka responden dapat
merubah kebiasaan makan mereka. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
menyederhanakan proses pengukuran makanan, atau untuk memberi kesan yang baik.
3. Tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil
4. Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden

Perbedaan Antara Metode Estimasi Makanan dan Penimbangan Makanan

Untuk mengetahui perbedaan antara metode estimasi makanan dan penimbangan makanan dapat
dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan antara Metode Estimasi Makanan dan Penimbangan Makanan

Metode Estimasi Makanan Metode Penimbangan Makanan


Jumlah dari makanan dan sisa makanan diukur Makanan dan sisa makanan ditimbang
dengan menggunakan URT atau estimasi dengan menggunakan timbangan makanan
menggunakan seperti ukuran cups, mangkok, atau disediakan teknik komputerisasi oleh
gelas dan centong. Peneliti kemudian peneliti
mengkuantitatifkan hasil pengukuran ini
kedalam bentuk volume dan berat
Dianggap kurang akurat apabila dibandingkan Metode yang presisinya paling baik untuk
dengan metode penimbangan makanan mengestimasi kebiasaan makan dan intake
zat gizi individu
Dianggap sebagai salah satu metode yang dapat Lebih disukai oleh beberapa peneliti untuk
diterima untuk mengumpulkan data intake mengumpulkan data individu
kelompok
Kurang membebani responden apabila Membutuhkan tingkat kerjasama yang
dibandingkan metode penimbangan makanan lebih tinggi dari subjek apabila
sehingga tingkat kerjasama cenderung lebih dibandingkan metode estimasi makanan
tinggi dan ini kemungkinan berdampak pada
kebiasaan makan subjek
Memerlukan peralatan sehingga biaya lebih
mahal
Presisi lebih tinggi, tingkat error lebih
rendah

Kelebihan dan Kekurangan Metode Food Records Secara Umum

Kelebihan dan kekurangan dari metode food records menurut Fahmida dan Dillon, 2007 adalah
sebagai berikut :

Tabel 2. Kekurangan dan Kelebihan Metode Food Records Secara Umum

Kelebihan Kekurangan
1. Tidak mengandalkan ingatan 1. Membutuhkan tingkat kerjasama
2. Menyediakan data yang rinci dari yang tinggi dari subjek
ukuran porsi makanan yang 2. Karena beban yang diberikan
dikonsumsi, khususnya saat kepada responden sangat tinggi
menggunakan metode penimbangan maka didapatkan hasil dari rata-rata
3. Dapat dikatakan cukup valid respon responden sangat rendah
4. Dapat menilai pola makan dan 3. Memerlukan waktu relatif lama
kebiasaan makan dalam hubungannya 4. Subjek seharusnya bisa membaca
dengan lingkungan sosio-demografi untuk mendapatkan hasil pencatatan
dari responden yang lengkap, atau dibutuhkan
5. Dapat meningkatkan interpretasi dari seorang enumerator yang akan
hasil laboratorium, antropometri dan melakukan tugas pencatatan
data klinis. 5. Petugas harus terlatih dalam
6. Pengumpulan data dengan hari yang menggunakan alat ukur dan formulir
multiple akan lebih mewakili dari pencatatan
kebiasaan intake (asupan makanan) 6. Analisisnya membutuhkan tenaga
7. Hasil yang didapatkan lebih akurat yang terlatih dan mahal
karena mempertimbangkan adanya 7. Laporan subjek terkadang
sisa dari makanan, terbuang dan rusak underreporting (melaporkan terlalu
selama pengukuran dilakukan. rendah) masih sering terjadi

Berdasarkan kekurangan pada metode food records seperti yang diuraikan dalam Fahmida &
Dillon, 2007 (pada tabel 2), sejalan dengan pendapat Gibson & Ferguson, 2008 bahwa metode
food records dalam pelaksanaannya sangat membutuhkan banyak waktu, memerlukan biaya
yang mahal, dan memberikan beban yang besar pada responden. Mengatasi begitu banyaknya
kekurangan yang ada pada metode ini, Gibson & Ferguson, 2008 membuat suatu modifikasi
terhadap metode recall 24 jam dengan dilakukannya pelatihan terhadap suatu kelompok untuk
mengestimasi ukuran porsi dengan tepat sebelum recall yang sebenarnya dilakukan.
Menyediakan chart gambar sebelum recall dilakukan yang digunakan untuk menceklist pada hari
disaat makanan tersebut dikonsumsi dan hal ini juga berguna untuk membandingkan dengan
hasil recall untuk mengurangi factor kelupaan pada responden dan menyediakan mangkuk dan
piring (URT) yang terstandar yang akan digunakan saat recall dilakukan. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan responden memvisualisasikan jumlah makanan yang dikonsumsi.

Bias atau Kesalahan yang Sering Terjadi pada Penggunaan Metode Estimasi Makanan
dan Penimbangan Makanan

Bias atau kesalahan yang sering terjadi dalam dietary assessment dapat dibedakan menjadi
kesalahan random dan kesalahan sistematis. Kesalahan random biasanya akan berdampak pada
reliabilitas suatu metode dan keadaan ini dapat dikurangi dengan meningkatkan jumlah
pengamatan namun hal inipun tidak sepenuhnya dapat menghilangkan bias tersebut. Sebaliknya
kesalahan sistematis tidak dapat diminimalkan dengan memperpanjang jumlah pengamatan.
Kesalahan pengukuran yang bersifat random dan sistematis dapat diminimalkan dengan
memadukan prosedur kendali mutu kedalam masing-masing tahapan dalam metode dietary
assessment. Termasuknya didalamnya pelatihan dan sesi pelatihan ulang untuk pewawancara dan
pemprogram, standarisasi tekhnik wawancara dan kuesioner, uji coba kuesioner dan percobaan
penyelenggaraan penelitian sebelum survey sebenarnya dilakukan (Gibson, 2005).

Menurut Gibson, 2005 bahwa sumber-sumber bias atau kesalahan dalam pengukuran dietary
assessment meliputi :

Tidak Adanya atau Kurangnya Respon Responden

Kurangnya respon (nonrespon) atau rendahnya kepatuhan dari responden yang mengakibatkan
bias yang signifikan dan hal ini dapat terjadi disemua jenis penilaian dalam dietary assesment.
Upaya yang sebaiknya dilakukan untuk meminimalkan angka nonrespon. Strategi yang dapat
dilakukan adalah dengan mengirimkan email atau menelpon untuk mengingatkan, dan pelatihan
pewawancara agar saat melakukan wawancara dilakukan dengan penuh kehangatan, pengertian
dan kepercayaan.

Bias dari Responden

Bias yang berasal dari responden biasanya muncul apabila responden salah pengertian terhadap
apa yang ditanyakan atau diminta oleh pewawancara, kecendrungan memberikan jawaban yang
bersifat socially desirable. Socially desirable adalah kecendrungan dari responden untuk
menghindari kritik dan kecendrungan untuk mendapatkan pujian. Sumber bias yang lain adalah
responden memberikan data kadang underreporting ataupun overreporting (Gibson, 2005).

Menurut Thomson & Subar, 2001 dalam penelitiannya bahwa bias yang sering terjadi pada
metode food records adalah terjadinya underreporting pada responden. Pada penelitian tersebut
underreporting terjadi pada responden dengan nilai BMI yang tinggi (BMI > 24) dan terutama
terjadi pada wanita. Keadaan ini juga ditemukan pada responden usia lanjut. Efek ini mungkin
terjadi karena responden tersebut melakukan diet ketat pada hari-hari tertentu. Penelitian lain
menunjukkan bahwa kondisi demografis dan psikologis mempengaruhi underreporting
responden seperti pendidikan, pekerjaan, pengaruh dari keinginan sosial, body image dan
pembatasan terhadap makanan. Penelitian yang dilakukan Mauer, et al dalam Thomson & Subar
bahwa ada beberapa jenis makanan yang cenderung underreporting oleh responden diantaranya
adalah seperti makanan penutup, kue-kue yang manis dan dipanggang, butter dan minuman
beralkohol, sedangkan yang dilaporkan lebih banyak adalah berupa biji-bijian, daging, salad dan
sayuran.

Menurut Siagian, 2010 menuliskan bahwa bias yang sering terjadi terutama untuk metode
penimbangan makanan adalah kuantitas konsumsi pangan yang diperoleh mungkin bukan
kuantitas konsumsi yang lazim (kebiasaan) karena responden mungkin mengubah jenis dan
jumlah pangan yang akan dikonsumsi karena ia tahu konsumsi pangannya sedang dinilai atau
diamati. Hal lain yang mungkin terjadi adalah subjek atau responden mengubah pola asupan
kebiasaannya untuk mempermudah penimbangan.

Bias dari Pewawancara


Sumber bias dari pewawancara biasanya meliputi kesalahan menggunakan pertanyaan probing,
kesalahan dalam mencatat respon responden, kehilangan fokus, bias yang berhubungan dengan
persiapan wawancara, adanya gangguan, kepercayaan diri dan kerahasiaan responden. Bias dari
pewawancara ini dapat terjadi disepanjang penelitian dan subjek, dan atau sistematis untuk
pewawancara tertentu. Bias ini bisa jadi terjadi sebagai interaksi antara pewawancara tertentu
dengan responden tertentu pula. (Gibson, 2005). Dalam food records khususnya untuk estimasi
makanan, sumber bias yang sering muncul adalah kesalahan yang dilakukan saat konversi
makanan masak kementah dan dari ukuran rumah tangga ke ukuran berat (gram) Supariasa,
2012).

Faktor Kelupaan pada Responden

Gangguan memori pada responden yang sering terjadi adalah responden gagal dalam mengingat
makanan yang biasa dikonsumsi dan dapat pula responden melaporkan makanan yang
sebenarnya tidak dikonsumsi pada saat recall tesebut dilakukan. Untuk mengurangi faktor
kelupaan yang terjadi pada responden dapat dilakukan dengan teknik pertanyaan probing &
standar Promting serta menggunakan alat bantu mengingat seperti alat bantu simulasi makanan
yang dari plastic atau tanah liat, gambar bahan makanan atau photo.

Estimasi Ukuran Porsi yang Kurang Tepat

Bias yang sering timbul adalah kegagalan responden dalam mengkuantitaskan secara akurat
jumlah makanan yang dikonsumsi, atau miskonsepsi dalam merata-ratakan ukuran porsi.
Menurut Young & Nestle, 1995 dalam Gibson 2005 bahwa Tiap responden memiliki
kemampuan yang berbeda dalam mengestimasi ukuran porsi yang akurat secara visual.
Umumnya perbedaan ini timbul secara independent karena perbedaan usia, berat badan, status
sosial, dan jenis kelamin tetapi mereka melakukannya pada jenis dan makanan yang bervariasi.
Kesalahan yang besar yang terjadi, sebagai contoh mengestimasi potongan daging yang
bentuknya tidak teratur. Menurut Weber et al. 1997 dalam Gibson 2005 bahwa ditemukan
kesalahan mengestimasi porsi daging (steak) hingga mencapai 80%.

Suplemen yang Digunakan

Suplemen yang biasanya dikonsumsi oleh responden juga harus dicatat dalam dietary
assessment. Untuk mendapatkan informasi yang akurat, biasanya nama merk harus diketahui.
Nama merk merupakan hal yang kritis karena antar merk memiliki variasi yang sangat besar.
Kesalahan dalam ketepatan mengkuantitatifkan dosis suplemen sangat berdampak dalam
estimasi dari intake zat gizinya. Dari beberapa penelitian yang dilakukan sering terjadinya
underreporting dalam menentukan dosis suplemen. Ditambah lagi faktor kimia dalam dietary
suplement dapat berpengaruh dalam biovailabilitas, sehingga lebih dianjurkan untuk mencatat
komposisi kimia dalam dietary supplement apabila itu memungkinkan.

Kesalahan dalam Penanganan Bahan Makanan Campuran

Sumber kesalahan yang umum terjadi dalam penanganan bahan makan campuran adalah
kesalahan yang terjadi selama bahan campuran masih dalam bentuk bahan mentah dan
selanjutnya dikonversi ke bentuk yang dapat dikonsumsi. Konversi biasanya meliputi faktor
menghitung rata-rata dari kedua perubahan berat karena pemasakan dan retensi zat gizi. Setelah
itu dilanjutkan dengan mengestimasi kuantitas dari bahan makanan campuran yang dikonsumsi
oleh subjek.

Berdasarkan beberapa bias yang sering muncul dalam pengumpulan data dietary assesment maka
Supariasa, 2012 menuliskan bahwa untuk mengurangi bias tersebut dapat dilakukan dengan cara
: menggunakan sampel dalam jumlah besar, ulangi pengukuran dalam intake konsumsi terhadap
subjek atau responden yang sama dalam beberapa waktu, dan usahakan selalu melakukan
kaliberasi terhadap alat-alat ukur. Pernyataan dalam Supariasa, 2012 ini lebih dilengkapi lagi
dalam Berdanier, 2008 yang menguraikan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
untuk mengurangi bias saat pengumpulan data. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Pertimbangan-pertimbangan Untuk Mengurangi Kesalahan Saat Pengumpulan Data


Assesment

No Sumber Kesalahan Potensial Food Records

1. Ingatan (memori) 1. Perlu adanya asisten pewawancara yang


melakukan pencatatan
2. Mendorong untuk mematuhi setiap
petunjuk dengan tepat

2. Ukuran Porsi 1. Perlunya alat bantu untuk mengestimasi


ukuran porsi
2. Alat timbang
3. Pelatihan responden

3. Keragaman hari pengumpulan 1. Memperbanyak hari pengumpulan data


data 2. Memasukkan hari-hari biasa dan hari
libur (akhir pekan)
3. Mengumpulkan data pada musim/waktu
yang berbeda

4. Bias Respon 1. Mengurangi beban responden


2. Membatasi hari pengumpulan data

5. Entri Data (Memasukkan Data) 1. Memasukkan data dengan tepat dan


memasukkan data sesuai aturan
2. Perlu adanya asisten pewawancara yang
melakukan pencatatan
3. Adanya panduan dan petunjuk probing
secara rinci
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita., S. Soetardjo dan M. Soekarti. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Arisman, 2009. Gizi Dalam Daur kehidupan. Edisi 2. EGC, Jakarta.

Berdanier, Carolyn D., J. Dwyer & E.B. Feldman. 2008. Handbook of Nutritional and Food.
Second Edition. CRC Press, New York.

Fahmida, Umi and Drupadi HS Dillon. 2007. Nutritional Assesment. Seameo-Tropmed RCCN
UI, Jakarta

Gibson, Rosalind S. 2005. Principles of Nutritional Assesment. Second Edition. Oxford


University Press Inc.

Gibson, Rosalinds S & Elaine L Ferguson. 2008. An Interactive 24-hours Recall for Assesing the
Adequacy of iron and Zink Intakes in Developing Countries. Harves Plus, Washington.

Nutrition & Diet Services. Daily Food Record Sampel. (http://www.nutrition-dietservices.com,


Online, diakses tanggal 5 Nopember 2012).

Supariasa, I Dewa Nyoman., B. Bakri dan I. Fajar. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.

Siagian, Albiner. 2010. Epidemiologi Gizi. Erlangga, Jakarta.

Thompson, Frances E & Amy F Subar. 2001. Dietary Assesment Methodology. National Cancer
Institute, Bethesda, Maryland.

(By Yetti Wira Citerawati SY)

Posted in Nutrition Assesment | Leave a comment


January 30, 2013 by adingpintar

Dietary Assesment (1)


Metode Dietary Assesment adalah suatu metode yang digunakan untuk mengkaji tanda awal dari
defisiensi zat gizi, termasuk didalamnya adalah asupan yang tidak adekuat. Karena alasan ini
informasi dari dietary assessment juga dapat memprediksi kemungkinan kekurangan zat gizi
yang nantinya dapat dikonfirmasi lebih lanjut dengan menggunakan metode yang lain seperti
penilaian biokimia, antropometri dan klinis (Fahmida & Dillon, 2007).

Terdapat dua metode yang digunakan dalam menilai konsumsi pangan baik itu untuk individual
maupun kelompok yaitu metode konsumsi harian kuantitatif dan kualitatif. Metode konsumsi
harian kuantitatif terdiri dari metode pencatatan (food record) yang terdiri dari (estimasi &
penimbangan) dan ingatan 24 jam (24 hour recall). Metode ini dirancang untuk mengukur
kuantitas pangan yang dikonsumsi individu selama kurun waktu satu hari. Dengan meningkatkan
jumlah hari pengukuran pada metode ini- perkiraan kuantitatif akan asupan aktual saat ini, atau
untuk periode waktu yang lebih lama- asupan kebiasaan individual dapat diperoleh. Penilaian
asupan kebiasaan (usual intake) terutama penting ketika menilai hubungan antara diet dan
parameter biologis. Metode konsumsi harian kualitatif terdiri dari metode riwayat makan (dietary
history) dan frekuensi konsumsi pangan (food frequency questionnaire, FFQ). Keduanya
memperoleh informasi retrospektif pada konsumsi pangan pada periode yang lama di masa yang
lalu. Metode ini lazim digunakan untuk menilai asupan kebiasaan pangan atau kelompok pangan
spesifik. Dengan modifikasi, metode ini dapat menyediakan data asupan kebiasaan zat gizi
(Siagian) & (Fahmida & Dillon, 2007).

Dalam Siagian, 2010 terdapat enam metode yang lazim digunakan untuk menilai konsumsi
pangan individu : (a) metode ingatan 24 jam (24-hours recall method), (b) metode pengulangan
ingatan 24 jam (repeated 24-hours recall method), (c) metode pencatatan makanan (food record
method), (d) metode penimbangan pangan (weighed food method), (e) metode riwayat makanan
(dietary history), dan (f) metode frekuensi konsumsi pangan (food frequency method). Makalah
ini akan menguraikan mengenai metode penilaian konsumsi pangan individual secara kuantitatif
yaitu metode pencatatan (food record) yang terdiri dari estimasi (estimated) dan penimbangan
(weighed).

( By Yetti Wira Citerawati SY)

You might also like