You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Minuman keras (miras) adalah seluruh jenis minuman yang
mengandung zat adiktif (alkohol). Alkohol adalah obat psikoaktif yang paling
banyak digunakan. Lebih dari 13 juta orang menganggap dirinya pecandu
alkohol (alkoholic). Fenomena penggunaan minuman keras di kalangan
remaja semakin meningkat. Menurut laporan World Health Organization
(WHO) pada tahun 2011 terdapat 2,5 juta penduduk dunia meninggal akibat
mengkonsumsi minuman keras. Sebesar sembilan persen angka kematian
tersebut terjadi pada orang muda berusia 15 - 29 tahun. Di Indonesia tahun
2011 sebagian besar korban penyalahgunaan minuman keras adalah remaja
yang terbagi dalam golongan umur 14 - 16 tahun(47,7 %) golongan umur 17 -
20 tahun (51 %) dan golongan umur 21 - 22 tahun (31 %) dan berdasarkan
hasil survei dinas penelitian dan pengembangan polri memperlihatkan bahwa
pemakaian narkotika dan minuman keras di Indonesia terbanyak dari
golongan pelajar baik SLTP/SLTA (Wulan, 2013: 2).
Memahami kalangan remaja berarti memahami berbagai masalah dan
kesulitan yang dialaminya dengan pemahaman itu maka akan membantu kita
sebagai orang tua, pendidik, dan masyarakat agar masalah kebiasaan minum-
minuman keras dikalangan remaja tidak akan berkepanjangan dan bertambah
parah.
Pada saat ini berbagai berbagai bentuk kenakalan yang terjadi pada
remaja bukan lagi bersifat nakal, tidak lagi memperlihatkan ciri-ciri
kenakalannya tetapi sudah menjerumus pada tindakan yang bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
penyalahgunaan minuman keras saat ini menjadi bahan perhatian banyak
orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan masalah
penyalahgunaan minuman keras menjadi perhatian diberbagai kalangan di
Indonesia. Mulai dari pemerintah, LSM, ormas, bahkan masyarakat pun juga
turut serta membicarakan tentang bahaya penyalahgunaan minuman keras.
Pada saat sekarang banyak remaja yang mengatakan bahwa dengan
minum-minuman keras kepercayaan diri mereka bertambah dari yang pemalu
menjadipemberani, mereka beranggapan bahwa semua masalah dapat teratasi
dengan minum minuman keras, minuman keras dapat memperbanyak teman.
Mengkonsumsi minuman keras adalah salah satu bentuk perilaku yang
dianggap menyimpangan. Perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan
remaja tidak akan begitu saja muncul apabila tidak ada faktor penarik atau
faktor pendorong. Faktor penarik berada di luar diri seseorang, sedangkan
faktor pendorong berasal dari dalam diri ataau keluarga yang memungkinkan
seseorang untuk melakukan penyimpangan tersebut (Waluya, 2007).
Musni Umar (2014), mengatakan terdapat sejumlah alasan pengguna
miras cenderung meningkat yakni, pertama, alasan bersifat sepele untuk
menghangatkan badan. Kedua, pelarian dari masalah yang dihadapi. Ketiga,
terpengaruh dari lingkungan pergaulan. Keempat, menyontoh orang lain.
Kelima, menjaga relasi atau pergaulan dengan teman atau lingkungan.
"Faktor-faktor tersebut menyebabkan miras terus bertambah yang
meminumnya (Metrotvnews.com, Jakarta, 2014)
Di Kota Lumajang begitu banyak remaja yang mulai bertumbuh
dalam proses mereka mencari jati diri. Mereka dihadapkan pada berbagai
kontradiksi dan aneka ragam pengalaman moral yang menyebabkan mereka
bingung mana yang baik untuk mereka. Hal ini nampak jelas yang terjadi
pada kebiasaan minum-minuman keras di kalangan remaja, terutama mereka-
mereka yang hidup di kota-kota besar di Indonesia yang berusaha mencoba
mengembangkan diri kearah yang disangka maju dan modern dimana
berkecemuk beraneka ragam kebudayaan asing yang masuk seolah-olah tanpa
saringan (Darajat, 1970:132).
Seorang remaja yang masih dalam masa mencari jati diri selalu
berusaha mencoba-coba hal-hal yang baru, sehingga apabila tidak adanya
kontrol dari orang dewasa maka kalangan remaja tersebut akan terjerumus
dalam perbuatan yang bersifat negatif. Dalam hal ini, kebiasaan minum
minuman keras (alkohol) di kalangan remaja, banyak sekali kasus-kasus yang
dialami seringkali membahayakan diri sendiri dan juga orang lain seperti
yang diberitakan di JTV terjadinya pembunuhan oleh peminum minuman
keras pada awalnya karena hanya pada akhirnya menyebabkan kematian.
Ketika berbicara mengenai minuman keras, sama dengan berbicara
masalah issue crutial yang tentu menarik untuk terus diteliti. Di salah satu
pihak minuman keras menimbulkan masalah yang berkaitan dengan
kesehatan dan sosial. Di bidang kesehatan minuman keras menyebabkan
turunnya produktifitas serta meningkatkan biaya perawatan dan pengobatan,
di bidang sosial menyebabkan keadaan keluarga tidak harmonis.
Bertambahnya jumlah kecelakaan lalu-lintas, serta meningkatnya angka
kesenjangan sosial dalammasyarakat. Di sisi lain, pemerintah mengharapkan
sebagai sumber penghasilan yang besar sekalipun dalam hal peredaran atau
penjualan ataupemakaiannya diawasi dan dibatasi (Sasangka, 2003:105).
Semakin lama hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan nilai
terhadap minuman keras di masyarakat, minuman keras yang secara hukum
maupun agama dianggap hal yang tidak baik menjadi sesuatu yang dianggap
lumrah dan wajar untuk dilakukan. Akibat kebiasaan minum tersebut maka
timbulah dampak-dampak terutama yang bersifat negatif dalam hal sosial,
ekonomi dan terutama adalah kesehatan masyarakat di daerah tersebut.
Dampak yang ditimbulkan misalnya mulai dari meningkatnya kasus kriminal
terutama perkelahian remaja, sehingga meresahkan warga masyarakat sekitar,
timbulnya kesenjangan antara kaum peminum tua dan peminum remaja atau
antara peminum daerah satu dengan yang lain, dan kemiskinan yang semakin
bertambah. Kebiasaan minum tersebut juga tentunya berdampak terhadap
kesehatan masyarakat di daerah tersebut, bahkan jika diperhatikan bentuk
fisik dari para peminum mulai berubah, perut mereka menjadi buncit dengan
kantung mata hitam pertanda sering minum miniman keras dan kurang tidur.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka kelompok kami merasa
perlu untuk mengangkat permasalahan ini, mengingat peranan orang tua,
pendidik, masyarakat, penegak hukum dan pemerintah sangat menentukan
bagi generasi muda yang bertakwa, cerdas dan terampil merupakan penentu
masa depan bangsa dan negara. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
kami tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut dalam ilmu antropologi
terkait remaja yang mengonsumsi minuman keras.
1.2. Rumusan masalah
1.2.1. Apa faktor penyebab remaja mengonsumsi minuman keras?
1.2.2. Apa akibat dari minuman keras di kalangan remaja?
1.2.3. Bagaimana penanggulangan kebiasaan minum-minuman keras di
kalangan remaja?
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
1.3.1.1. Mengidentifikasi penyebab munculnya remaja peminum
miras dalam konteks ilmu antropologi
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan remaja
mengonsumsi minuman keras.
1.3.2.2. Untuk mengetahui akibat dari minuman keras di kalangan
remaja.
1.3.2.3. Untuk memahami penanggulangan kebiasaan minum-
minuman keras di kalangan remaja.
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat teoritis
Sebagai data dasar untuk melakukan penelitian mengenai faktor
penyebab kenakalan remaja mengkonsumsi minuman keras agar para
remaja mengetahui bahaya dari mengkonsumsi minuman keras.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Remaja
Dapat melakukan upaya pencegahan terhadap bahaya yang
ditimbulkan minuman keras sehingga tidak terjerumus kedalam
mengkonsumsi minuman keras.
2. Bagi Masyarakat
Dapat melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap bahaya yang
ditimbulkan minuman keras terhadap kenakalan yang bisa
meresahkan masyarakat dan menyadarkan remaja pada umumnya
bahwa dengan mengkonsumsi minuman keras dapat menimbulkan
semua sistem tubuh rusak.
3. Bagi Keluarga
Mendapat pengetahuan tentang bahaya minuman keras bagi
kesehatan, sehingga dapat mengantisipasi anaknya agar tidak
meminum minuman keras.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Faktor-Faktor Penyebab Remaja Mengonsumsi Minuman Keras


Puspitawati (2004) menyebutkan beberapa remaja terjerumus dalam
masalah minuman keras karena dipengaruhi lingkungan pergaulan antara
lain sebagai berikut :
1. Remaja yang selalu minum-minuman keras selalu mempunyai
“kelompok pemakai”. Awalnya remaja hanya mencoba-coba karena
keluarga atau teman-teman yang yang menggunakannya, namun ada
yang kemudian menjadi kebiasaan.
2. Pada remaja yang “kecewa” dengan kondisi diri dan keluarganya, sering
menjadi lebih suka untuk mengorbankan apa saja demi hubungan baik
dengan teman-teman sebanyanya.
3. Adanya “ajakan” atau “tawaran” dari teman serta banyaknya film dan
sarana hiburan yang memberikan contoh “model pergaulan moderen”
biasanya mendorong remaja minum-minuman keras secara berkelompok.
4. Apabila remaja telah menjadi terbiasa minum minuman keras dan karena
mudah mendapatkannya, maka remaja akan memakainya sendiri
sehingga tanpa disadari lama-kelamaan akan ketagihan. Penggunaan
minuman keras di kalangan remaja umumnya karena minuman keras
tersebut menjanjikan sesuatu yang menjadi rasa kenikmatan,
kenyamanan dan kesenangan dan ketenangan. walaupun hal itu dirasakan
secara semu, sedangakan menurut Noegroho Djajoesman disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain:
5. Lingkungan sosial
a. Motif ingin tahu, bahwa remaja selalu mempunya sifat selalu ingi tahu
segala sesuatu yang belum atau kurang diketahui dampak negatifnya.
Misalnya saja ingin tahu bagaimanakah rasanya minuman keras.
b. Kesempatan, karena kesibukan orang tua maupun keluarga dengan
kegiatannya masing-masing atau akibat broken home, kurang kasing
sayang dan sebagai maka dalam kesempatan terebut kalangan remaja
berupanya mencari pelarian dengan cara minum-minuman keras.
c. Sarana dan prasarana, sebagai ungkapan rasa kasih sayang terhadap
putra-putrinya terkadang orang tua memberikan fasilitas dan uang
yang berlebihan. Namun hal tersebut disalahgunakan untuk
memuaskan segala keinginan dirinya antara lain berawal dari minum-
minuman keras.
6. Keperibadian
a. Rendah diri, rendah diri dalam pergaulan masyarakat, karena tidak
dapat mengatasi perasaan tersebut maka untuk menutupi kekurangan
dan agar dapat menunjukan eksistensi dirinya. Maka
menyalahgunakan minuman keras sehingga dapat merasa
mendapatkan apa yang diangan-angankan antara lain lebih aktif, lebih
berani dan sebagainya.
b. Emosional, emosi remaja pada umunnya masih labil apabila pada
masa puberitas, pada masa tersebut biasanya ingin lepas dari ikatan
aturan-aturan yang diberlakukan oleh orang tua untuk memenuhi
kehidupan peribadinya, sehingga hal tersebut menimbulakn konflik
pribadi. Dalam upaya untuk melaksanakan konflik pribadi tersebut ia
mencari pelarian dengan minum-minuman keras dengan tujuan untuk
mengurangi ketagihan dan aturan yang diberikan oleh orang tua.
(Djajoesman, 1999 : 5-6).
2.2. Akibat Minum Minuman Keras di Kalangan Remaja
Adapun akibat dari minuman keras di kalangan remaja antara lain:
a. Farmologi
Bahwa minuman keras larut dalam air sebagai molekul-molekul
kecilsehingga dengan waktu yang relatif singkat dapat dengan cepat
diserap melalui pencernaan kemudian disebarluaskan keseluruh jaringan
dan cairan.Pada jaringan otak, kadar minuman keras lebih
banyakdaripada yang berada dalam darah maupun urain sehingga dalam
waktu 30 menit pertama penyerapan mencapai 58% kemudian 88%dalam
60 menit pertama selanjutnya 935 dalam 90 menit pertama(Djajoesman,
1999:9).
b. Ganguan Kesehatan Fisikf
Meminum minuman keras dalamjumlah yang banyak dan dalam waktu
yang lama menimbulkankerusakan dalam hati, jantung pankreas,
lambung dan otot.Padapemakaian kronis minuman keras dapat terjadi
pergeseran hati, peradangan pankreas dan peradangan lambung.
c. Gangguan Kesehatan Jiwa
Meminum minuman keras secara kronis dalam jumlah berlebihan dapat
menimbulkan kerusakan jaringan otak sehingga menimbulkan gangguan
daya ingatan, kemampuan penilaian, kemapuan belajar, dangangguan
jiwa tertentu.
d. Gangguan Kesehatan Jiwa
Akibat minuman keras, alam perasan seseorang menjadi berubah,orang
menjadi mudah tersinggung dan perhatian terhadap lingkungan terganggu
yang pada giliranya tersingkirkan dari lingkungan sosialnyadan atau
dikeluarkan dari pekerjaannya.
e. Gangguan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas)
Akibat dari minum-minuman keras akan menekan pusat pengendalian
seseorang, sehingga yang bersangkutan menjadi berani dan agresif.
Karena keberaniannya dan keagresifan serta tertekannya pengendalian
diri tersebut seseorang melakukan gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat (Kamtibmas) baik dalam bentuk pelanggaran norma-
normadan sikap moral bahkan tidak sedikit melakukan tindakan pidana
dan kriminal (Djajoesman, 1999:9).
2.3. Penanggulangan Kebiasaan Minum-minuman Keras di Kalangan
Remaja
Menurut Life dan Hearlth (1969:4) deteksi dini merupakan sebuah bentuk
perlindungan. Tanda-tanda seorang terlibat dalam minum-minuman keras
adalah sebagai berikut:
1. Sulit diajak bicara secara harmonis saat kalangan remaja sedang minum-
minuman keras.
2. Minum-minuman keras pada saat ia sedang tertekan
3. Minum untuk menenangkan sarafnya.
4. Minum sampai benar-benar mabuk.
5. Tidak bisa mengingat seluruh tindakan saat ia sedang minum-minuman
keras.
6. Menyembunyikan minuman keras.
7. Berbohong tentang kebiasaan minum-minuman keras.
8. Lupa makan sejak ia sedang mabuk.
9. Mengabaikan keluarga saat ia sedang mabuk (Hakim, 2004:166).
Penanggulangan bersifat preventif menurut Widjaja (1985:26) menjelaskan
upaya untuk pencegahan terhadap penggunaan minum-minuman keras yaitu
mempersempit pengaruhnya, pengawasan harus dilakukan dengan ketat baik
di rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Menjauhkan remaja dari
kemungkinan-kemungkinan terlibatnya dalam minum-minuman keras, yaitu
dengan mengisi waktu luang dengan rekreasi keterampilan remaja seperti
olahraga, kesenian, kursus-kursus dan kegiatan positif lainnya.
Di sekolah-sekolah : penegakan disiplin, ketertiban, kesopanan, kesusilaan,
saling hormat menghormati, pengawasan di perketat dengan lebih bersifat
eduktif dan persuasif, keaktifan guru yang mengajar, jarang terlalu banyak
batal, dengan dalih atau alasan apapun juga.
Perlu ditingkatkan pendidikan agama, budi pekerti dan memperkuat
keperibadian dasar kebudayaan bangsa. Dalam lingkungan tempat tinggal,
tokoh-tokoh formal dan non formal diharapkan dapat berperan serta secara
aktif dalam membina dan memberikan bimbingan serta pengarahan kepada
para remaja (Widjaja, 1985:26).
Puspitawati menjelaskan cara untuk menghindari minum-minuman keras
adalah dengan sikap menolak untuk meminumnya, karena sadar penuh
terhadap konsekuensi yang akan diakibatkanya. Sikap menolak untuk
pertama adalah menjauhkan diri dari mereka yang memakai apabila remaja
merasa sulit untuk bisa menolak tawaran. Sikap menolak yang lain adalah
tidak mau ikut-ikutan minum-minuman keras, meskipun sehari-hari tetap
bergaul dengan mereka, hanya saja harus tidak sungkan-sungkan untuk
mengatakan “tidak” jika ditawari untuk minum-minuman keras.
Contoh menolak secara biasa saja seperti : “nggak ah, kalau nyobain nanti
kebablasen….”.Sikap menolak secara keras mungkin perlu dilakukan jika
seseorang mendesak remaja secara keras. Cukup katakan dengan tegas
penuh percanya diri: “tidak!!” Apabila remaja tidak mampu mengatasi
bujukan orang yang menginginkan remaja menjadi peminum-minuman
keras maka jangan segan-segan untuk minta bantuan atau nasehat dari orang
yang dipercaya (Puspitawati:2004).
BAB III
TINJAUAN KASUS

REMAJA PENGONSUMSI MIRAS


Pada tanggal 20 mei tahun 2016 kami kelompok Antropologi, telah
mencari masalah sosial yaitu masalah sosial tentang pengguna miras. Kasus ini
kami abadikan dengan rekaman suara pengguna miras tersebut.
Pada awalnya remaja Y mengomsumsi miras hanya coba-coba, dia hanya
iseng mengonsumsi alkohol tersebut saat dia duduk di bangku sekolah SMP.
Pertama kali dia hanya mendapat info dari temannya bahwa alkohol tersebut bisa
menghilangkan beban di dalam hidup. Hal yang dia sukai dari barang haram
tersebut yaitu dengan mengonsumsi miras dia akan merasa tenang atau yang
terkenal dengan kata ”fly”. Remaja Y termasuk kedalam remaja yang suka
bersosialisasi dengan temannya atau istilah kerennya “kumpul-kumpul" dengan
temannya, sehingga mudah sekali untuk mendapatkan informasi-informasi yang
tidak seharusnya diterima oleh remaja Y. Saat mengonsumsi miras, remaja Y
tidaklah berada dalam keadaan stress atau depresi, melainkan dia lakukan karena
keinginan atau rasa kecanduannya dan juga hanya untuk bisa lebih akrab saja di
dalam komunitas itu.
Hal yang mengejutkan dari kasus ini yaitu orang tuanya mengerti dan
mengetahui, faham dengan apa yang anak tercintanya lakukan. Dari keterangan
yang diberikan oleh remaja Y, orang tuanya mengerti bahwa dia adalah pengguna
miras. Remaja Y juga mengetahui dan menyadari bahwa orang tuanya pasti
kecewa dengan perilaku remaja Y tersebut. Sayangnya keluarga remaja Y hanya
berharap remaja Y akan berhenti mengonsumsi miras dengan sendirinya tanpa
dibarengi dengan tindakan yang nyata. Tempat-tempat tertentu yang biasa
digunakan remaja Y untuk mengonsumsi miras adalah di cafe, di gang, atau
teradang dijalan. Dia menghabiskan sekitar 10 sampai 20 botol miras bersama
teman-temannya.
Dari keterangan remaja Y, ada beberapa orang atau tetangga mengetahui
kelakuannnya. Respon dari tetangga terkadang ada yang mengingatkan dan
terkadang juga ada yang menganggap bahwa hal yang dia lakukan adalah wajar
atau lumrah anak muda jaman sekarang. Alkohol atau miras yang dikonsumsi
remaja Y beranekaragam harganya. Jika ingin yang lebih bagus, harganya juga
mahal. Sekitar 50 ribu rupiah untuk alkohol yang murah. Dan ada juga yang lebih
mahal jika ingin yang bagus.
Remaja Y menjelaskan bahwa uang yang ia gunakan untuk membeli miras
berasal dari uang jajan atau uang saku sekolahnya. Kadang juga mengumpulkan
uang bersama teman-temannya untuk membeli miras. Remaja Y biasa membeli
miras di warung-warung dan tempat lainnya. Remaja Y mengatakan bahwa
mengonsumsi miras merupakan hal yang paling menyenangkan, setelah
mengonsumsi miras dia bisa melakukan apa saja yang dia inginkan. Tetapi efek
yang timbul setelahnya adalah pusing, dan itu adalah hal yang tidak disukai oleh
remaja Y.
Suatu ketika dia pernah dipergoki saat mengonsumsi miras, saat itu dia
merasa tidak sadar, bahkan dia tidak merasa sungkan atau malu. Dia juga pernah
dipergoki oleh polisi, saat itu dia merasa takut dan tidak akan mengulangi lagi
karena kapok. Tapi karena pengaruh dari temannya lebih besar, akhirnya dia
terjerumus lagi dan kembali mengonsumsi miras. Akan tetapi dia memiliki niatan
untuk berhenti mengonsumsi miras.
Terkadang ada rasa menyesal dalam hatinya, tetapi dengan ajakan teman-
temannya, niat untuk berhenti mengonsumsi barang haram tersebut hanyalah
isapan jari belaka.
BAB IV
PEMBAHASAN

Remaja Y adalah pengonsumsi miras sejak duduk di bangku SMP. Dia


biasa mengonsumsi miras di cafe, gang-gang jalan, dan di trotoar. Remaja Y
mengonsumsi miras karena pengaruh lingkungan dan teman yang nakal. Yang
melatarbelakangi remaja Y mengonsumsi miras imi berawal dari rasa ingin tahu
dan coba-coba, dia juga memiliki lingkungan sosial yang buruk, contohnya saja
dalam berteman, remaja Y memliki teman yang tidak baik dan menjerumuskannya
ke dalam kebiasaan yang buruk.
Dari kasus diatas, solusi yang tepat untuk mengatasi masalah remaja yang
mengonsumsi miras adalah dengan tidak hanya melibatkan satu pihak saja,
misalnya keluarga, tetapi juga harus melibatkan pihak-pihak lain yang
berpengaruh bagi remaja Y tersebut, seperti guru, masyarakat dan tokoh agama.
Kesadaran diri dari remaja Y juga harus kuat dan diimbangi dengan niat yang
besar untuk tidak mengonsumsi miras lagi. Serta melakukan hal-hal yang positif
sehingga tidak ada waktu bagi remaja Y untuk melakukan kegiatan yang
merugikan seperti mengonsumsi miras tersebut. Remaja Y juga harus lebih
terbuka kepada orang lain jika dia memiliki suatu masalah tertentu, sehingga dia
tidak menjadikan miras sebagai pelariannya.
BAB V
PENUTUP

5.2. Kesimpulan
Hal yang dapat kelompok kami sampaikan bahwasannya pada era yang
cenderung bebas ini, banyak dari kalangan anak muda atau yang lebih kita
kenal dengan bahasa andolence atau remaja, cenderung melakukan suatu
aktifitas yang cendrung mundur kembali ke jaman jahiliyah. Minum-
minuman keras dianggap biasa dari kalangan elemen masyarakat, miras
dianggap hal yang wajar dikonsumsi kalangan remaja. Kurangnya pendidikan
dan agamamembuat remaja menjadikan miras sebagai konsumsi sehari hari
tanpa mengetahui hukumnya, tanpa mengetahui dampak dan efek samping
bagi kesehatan dan psikisnya. Kurangnya perhatian dari keluarga dan elemen
masyarakat membuat remaja semakin bebas untuk berkumpul berpesta miras
tanpa ada yang mereka takuti. Maka pendidikan dan perhatian keluarga lah
yang paling penting membentuk kepribadian anak sehingga anak dapat
membedakan suatu hal dengan ilmu agamanya, sehingga bisa menjadi kokoh
pendiriannya dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain

5.3. Saran
Sebagai generasi muda, kita harus berusaha untuk menghindari alcohol, dan
sejenisnya. Karena meskipun dalam jumlah kecil, alcohol memiliki efek
stimulasi ringan bahan psikoaktif, selain itu dapat menyebabkan hal buruk
baik untuk fisik maupun mental. Pola hidup yang sehat juga sangat
berpengaruh dalam menghindari alcohol.
DAFTAR PUSTAKA

Zakiyah Darajat, 1989. Masalah Perlindungan Anak, Akademi Persindo,


Jakarta.
Hari Sasangka, 2003. Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum
Pidana, Mandar Maju, Bandung.
Puspitawati, herein: Narkoba dan Minuman Keras,
http://www.hayati.Ipb.Com/user/rudyct/Pps 702/Herien.htm(22 Juni 2004)
Noegroho Djajoesman, 1999. Mari Bersatu Memberantas Bahaya
Penyalahgunaan Alkohol, Jakarta.
Noegroho Djajoesman, 1999. Mari Bersatu Memberantas Bahaya
Penyalahgunaan Alkohol, Jakarta.
Hakim, Arif. 2004. Bahaya Narkoba dan Alkohol. Majalengka: Komp
Cijambe Indah

You might also like