You are on page 1of 15

PEMBUATAN PREPARAT APUSAN DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikroteknik


yang dibimbing oleh Drs. Soelisetijono, M. Si

Oleh :
Kelompok 3
Tita Putri Milasari (150342601163)
Offering GHI-K 2015

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2018
PEMBUATAN PREPARAT APUSAN DARAH

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk membuat preparat dan untuk mengetahui cara pembuatan preparat apusan
darah dengan menggunakan pewarnaan Wright.
2. Untuk membuat preparat dan untuk mengetahui cara pembuatan preparat apusan
darah dengan menggunakan pewarnaan Giemsa.

B. Dasar Teori
Pewarnaan wright digunakan untuk memeriksa morfologi sel darah merah
maupun sel darah putih untuk menghitung jenis sel darah putih (difcount). Pewarna
wright bisa ddidapatkan dalam bentuk serbuk maupun dalam bentuk cair siap pakai.
Sebelum digunakan pewarna wright serbuk hars dilarutkan dengan metanol 60 ml
untuk 0,1 gram serbuk wright. Setelah dilarutkan disimpan didalam botol berwarna
dan baru bisa digunakan setelah 10 hari penyimpanan. Dalam penyimpanan
usahakan botol tertutup rapat agar udara lembab tidak masuk kedalam, serta kocok
setiap hari botol (Subowo, 1992).
Giemsa adalah suatu reagen yang digunakan dalam pewarnaan giemsa. Tinta
giemsa terssun atas campuran pewarna eosin, methylene blue dan methylene azure.
Campuran methylene blue dan methylene azure kan membentuk aosinat yang
membuat hsil pewarnaan menjadi lebih stabil. Pewarnaan giemsa umumnya
digunakan untuk ewarnai parasitseperti Plasmodium penyebab malaria. Namun,
pewarnaan giemsa juga dapat digunakan dalam histologi karena dapat mewarnai
kromatin, membran inti sel, maupun komponen sel lainnya dengan kualitas yang
bagus (Rudyatmi, 2011).
Sebagai pewarnaan mikroskopis, nama giemsa sendiri diambil dari seorang
peneliti malaria Gustav Giemsa. Pewarnaan giemsa awalnya digunakan untuk
mendiagnostik histopatologis parasit malaria dan penyakit lainnya. Prinsip dari
pewarnaan giemsa adalah presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan larutan
metilen blue dan eosin yang dilarutkan didalam metanol. Pewarnaan giemsa ini
dilakukan untuk membedakan antara inti sel dengan morfologi sitoplasma dari sel
darah merah, sel darah putih, trombosit, maupun parasit yang terdapat didalam
darah. Pewarnaan giemsa merupakan pewarnaan yang paling bagus digunakan
untuk mengdentifikasi adanya parasit yang ada didalam darah (Marianti, 2010).
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah
dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit.
Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-
kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel
darah (Pearce, 2009).
Sel darah merah (eritrosit) berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7
mikron. Bentuk bikonkaf memungkinkan gerakan keluar masuk sel secara cepat dan
mudah. Berwarna kuning kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu zat
yang disebut sebagai hemoglobin. Sel darah merah tidak memiliki inti sel,
mitokondria dan ribosom. Hemoglobin pada eritrosit berfungsi untuk mengikat
oksigen (Handayani, 2008).
Sel darah putih (leukosit) memiliki bentuk yang dapat berubah ubah.
Mempunyai berbagai macam inti sel sehingga dapat dibedakan menurut inti selnya.
Fungsi leukosit adalah untuk mamfogosit penyakit maupun zat asing dalam tubuh.
Sel darah putih terdiri atas berbagai jenis seperti berikut (Handayani, 2008):
a. Granulosit
Memiliki granula kecil didalam protoplasmanya, diameternya sekitar 10-
12 mikron. Berdasarkan pewarnaan granula, granulosit terbagi menjadi
tiga, yaitu sebagai berikut (Handayani, 2008)
1. Neutrofil : granula tidak berwarna, memili inti sel yang terangkai
dengan jumlah lebih dari 2 (biasanya 4), kadang terpisah pisah,
protoplasmanya banyak berbintik bintik halus / bergranula, jumlahya
sekitar 60-70%
2. Eosinofil : granula berwarna merah dengan menggunakan pewarnaan
aam, bentuknya hampir sama dengan neutrofil, tetapi granula dalam
sitoplasmanya lebih besar, jumlahnya sekitar 24%.
3. Basofil : granula berwarna biru dengan menggunakan pewarnaan
basa, ukuran sel lebih kecil daripada eosinofil, mempunyai inti
dengan bentuk yang lebih teratur, didalam protoplasmanya terdapat
granula yang besar, jumlahnya sekitar 0,5%.
b. Agranulosit
Agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit (Handayani, 2008).
1. Limfosit : memiliki nukleus yang besar dan bulat, hampir menempati
seluruh sel. Sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe.
Ukurannya sekitar 7-15 mikron. Jumlahnya 20-25% dan berfungsi
untuk memfagosit benda asing yang masuk kedalam tubuh. Limfosit
ada dua macam, yaitu limfosit T dan limfosit B.
2. Monosit : memiliki ukuran yang lebih besar daripada limfosit,
protoplasmanya besar, berwarna biru sedikit abu abu, dan
mempunyai bintik sedikit kemerahan. Inti sel bulat atau panjang.
Monosit dibentuk didalam sumsum tulang, masuk kedalam sirkulasi
dalam bentuk imatur dan mengalami proses pematangan menjadi
makrofag setelah masuk kedalam jaringan. Jumlanya adalah sekitar
34% dari total komponen sel darah putih.
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
 Blood lanset
 Kaca benda
 Kaca penutup
 Beaker glass
 Cawan petri
 Pipet tetes
 Tusuk gigi
 Mikroskop
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
 Kapas
 Sampel darah
 Alkohol 70%
 Metanol absolut
 Zat warna wright
 Zat warna giemsa yang telah diencerkan dengan buffer fosfat Sorensen
dengan pH 6,8 selama 20 menit
 Akuades
 Entelan
 Xilol
 Tisu
D. Prosedur Kerja
Sediaan semir darah dengan pewarnaan wright
Membersihkan jari manis sebelah kiri dengan menggunakan kapasyang
telah dibasahi dengan alkohol 70% dan membiarkannya sampai kering.

Membersihkan blood lanset dengan alkohol 70%

Menusuk jari dengan blood lanset.

Menghapus darah yang keluar pertama kali dengan menggunakan kapas.

Meneteskan secara langsung darah yang keluar berikutnya diatas kaca


benda yang telah dibersihkan pada salah satu sisinya.
Menyentuhkan kaca benda baru pada tetesan darah membentuk sudut
30oC dengan kaca benda pertama
Mendorong tetesan darah ke ujung lain dengan cepat dan merata
sehingga terbentuk lapisan atau bayanagn darah yang tipis.

Membiarkan semir darah kering.

Meneteskan 3 tetes zat warna wright pada semir darah tersebut,


kemudian membiarkannya selama 1 menit.
Meneteskan akuades diatasnya sebanyak 3 tetes, kemudian
membiarkannya selama 3 menit.

Mencuci semir darah menggunakan air keran yang mengalir

Membiarkan semir darah sampai kering.

Melihat dengan mikroskop bagian preparat yang bagus, kemudian


menandai bagian tersebut.

Menetesi bagain yang bagus dengan entelan

Menutup preparat dengan kaca penutup.

Membersihkan sisa entelan dengan xilol


Sediaan semir darah dengan pewarnaan giemsa
Membersihkan jari manis sebelah kiri dengan menggunakan kapas yang
telah dibasahi dengan alkohol 70% dan membiarkannya sampai kering.

Membersihkan blood lanset dengan alkohol 70%

Menusuk jari dengan blood lanset.

Menghapus darah yang keluar pertama kali dengan menggunakan kapas.

Meneteskan secara langsung darah yang keluar berikutnya diatas kaca


benda yang telah dibersihkan pada salah satu sisinya.
Menyentuhkan kaca benda baru pada tetesan darah membentuk sudut
30oC dengan kaca benda pertama
Mendorong tetesan darah ke ujung lain dengan cepat dan merata
sehingga terbentuk lapisan atau bayangan darah yang tipis.

Membiarkan semir darah kering.

Merendam semir dengan metil alkohol absolut, membiarkan selama 5 -


10 menit dan membiarkan hingga kering.

Merendam semir dalam larutan zat warna giemsa selama 20 menit.

Mencuci semir darah menggunakan air keran yang mengalir.

Membiarkan semir darah sampai kering.

Melihat dengan mikroskop jika pewarnaan kurang bagus, merendam


kembali dalam zat warna selama 10-20 menit

Jika bagian preparat sudah bagus, menandai bagian yang bagus tersebut.

Menetesi bagian yang bagus dengan entelan

Menutup preparat dengan kaca penutup.

Membersihkan sisa entelan dengan xilol


E. Hasil dan Analisis
Tabel data pengamatan
No. Gambar Keterangan
Gambar Pengamatan Apusan Darah dengan A. Eritrosit
Pewarnaan Giemsa B. Leukosit

1.
(Sumber : dokumen pribadi)
Perbesaran 10 x 10
Gambar

Gambar Pengamatan Apusan Darah dengan A. Eritrosit


Pewarnaan Giemsa B. Neutrofil

A
2.

B
(Sumber : dokumen pribadi)
Perbesaran 40 x 10
Gambar

Gambar Pengamatan Apusan Darah dengan A. Eritrosit


Pewarnaan Giemsa B. Basofil

3. B

(Sumber : dokumen pribadi)


Perbesaran 10 x 10
Gambar
Gambar Pengamatan Apusan Darah dengan A. Eritrosit
Pewarnaan Giemsa B. Eosinofil

4.
(Sumber : dokumen pribadi)
Perbesaran 10 x 10
Gambar

Gambar Pengamatan Apusan Darah dengan A. Eritrosit


Pewarnaan Giemsa B. Monosit

5.
B

(Sumber : dokumen pribadi)


Perbesaran 40 x 10
Gambar

Gambar Pengamatan Apusan Darah dengan A. Eritrosit


Pewarnaan Wright

6. (Sumber : dokumen pribadi)


Perbesaran 40 x 10
Gambar

Pada preparat apusan darah dengan menggunakan pewarna giemsa yang


diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10 dapat dilihat adanya
eritrosit dan leukosit. Dalam satu bidang pandang, terdapat satu leukosit. Namun,
pada perbesaran tersebut tidak dapat dilihat jenis leukosit apa yang terdapat didalam
darah tersebut. Sel eritrosit nampak berbentuk bikonkaf, dengan adanya cekungan
pada bagian tengahnya. Pada preparat apusan darah dengan menggunakan pewarna
giemsa yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10 dapat
dilihat adanya eritrosit, neutrofil, basofil, eusinofil dan monosit. Eritrosit nampak
berbentuk bikonkaf, neutrofil nampak jelas terlihat dengan adanya inti didalam sel
yang berjumlah lebih dari satu, basofil dapat teramati dengan adanya granula
diseluruh bagian sel, eosinofil terlihat dengan adanya inti sel yang berjumlah dua.
Sedangkan monosit dapat dilihat dengan adanya inti sel tunggal.
Pada preparat apusan darah dengan menggunakan pewarna Wright, yang
dilihat dengan menggunakan mikroskop perbesaran 10 x 10 hanya eritrosit yang
dapat teramati pada preparat tersebut.

F. Pembahasan
Dalam pembuatan preparat apusan darah untuk mengetahui morfologi sel
darah, digunakan dua macam pewarnaan yaitu pewarnaan wright dan giemsa.
Dimana dalam kedua tipe pewarnaan tersebut masing masing mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Dalam proses pembuatan preparat apusan darah menggunakan
pewarna wright, lebih mudah dilakukan daripada prosedur yang dilakukan untuk
pewarnaan giemsa. Selain itu pembuatan preparat apusan dengan pewarna wright,
tidak membutuhkan waktu yang lama. Namun, pada umumnya hasil pewarnaan
dengan menggunakan pewarna wright kurang bagus. Sedangkan pada pembuatan
preparat dengan menggunakan pewarna Giemsa, umumnya menghasilkan hasil
pewarnaan yang lebih bagus dibandingkan dengan preparat apusan menggunakan
pewarna wright sehingga nampak jelas morfologi sel darah apabila damati dengan
menggunakan mikroskop, namun pada pembuatan preparat apusan darah dengan
pewarnaan Giemsa ini memiliki prosedur yang lebih sulit, serta dalam prosesnya
membutuhkan waktu lama, sehingga diperlukan praktikan yang terampil untuk
melakukannya (Handayani, 2017).
Pada pembuatan preparat apusan darah dengan menggunakan pewarna Giemsa,
digunakan reagen metil alkohol. Metil alkohol digunakan sebagai dehidran, atau
berperan dalam proses dehidrasi, yaitu pengeluaran air yang ada pada preparat.
Adanya air dalam preparat apabila tidak dihilangkan akan menyebabkan preparat
lebih cepat rusak. Zat warna giemsa dan wright digunakan untuk mewarnai sel
darah. Preparat yang sudah diwarnai selanjutnya dibasuh menggunakan air keran.
Fungsi dari pembasuhan preparat menggunakan air keran adalah untuk mengurangi
adanya pewarnaan yang terlalu pekat pada preparat. Diakhir pembuatan preparat,
akan digunakan entelan yang berfungsi sebagai perekat antara preparat dengan kaca
penutup. Sedangkan xilol digunakan untuk membersihkan sisa entelan dibagian
kaca penutup, maupun diluar kaca penutup yang dapat memengaruhi hasil
pengamatan preparat menggunakan mikroskop. Selain itu xilol juga dapat
digunakan untuk menjernihkan preparat (Sundoro, 2003).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan bahwa dalam preparat
apusan darah menggunakan pewarna Giemsa dapat diketahui adanya neutrofil,
basofil, eusinofil, monosit serta eritrosit. Eritrosit dalam preparat tersebut nampak
berbentuk bikonkaf atau cekung pada bagian tengahnya. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan yang diungkapkan oleh Handayani (2008), dimana menurut Handayani
bentuk bikonkaf akibat adanya intisel, mitokondria dan ribosom akan memudahkan
gerakan eritrosit ketika masuk dan melewati dan bergerak diantara sel. Neutrofil
dalam preparat dapat diketahui dengan adanya intisel yang berjumlah 4 hal tersebut
sesuai dengan yang dikatakan oleh Handayani (2008) dimana menurut Handayani
eritrosit memili inti sel yang terangkai dengan jumlah lebih dari 2 (biasanya 4), yang
kadang terpisah pisah. Neutrofil berfungsi untuk memfagosit benda asing yang ada
didalam tubuh. Basofil dalam preparat dapat dikenali dengan adanya granula dan
sel yang terdiri dari dua lobus. Basofil dalam tubuh salah satu fungsinya adalah
untuk memberi reaksi antigen dan alergi dengan cara mengaktifkan atau
mengeluarkan histamin sehingga akan terjadi peradangan pada kulit. Adanya
eusinofil dalam preparat dapat diketahui dengan bentuk sel yang terdiri dari dua
lobus. Eosinofil berfungsi sebagai antibodi. Monosit dalam preparat dapat dengan
mudah dikenali akibat ukurannya yang relatif besar. Monosit dalam tubuh memiliki
fungsi untuk memfagosit zat asing yang adal didalam tubuh (Juwono, 2000). Dalam
pewarnaan wright, hanya ditemukan eritrosit dalam preparat, hanya ditemukannya
eritrosit dalam preparat dikarenakan kualitas pewarnaan yang kurang bagus,
sehingga leukosit tidak dapat terlihat dengan jelas, seperti pada pewarnaan giemsa.
Dalam melakukan praktikum pembuatan preparat apusan darah dengan
menggunakan pewarna Giemsa dan Wright ini banyak sekali ditemukan kendala,
antara lain adalah terlalu tebalnya preparat saat menyemir darah, sehingga hasil
gambar kurang bagus. Selain itu preparat putus-putus, atau tidak rata, sehingga akan
menurunkan kualitas gambar pada preparat jika diamati menggunakan mikroskop.
Hal lain seperti kesalahan dalam penambahan reagen serta waktu yang tidak sesuai
prosedur juga dapat memengaruhi hasil pewarnaan preparat. Sebaiknya pada saat
melakukan praktikum, diwajibkan praktikan untuk selalu fokus, agar tidak salah
pada saat pemberian reagen dan perhitungan waktu, selain itu pada saat menyemir
darah diusahakan hati hati dan tidak tremor agar preparat tidak putus putus dan dapat
semiran darah yang tipis.

G. Kesimpulan
1. Pembuatan preparat apusan darah dengan menggunakan pewarnaan wright,
merupakan suatu teknik pewarnaan yang mudah dilakukan, namun hasil dari
preparat apusan darah dengan pewarnaan wright kurang bagus.
2. Pembuatan preparat apusan darah dengan menggunakan pewarna giemsa,
merupakan suatu teknik pewarnaan yang dapat menghasilkan hasil pewarnaan
preparat yang bagus, namun proses dalam pewarnaan giemsa lebih sulit jika
dibandingkan dengan pewarnaan wright.
DAFTAR RUJUKAN

Handayani, Nursasi. 2017. Petunjuk Praktikum Mikroteknik Hewan. Malang:


Universitas Negeri Malang
Handayani, Wiwik., Haribowo, Andi Sulistyo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Juwono., Achmad. 2000. Biologi Sel.Semarang: Buku kedokteran GGC.
Marianti, Aditya. 2010. Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan. Semarang : Biologi
FMIPA UNNES.
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Rudyatmi, Eli. 2011. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA
UNNES.
Subowo. 1992. Histologi Umum. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Sundoro, S.H. 2003. Metode Pewarnaan (Histologis dan Histokimia).Jakarta:
Bhrataro Karya Aksara.

You might also like