You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
Gangguan makan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami
gangguan parah pada perilaku makan mereka dan berhubungan dengan pikiran serta
emosi. Seseorang dengan gangguan makan biasanya menjadi terobsesi dengan
makanan dan berat badan
mereka.1
Gangguan makan dapat mempengaruhi beberapa juta orang pada waktu
tertentu, paling sering pada perempuan diantara usia 12 dan 35. Ada tiga jenis utama
gangguan makan, yaitu : anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan gangguan makan
berlebih (binge eating disorder).1
Diketahui jumlah pasien dengan gangguan makan telah meningkat secara
global sejak 50 tahun yang lalu. Di Amerika Serikat, dilaporkan satu hingga dua juta
wanita memenuhi kriteria diagnostik untuk Bulimia nervosa, dan 500.000 wanita
memenuhi kriteria diagnostik untuk Anoreksia nervosa.1

Peningkatan ini berkaitan dengan kesadaran ekstrim tentang berat badan dan
tampilan fisik, kebanyakan dikalangan generasi muda. Di Indonesia, 12-22%
wanitaberusia 15-29 tahun menderita defisiensi energi kronis (IMT <18,5) di
beberapa kawasan.2

Seseorang dengan anoreksia nervosa dan bulimia nervosa cenderung menjadi


perfeksionis dengan harga diri yang rendah dan sangat kritis terhadap diri dan tubuh
mereka. Mereka biasanya “merasa gemuk” dan melihat diri mereka seperti kelebihan
berat badan (overweight), meskipun kadang-kadang bisa menyebabkan kelaparan
yang mengancam hidup (malnutrisi). Terjadi ketakutan yang hebat akan kenaikan
berat badan dan menjadi gemuk. Pada tahap awal gangguan, biasanya pasien
menyangkal bahwa mereka mempunyai masalah.2

1
Anoreksia nervosa ditandai dengan keengganan untuk menetapkan berat
badan normal, cenderung menginginkan berat tubuh dibawah ideal berat badan,
penyimpangan pandangan terhadap tubuh, ketakutan ekstrim untuk menjadi gemuk,
dan perilaku makan yang sangat terganggu. Bulimia nervosa ditandai dengan perilaku
makan dalam jumlah yang besar yang sering dan berulang-ulang, kemudian mencoba
memuntahkan kembali, penggunaan obat pencahar, berpuasa atau berolahraga secara
berlebihan.3

Dalam beberapa kasus, gangguan makan terjadi bersamaan dengan gangguan


kejiwaan lain seperti kecemasan, panik, gangguan obsesif kompulsif dan masalah
penyalahgunaan narkoba dan alkohol. Adanya bukti baru menunjukkan bahwa faktor
keturunan mungkin berperan dalam terjadinya gangguan makan pada orang-orang
tertentu, Tetapi gangguan ini juga dialami oleh banyak orang yang tidak memiliki
riwayat keluarga sebelumnya .3

Akibat dari gangguan makan yang berkepanjangan, bisa terjadi hipotensi


kronis, bradikardia, hipotermia, pembengkakan kelenjar liur anemia, dehidrasi,
alkalosis dan hipokloremia dapat dilihat. Ruptur lambung juga dapat terjadi. Lebih
dari 90% penderita Anoreksia Nervosa mengalami amenorrea sekunder disebabkan
oleh malnutrisi kronis. Pengurangan densitas tulang merupakan masalah yang serius
karena sukar diobati, dan keadaan ini meningkatkan resiko fraktur tulang. Gangguan
makan juga dapat menyebabkan gangguan pada jantung. Resiko tertinggi pada
penderita dengan gangguan makan adalah gagal jantung.3

Tanpa adanya pengobatan baik dari gejala fisik maupun emosional pada
gangguan ini, maka kemungkinan dari malnutrisi, masalah padajantung, dan kondisi
berpotensi fatal lainnya dapat terjadi. Namun, dengan perawatan medis yang tepat,
seseorang dengan gangguan makan dapat melanjutkan kembali kebiasaan makan
yang benar, dan kembali pada kesehatan psikologis dan emosional yang lebih baik.4

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Anoreksia nervosa merupakan salah satu sindroma yang amat khas mengenai
gangguan somatik yang penyebabnya berasal dari faktor psikis. Anoreksia
nervosa adalah gangguan perilaku yang berkaitan dengan pola makan. Dewasa ini
pengertian anoreksia nervosa lebih banyak diartikan sebagai peristiwa penolakan
makan seseorang, yang biasanya oleh gadis remaja, karena ia takut menjadi
gemuk atau oleh karena sebab histerik lainnya.5

2. Epidemiologi
Gangguan makan dalam berbagai bentuk telah dilaporkan hampir 4% pelajar
remaja dan dewasa muda. Usia yang tersering untuk onset gangguan adalah pada
awal umur 20 tahun. Anoreksia nervosa diperkirakan terjadi kira-kira 0,5 sampai
1% gadis remaja. Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita muda
dibandingkan dengan laki-laki. Biasanya gangguan ini terjadi pada wanita muda
yang profesinya memerlukan kekurusan seperti model dan penari balet.(5)

3. Etiologi
Etiologi Anoreksia nervosa tidaklah diketahui tetapi kemungkinan
melibatkan kombinasi psikologis, biologis dan faktor risiko kultural. Faktor
risiko seperti penderaan seksual atau fisik, dan riwayat keluarga yang
mengalami gangguan mood adalah salah satu faktor risiko nonspesifik yang
meningkatkan kecenderungan kepada gangguan psikiatris, termasuklah
Anoreksia Nervosa.

3
4. Gambaran klinis
Kriteria diagnostik untuk anoreksia nervosa, (DSM V)
a. Menolak untuk mempertahankan berat tubuh pada taraf berat normal
dipandang dari segi umur, dan tinggi contoh : kehilangan berat tubuh dan
dipertahankan pada tingkat 15% dibawah berat tubuh rata-rata, atau gagal
dalam mencapai berat tubuh pada masa pertumbuhan, menyebabkan berat
tubuhnya 15% dibawah yang semestinya.
b. Ketakutan yang sangat terhadap pertambahan berat tubuh atau menjadi
gemuk, walau sebenarnya masih kurang beratnya.
c. Gangguan pada daya untuk merasakan perubahan berat, ukuran dan
bentuk
tubuh seseorang.

Anoreksia nervosa dianggap berkaitan dengan depresi, walau terapi


anti depresi tidak selalu efektif. Pasien biasanya tidak kooperatif bila dibawa
oleh keluarganya untuk makan di tempat publik dan biasanya menolak
makan.(8)
Pasien dengan gangguan ini menunjukkan perilaku yang aneh tentang
makanan. Mereka menyembunyikan makanan di seluruh tempat di dalam
rumah dan seringkali membawa sejumlah besar kembang gula di dalam
kantungnya dan dompetnya. Saat makan, mereka mencoba untuk membuang
makanan di dalam serbetnya atau menyembunyikan di dalam kantungnya.(5,8)
Pasien dengan anoretik biasanya lebih cemas, obsesif dan kaku.
Gangguan itu biasanya mulai dalam rangka satu konflik tentang kebebasan
dan seksualitas. Kondisi ini dapat berada bersama dengan bulimia nervosa
dalam lingkaran kelaparan yang kaku diikuti dengan hilangnya pengendalian
dengan episode makan lahap sehingga membuat pasien merasa bersalah yang
membuatnya melakukan muntah paksaan. Pasien anoretik juga sering

4
menyalahgunakan diuretika dan laksansia dalam usaha untuk menurunkan
berat badan tubuh.(7,9)
Perilaku obsesif kompulsif, depresi dan anxietas adalah gejala
psikiaatrik anoreksia nervosa lainnya yang paling sering dicantumkan dalam
literature. Pasien cenderung menjadi kaku dan perkfeksionis, disertai keluhan
somatik, terutama ketidaknyamanan epigastrium yang biasanya ditemukan.
Mencuri kompulsif, baisanya permen dan pencahar lazim pada pasien ini.(5)
Penyesuaian seksual yang buruk sering digambarkan pada pasien
dengan gangguan ini. Banyak pasien remaja dengan anoreksia nervosa
mengalami keterlambatan perkembangan seksual psikososial, pada orang
dewasa penurunan minat yang nyata terhadap seks sering menyertai awitan
gangguan.(5)
Ada dua subtipe dari anoreksia nervosa, yaitu(5,6)
a. Tipe membatasi
Selama episode anoreksia nervosa saat ini, pasien tidak secara
teratur terlibat dalam perilaku pesta makan dan mencahar (yaitu
membuat diri sendiri muntah atau penyalahgunaan laksatif dan
diuretik). Dan pada orang anoreksia nervosa pembatas ini selalu
membatasi pemilihan makanannya, menggunakan kalori sesedikit
mungkin dan seing kali memiliki sifat obsesif kompulsif dalam hal
makanan dan hal lain.
b. Tipe pesta makan/mencahar
Selama episode anoreksia nervosa sekarang, pasien secara teratur
terlibat dalam pesta makan atau mencahar. Beberapa pasien tidak
dapat secara terus menerus mengendalikan pembatasan
makanannya sehingga mereka melakukan pesta makan yang
biasanya terjadi secara rahasia dan sering kali pada malam hari.
Muntah diinduksi oleh diri sendiri yang sering kali mengikuti pesta

5
makan dan pasien juga menyalahgunakan laksatif bahkan diuretik
untuk menurunkan berat badan.

Modus tampilan pada anoreksia nervosa ini meliputi: (5)

a. Remaja dibawa ke ginekolog dengan amenore sebagai keluhan utama


(20% mengalami amenore mendahului penurunan berat badan)
b. Remaja dengan episode penurunan berat badan tersendiri yang berkaitan
dengan stress kehidupan atau depresi
c. Remaja atau dewasa muda dengan anoreksia nervosa kronik progresif,
sering dengan penyakit afektif kambuhan dan penyulit kelaparan, dibawa
keluarga dengan pembatasan makanan, diet dan perilaku di luar kendali
d. Datang ke dokter dengan keluhan contohnya kelelahan, tidak enak perut,
konstipasi, poliuri, intoleransi dingin dan gangguan tidur
e. Sebagian besar tampilan berkaitan dengan tingkat penyangkalan dan
perlawanan yang tinggi terhadap pengobatan

5. Pedoman diagnostic menurut PPDGJ III, F50 gangguan makan(6)


 Ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja,
dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita.
 Untuk suatu diagnosis yang pasti, dibutuhkan semua hal seperti di bawah
ini:
a. Berat badan dipertahankan 15% dibawah yang seharusnya (baik yang
berkurang maupun yang tak pernah dicapai), atau “Quetelet’s body-
mass index adalah 17,5 atau kurang (Quetelet’s body-mass index =
berat (kg) / tinggi (m)2). Pada penderita pra pubertas bisa saja gagal
mencapai berat badan y ang diharapkan selama periode pertumbuhan.

6
b. Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindarkan
makanan yang mengandung lemak dan salah satu atau lebih dari hal-
hal yang berikut ini:
a) Merangsang oleh muntah sendiri
a) Menggunakan pencahar
b) Olahraga berlebihan
c) Memakai obat penekan nafsu makan dan atau diuretic spesifik di
mana ketakutan gemuk terus menerus menyerang penderita,
penilaian yang berlebihan terhadap berat badan yang rendah.
c. Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan “hypothalamic
pituitary gonadal axis” dengan pria sebagai kehilangan minat dan
potensi seksual. (Suatu perkecualian adalah pendarahan vagina yang
menetap pada wanita yang anoreksia yang menerima terapi hormon,
umumnya dalam bentuk pil kontrasepsi). Juga terdapat kenaikan
hormone pertumbuhan, naiknya kadar kortisol, perubahan metabolism
peripheral dan hormon tiroid dan sekresi insulin abnormal.
d. Jika onset terjadinya pada masa pra pubertas, perkembangan pubertas
tertunda, atau dapat juga tertahan (pertumbuhan terhenti, pada anak
perempuan buah dadanya tidak berkembang dan terdapat amenore
primer, pada anak laki-laki genitalnya tetap kecil). Pada penyembuhan,
pubertas kembali normal, tetapi “menarche” terlambat.

6. Evaluasi klinik(5,11)
a. Lakukan evaluasi medic lengkap untuk menemukan defisiensi gizi dan
penyakit metabolik. Sebagai tambahan terhadap kekurangan gizi karena
kelaparan, beberapa gangguan akibat kelaparan, beberapa gangguan
kesehatan seperti kanker dan gangguan gastrointestinal dapat
menampilkan gejala berkurangnya berat tubuh yang hebat, kemungkinan

7
itu harus secara lengkap diperiksa. Gangguan keseimbangan elektrolit
dapat disebabkan muntah, diuretic atau laksansia.
b. Pemeriksaan skrining untuk penyalahgunaan obat/zat. Penyalahgunaan
stimulansia dapat menyebabkan berkurangnya berat tubuh walau turunnya
tidak sebanyak seperti pada anoreksia nervosa. Periksalah feses pasien
untuk fenoltalein sebagai bukti penyalahgunaan laksansia.
c. Riwayat keluarga yaitu riwayat penyakit afektif, psikosis, gangguan
makan, obesitas dan penyalahgunaan zat.
d. Uji laboratorium: hitung sel darah lengkap dengan hitung jenis darah,
hitung trombosit, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, kalim fosfat,
magnesium, protein total, albumin serum, kolesterol, alanine dan aspartate
aminotransferase, fosfatase alkali, bilirubin, amylase, triyodotironin
tiroksin dan kadar hormon perangsang tiroid (TSH), urinalisis.
e. Evaluasi pasien untuk adanya depresi karena pasien anorekti sering
mengalami depresi.
f. Bila terdapat komplikasi penyakit, pengobatan paksa mungkin akan
dibutuhkan contoh pemberian makanan melalui pipa atau cairan intravena.
Bila ada krisis keluarga atau resiko bunuh diri perawatan rawat inap
mungkin dibutuhkan.
g. Pendekatan secara kognitif untuk mengubah persepsi pasien tentang citra
tubuhnya mungkin berguna. Tetapi keluarga amat dianjurkan.

7. Komplikasi pada anoreksia nervosa (12,13)


a. Berhubungan dengan penurunan berat badan
1. Dermatologik: kulit kering, pucat, lanugo (rambut halus seperti
bayi di seluruh tubuh)
2. Jantung: lebih ditemukan bradikari dan hipertensi
3. Pencernaan: kembung, konstipasi dan nyeri abdomen

8
4. Reproduktif: amenore, kadar luteinizing hormon (LH) dan FSH
yang rendah
5. Skelet: osteoporosis (kadar estrogen serum rendah dan asupan
protein dan kalsium yang rendah)
b. Berhubungan dengan obat pencahar (muntah dan penyalahgunaan
laksatif)
1. Metabolik: kelainan elektrolit terutama alkalosis hipokalemik dan
hipoglikemik
2. Gigi: erosi enamel gigi terutama gigi depan dengan kerusakan gigi
yang bersangkutan
3. Neuropsikiatrik: kejang (berhubungan dengan gangguan
elektrolit), kelelahan dan kelemahan

8. Diagnosa banding

noreksia nervosa harus dibedakan dari kekurangan berat badan yang


disebabkan oleh macam-macam penyakit medis seperti neoplasma, tbc,
penyakit hipotalamus, endocrinopathi, penyakit Addison, hiperthyroidism,
DM. Pasien dengan macam-macam penyakit ini tidak terdapat perasaan takut
gemuk.

Gangguan depresif dan anoreksia nervosa memiliki beberapa ciri yang


sama. Seperti perasaan depresi, ucapan merengek, gangguan tidur,
perenungan obsesif, dan kadang-kadang pikiran bunuh diri, tapi dapat
dibedakan, pasien gangguan depresif mengalami suatu penurunan nafsu
makan. Sedangkan seorang pasien anoreksia mengaku memiliki nafsu makan
yang normal dan merasa lapar. Anoreksia nervosa harus dibedakan dari
bulimia nervosa. Suatu gangguan dimana pesta makan episodik – diikuti oleh
mood depresif, pikiran menyalahkan diri sendiri, dan seringkali muntah yang
diinduksi diri sendiri.

9
9. Terapi (9,10)
a. Rawat inap
Indikasi hospitalisasi pasien dengan anoreksia nervosa adalah:
a) Perilaku bunuh diri, depresi berat, psikosis
b) Gangguan metabolik berat (nadi <40 kali/menit, suhu <360C,
tekanan darah sistolik <70 mmHg, kalium serum <2,5 nmol/L)
c) Gangguan elektrolit
d) Kehilangan berat badan >30% dalam 3 bulan
e) Diabetes mellitus yang tidak terkontrol
f) Penyalahgunaa laksantif
g) Makan pencahar tidak terkendali
h) Kegagalan pengobatan pada pasien rawat jalan
b. Pemberian kembali makanan
a) Kontrak untuk suatu berat badan yang dapat diterima, tujuan
adalah pertambahan berat badan 1-2 ponds selama minggu pertama
dan 3-5 ponds/minggu sesudahnya.
b) Mulai dengan 800 hingga 1200 kkal/hari dalam makanan kecil
yang sering untuk menghindarkan rasa kembung.
c) Secara berangsur-angsur tingkatkan asupan menjadi 1800 hingga
3000 kkal/hari.
d) Sesuaikan cairan untuk membantu mencapai sasaran kalori
e) Suplemen vitamin dan mineral, khususnya kalsium (1000-1200
mg/hari)
f) Serat larut dari sumber padi-padian mengurangi konstipasi dan
meningkatkan eliminasi
g) Produk susu sesuai toleransi (kemungkinan intoleransi laktosa
akibat kelaparan)

10
c. Psikoterapi
- Terapi perilaku kognitif
Prinsip terapi perilaku dan kognitif dapat diterapkan di
lingkungan rawat inap maupun rawat jalan. Terapi perilaku
ternyata efektif untuk mencetuskan peningkatan berat badan.
Pasien diajarkan mengawasi asupan makanan, emosi, perasaan,
perilaku makan berlebihan dan mengeluarkan kembali, serta
masalah mereka di dalam hubungan interpersonal. Pada metode ini
pasien belajar berpikir dan membuat strategi untuk menghadapi
masalah yang berkaitan dengan makanan.
- Psikodinamik
Fase pembukaan proses psikoterapi harus diarahkan untuk
membangun hubungan terapeutik. Pasien mungkin akan
merasakan interpretasi awal seolah-olah seseorang mengatakan
pada mereka apa yang benar-benar mereka rasakan sehingga yang
sebenarnya dirasakan sendiri menjadi minimal dan tidak berlaku
lagi. Di atas semua itu, psikoterapi harus fleksibel, persisten dan
tahan lama dalam menghadapi kecenderungan pasien mnegalahkan
semua upaya untuk membantu mereka.
- Terapi keluarga
Beberapa terapi keluarga telah digunakan dalam pengobatan
anoreksia nervosa.Terdapat sedikit penelitian formal mengenai
efektifitas pengobatan ini. Pasien dengan awita penyakit sebelum
umur 18 tahun dan lama penyakit kurang dari 3 tahun tampaknya
paling responsive terhadap terapi keluarga.
- Terapi psikotropik
a. Anti depresi
Beberapa pasien telah memperlihatkan respon bermakna
terhadap desipramin, imipramine atau amitriptilin dalam

11
hubungannya dengan perbaikan dalam pertambahan berat badan
dan gejala depresif. Inhibitor monoamine oksidase dan lithium
telah dilaporkan bermanfaat dalam pengobatan pasien dengan
anoreksia nervosa. Anti depresi harus diberikan secara hati-hati
setelah memperbaiki hipotensi dan kelainan elektrolit serta EKG.
Mulai dengan dosis yang rendah yaitu Desipiramin 25 mg dan
secara berangsur-angsur tingkatkan dosis menjadi 150-200
mg/hari.
Mekanisme kerja obat dari anti depresi adalah menghambat
reuptake aminergic neurotransmitter, menghambat penghancuran
oleh enzim monoamine oksidase sehingga terjadi peningkatan
jumlah aminergic neurotransmitter pada sinaps di neuron SSP
(sistem saraf pusat).
Efek samping obat anti depresi dapat berupa sedasi (rasa
mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif menurun), efek antikolinergik (mulut kering,
retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi), efek
anti adrenergikalfa (perubahan EKG, hipotensi), efek neurotoksis
(tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia).
Efek samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi
dari penderita) biasanya berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap
diberikan dengan dosis yang sama.
Pada keadaan overdosis atau intoksikasi trisiklik dapat
timbul atropine toxic syndrome dengan gejala eksitasi SSP,
hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, toxic confusional state
(confusion, delirium, disorientasi). Tindakan untuk keadaan
tersebut adalah gastic lavage, diazepam 10 mg (intramuscular)
untuk mengatasi konvulsi, prostogmine 0,5-1 mg (intramuscular)

12
untuk mengatasi efek anti kolinergik dan monitoring EKG untuk
kelainan jantung.

- Siproheptadin (Periactin)
Antagonis serotonin dan histamin meningkatkan berat badan
secara ringan dan mengurangi gejala depresif pada pasien dengan
anoreksia nervosa jika diberikan dalam dosis tinggi yaitu 32
mg/hari.

- Obat anti depresi SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)


yaitu:
a. Sertraline (Zoloft) = dosis: 50-100 mg/hari, sediaan: 50 mg
b. Paroxetine (Seroxat) = dosis: 24-40 mg/hari, sediaan: 20 mg
c. Fluvoxamine (Luvox) = dosis: 50-100 mg/hari, sediaan: 50 mg
d. Fluoxetine (Prozac) = dosis: 20-40 mg/hari, sediaan: 20 mg

10. Prognosis
Indikator prognosis yang baik pada anoreksia nervosa adalah (5,13)
a. Umur awitan yang dini
b. Kembali pada haid normal
c. Riwayat kerja dan sekolah premorbid yang baik
d. Pekerjaan professional

Indikator prognosis negatif pada anoreksia nervosa adalah:(5)

a. Awitan yang lanjut atau stadium kronik penyakit pada temuan pertama
b. Sejumlah bear kegagalan rawat inap dan pengobatan
c. Prognosis pria sering kali lebih buruk disbanding dengan wanita, pada pria
lebih lazim psikopatologik primer yang lebih serius
d. Status sosioekonomi yang lebih rendah

13
e. Adanya bulimia disamping anoreksia nervosa
f. Riwayat obesitas premorbid
g. Adanya psikopatologi serius pada orang tua
h. Emosi terekspresif negatif tinggi dalam keluarga

Perjalanan gangguan anoreksia nervosa sangat beragam. Pasien anoretik


subtipe membatasi makanan tampak lebih kecil kemungkinannya untuk pulih
daripada mereka yang memiliki tipe makan nerlebihan/mengeluarkan makan
kembali.(14)
Studi hasil 10 tahun di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kira-kira
seperempat dari pasien pulih sempurna dan setengah lainnya sangat membaik.
Seperempat lainnya mencakup angka mortalitas keseluruhan 7% dan mereka
yang berfungsi buruk dengan keadaan kronis berat badan kurang.(14)

14
BAB III

KESIMPULAN

Anoreksia nervosa merupakan suatu gangguan makan yang ditandai oleh


gangguan citra tubuh dan membatasi jumlah makanan dengan amat sangat
ketat.Umur awutan terutama pada rentang umur 13-25 tahun, puncak pada
umur 14-18 tahun.Anoreksia nervosa umunya 95% ditemukan pada wanita.
Kriteria diagnostik untuk anoreksia nervosa yaitu:
 Ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja,
dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita.
 Untuk suatu diagnosis yang pasti, dibutuhkan semua hal seperti di bawah
ini:
a. Berat badan dipertahankan 15% dibawah yang seharusnya (baik yang
berkurang maupun yang tak pernah dicapai), atau “Quetelet’s body-
mass index adalah 17,5 atau kurang (Quetelet’s body-mass index =
berat (kg) / tinggi (m)2). Pada penderita pra pubertas bisa saja gagal
mencapai berat badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan.
b. Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindarkan
makanan yang mengandung lemak dan salah satu atau lebih dari hal-
hal yang berikut ini:
- Merangsang oleh muntah sendiri
- Menggunakan pencahar
- Olahraga berlebihan
- Memakai obat penekan nafsu makan dan atau diuretic
c. Terdapat distorsi “body image” dalam bentuk psikopatologi yang
spesifik di mana ketakutan gemuk terus menerus menyerang penderita,
penilaian yang berlebihan terhadap berat badan yang rendah.

15
d. Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan”hypothalamic
pituitary gonadal axis” dengan pria sebagai kehilangan minat dan
potensi seksual. (Suatu kekecualian adalah pendarahan vagina yang
menetap pada wanita yang anoreksia yang menerima terapi hormon,
ummnya dalam bentuk pil kontrasepsi). Juga terdapat kenaikan
hormone pertumbuhan, naiknya kadar kortisol, perubahan metabolism
peripheral dan hormon tiroid dan sekresi insulin abnormal.
e. Jika onset terjadinya pada masa pra pubertas, perkembangan pubertas
tertunda, atau dapat juga tertahan (pertumbuhan terhenti, pada anak
perempuan buah dadanya tidak berkembang dan terdapat amenore
primer, pada anak laki-laki genitalnya tetap kecil). Pada penyembuhan,
pubertas kembali normal, tetapi “menarche” terlambat.

Ada dua subtipe dari anoreksia nervosa yaitu tipe membatasi (restricting
type) dan tipe pesta makan/mencahar. Penggunaan Cyproheptadin suatu obat
dengan sifat antihistamin dan anti serotonin dan Amitriptilin (Elavil)
dilaporkan dapat memberi manfaat. Pada pasien anoreksia nervosa dengan
gangguan depresif yang juga ada, keadaan depresif harus diatasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Eating Disorder Throughout the World, Academy for Eating Disorder, 2006.
2. National Institute of Mental Health, 2007
3. Tsuboi. “Eating disorder inAdolescenece and Their Implication”. Toho
University.2005. hal 1-7
4. American Psychiatric Association (APA)
5. Gangguan Makan in Saddock, James Benjamin, Saddock, Alcott Virginia, Buku
Ajar Psikiatri Klinis (Kaplan and Sadock’s Concise Textbook of Clinical
Psychiatry); EGC: Hal 329-333.
6. Anoreksia Nervosa in Kaplan, I Harold Sadock, J Benjamin: Ilmu kedokteran
Jiwa Darurat; EGC: Jakarta. 2010: Hal 138-141.
7. Anoreksia Nervosa in Muslim Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkas dari PPDGJ III. Hal 75.
8. Wapadji S, et al : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Balai penerbit FK
UI, Jakarta, 2001, Hal : 773-7
9. B, Evelyn Attia. “Treatment in Psychiatry Anoreksia Nervosa”. The American
Journal of Psychiatry. Volume 164. 2007. Hal 1-5.
10. I.P, Dike. Anoreksia and Bulimia Nervosa. Journal of Psychology and Conseling
Volume 2; Academic Journal. 2009. Hal 1-8.
11. Duvvuri, Vikas. Kaye, Walter H. Anoreksia Nervosa. Clinical Synthesis. Fall
Volume VII; Focus Psychiatry. 2009. Hal:445-460.
12. Yager, Joel. Andersen, Arnold E. Anoreksia Nervosa. The New England Journal
of Medicine; NEJM. 2005: Hal 1481-1486.
13. Anoreksia Nervosa. National Eating Disorders Association; NEDA. 2005. Hal 1-
12
14. Obat Anti Depresi in Muslim Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik;
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. 2007: Hal 23-30.

17

You might also like