You are on page 1of 7

LKK 6 BLOK XI PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)

A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan pemasangan nasogastric tube:
1. Mempersiapkan alat dan pasien.
2. Memasukkan NGT.
3. Memastikan NGT masuk ke dalam lambung.

B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE
1.1 Landasan Teori
Pemasukan selang nasogastrik (NGT insertion) melalui saluran hidung adalah suatu prosedur yang biasa
dilakukan untuk menyediakan akses ke lambung. Hal ini dilakukan untuk terapi atau untuk menegakkan
diagnosis. Pemasangan NGT ini sangat tidak nyaman bagi pasien apabila tidak disertai anestesi yang baik pada
saluran hidung dan instruksi yang benar bagi pasien agar berkooperasi selama pemasangan NGT.
Indikasi pemasangan NGT adalah:
1. Tindakan diagnostik.
2. Evaluasi adanya perdarahan saluran pencernaan bagian atas.
3. Aspirasi (pengambilan) cairan lambung.
4. Identifikasi letak esophagus dan lambung pada foto ronsen.
5. Administrasi (pemasukan) cairan kontras ke dalam saluran cerna pada pemeriksaan radiografi.
6. Tindakan pengobatan.
7. Dekompresi gaster, termasuk pemeliharaan suasana dekompresi setelah pemasangan selang endotracheal
(ETT), biasanya dipasang melalui orofaring.
8. Mengurangi gejala dan mengistirahatkan usus pada kasus obstruksi usus kecil
9. Aspirasi cairan lambung setelah masuknya material beracun
10. Administrasi obat-obatan.
11. Untuk memberi nutrisi.
12. Irigasi usus.
Berikut ini beberapa kontraindikasi pemasangan NGT, yaitu: a. Kontraindikasi
absolut
a. Trauma wajah yang berat.
b. Adanya operasi hidung baru-baru ini.
b. Kontraindikasi relatif
c. Abnormalitas koagulasi darah.
d. Varises esophagus atau striktur esophagus.
e. Adanya pengikatan atau kauterisasi varises esophagus baru-baru ini.
f. Terminum cairan alkaline (basa).

1.2 Media Pembelajaran


1. Penuntun LKK 6 Blok XI FK UMP
2. Manikin pemasangan NGT
3. Ruang periksa dokter
4. NGT No. 14 atau 16 (nomor untuk anak lebih kecil)
5. Jeli NGT
6. Spatula lidah (tongue spatel)
7. Sarung tangan
8. Spuit ukuran 5 cc
9. Plester
10. Stetoskop
11. Bengkok

1.3 Langkah Kerja


1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.
2. Menanyakan identitas pasien.
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemasangan NGT.
4. Meminta izin pasien untuk melakukan pemasangan NGT.
5. Mempersiapkan alat dan bahan.
6. Pasien diminta berbaring pada posisi high fowler. Pasang handuk di dada pasien.
7. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
8. Untuk menentukan insersi NGT, minta pasien untuk rileks dan bernafas normal dengan menutup satu
hidung kemudian mengulanginya dengan menutup hidung yang lain.
9. Mengukur selang yang akan dimasukkan dengan menggunakan (pilih salah satu):
a. Metode tradisional
Ukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun telinga bawah dan prosesus xifoideus di
sternum.
Gambar 1. Cara tradisional mengukur panjang NGT
Sumber: www.note3.blogspot.com

b. Metode Hanson
Mula-mula selang NGT ditandai sepanjang 50 cm menggunakan plester (plester 1). Kemudian
lakukan pengukuran dengan metode tradisional seperti di atas, lalu tandai juga dengan plester
(plester 2). Batas selang NGT yang akan dimasukkan adalah pertengahan antara plester 1 dan
plester 2.
2. Beri tanda pada selang yang sudah diukur dengan menggunakan plester.
3. Olesi jeli pada NGT sepanjang 10-20 cm.
4. Ingatkan pasien bahwa selang akan segera dimasukkan dan instruksikan klien untuk mengatur posisi
kepala ekstensi, masukkan selang melalui lubang hidung yang telah ditentukan.
5. Lanjutkan memasukkan selang sepanjang rongga hidung. Jika agak tertahan, putarlah selang dan
jangan dipaksakan untuk dimasukkan.
6. Lanjutkan memasang selang sampai melewati nasofaring. Setelah melewati nasofaring 3-4 cm
anjurkan pasien untuk menekuk leher dan menelan.
7. Dorong pasien untuk menelan dengan memberikan sedikit air minum (jika perlu). Tekankan
pentingnya bernafas lewat mulut.
8. Jangan memaksakan selang untuk masuk. Jika ada hambatan atau pasien tersedak, sianosis, hentikan
mendorong selang, periksa posisi selang di belakang tenggorok dengan menggunakan spatula lidah dan
senter.
9. Jika telah selesai memasang selang sampai ujung yang telah ditentukan, anjurkan pasien rileks dan
bernapas normal.
10. Periksakan letak selang dengan:
a. Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma stetoskop pada perut di
kuadran kiri atas pasien (lambung) kemudian suntikkan 10-20 cc udara bersamaan dengan
auskultasi abdomen.
ATAU
b. Mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung
ATAU
c. Memasukkan ujung bagian luar selang ke dalam mangkuk yang berisi air. Jika terdapat
gelembung udara berarti selang masuk ke dalam paru-paru. Jika tidak terdapat gelembung
udara, berarti selang masuk ke dalam lambung.

Gambar 2. Posisi NGT setelah terpasang dengan benar.


Sumber: www.nursingfile.com

11. Oleskan alkohol pada ujung hidung pasien dan biarkan sampai kering.
12. Fiksasi selang dengan plester pada puncak hidung dan hindari penekanan pada hidung.

1.4 Interpretasi
NGT terpasang dengan benar di lambung apabila terdengar bunyi seperti letupan di lambung pada saat spuit
berisi udara ditekan, atau isi lambung keluar dari NGT. Isi lambung dapat berupa sisa makanan, darah, air.

LKK 4 BLOK 20: PENANGANAN KASUS SYOK


A. Sasaran Pembelajaran
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengenali dan menangani kasus syok hipovolemik.
2. Memberikan terapi cairan melalui intravena dan intraosseus.
3. Memperkenalkan jenis-jenis cairan resusitasi.
B. Pelaksanaan
1. Landasan Teori
Syok merupakan kelanjutan dari suatu keadaan kritis pada pasien yang biasanya ditandai dengan
hipotensi, takikardia, denyut nadi lemah, serta kulit dingin dan lembab. Perbedaan etiologi penyebab
syok akan menyebabkan variasi tanda dan gejala syok. Syok yang timbul akibat adanya vasodilatasi
patologis atau disfungsi organ berlebihan biasanya akan timbul sepsis yang memperparah tanda dan
gejala, sementara pada syok karena perdarahan tidak.
Syok dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu:
a. Syok hipovolemik
Syok ini terjadi akibat menurunnya volume intravascular yang akan menyebabkan
menurunnya preload dan cardiac output sehingga akan menurunkan pengantaran oksigen ke
jaringan. Etiologi syok ini adalah dehidrasi, perdarahan hebat, muntah dalam jumlah banyak, luka
bakar ukuran besar, serta iatrogenic (diuretic, vasodilator). Syok ini dapat dikenali dengan adanya
takikardia, takipnea, hipotensi, tekanan nadi yang sempit, gangguan status mental, penurunan
JVP, penurunan jumlah urine yang dikeluarkan, serta penurunan capillary refill. Tanda dan gejala
ini biasanya baru dapat dikenali apabila jumlah cairan intravaskular sudah berkurang 10-20%.
Tanda dan gejala ini timbul akibat aktivasi baroreseptor yang berkurang, menyebakan
peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung, ditambah dengan berkurangnya aktivasi reseptor
di atrium, yang akan menyebabkan penurunan pelepasan atrial natriuretic peptide. Penggantian
cairan dan transfuse darah merupakan terapi utama pada syok hipovolemik ini.
b. Syok kardiogenik
Syok ini timbul akibat kegagalan jantung memompa darah, akibat kelainan katup, kelainan otot
jantung, atau kelainan perikardial. Menurunnya cardiac output yang efektif menyebabkan
penurunan pengantaran oksigen ke jaringan. Manifestasi klinisnya hampir sama dengan syok
hipovolemik. Terapi awal syok kardiogenik biasanya adalah kombinasi dari vasopresor dan agen
inotropik.
c. Syok distributif
Syok ini biasanya disebabkan oleh vasodilatasi akibat menurunnya preload. Menurunnya
resistensi arterial menyebabkan hipotensi. Syok ini dapat terjadi pada sepsis, anafilaksis,
insufisiensi adrenal, dan syok neurogenik.
d. Syok obstruktif
Syok ini merupakan syok akibat obstruksi ekstrakardia menyebabkan penurunan pengisian
diastolik atau penurunan fraksi ejeksi.
Ada juga yang dinamakan syok campuran, merupakan campuran dari berbagai syok yang bisa saling
tumpang tindih.

2. Media Pembelajaran
1. Penuntun LKK 4 Blok XX FK UMP
2. Manikin lengan untuk pemasangan cairan intravena
3. Cairan intravena koloid dan kristaloid
4. Selang infus
5. Kateter (Abocath) No. 18G atau 20G
6. Plester
7. Kasa steril
8. Cairan antiseptik
9. Bengkok
10. Tiang penyangga infuse
11. Sarung tangan steril
12. Anestesi lokal
13. Torniquet
14. Kasa steril
15. Kapas alkohol
16. Salep antibiotic
17. Kaki ayam

3. Langkah Kerja
AKSES VENA PERIFER
1. Siapkan infus set dan cairan yang diperlukan serta kateter intravena dengan ukuran yang
sesuai bagi pasien.
2. Cuci tangan dan pasang sarung tangan.
3. Pilih tempat yang baik di salah satu anggota badan, misalnya pembuluh di sebelah depan
dari siku, lengan depan, pembuluh kaki (v. safena magna).
4. Bersihkan tempat itu dengan larutan antiseptis.
5. Pasang torniket pada proximal lengan atau tungkai.
6. Tusuklah pembuluh tersebut dengan kateter (abocath) kaliber besar dengan plastik di atas
jarum, dan amatilah kembalinya darah ke dalam kateter.
7. Masukkan abocath ke dalam pembuluh di atas jarum kemudian keluarkan jarum dan buka
torniketnya.
8. Pada saat ini boleh sekalian mengambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium.
9. Sambunglah abocath dengan pipa infus intravena dan mulailah infus larutan kristaloid
yang telah dihangatkan.
10. Amatilah infiltrasi yang mungkin terjadi dari cairan ke jaringan.
11. Tambatkan abocath dan selang dengan plester ke kulit anggota badan.

PEMASANGAN INFUS INTRAOSSEOUS


1. Tempatkan penderita dengan posisi terlentang. Pilih extremitas inferior yang tidak cedera,
taruh lapisan (padding) secukupnya di bawah lutut untuk mendapatkan bengkokan lutus sekitar
30˚ dan biarkan tumit penderita terletak dengan santai di atas usungan.
2. Cuci tangan dan pasang sarung tangan.
3. Tentukan tempat pungsi (permukaan anteromedial dan proksimal tulang betis), sekitar 1-3 cm di
bawah tuberositas tibia.
4. Bersihkan kulit di sekeliling daerah pungsi dengan baik dan pasang kain steril di sekelilingnya.
5. Bila penderitanya sadar, gunakan anestesi lokal di tempat punksi.
6. Pada permulaan dengan posisi jarum 90˚, masukkan jarum aspirasi sumsum tulang kaliber besar
ke dalam kulit dan periosteum dengan sudut jarum diarahkan ke kaki dan menjauh lapisan
epiphysis.
7. Setelah memperoleh tempat masuk di tulang, arahkan jarum 45˚ sampai 60˚ menjauh dari
lapisan epiphysis.
8. Keluarkan stilet dan sambungkan dengan spuit 10 ml yang berisi cairan saline 5-6 ml. Aspirasi
sumsum tulang ke dalam semprit berarti telah masuk ke dalam rongga medulla.
9. Suntikkan cairan saline ke dalam jarum untuk mengeluarkan bekuan yang mungkin menyumbat
jarum. Bila cairan saline disuntikkan dengan mudah dan tidak ada bukti pembengkakan, berarti
jarumnya berada di tempat yang benar. Bila sumsum tulang tidak diaspirasi seperti diuraikan
pada poin 7, tetapi cairan saline yang diinjeksi mengalir dengan mudah tanpa bukti
pembengkakan, jarumnya berada di tempat yang benar. Sebagai tambahan, penempatan jarum
yang benar tertanda bila jarum tetap tegak lurus tanpa bantuan dan larutan intravena mengalir
bebas tanpa bukti inftiltrasi di bawah kulit.
10. Hubungkan jarum dengan selang infus dan mulailah infus cairan. Jarumnya kemudian diputar
masuk lebih jauh ke dalam cavum medulla sampai pusat jarum berada di kulit penderita. Bila
digunakan jarum licin, jarum itu harus distabilkan dengan sudut 45˚ sampai 60˚ dengan
permukaan anteromedial dari kaki anak.
11.Berikanlah salep antibiotik dan perban steril ukuran 3x3. Fiksasi IV kateter dan selang infus
dengan plester.
12. Secara rutin lakukan evaluasi ulang mengenai tempat jarum intraosseous, dengan memastikan
bahwa jarumnya tetap di dalam korteks tulang dan di saluran medulla. Ingat, infus intraosseous
harus dibatasi pada resusitasi darurat anak dan dihentikan segera begitu terdapat akses vena lain.

2.3 PEMASANGAN KATETER


A. Sasaran Pembelajaran
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1.Pemasangan kateter pada laki-laki dan swab uretra
2. Pemasangan kateter pada wanita.
B. Pelaksanaan
1.1 Landasan Teori
Kateterisasi kandung kemih (vesica urinaria) adalah teknik pengeluaran urin dengan
cara mengalirkan urin yang terdapat di vesica urinaria melalui alat (kateter). Tujuan
dilakukannya kateterisasi adalah :
1. Mengatasi distensi vesika urinaria.
2. Pengambilan spesimen urin (kepentingan laboratorium).
3. Mengukur residu urin setelah proses miksi di dalam vesica urinaria.
4. Mengosongkan vesica urinaria sebelum dan selama proses pembedahan.

1.2 Media Pembelajaran


1. Penuntun LKK 3 Blok XIV FK UMP
2. Ruang periksa dokter
3. Manikin pemasangan kateter
4. Selang kateter no.14 dan 16 (dewasa), no. 8 dan 10 (bayi)
5. Sarung tangan steril
6. Cairan desinfektan (Betadine)
7. Doek steril
8. Xyllocaine jeli
9. Spuit 10 cc
10. NaCl 0,9% atau akuades
11. Urine bag
12. Plester
13. Klem/pinset
14. Bengkok
15. Wadah steril
16. Cyto brush

1. PEMASANGAN KATETER PADA LAKI-LAKI DAN SWAB URETRA

1.3 Langkah Kerja


2. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.
3. Menanyakan identitas pasien.
4. Menjelaskan tujuan pemasangan kateter urin.
5. Meminta izin pasien untuk melakukan pemasangan kateter.
6. Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan steril.
7. Meminta penderita untuk berbaring terlentang dengan kedua tungkai lurus dan
terpisah satu sama lain dengan sudut yang menyenangkan.
8. Pada laki-laki: Penis dipegang dengan tangan kiri dimana jari I di satu pihak dan
jari II - V di pihak lain. Kemudian ambil spesimen dengan mengusapkan cyto
brush steril secara melingkar dan memasukan spesimen kedalam wadah steril lalu di
tutup.
9. Bersihkanlah dan lakukanlah desinfeksi daerah genitalia eksterna dengan betadine.
Pada laki-laki: Oleskan betadine pada seluruh bagian penis dan orificium urethra
externum dari dalam ke luar dengan gerakan melingkar.
10. Tutuplah daerah sekitar genitalia eksterna dengan doek bolong steril hingga
menutupi kedua paha, sehingga daerah yang terbuka hanyalah yang dibutuhkan
untuk pemasangan kateter.
11. Pada laki-laki: penis dipegang dengan tangan kiri dimana jari I di satu pihak dan
jari II - V di pihak lain. (Bila penis licin dapat dipegang dengan memakai kasa
steril).
12. Masukkan xylocaine jelly sebanyak 20 cc ke dalam urethra. Pada laki-laki, tahan
posisi penis tegak dan tutup OUE dengan cara menjepit glan penis dengan
menggunakan jari I dan II agar xylocain jelly tidak tumpah. Tunggulah kira-kira 1-
2 menit, agar xylocain jelly melubrikasi uretra dan penderita tidak merasa sakit
ketika pemasangan kateter.
13. Pada ujung kateter yang akan dipasang urine bag dijepit dengan klem. Ambil
bengkok dan letakkan di depan alat genital pasien.
14. Doronglah kateter perlahan-lahan ke dalam urethra sampai percabangan selang
kateter.
15. Buka klem untuk melihat apakah ada urine yang mengalir ke luar dari selang, urine
ditampung di bengkok. Bila urine sudah keluar sedikit, ujung selang kembali
diklem.
16. Ambil spuit yang telah diisi dengan larutan Nacl 0,9%/aquades sebanyak 5-15 cc
(tergantung indikasi pemasangan kateter), cabut jarum dari spuit lalu suntikkan
cairan melalui ujung selang yang tidak diklem.
17. Tarik selang kateter keluar sampai tertahan pada balonnya.
18. Lepaskan doek bolong steril.
19. Hubungkan selang kateter dengan urine bag lalu lepaskan klem pada selang.
20. Fiksasilah selang kateter di kranial pangkal paha. Pastikan bahwa selang tidak
terpilin atau terlipat.

Gambar 2. Pemasangan kateter pada pria Sumber: www.webmd.com

2. PEMASANGAN KATETER PADA WANITA

1.4 Langkah Kerja


1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.
2. Menanyakan identitas pasien.
3. Menjelaskan tujuan pemasangan kateter urin.
4. Meminta izin pasien untuk melakukan pemasangan kateter.
5. Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan steril.
6. Meminta penderita untuk berbaring terlentang dengan kedua tungkai lurus dan terpisah
satu sama lain dengan sudut yang menyenangkan.
7. Bersihkanlah dan lakukanlah desinfeksi daerah genitalia eksterna dengan betadine.
Oleskan betadine pada orificium urethra externum, labia minora, dan labia mayora dari
dalam ke luar dengan gerakan melingkar.
8. Tutuplah daerah sekitar genitalia eksterna dengan doek bolong steril hingga menutupi
kedua paha, sehingga daerah yang terbuka hanyalah yang dibutuhkan untuk
pemasangan kateter.
9. Pada wanita: bukalah labia minora dengan tangan kiri agar orificium urethra externum
teregang.
10. Pada ujung kateter yang akan dipasang urine bag dijepit dengan klem. Ambil bengkok
dan letakkan di depan alat genital pasien.
11. Doronglah kateter perlahan-lahan ke dalam urethra sampai percabangan selang kateter.
12. Buka klem untuk melihat apakah ada urine yang mengalir ke luar dari selang, urine
ditampung di bengkok. Bila urine sudah keluar sedikit, ujung selang kembali diklem.
13. Ambil spuit yang telah diisi dengan larutan Nacl 0,9%/aquades sebanyak 5-15 cc
(tergantung indikasi pemasangan kateter), cabut jarum dari spuit lalu suntikkan cairan
melalui ujung selang yang tidak diklem.
14. Tarik selang kateter keluar sampai tertahan pada balonnya.
15. Lepaskan doek bolong steril.
16. Hubungkan selang kateter dengan urine bag lalu lepaskan klem pada selang.
17. Fiksasilah selang kateter di kranial pangkal paha. Pastikan bahwa selang tidak terpilin
atau terlipat.
Gambar 3. Pemasangan kateter pada wanita
Sumber: www.medchannel.com.au

You might also like