You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

: “PENYAKIT CROHN”
Posted on September 7, 2013 by mikimikiku
Standar
Sistem Pencernaan

BAB I
PENDAHULUAN

1. A. LATAR BELAKANG
Penyakit-penyakit inflamatorik kolon atau penyakit penyakit radang usus besar(
Inflammatory Bowel Diseases) dapat dibagi dalam dua golongan :

1. Penyakit radang kolon karena infeksi

2. Penyakit radang kolon karena non-infeksi.

Penyakit infeksi disebabkan karena kuman Shigella, ameba


dan sebagainya.Yang akan dibahas sekarang adalah penyakit radang kolonyang non-
infeksi atautidak jelas disebabkan karena infeksi.Walaupun kasus ini tidak begitu
sering dijumpaidiIndonesia dibandingkan dengan negara-negara Barat, akantetapi
justru karena hal ini,maka penyakit tersebut seringkurang mendapat perhatian oleh
dokter di Indonesia,sehingga diagnosa menjadi salah dan pengobatan tidak diberikan
dengan tepat.
Pada tahun 1932, Chorn, Ginzberg dan Oppenheimer mendeskripsikan penyakit
Chorn dengan melokalisasi segmen ileum dan mempengaruhi gastrointestinal
lainnya. Kondisi ini kemudian di dokumentasikan bahwa enteritis regional bisa
melibatkan bagian manapun dari saluran gastrointrstinal.

Di Amerika Serikat prevalensi enteritis regional adalah sekitar 7 kasus per 100.000
penduduk. Insiden dan prevalensi enteritis regional atau terutama colon tampaknya
terus meningkat selama 5 dekade terkhir, terutama dibagian iklim utara. Tingkat
insiden di Eropa berkisar 0,7 – 9,8 kasus per 100.000 orang, di Asia berkisar 0,5 – 4,2
per 100.000, dan tingkat kasus baru yang terendah muncul di Afrika Selatan (0,3 – 2,6
per 100.000) dan Amerika Latin (0 – 0,03 per 100.000) (Arif Muttaqin, 2001).
B. TUJUAN
Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui konsep dasar dan teori penyakit Chorn

2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan penyakit Chorn

Tujuan Khusus

1. Untuk melengkapi tugas sistem pencernaan

2. Untuk pustaka dalam pengumpulan materi S1 Keperawatan

C. METODE
1. Metode kajian pustaka

2. Metode penulusan dari iternet

3. Metode penggunaan eBook

BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR PENYAKIT Crohn

1. PENGERTIAN PENYAKIT CROHN


Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan sub-akut yang meluas keseluruh lapisan
dinding usus dari mukosa usus, ini di sebut juga transmural .

(brunner&suddarth.2002. keperawatan medical bedah.edisi 8.vol 2:1105)


Penyakit crohn merupakan salah satu penyakit usus inflamatorik, yang dapat
menyerang seluruh bagian saluran gastrointestinal , mulai dari mulut (berupa
stomatitis) sampai lesi pada anus.

(arif mansjoer, dkk .2001.kapita selekta kedokteran. Edisi ketiga.jilid 1: 497)


Crohn disease adalah suatu inflamasi transmural gangguan dari saluran system
pencernaan.

(Grace.P.A.2002. Surgery at a Glance second edition:95)

Enteritis regional(penyakit crohn) merupkan suatu penyakit peradangan


granulomatosa kronis pada saluran cerna yang sering terjadi berulang.

(price, and Wilson. 2006. Patofisiologi konsep penyakit klinis proses-proses


penyakit:446)

1. B. EPIDEMIOLOGI
Laki-laki atau perempuan 1:1,6 terjadi pada usia muda . Angka kejadian tertinggi
paling banyak pada orang Eropa dan orang-orang Yahudi. (Grace.P.A.2002. Surgery
at a Glance second edition:95)

Secara umum Crohn’s disease merupakan penyakit bedah primer usus halus, dengan
insidens sekitar 100.000 kasus per tahun. Insidens tertinggi didapatkan di Amerika
Utara dan Eropa Utara. Di Amerika Serikat, dan Eropa Barat insidens Crohn’s disease
mencapai 2 kasus per 100.000 populasi, dengan prevalensi sekitar 20 – 40 kasus per
100.000 populasi . Dilaporkan bahwa telah terjadi peningkatan insidens Crohn’s
disease secara dramatis di Amerika Serikat antara tahun 1950-an hingga 1970-an,
untuk selanjutnya menjadi stabil pada tahun 1980-an .

Menurut jenis kelamin, insidens Crohn’s disease lebih tinggi pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki, dengan rasio 1,1 – 1,8 : 1. Beberapa ahli percaya
bahwa distribusi jenis kelamin ini berhubungan dengan proses-proses autoimun yang
terjadi pada Crohn’s disease

Crohn’s disease mempunyai 2 puncak insidens berdasarkan kelompok usia. Puncak


insidens pertama adalah pada 18 – 25 tahun. Puncak usia berikutnya adalah antara
60 – 80 tahun. Pada pasien yang berusia lebih muda dari 20 tahun Crohn’s disease
lebih banyak menyerang usus halus, sedangkan pada yang berusia diatas 40 tahun
Crohn’s disease lebih banyak menyerang colon. Penyebab perbedaan lokasi penyakit
ini tidak diketahui .
Meskipun Crohn’s disease dapat menyerang setiap bagian dari saluran cerna, namun
terdapat tiga lokasi primer baik secara klinis maupun anatomis yang paling sering,
yaitu hanya usus halus saja (30%), usus halus bagian distal dan colon (45%), dan
hanya colon saja (25%). 30% dari seluruh kasus Crohn’s disease terjadi bersamaan
dengan penyakit rektal, dan 33 – 50% terjadi bersamaan dengan penyakit perianal
seperti fisura ani, abses perianal, dan fistula perianal

1. ETIOLOGI
Etiologi dari Penyakit Corhn :

1. Masih belum diketahui


2. Kelemahan sel- system imun yang melemah
3. Factor genetic tapi belum diketahui secara pasti
4. Adanya infeksi mycrobakterium atau virus akibat hypersensitivitas.
5. Perokok pasif maupun pasif bisa beresiko
(Grace.P.A.2002. Surgery at a Glance second edition:95)

1. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang paling sering timbul adalah sebagai berikut :

1. Nyeri abdomen
2. Diare yang tidak hilang dengan defekasi, terjadi pada 90% pasien .
3. Jaringan parut dan pembentukan granuloma mempengaruhi kemampuan usus
untuk menstranspor produk dari pencernaan usus atas melalui lumen
terkonstriksi mengakibatkan nyeri abdomen seperti kram . karena peristaltic
usus di rangsang oleh makanan, nyeri terjadi setelah makan. Untuk
menghindari nyeri, pasien cenderung untuk membatasi masukan makanan ,
mengurangi jumlah dan jenis makanan sehingga kebutuhan nutrisi normal
tidak terpenuhi.
4. Penurunan berat badan ,malnutrisi, 3nemia sekunder.akibatnya individu
menjadi kurus karena masukan makanan tidak adekuat dan cairan hilang
secara terus-menerus.
5. Usus yang terinflamasi dapat mengalami perforasi dan membentuk abses anal
dan intra-abdomen . terjadi demam dan leukositosis. Abses ,fistula, dan fisura
umum terjadi.
6. Perjalan klinis dan gejala bervariasi. Pada beberapa pasien terjadi periode
remisi dan eksaserbasi, sementara yang lain mengikuti beratnya penyebab.
7. Gejala meluas keseluruhan saluran gastrointestinal dan umumnya mencakup
masalah sendi(arthritis),lesi kulit(eritema nodosum),gangguan
okuler(konjungtivitis), ulkus oral.

(brunner&suddarth, keperawatan medical bedah.vol 2:1105)

1. PATOFISIOLOGI
Enteritis regionl/ penykit crohn umumnya terjadi pada remaja atau dewasa muda ,
tetapi dapt terjadi kapan sja selama hidup. Keadaan ini sering terlihat pada populasi
lansia (50-80 tahun). Meskipun ini dpat terjdi dimana saja disepanjang sluran
gastrointestinal , area paling umum yang sering terkena adalah ileum distl dan kolon.

Enteritis regional dalah penykit inflamasi kronois dan subakut yang meluas keseluruh
lapisan dinding usus dari mukosa usus, ini disebut juga transmural. Pembentukan
fistula . fistula dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalam peritoneum . lesi
(ulkus)tidak pada kontak terus menerus satu sama lain dipisahkan oleh jaringan
normal. Granuloma terjadi pada setengah kasus . pada kasus lanjut mukosa usus
mempunyai penampilan (coblostone) dengan berlanjutnya penyakit , dinding usus
menebal dan menjadi fibrotic dan lumen usus menyempit.

(brunner&suddarth, keperawatan medical bedah.vol 2:1105)

Manifestasi pada penyakit Corhn akan terjadi nyeri abdoemn menetap dan diare yang
tidak hilang dengan defeksi. Diare terjadi pada 90% pasien. Jaringan parut dan
pembentukan granuloma mempengaruhi kemampuan usus untuk mentraspor produk
dari pencernaan usus atas melalu lumen yang terkonstriksi, mengakibatkan nyeri
abdomen berupa kram. Gerakan peristaltik usus dirangsang oleh makan sehingga
nyeri kram terjadi setelah makan. Untuk menghindari nyeri kram ini, pasien cenderung
untuk membatasi masukan makanan, mengurangi jumlah dan jenis makanan
sehingga kebutuhan nutrisi normal tidak terpenuhi. Akibatnya adalah penurunan berat
badan, malnutrisi, anemia sekunder. Selain itu, pembentukan ulkus dilapisan
membran usus dan ditempat terjadinya inflamasi akan menghasilkan rabas pengiritasi
konstan yang dialirkan ke kolon dari usus yang tipis, bengkak, yang menyebabkan
diare kronis. Kekurangan nutrisi dapat terjadi akbiat absorbsi terganggu. Malabsorbsi
terjadi sebagai akibat hilangnya fungsi penyerapan permukaan mukosa. Fenomena
ini dapat mengakibatkan malnutrisi protein – kalori, dehidrasi dan beberapa
kekurangan gizi.

1. KOMPLIKASI
Obstruksi usus atau pembentukan striktur, penyakit perianal , ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit , dan pembentukan fistula serta abses . fistula adalah hubungan
abnormal antara dua struktur tubuh , baik internal (antara dua struktur internal dan
permukaan luas dari tubuh ). Jenis fistula usus halus yang paling umum yang
diakibatkan oleh enteritis regional adalah fistula enterokutan (antara usus halu dan
kulit). Abses dapat berasal dari jalur fistula internal yamg kemudian masuk kedalam
area yang mengakibatkan akumulasi cairan dan infeksi.

(brunner&suddarth, keperawatan medical bedah.vol 2:1108)

1. G. PROGNOSIS
Beberapa penderita sembuh total setelah suatu serangan yang mengenai usus
halus.Tetapi penyakit Crohn biasanya muncul lagi dengan selang waktu tidak teratur
sepanjanghidup penderita. Kekambuhan ini bisa bersifat ringan atau berat, bisa
sebentar atau lama.Mengapa gejalanya datang dan pergi dan apa yang memicu
episode baru atau yangmenentukan keganasannya tidak diketahui.Peradangan
cenderung berulang pada daerah usus yang sama, namun bisamenyebar pada
daerah lain setelah daerah yang pernah terkena diangkat
melaluipembedahan.Penyakit Crohn biasanya tidak berakibat fatal. Tetapi beberapa
penderita meninggalkarena kanker saluran pencernaan yang timbul pada penyakit
Crohn yang menahun.
(http://www.scribd.com/doc/101327839/Makalah-Crohn)

– Crohn disease adalah penyakit inflamasi kronis , dan berulang dari aktifasi
penyakit yang bisa muncul kembali.
– 75% dari pasien akan dilakukan tindakan operasi suatu waktu

– 60% dari pasien akan dilakukan tindakan lebih dari satu kali operasi/bisa
berkali-kali dilakukan operasi

– Harapan untuk hidup dari pasien crohn disease kecil berbeda dari jumlah
penduduk normal

(Grace.P.A.2002. Surgery at a Glance second edition:95)

1. PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan umum
Koreksi anemia , malnutrisi, dehidrasi

Diet rendah serat, suplementasi vitamin, besi, atau asam folat.

1. Penatalaksanaan famakologi
– 5-Aminosalicylic acid (5ASA mesalazine). Ini adalah senyawa dari aksi local
anti-inflamasi, terutama pada colon, dan dapat pangaturan rectal atau oral.
Perlambatan perumusan pelepasan(pentasa atau asacol) melarutkan di dalam kolon
, pada saat mentransrifkan pembentukan dari 5ASA (sulphasalazine,osalazine,dan
basalazine) adalah pelepasa enzim di dalam colon oleh bakteri.

– Corticosteroids ,terapi steroid biasanya efektif mempengaruhi remisi dan


bisa digunakan terutama untuk pengobatan penyakit yang akut dan sudah mulai
adanya pembusukan. Itu mungkin dapat diatur oleh parenteral,oral, dan rectal.
Memperpanjang pengobatan steroid sistemik banyak efek yang merugikan.
Mrncangkup memperburuk osteoporosis . budesonide adalah sintetik steroid proses
metabolisme dengan cepat oleh liver. Menghasilkan level sistemik yang lebih rendah,
dan kemungkinan itu sebagai partikel yang efektif dari penyakit terminal crohn
disease.
– Immunosuppressives, obat seperti azathioprine, 6-mercaptopurine dan
methotrexate dapat digunakan , terutama ketika sering mengalami relaps
mengharuskan mengulangi pengobatan steroid.

– Antibiotic , metronidazole , mungkin membujuk remisi dari beberapa


penyebab crohn disease tapi ini tidak efektif di ulseratif colitis.

– Probiotik , bacteria yang hidup, untuk memperbaiki dari keseimbangan flora


normal pada usus, telah digunakan untuk pengobatan dengan berhasil.

(keshaf, satish.2004.the gastrointestinal system at a glance:79)

1. Pembedahan
Pembedahan Panproctocolectomy (ppemotongan colon dan rectum) adalah
penyembuhan untuk colitis ulseratif dan digunakan sebagai tempat beristirahat
selanjutnya untuk penyakit ringan atau dimana timbul dysplasia. Crohn disease
hampir tanpa terkecuali setelah operasi. Oleh karena itu ,penggunaan prosedur bedah
lebih besar terbatas. Contohnya pengurangan tanda dan gejala penyempitan atau
terjadi abses.

(keshaf, satish.2004.the gastrointestinal system at a glance:79)

Lebih dari 80% pasien yang telah lama menderita penyakit Crohn akan menjalani
operasi walaupun operasi tak mencegah rekuensi , namun dapat menghilangkan
gejala dalam waktu lama.

(arif mansjoer, dkk .2001.kapita selekta kedokteran. Edisi ketiga.jilid 1: 498)

1. I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium adalah kadar hemoglobin, hematokrit, kadar besi serum


untuk menilai kehilangan darah dalam usus, laju endap darah untuk menilai aktivitas
inflamasi serta kadar alumin serum untuk status nutrisi, serta C reactive protein yang
dapat dipakai juga sebagai parameter aktivitas penyakit
2. Endoscopy

Penyakit crohn dapat bersifat transmural, segmental dan dapat terjadi disaluran cerna
bagian atas, usus halus ataupun colon.

3. Radiologi

Barium kontas ganda dapat memperlihatkan striktur, fistula, mukosa yang iregular,
gambaran ulkus dan polip, ataupun perubahan distenbilitas lumen kolon berupa
penebalan dinding usus. Peran Ct Scan dan ultrasonografi lebih banyak ditujukan
pada penyakit crohn dalam mendeteksi adanya bases ataupu fistula.

4. Histopatologi

Spesimen yang berasal dari operasi lebih mempunyai nilai diagnostik daripada
spesimenyang diambil secara biopsi per – endoskopik. Terlebih lagi bagi penyakit
crohn yang lesinya bersifat transmural sehingga tidak dapat dijangkau dengan teknik
biopsi per-endoscopik. Gambaran khas untuk penyakit crohn adanya granuloma
tuberculoid (terdapat 20 – 40% kasus) merupakan hal yang karakteristik disampung
adanya infiltrasi sel makrofag dan limfosit di lamina profia serta ulserasi yang dalam.

5. MRI

Dapat lebih unggul daripada Ct Scan dalam menunjukkan lesi panggul. Oleh karena
kadar air diverensia, MRI dapat mebedakan peradangan aktif dari fibrosis dan dapat
membedakan antara inflamasi serta lesi fibrostenosis penyakit crohn.

6. Colonoscopy

Dapat membantu ketika barium enema satu kontras belum informatif dalam
mengevalusia sebuah lesi kolon. Kolonoscopy berguna dalam memperoleh jaringan
biopsi, yang membantu dalam diferensiasi penyakit lain, dalam evaluasi lesi masa,
dan dalam pelaksanaan surveilans kanker. Colonoscopy juga memungkinkan
mefisualisasi fibrosis striktur pada pasien dengan penyakit kronis. Selain itu,
colonoscopy juga dapat digunakan dalam periode pasca operasi bedah untuk
mengevaluasi anastomosis dan meprediksi kemungkinan kambuh klinis serta respon
terhadap terapi pasca operasi.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. A. PENGKAJIAN
2. Riwayat kesehatan
Pasien melaporkan tanda gejala awalnya seperti diare tapi belum terjadi perdarahan
pada fases(3-5 dengan konsistensi cair /hari), kelelahan,anorexia,nyeri abdomen
yang hilang timbul. Jika penyakit tersebut berkembang cepat biasanya pasien
mengalami nyeri pada abdomen yang menetap dan terus-menerus pada kuadran
kanan bawah, kehilangan berat badan, kelelahan yang lebih berat, dan demam ringan.
Beberapa pasien bisa terjadi penurunan turgor kulit di sekitar parineal dan area sekitar
rectal.

1. Pemeriksaan fisik
Karena crohn disease adalah penyakit inflamasi kronis yang mempengaruhi dari
sistem saluran pencernaan dan menyebabkan anorexia,diare yang berkepanjangan,
masalah malnutrisi dan dehidrasi. Inspeksi tentang kehilangan/kerontokan
rambut,kulit kering,membran mukosa yang lembab, turgor kulit yang buruk,kelemahan
otot dan lesu. Inspeksi juga daerah perianal untuk mengetahui ada tidaknya tanda-
tanda dari pembentukan fistula.

Palpasi daerah abdomen mengetahui ada/tidaknya nyeri


tekan,kelembutan,pembesaran. Umumnya terdapat nyeri tekan pada abdomen
kuadran kanan bawah, tetapi catat: intensitas,jenis nyeri,dan lamanya nyeri.
Auskultasi area abdomen untuk mendengar bising usus. Seringkali, hiperaktifitas
peristaltik usus akan dicatat sebagai peristiwa inflamasi yang akut.

1. Psikososial
Akibat dari peradangan yang kronis dan tubuh yang mulai melemah karena berbagai
tanda gejala yang muncul, kira-kira dengan seringnya pasien dirawat di rumah sakit,
sering kali menunjukan hasil pada masalah psikologi dan isolasi sosial. Pengkajian
mekanisme koping , sebaiknya diberikan dukungan/support system.

(Sommers,Susan,dkk.2007. Disease And Disorders A Nursing Therapeutics


Manual:253)

1. Diagnosa keperawatan utama


Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia, diare,dan berkurangnya
absorbsi dari usus.

Hasil :

Status nutrisi: makanan dan cairan yang masuk, pemasukan nutrisi, pemeriksaan
lab/biochemical , massa tubuh(IMT), energi, pengeluaran fases, daya tahan
tubuh/sistem imun.

1. Intervensi
Pengaturan nutrisi:

– Terapi nutrisi, penasehat nutrisi dan memonitoring

– Pengaturan cairan dan elektrolit

– Pengobatan medis, memberi makan melalui selang(NGT), terapi intravena


,pelaksanaan nutrisi total parenteral

(Sommers,Susan,dkk.2007. Disease And Disorders A Nursing Therapeutics


Manual:254)
1. Perencanaan dan Implementasi
2. Pengobatan medis
Banyak dari penatalaksanaan medis yang utama dari pengobatan . selama periode
pembusukan yang akut, usus besar harus ”diistirahatkan” sangat penting untuk
meningkatkan angka kesembuhan. Usus diistirahatkan dapat dicapai dengan
menempatkan NPO pasien dengan pelaksanaan dari nutrisi total parenteral untuk
pemenuhan kebutuhan cairan,nutrisi, dan elektrolit. Suatu masalah yang akut akan
surut dan tanda gejala mulai berkurang. Diet yang tinggi protein , vitamin , dan calori
yang sudah ditentukan. Diet pasien diharuskan seimbang, dan tambahan suplemen
berserat dari penyakit colonic: mengurangi konsumsi makanan yang kasar biasanya
mengindikasikan pasien dengan gejala obstruksi. Mengurangi sisa, bebas susu
biasanya mentoleransi makanan dengan baik.

1. Pembedahan/operasi
Operasi , lebih dulu bukan intervensi yang utama, kemungkinan menjadi kebutuhan
untuk penyakit pasien yang mengalami komplikasimseperti : perforasi
usus,abses,obstruksi usus,fistula,atau perdarahan dan untuk penatalaksanaan yang
tidak berespon konservatif seperti gizi/nutrisi dan terapi obat. Sekitar 60% keadaan
penyakit kambuh kembali dari proses intervensi tindakan operasi yang telah
dilakukan. Beberapa reksesi (penghapusan sebagian organ atau struktur tubuh
lainnya) juga dapat menyebabkan sindroma usus pendek,menegaskan sebagai
sebagai malabsorbsi dari cairan ,elektrolit, dan nutrisi, yang mana akan menyebabkan
penurunan nutrisi. Sindrom tersebut terjadi ketika kehilangan lebih dari 150 cm fungsi
dari saluran usus kecil secara tetap.

(Sommers,Susan,dkk.2007. Disease And Disorders A Nursing Therapeutics


Manual:254)

1. Tindakan mandiri
Fokus dari asuhan keperawatan pada dukungan terhadap pasien yang mengalami
masalah yang sudah akut dari inflamasi dan mengajarkan langkah-langkah
pencegahan serangan inflamasi di kemudian hari. Mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien adalah hal yang sangat penting. Mendorong
pasien untuk minum 3000 ml air/hari, keuali ada kontraindikasi tertentu. Menerapkan
langkah-langkah untuk mencegah turgor kulit turun diarea parianal.

Menyediakan waktu istirahat yang sering . mempertahankan status nutrisi yang


adekuat dengan menghitung jumkah kalori . Perhitungan yang lain termasuk
membantu pasien dengan menjaga kebersihan mulut. Menyediakan waktu untuk
makan dan diselingi dengan waktu istirahat yang cukup setiap hari. Monitoring nutrisi
cairan total parenteral intravena yang di resepkan . dan pasien tidak ada indikasi pada
level dari serum albumin.

Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya dan merujuk pasien untuk


konseling lebih sering sesuai dengan kebutuhan pasien. Bisa juga mendiskusikan
langkah mengurangi keadaan stress dan kecemasan hidup dengan pasien dan
keluarga.

1. Pedoman dokumentasi
a) Membuktikan stabilitas dari tanda-tanda vital,status hidrasi, suara bising
usus/peristaltic usus,dan elektrolite.

b) Respon terhadap pengobatan : toleransi terhadap makanan, kemampuan untuk


makan dan memilih makanan yang seimbang dengan benar, berat badan dapat naik
atau turun.

c) Lokasi, intensitas, dan frekuensi dari nyeri ,factor yang dapat menghilangkan
nyeri.

d) Angka kejadian diare dan karakteristik dari tinja.

e) Adanya komplikasi : fistula, turgor kulit menurun, pembentukan abses, proses


inflmsi.

(Sommers,Susan,dkk.2007. Disease And Disorders A Nursing Therapeutics


Manual:254)

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah
peradangan menahun pada dinding usus. Etiologi Penyakit Crohn tidak diketahui.
Penelitian memusatkan perhatian pada tiga kemungkinan penyebabnya, yaitu :

1. Kelainan fungsi sistem pertahanan tubuh.


2. Infeksi.
3. Makanan.
Penyakit Crohn dapat terjadi dimanasaja disepanjang saluran gastrointestinal, area
paling umum yang serin terkena adalah ilium distal dan kolon.

Gejala-gejala Penyakit Crohn pada setiap penderitanya berbeda, tetapi ada 4 pola
yang umum terjadi, yaitu :

1. Peradangan : nyeri dan nyeri tekan di perut bawah sebelah kanan.


2. Penyumbatan usus akut yang berulang, yang menyebabkan kejang dan nyeri
hebat di dinding usus, pembengkakan perut, sembelit dan muntah-muntah.
3. Peradangan dan penyumbatan usus parsial menahun, yang menyebabkan
kurang gizi dan kelemahan menahun.
4. Pembentukan saluran abnormal (fistula) dan kantung infeksi berisi nanah
(abses), yang sering menyebabkan demam, adanya massa dalam perut yang
terasa nyeri dan penurunan berat badan.
Komplikasi pada kasus yang menahun, timbul striktura yang menyebabkan obstruksi,
fistel-fistel antara usus dan usus kecil atau antara usus dan kandung kemih atau fistel
antara usus dan kulit. Pengkajian dan diagnosis yang tepat akan mempermudah
pengobatan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis berharap kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddarth.2002. keperawatan medical bedah edisi 8 vol 2. Jakarta : EGC


Grace.P.A.2002. Surgery at a Glance second edition.blackwell science Ltd
keshaf, satish.2004.the gastrointestinal system at a glance.Blackwell Publishing
Company
Lemone,Priscilla, dan Karen Burke.2004.Medical Surgical Nursing Critical thinking in
client care third edition.USA: Pearson Education.
Mansjoer, arif dan kuspuji triyanti, dkk.2001.kapita selekta kedokteran Edisi ketiga jilid
1.jakarta.media Aesculapius.
price, and Wilson. 2006. Patofisiologi konsep penyakit klinis proses-proses
penyakit.jakarta:EGC
Sommers,Susan,dkk.2007. Disease And Disorders A Nursing Therapeutics Manual
third edition.USE: F.A David Company
http://www.scribd.com/doc/101327839/Makalah-Crohn/2011/2012

NANDA internasional Diagnosa Keperawatan 2012-2014.2012.Jakarta: EGC

You might also like