You are on page 1of 8

MUSEUM NASIONAL SEBAGAI IDENTITAS BANGSA

DAN KEARIFAN LOKAL

Fathur Rahman
Jurusan fisika,Fakultas sains dan teknologi
Universitas Islam Negeri Jakarta

ABSTRAK
Artikel ini menjelasakan peranan monumen nasional sebagai sebagai
ikon kota Jakarta khususnya, dan ikon negara, pada umumnya. monas
dianggap sebagai identitas nasional yang menyimpan banyak
dokumenter sejarah perjuangan rakyat Indonesia yang berjuang untuk
memerdekakan bangsa ini dari penjajah, monumen nasional patut
disebut sebagai salah satu identitas bangsa yang mencangkup aspek
budaya dan kearifan lokal karena banyaknya warga negara indonesia
maupun warga negara asing yang tertarik akan dokumentasi
perjuangan bangsa yang terdapat di monumen nasional.

Kata kunci: Identitas Nasional, Kearifan Lokal

A. PENDAHULUAN

Monumen Nasional atau yang lebih populer dengan sebutan Monas atau Tugu
Monas, adalah sebuah monumen yang didirikan untuk mengenang perjuangan rakyat
Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda,
selain sebagai monumen yang terus membangkitkan inspirasi dan semangat
patriotisme generasi mendatang. Monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki)
ini mulai dibangun pada tanggal 17 Agustus 1961 atas perintah presiden Sukarno,
kemudian diresmikan dan dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975. Tugu ini
dimahkotai oleh lidah api berlapis lembaran emas perlambang semangat perjuangan
yang berkobar-kobar tanpa pernah padam.
B. PEMBAHASAN
Identitas Nasional Bangsa Indonesia
Identitas nasional berasal dari kata identity yang berarti ciri, tanda atau jati diri
yang melekat pada sesuatu yang membedakan dengan yang lain dan kata
nasional yang berarti kelompok lebih besar yang diikat oleh kesamaan fisik
seperti budaya, agama, dan bahasa dan kesamaan non fisik seperti keinginan,
cita-cita dan tujuan (Widodo, dkk. 2015: 2-3). Pada hakikatnya identitas
nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dengan suatu ciri khas yang
menjadikannya berbeda dengan bangsa lain (Monteiro, 2015: 27). Dengan
demikian, identitas nasional menunjuk pada jati diri yang bersumber dari nilai-
nilai budaya suatu bangsa sehingga identitas nasional memiliki hubungan yang
erat dengan kebudayaan nasional.

Pada konteks ke-Indonesiaan, identitas nasional bangsa Indonesia adalah


identitas yang bersumber dari nilai luhur Pancasila yang aktualisasinya
tercermin dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Identitas tersebut menunjuk pada lambang, simbol atau identitas
yang bersifat nasional seperti bahasa Indonesia, bendera merah putih, lagu
Indonesia Raya, Garuda Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika. Guna menjaga
identitas nasional, maka rasa cinta tanah air dan integrasi nasional menjadi satu
hal yang penting.

Unsur-unsur pembentuk identitas nasional, meliputi (Rahayu, 2007: 66-68):


1. Suku bangsa yaitu kelompok sosial dan kesatuan hidup yang mempunyai
sistem interaksi, sistem norma, kontinuitas, dan rasa identitas yang
mempersatukan semua anggota dan memiliki sistem kepemimpinan sendiri.
2. Agama yang tumbuh dan berkembang di Indonesia antara lain Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Cu.
3. Bahasa yaitu anak kebudayaan yang menjadi sarana manusia untuk
meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi.
4. Budaya nasional. Kebudayaan adalah kegiatan dan penciptaan batin
manusia berisi nilai yang dijadikan sebagai rujukan hidup.
5. Wilayah nusantara yaitu wilayah Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu
pulau yang terbentang dikhatulistiwa.
6. Ideologi Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara.

Selanjutnya unsur identitas nasional dirumuskan menjadi 3 bagian yaitu:


1. Identitas fundamental, yaitu Pancasila sebagai falsafah bangsa, dasar negara
dan ideologi negara.
2. Identitas instrumental, yaitu UUD 1945 dan tata perundangannya, bahasa
Indonesia, lambang negara, bendera negara, lagu kebangsaan“Indonesia
Raya”.
3. Identitas alamiah, yaitu ruang hidup bangsa sebagai negara kepulauan yang
pluralis dalam suku, bahasa, agama, dan kepercayaan (Rahayu, 2007: 68-
69).

Kearifan Lokal Sebagai Jati Diri Bangsa


Kebudayaan lokal yang dimiliki setiap daerah merupakan pilar kebudayaan
nasional. Kebudayaan lokal atau yang disebut kearifan lokal (local wisdom)
adalah usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk
bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi
dalam ruang tertentu (Ridwan, 2007: 28). Sementara itu, Wagiran (2012: 330)
mendefinisikan kearifan lokal diantaranya: 1) kearifan lokal adalah sebuah
pengalaman panjang, yang diendapkan sebagai petunjuk perilaku seseorang;
2) kearifan lokal tidak lepas dari lingkungan pemiliknya; dan 3) kearifan lokal
bersifat dinamis, lentur, terbuka, dan senantiasa menyesuaikan dengan
zamannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal adalah
kemampuan manusia menggunakan akal budi sesuai dengan lingkungannya
sebagai pedoman hidup yang bersifat dinamis dan fleksibel dalam berinteraksi
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
berbahasa, berolah seni, dan bersastra, misalnya karya- karya sastra yang
bernuansa filsafat dan niti (wulang); 2) pemikiran, sikap, dan tindakan dalam
berbagai artefak budaya, misalnya keris, candi, dekorasi, lukisan, dan
sebagainya; dan 3) pemikiran, sikap, dan tindakan sosial bermasyarakat, seperti
unggah-ungguh, sopan santun, dan udanegara (Wagiran, 2012: 332). Subtansi
tersebut kemudian menjadi akar kebudayaan nasionalyang merupakan bagian
dari identitas nasional. Sebagai bagian identitas nasional maka kearifan lokal
berfungsi dalam membangun kepribadian bangsa berdasarkan nilai-nilai
leluhur. Melestarikan nilai-nilai kearifan lokal berarti menghayati dan
melaksanakan gagasan-gagasan lokal daerah setempat yang bersifat bijaksana,
penuh kearifan, bernilai baik dan tertanam serta diikuti oleh anggota. Hal ini
bertujuan untuk memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional dan jati
diri bangsa sesuai nilai-nilai Pancasila dan untuk menciptakan iklim yang
kondusif dan harmonis untuk merespon modernisasi secara produktif dan
positif sesuai nilai-nilai kebangsaan (Muchsin, 2015: 541).

Monumen nasional sebagai identitas nasional

Monas bias disebut sebagai identitas nasional karena berbagai hal yaitu :

a. Relief Sejarah Indonesia

Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat relief yang
menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut
dengan mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan
sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah
jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis
menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan
pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang
memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda,
Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia
disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai
masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari
semen dengan kerangka pipa atau logam, namun beberapa patung dan arca
tampak tak terawat dan rusak akibat hujan serta cuaca tropis.

b. Museum sejarah nasional


Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah,
terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah
perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung
pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat
48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total
51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah
hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah
jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa
kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit, disusul masa penjajahan
bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan
melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus
hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan
Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa Orde Baru pada
masa pemerintahan Suharto.

c. Ruang kemerdekaan
Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk
amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar di dari
pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan
kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang
berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan
Republik Indonesia berlapis emas, dan bendera merah putih, dan dinding
yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.[1][8]. Di
dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang
tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat
kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi
kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang
berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis
emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian,
serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada
dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu
ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan
membuka seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri" diikuti
kemudian oleh rekaman suara Sukarno tengah membacakan naskah
proklamasi pada 17 Agustus 1945. Pada sisi selatan terdapat patung Garuda
Pancasila, lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton
dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi
berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling
suci dan dimuliakan Sang Saka Merah Putih, yang aslinya dikibarkan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua
dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara dinding marmer
hitam ini menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan
lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. KESIMPULAN
pemaparan di atas, dapat disimpulkan beberapa konklusi dalam karya tulis ini,
bahwa monumen nasional memiliki banya aspek yang dapat dijadikan sebagai
identitas nasional diantaranya:1) tugu monas sebagai salah satu lambang
perjuangan yang menandakan kemerdekaan berhasil didapat dari perjuangan
dan hal ini membuat tugu monas sebagai sebuah lambang identitas bangsa
indonesia ; 2)tidak hanya tugu monas yang dapat dijadikan sebagai identitas
bangasa tetapi ruang diorama perjuangan yang menggambarkan sketsa mini
tentang perjuangan bangsa yang merupakan salah satu pembelajaran dan bukti
perjuangan.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
https: /id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Nasional
Rahayu, Minto. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan : Perjuangan Menghidupi
Jati Diri Bangsa. Jakarta: Grasindo.
Ridwan, Nurma Ali. (2007). Landasan Keilmuan Kearifan Lokal. Ibda, Vol. 5,
No. 1, Jan-Jun 2007, 27-38.
Wagiran. (2012). Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu

You might also like