You are on page 1of 5

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DERMATITIS

Pengkajian
3.1 Identitas
Identitas terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa,
pendidkan pendapatan pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain.
Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering terjadi
pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita. Bila dibandingkan
dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih
sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif).
Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak
sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%. Sedangkan insiden
dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4% dari populasi penduduk. Usia tidak
mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun dermatitis kontak alergik lebih jarang
dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul pada usia dewasa tapi dapat mengenai
segala usia. Prevalensi pada wanita dua kali lipat dari pada laki-laki.
Bangsa kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain. Nampaknya
banyak juga timbul pada bangsa Afrika-Amerika namun lebih sulit dideteksi. Jenis
pekerjaan merupakan hal penting terhadap tingginya insiden dermatitis kontak.
3.2 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang.
1. Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya terasa gatal serta
nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan
kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
2. Riwayat keluhan utama.
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama. Pada
beberapa kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa panas pada kulit
dan kulit akan berwarna merah, edema yang diikuti oleh pengeluaran secret.
Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien .
a) Provocative/palliative.
· Apa penyebab keluhan,
Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan tertentu yang
menyebabkan kerusakan pada kulit.
· Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah berat. Dengan
menjauhi sumber dermatitis kontak maka keluhan yang dirasakan akan berkurang.
b) Quality/quantity
· Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar
Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan gatal dan nyeri
pada daerah yang terkena bahan tertentu yang dapat menyebabkan keluhan.
· Sejauh mana sakit dirasakan
Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai berat. Tergantung dari
lama kontak zat dengan kulit, konsentrasi zat serta tingkat sensitifitas kulit.
c) Region/radiation
· Dimana letak sakit
Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab .
· Area penyebarannya
Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis, tempat cedera,
dibalik perhiasan.
d) Severitty scale
· Apakah mempengaruhi aktifitas
Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit.
· Seberapa jauh skala ringan/berat.
Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya.
e) Timing
· Kapan mulai terjadi.
· Kapan sering terjadi.
· Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan

3. Riwayat Kesehatan masa Lalu


Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah
pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya selain itu
perlu juga dikaji kebiasaan klien.
4. Riwayat Kesehatan keluarga.
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit
yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis pada sanak
saudara khususnya pada masa kanak-kanak dapat berarti penderita tersebut juga
mudah menderita dermatitis atopik
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier
kulit.
2. Perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus.
3. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
baik.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada kulit.

3.4 Rencana Tindakan Keperawatan


No. Dx. Keperawatan Tujuan, Kriteria Hasil Rencana Tindakan
1. Ganguan integritas Tujuan : 1. Lakukan inspeksi lesi
kulit, Integritas kulit pasien setiap hari.
2. Pantau adanya tanda-
ditandai dengan : kembali utuh
tanda infeksi.
DS : - Kriteria hasil :
3. Ubah posisi pasien
DO : Pada seluruh Kulit utuh, eritema dan
tiap 2-4 jam.
tubuh terdapat skuama hilang 4. Bantu mobilitas
pateh erythermatas Krusta menghilang pasien sesuai
dengan skuama Daerah axilla dari kebutuhan.
5. Pergunakan sarung
tebal, berwarna inguinal tidak
tangan jika merawat
putih dan mengalami maserasi
lesi.
mengelupas.
6. Jaga agar alat tenun
selau dalam keadaan
bersih dan kering.
7. Libatkan keluarga
dalam memberikan
bantuan pada pasien
2. Resiko infeksi, Tujuan : 1. Lakukan tekni aseptic
ditandai dengan : Tidak terjadi infeksi dan antiseptic dalam
DS : - Kriteria hasil : melakukan tindakan
DO : Seluruh tubuh Hasil pengukuran tanda pada pasien.
2. Ukur tanda vital tiap
berwarna vital
4-6 jam.
kemerahan dengan dalam batas normal.
3. Observasi adanya
skuama berwarna - RR :16-20 x/menit
tanda-tanda infeksi.
putih diatasnya dan - N : 70-82 x/menit 4. Batasi jumlah
mengelupas - T : 37,5 C pengunjung.
5. Kolaborasi dengan
- TD : 120/85 mmHg
ahli gizi untuk
Tidak ditemukan tanda-
pemberian diet TKTP.
tanda infeksi
6. Libatkan peran serta
(kalor,dolor, rubor,
keluarga dalam
tumor, infusiolesa)
memberikan bantuan
Hasil pemeriksaan
pada klien
laborat dalam batas
normal Leuksosit
darah : 5000-
10.000/mm3
3. Gangguan konsep Tujuan : 1. Berikan support pada
diri,b.d kerusakan Pasien tidak mengalami pasien untuk menerima
kulit gangguan konsep diri keadaannya.
2. Kaji persepsi pasien
Ditandai dengan : body image
tentang gambaran
DS : Pasien Kriteria hasil :
dirinya.
menyatakan Pasien tidak menarik
3. Jaga komunikasi yang
“mengapa saya diri dari kontak social
baik dengan pasien dan
kelihatan aneh Pasien mau
bantu pasien untuk
seperti ini?” berpartisipasi dalam
berkomunikasi dengan
DO : Pasien sering perawatan dirinya
orang lain.
menutupi tubuhnya Ekspresi wajah pasien 4. Catat adanya tingkah
dengan selimut dan tidak menunjukkan laku non-verbal atau
menyendiri tanda berduka tingkah laku negative.
5. Libatkan keluarga
untuk meningkatkan
konsep diri pasien.
6. Evaluasi sikap dan
mekanisme koping
pasien

You might also like