You are on page 1of 2

ARTI SEBUAH LILIN

Sebuah lilin kecil berada dalam genggaman seorang pria yang dengan penuh keyakinan ingin
menerangi orang lain. Dengan tangan yang pasti memegang lilin, pria itu menaiki sebuah mercusuar,
menaiki satu demi satu anak tangga dalam lorong panjang dan gelap. Suasana temaram. Satu-satunya
sumber cahaya hanya berasal dari lilin kecil tersebut.

Setapak demi setapak menaiki tangga, dalam perjalanan menuju puncak menara, lilin kecil itu merasa
khawatir. Dengan suasana kecil dan takut-takut ia bertanya pada pria itu, mau dibawa kemana saya?
Kemudian pria itu menjawab,"Kamu akan saya bawa ke atas menara untuk menerangi mercusuar ini,
agar kapal yang lewat bisa melihat arah dengan jelas, sehingga tidak sampai karam". Sedikit rasa
terkejut mendengar jawaban pria itu, kemudian lilin itu berkata,"Bagaimana mungkin saya yang kecil
ini bisa menerangi mercusuar ini, apalagi sampai bisa terlihat oleh kapal-kapal yang lewat". Kemudian
pria itu menjawab,"Percayalah pada saya".

Walau sedikit ragu, lilin itu pun terdiam, dan dengan penuh kepasrahan mengikuti pria itu menaiki
tangga. Sesampai di puncak menara, kemudia pria itu membuka kaca penutup lentera besar,
meletakkan lilin itu, dan menerangi lentera, sehingga dalam sekejap ruangan menjadi terang benderang.
Sinar cahaya dari lentera tersebut sampai keluar menara sehingga kapal-kapal yang lewat pun dapat
melihat pancaran cahaya yang berasal dari mercu suar.

Kita memang seorang manusia biasa yang mungkin tidak punya kelebihan apapun. Boleh kata,
keberadaan kita di dunia ini, ada atau tidak, dunia tidak terpengaruh sama sekali. Kita tidak punya
kekayaan sebanyak Sultan Bolkiah, kita pun tidak sepintar Albert Einstein, kita tak punya kekuasaan
apapun yang bisa merubah dunia ini. Sungguh arti keberadaan kita sebagai manusia awam sangat kecil
artinya dimata dunia. Namun walau begitu, Laumu tidak pernah memandang rendah diri kita sebagai
anakNya, anak yang pernah hilang, Laumu juga tidak pernah merupakan kita, sehingga Laumu
menurunkan Jalan Ketuhanan untuk kembali kepadaNya. Laumu mama memandang kita sebagai
emanasi Roh Suci-Nya, sehingga Laumu mempercayakan kita manusia awam yang tidak punya
kelebihan apapun, untuk mengemban tugas agung penyempurnaan Triloka. Suatu misi suci dan agung,
misi mulia yang hanya terjadi selama 129.600 tahun di bawah Ikrar Agung Buddha Maitreya. Diseluruh
alam semesta, seluruh jagad raya ini tak ada yang lebih agung, lebih mulia., lebih besar dari pada Misi
Penyempurnaan Triloka. Dan ini justru dipercayakan kepada kita manusia awam.

Kalau kita hanya mengandalkan diri kita dengan segala keterbatasan kita sebagai manusia, walau kita
mempunyai IQ 2000 sekalipun, tak akan mampu merubah dunia ini menjadi Bumi Suci. Sebaliknya
walau kita tidak pintar, kita tidak kaya, tapi kita punya keyakinan, kita punya tujuan, kita punya visi
dan misi dan kita mau menyerahkan diri kita sepenuhnya dalam pengaturan Laumu, maka tak ada yang
tak mungkin dimata Laumu. Masalahnya, maukah kita menyerahkan diri kita sepenuhnya dalam
pengaturan Laumu?

Orang bijak pernah berkata, tak mudah untuk membentuk seorang kader. Jauh lebih mudah 10 kali
menciptakan alam semesta ini dari membentuk seorang kader Laumu. Untuk menciptakan alam
semesta ini, Laumu cukup mengeluarkan FirmaNya, begitu pernyataan terciptalah ¡¥langit¡¦ maka
langit langsung tercipta, begitu seterusnya sampai seluruh alam semesta ini terbentuk. Namun untuk
membentuk seorang kader sejati. Laomu harus menyusun suatu skenario tertentu, menurunkan ujian
dan cobaan, memotifasi, memarahi, memuji dan memikirkan 1001 macam cara untuk menempa dan
mengemblengnya, sampai benar-benar terbentuk kader sejati.

Memang keberadaan kita sebagai manusia sangat kecil dimata dunia, namun kita akan menjadi besar
bila kita hidup dalam tangan Laumu. Walau kita hanya sekecil lilin kecil, dengan nyala redup-redup,
yang mungkin tak bisa menerangi mercusuar apalagi sampai luar mercusuar untuk menerangi kapal
yang lewat agar tidak karam. Asalkan kita percaya pada tangan Laumu yang membawa kita ke puncak
menara, asalkan kita percaya pada pengaturan Laumu atas diri kita, asalkan kita percaya bahwa ada
rencana tersendiri yang Laumu siapkan untuk kita, dengan segala keterbebasan dan kelebihan kita,
maka yang tak mungkin akan menjadi mungkin.
Jangan lupa baju yang kita pakai sebenarnya terbuat dari serat-serat benang yang dijalin menjadi
sepotong kain dan akhirnya menjadi pakaian. Jangan lupa rumah yang kita tinggali berasal dari butir-
butir pasir. Tanpa serat-serat benang, tak akan menjadi sepotong kain apalagi menjadi pakaian. Harus
ada serat benang dulu baru ada kain dan baju.

Sekecil apapun kita walau mungkin hanya sebutir debu yang di mata manusia tidak ada artinya,
percayalah, bahwa Laumu punya rencana tersendiri untuk kehadiranmu di dunia.

Namun harus kita sadari, jika kita telah menyadari kelemahan kita, kita harus bisa saling melengkapi.
Kalau kita sadar kita hanya serat benang, maka kita harus bergabung dengan serat-serat lain agar bisa
dijalin menjadi kain. Apalagi Misi Penyempurnaan Triloka ini yang begitu besar, begitu agung, begitu
mulia, juga perlu kerjasama semua pihak. Kerjasama,satu hati satu kebajikan, satu visi dan satu misi,
itulah yang terpenting

Terakhir maukan kita menjadi lilin kecil yang siap dibentuk, direncanakan? Dan yang terpenting, mari
kita bertanya dalam diri kita sendiri, sudahkah lingkungan saya menjadi terang oleh kehadiran saya
sebagai Pembina ? Mungkin sulit kalau mengandalkan kekuatan cahaya kita sendiri, maka kita butuh
lentera penerang Laumu untuk menjadi cahaya terang. SEMUANYA HANYA MASALAH MAUKAH
KITA UNTUK DIBENTUK DAN DIRENCANAKAN OLEH LAUMU?

Sumber :
PUSDIKLAT BUDDHIS MAITREYA

You might also like