You are on page 1of 2

asus Low Back Pain Perlu Perhatian Khusus

FKUA- Nyeri punggung bawah (NPB) atau Low Back Pain adalah satu dari sepuluh
penyebab penderita datang ke Poli Rawat Jalan RSUD dr. Soetomo. Dari sepuluh jenis
penyakit terbanyak yang ditangani, NPB berada di urutan ke tiga setelah penyakit stroke dan
epilepsi yang memerlukan perhatian khusus.

Kasus Nyeri Punggung Bawah ( NPB) memang bukan persoalan baru. Di Indonesia, angka
prevalensi kejadian NPB belum diketahui pasti, namun diperkirakan banyak dialami
masyarakat antara 7,6 %- 37 % dari populasi.

Isti Suharjanti, dr.SpS (K) mengungkapkan NPB menjadi salah satu kasus yang banyak
dikonsultasikan ke bagian Neurologi dan Bedah Saraf RSUD dr. Soetomo. Sementara 80 %
diantaranya merupakan gangguan muskoleskeletal.

“Pria atau wanita usia produktif rawan sekali mengalami nyeri punggung bawah, kebanyakan
dialami oleh mereka yang berusia kurang dari 45 tahun. Mayoritas pasien penderita NPB
akan mengalami kekambuhan setelah sembuh. Akibatnya, seringkali keluhan NPB
mengganggu aktifitas dan menurunkan produktivitas ,” jelasnya dalam kesempatan acara
Symposium and Hands on Workshops Low Back Pain Management and Current Practice,
(20/1/2014), di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Seperti diketahui, NPB adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah. Dapat berupa
nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga
terbawah sampai lipat bokong kebawah.yakni di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering
disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.

Dijelaskan, NPB disebabkan karena cedera salah satu atau beberapa jaringan otot, sendi,
bantalan sendi, dan tulang-tulang belakang itu sendiri. Cedera itu terjadi karena gerakan yang
berulangulang (repetitive), gerakan peregangan yang berlebihan atau penggunaan alat dalam
waktu yang lama sehingga menimbulkan gerakan tinggi (vibrasi).

Keluhan NPB menjadi salah satu penyebab seseorang datang ke dokter. Umumnya gejala
yang dirasakan adalah nyeri di pinggang yang kemudian menjalar ke tungkai bawah,
penderita juga sering mengeluh adanya kesulitan mengubah posisi dari duduk ke posisi
berdiri tegak.

Dijelaskan, penyebab nyeri pinggang secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu nyeri
pinggang nonspesifik dan spesifik. Nyeri pinggang spesifik disebabkan oleh penyakit
tertentu, cedera, gangguan struktur, dan jepitan pada akar saraf. Sementara, nyeri pinggang
nonspesifik umumnya disebabkan karena regangan otot,ligamen, bantalan antar tulang dan
sendi.

Sejauh ini, pengobatan NPB masih bersifat kontroversial. Namun secara umum pengobatan
tersebut bertujuan untuk menghilangkan rasa nyeri , mempertahankan fungsi punggung
bawah , meningkatkan range of movement ( ROM), meningktkan kekuatan punggung bawah
, serta mencegah kekambuhan NPB.
Dalam menangani kasus ini, dr Isti berprinsip bahwa Keberhasilan tatalakasana di dasari oleh
diagnosa yang tepat. Karena sebenanya penyebab NPB dengan nyeri atau tanpa nyeri yang
menjalar ke tungkai dan kaki adalah salah satu masalah yg cukup sulit ditangani di bidang
Neurologi. “ Sedapat mungkin etiologi dari rasa nyeri harus ditentukan
penyebabnya,”tegasnya.

Selain itu, dalam tata laksananya diperlukan pemeriksaan penunjang, seperti foto rontgen,
CT-scan atau MRI tulang belakang dan pemeriksaan EMG (electromyography) untuk menilai
fungsi saraf.

Tidak semua nyeri pinggang memerlukan tindakan operatif, bahkan operasi merupakan
pilihan terakhir. Pengobatan nyeri pinggang biasanya dengan memberikan obat antinyeri
selama 7–14 hari hingga gejala berkurang dan hilang. Penanganan masalah nyeri pinggang
dapat melalui program latihan fisioterapi dan perbaikan perilaku saat beraktivitas. Fisioterapi
dilakukan setelah nyeri hilang yang bertujuan untuk menguatkan otot-otot punggung dan
perut.

Jika Fisioterapi dilakukan secara rutin akan memberikan efek yang baik karena dapat
mencegah nyeri datang kembali. Selain dengan fisioterapi, nyeri pinggang dapat dicegah
dengan memahami faktor pencetus dan menjaga postur tubuh yang baik, postur yang baik
menyebabkan otot tubuh bekerja lebih efisien sehingga tidak menimbulkan stres pada
struktur tulang belakang.

Dijelaskan, terapi untuk hal initerbagi dua : terapi farmakologi dan non farmakologis.
Farmakologi untuk penderita intensitas sedang hingga berat. Dan pemilihan obat disesuaikan
dengan patofisiologi dan durasi kondisi nyeri.

Sedangkan terapi non farmakologis berupa latihan , manipulasi spinal latihan akupuntur,
TENS, cognitive behavior therapy. Tujuannya diharapkan melalui gerakan-gerakan
terprogram itu dapat memperbaiki fungsi dan mengurangi rasa nyeri.

Dr Isti mengimbau bagi penderita NPB akut dan sub akut agar tetap aktif bergerak, karena
akan lebih efektif dibandingkan hanya berbaring di tempat tidur tanpa banyak bergerak.
Lakukan olah raga secara teratur untuk memelihara kekuatan otot, hindari duduk terlalu lama,
hindari menganggkat barang dengan posisi membungkuk dan yang tak kalah pentingnya,
penderita harus bisa mengendalikan stres dengan baik. Karena stress yang tak terkendali
justru meningkatkan keluhan nyeri pinggang.

“ Penurunan berat badan juga sebaiknya dilakukan pada penderita nyeri pinggang karena
berat badan yang berlebih akan memaksa tubuh untuk membentuk postur yang tidak sehat,
Jika obat dan terapi diterapkan dengan baik, mak kriteria keberhasilan terapi NPB akan
mempengaruhi penurunan nyeri hingga minimal separoh dari awal pengobatan,”
jelasnya.(**)
Tags:

 Fakultas Kedokteran
 FKUA
 low back pain

You might also like