Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1 Untuk mengetahui Athritis Gout dan asuhan keperawatan pada
pasien Athritis Gout.
1.4 Manfaat
Dari makalah ini diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat memahami
pengertian dan asuhan keperawatan dari athritis gout. Dan dapat mencegah
terjadinya penyakit tersebut. Mengetahui tanda dan gejala sehingga kita
sebagai perawat mampu bertindak sesuai dengan suhan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada
tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi dan jenis
jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut) dan menurut
fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada
persendian).
Ø Klasifikasi struktural persendian :
1. sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara
tulangdihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua
subtipeyaitu sutura dan sindemosis
2. sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago
hialin,disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi
subtipeyaitu sinkondrosis dan simpisis; dan
3. sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat
mengalami pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya
dilapisi olehkartilago hialin. Kapsul sendi membungkus tendon-tendon
yang melintasisendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat bergerak
penuh.Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna kekuningan,
bening, tidak membeku dan mengandung lekosit.asam hialuronidase
bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh
Otot (musculus)
merupakan suatu
organ atau alat yang
memungkinkan tubuh
dapat bergerak.Ini
adalah suatu sifat
penting bagi
organisme.Gerak sel
terjadi karena sitoplasma mengubah bentuk.Pada sel – sel, sitoplasma
ini merupakan benang – benang halus yang panjang disebut miofibril.
Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek.
Dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya kearah tertentu
(berkontraksi).
a. Ciri-ciri Otot
1. Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau
mungkin juga tidak melibatkan pemendekan otot. Serabut akan
terolongasi karena kontraksi pada setiap diameter sel berbentuk
kubus atau bulat hanya akan menghasilkan pemendekan yang
terbatas.
2. Eksitabilitas
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh
implus saraf.
3. Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi
panjang otot saat relaks.
4. Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah
berkontraksi atau meregang.
A. Tendon
Tendon merupakan berkas (bundel) serat kolagen yang melekatkan
otot ke tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh
kontraksi otot ke tulang. serat kolagen dianggap sebagai jaringan ikat
dan dihasilkan oleh sel-sel fibroblas.
B. Ligament
Ligament adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke
tulang, biasanya di sendi.Ligament memungkinkan dan membatasi
gerakan sendi.
C. Bursae
Adalah kantong kecil dari jaringan ikat. Dibatasi oleh membran
sinovial dan mengandung cairan sinovial.Bursae merupakan bantalan
diantara bagian-bagian yang bergerak seperti pada olekranon bursae
terletak antara prosesus olekranon dan kulit.
2.2 Definisi
Istilah gout berasal dari kata “gutta” yang berarti tetesan. Konon,
menurut kepercayaan masyarakat pada saat itu, gout muncul sebagai akibat
dari tetesan roh jahat yang masuk kedalam sendi. Penyakit gout dapat
dijumpai disetiap negara di dunia. Hasil penelitian epidemologis
menunjukkan bahwa bangsa Maori di Selandia Baru, Filipina, dan bangsa-
bangsa dikawasan Asia Tenggara mempunyai kecenderungan menderita
penyakit ini. Di Indonesia, suku Minahasa dan Tapanuli berpeluang
menderita penyakit gout lebih tinggi dibandingkan dengan suku-suku yang
lainnya (Junaidi, 2013:80).
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu
penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah
dikenal sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri
infalamasi satu sendi.
Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang
paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada
jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan
kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan
tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa
menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi
beberapa sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok
gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat
(hiperurisemia).
Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam
nukleat endogen (asam deoksiribonukleat). (Syukri,
2007). Gout dapat bersifat primer, sekunder,
maupun idiopatik. Gout primer merupakan akibat
langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam
urat. Gout sekunder disebabkan karena
pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang
2.2 Epidemologi
2.3 Etiologi
terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan
metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari
ginjal.
pria usia 40-75 (Beyond, 2013). Menurut survey yang diadakan oleh
National Health and Nutrition Examinition Survey (NHANES), rasio
penderita hiperurisemia sebagai berikut:
Usia diatas 20 tahun : 24%
Usia 50-60 tahun : 30%
Usia lebih tua dari 60 tahun : 40%
Rata-rata penduduk Asia : 5-6%
Resiko serangan gout mencapai puncaknya pada saat seseorang berusia 75
tahun, setelah berusia di atas 75 tahun, resiko gout semakin menurun,
bahkan tidak ada resiko sama sekali. Kecuali, jika penyakit tersebut
merupakan perkembangan dari penyakit gout kronis yang sebelumnya
telah dialami (Lingga, 2012:24).
c) Dehidrasi
Kekurangan cairan didalam tubuh akan menghambat ekskresi asam
urat. Pada dasarnya semua cairan itu adalah pelarut. Namun, daya larut
setiap cairan berbeda-beda. Air yang memiliki daya larut paling tinggi
adalah air putih. Air putih dapat melarutkan semua zat yang larut di dalam
cairan, termasuk asam urat. Air diperlukan sebagai pelarut asam urat yang
dibuang atau diekskresi melalui ginjal bersama urine. Jika tubuh
kekurangan air, maka akan menghambat ekskresi asam urat sehingga
memicu peningkatan asam urat. Saat volume cairan tubuh kurang, maka
sampah sisa metabolisme pun akan menumpuk. Penumpukan asam urat
dan sisa metabolisme itulah yang menimbulkan nyeri di
persendian (Lingga, 2012:166).
d) Makan berlebihan
Asupan purin dari makanan akan menambah jumlah purin yang beredar di
dalam tubuh. secara teknis, penambahan purin yang beredar di dalam
darah tergantung pada jumlah purin yang berasal dari makanan. Artinya,
semakin banyak mengkonsumsi purin, semakin tinggi kadar asam urat
(produk akhir metabolisme purin) dalam tubuh (Lingga, 2012:98).
e) Konsumsi alkohol
Sejumlah studi mengatakan konsumsi alkohol memiliki pengaruh sangat
besar dalam meningkatkan prevalensi gout pada penggemar alkohol.
Dampak buruk alkohol akan semakin nyata pada individu yang mengalami
obesitas. Sebuah studi yang dilakukan di Jepang oleh Shirusi H. (2009)
menemukan korelasi nyata antara konsumsi alkohol dan obesitas terhadap
hiperurisemia. Resiko konsumsi alkohol semakin tinggi jika dilakukan
oleh penderita obesitas. Dikatakan bahwa penderita obesitas yang gemar
mengkonsumsi akohol dipastikan mengalami gout (Lingga, 2012:47).
f) Obat-obatan
Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya hiperurisemia.
Mis. Diuretik, antihipertensi, aspirin, dsb. Obat-obatan juga mungkin
untuk memperparah keadaan. Diuretik sering digunakan untuk
menurunkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, tetapi hal
tersebut juga dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk membuang asam
urat. Hal ini pada gilirannya, dapat meningkatkan kadar asam urat dalam
darah dan menyebabkan serangan gout. Gout yang disebabkan oleh
pemakaian diuretik dapat "disembuhkan" dengan menyesuaikan dosis.
Serangan Gout juga bisa dipicu oleh kondisi seperti cedera dan infeksi.hal
tersebut dapat menjadi potensi memicu asam urat. Hipertensi dan
penggunaan diuretik juga merupakan faktor risiko penting independen
untuk gout. (Luk, 2005)
Aspirin memiliki 2 mekanisme kerja pada asam urat, yaitu: dosis rendah
menghambat ekskresi asam urat dan meningkatkan kadar asam urat,
sedangkan dosis tinggi (> 3000 mg / hari) adalah uricosurik.(Doherty,
2009)
g) Pasca-operasi
Seseorang yang telah menjalani operasi beresiko mengalami kenaikan
kadar asam urat sesaat. Karena penurunan jumlah air yang mereka
konsumsi pasca-operasi menyebabkan ekskresi asam urat terhambat untuk
sementara waktu (Lingga, 2012:28).
2.5 Patofisiologi
Asam urat yang terbentuk dari hasi metaolisme purin akan difiltrasi
secara bebas oleh glumerulus dan direbsobsi di tubulus proksimal ginjal.
Sebagian kecil asam urat diresobsi kemudian diekskresikan di nefron distal
dan dikeluarkan melalui urin.
Kristal urat yang berbentuk seperti jarum atau tusuk gigi dengan
ujung runcing. Dalam polarisasi mikroskop cahaya, kristal urat berwarna
kuning ketika selaras sejajar dengan sumbu kompensator merah dan biru
saat sejajar di arah polarisasi (yaitu, menunjukkan birefringence negatif).
Kristal urat birefringent negatif tegas menetapkan diagnosis arthritis gout.
d. Pemeriksaan Darah
Pengukuran glukosa berguna karena pasien dengan gout berada pada
peningkatan risiko diabetes mellitus. Hati studi fungsi penting karena hasil
abnormal dapat mempengaruhi pemilihan terapi. Pemeriksaan leukosit
akan menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai
3
20.000/mm selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka
leukosit masih dalam batasnormal yaitu 5000 - 10.000/mm3.
e. Radiografi
Foto polos mungkin menunjukkan temuan yang konsisten dengan
gout, tapi temuan ini tidak diagnostic utama. Pada awal penyakit,
radiografi seringkali normal atau hanya menunjukkan pembengkakan
jaringan lunak. Temuan radiografi karakteristik asam urat, yang umumnya
tidak muncul dalam tahun pertama onset penyakit, terdiri dari menekan-
out erosi atau daerah litik dengan pinggiran menggantung.
f. USG
Pemeriksaan ini penting untuk menilai ginjal pasien-pasien dengan
hiperusemia dan penyakit ginjal. Pemeriksaan ini untuk mengetahui ada
tidak batu asam urat.
2.8 Penatalksanaan
a. Penatalaksanaan non medik.
Sasaran terapi gout atritis yaitu mempertahankan kadar asam urat
dala serum dibawah 6mg/dL dan nyeri yang diakibatkan oleh
penumpukan asam urat. Tujuan terapi yang ingin dicapai yaotu
mengurangi peradangan dan nyeri sendi yang ditimbulkan oleh
penumpukan kristal monosodium urat monohidrat. Kristal tersebut
ditemukan pada jaringan kartilago, subkutan dan jaringan partikular,
tendon, tulang, ginjal, serta beberapa tempat lainnya. Selain itu, terapi
gout juga bertujuan untuk mencegah tingkat keparahan penyakit lebih
lanjut karena penumpukan kristal dala medula ginjal akan
menyebabkan Chronic Urate Nephropathy serta meningkatkan resiko
terjadinya gagal ginjal. Terapi obat dilakukan dengan mengobtai nyeri
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang muncul akibat arthritis pirai antara lain:
a. Gout kronik bertophus
Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi) di
sekitar sendi yang sering meradang. Tofi adalah timbunan kristal
monosodium urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi,
sinovial, bursa atau tendon. Tofi bisa juga ditemukan di jaringan lunak
dan otot jantung, katub mitral jantung, retina mata, pangkal
tenggorokan.
b. Nefropati gout kronik
Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia.terjadi akibat
dari pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada jaringan
ginjal bisa terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan merusak
glomerulus.
c. Nefrolitiasi asam urat (batu ginjal)
Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa
menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau
infeksi. Air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk
batu seperti kalsium, asam urat, sistin dan mineral struvit (campuran
magnesium, ammonium, fosfat).
d. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang
e. Peradangan tulang, kerusakan ligament dan tendon( Emir Afif, 2010 )
2.10 Prencegahan
2.11 Prognosis
Rata rata, setelah serangan awal, diramalkan 62 % yang tidak diobat akan
mendapat serangan ke 2 dalam 1 tahun, 78 % dalam 2 tahun, 89 % dalam 5
tahun serta 93 % dalam 10 tahun. Seiring perjalanan waktu, pasien yang
tidak diobati dengan serangan berulang akan mempunyai periode
interkritikal yang lebih pendek, meningkatnya jumlah sendi yang
terserang, dan meningkatkan disability. Diperkirakan 10-20 % pasien
dengan pessngendalian yang jelek atau tidak diobati akan mengalami
perkembangan tofi dan 29 % nefrolitiasis pada kurang lebih 11 tahun
setelah serangan awal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia, lamat, agama, bahasa
yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosis medis.
Keluhan utama: Pada umunya keluhan utama artritis reumatoid
adalah nyeri pada daerah sendi yang mengalami masalah.Untuk
mempperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat
dapat menggunakan metode PQRST.
adalah peradangan.
bersifat menusuk.
B4 ( bladder)
- Biasanya produksi urine dalam batas normal nomun jika sudah
mengalami komplikasi maka akan mengalami gangguan pada
produksi urin.
B5 ( bowel )
- Kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi
perlu dikaji frekuensi, konsistensi,warna, serta bau feses, namun
pada beberapa penderita merasa mual dan muntah
B6 (bone)
- keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utama yang
mendorong klien mencari pertolongan
- ada nyeri tekan pada sendi yang membengkak
- hambatan gerahan sendi biasanya semakin memberat
3. Pemeriksaan diagnostic : Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat
perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada
kasus lebih lanjut, terlihat erosi tulang seperti lubang – lubang kecil ( punch
out ).
3.3 Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan respon peradangan.
Tujuan: dalam waktu 1x 24 jam nyeri berkurang.
Kriteria Hasil:
Secara subjektif klien mengatakan nyeri berkurang
Skala nyeri mencapai 0-1
Klien tampak rileks atau tidak meringis
TTV :
TD : 120/80mmHg
RR: 16-24x/mnt
HR : 60-100x/mnt
Suhu: 36,5-37,5°C
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Kaji nyeri dengan menggunakan Untuk mengetahui kondisi nyeri yang
PQRST dialami klien .
2. Tingkatkan pengetahuan tentang membantu mengurangi nyeri dan
penyebab nyeri meningkatkan kepatuhan klien
terhadap rencana terapeutik
3. Hindarkan klien minum alcohol, pemakaian alcohol, cafein, dan obat
cafein, dan obat diuretic diuretic akan menambah peningkatan
kadar asam urat dalam serum
Observasi:
4. Observasi lokasi nyeri, untuk memudahkan dalam proses
intensitas tipe nyeri dan skala penyembuhan.
nyeri
HE:
5. Ajarkan teknik relaksasi yang akan melancarkan peredaran darah
terkait ketegangan otot rangka sehingga kebutuhan oksigen pada
yang dapat mengurangi jaringan terpenuhi dan mengurangi
intensitas nyeri. nyeri
kerusakan
Kolaborasi:
5. Kaji mobilitas yang ada dan kemampuan mobilisasi ekstermitas
observasi adanya peningkatan dapat ditingkatkan dengan latihan fisik
kerusakan dari tim fisioterapi
3. Ganguuan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh, tulang dan
sendi
Tujuan: dalam waktu 1x 24 jam citra diri klien dapat meningkat
Kriteria Hasil:
Klien mampu mengatakan dan mengkomunikasikan dengan orang
terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi
Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.
Mengakui dan menggabungkan dalam konsep diri
Kepercayaan diri klien meningkat
Klien mulai menerima keadaannya
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Kaji perubahan persepsi dan Untuk mengetahui persepsi klien
hubungan dengan derajat mengenai perubahan yang dialami
ketidakmampuan sehingga dapat menentukan intervensi
selanjutnya.
2. Tingkatkan kembali realitas bahwa Untuk membantu klien dalam
masih dapat menggunakan sisi yang mengembalikan kepercayaan dirinya
sakit dan belajar mengontrol sisi sehingga klien dapat menerima keadaan
yang sehat yang dialaminya saat ini.
3. Berikan penguatan positif terhadap Kata-kata penguatan dapat mendukung
4. Pola nafas inefektif berhubungan dengan oksigen dalam darah menurun yang
ditandai dengan sesak napas.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x35 menit pasien
mampu mempertahankan pola pernapasan efektif dan sesak nafas berkurang
Kriteria Hasil :
- RR: 16-24x/mnit
- pernafasan cuping hidug (-)
- Retaksi Intercosta (-)
- Suara nafas visikuler
- Sesak nafas (-)
Intervensi Rasional
MANDIRI :
1. Ajarkan pasien pernafasan 1. Membantu pasien memperpanjang
diafragmatik dan waktu ekspirasi.Dengan teknik ini
pernafasan bibir pasien akan bernafas lebih efisien dan
efektif.
Observasi
3. Pantau asupan cairan Mencegah terjadinya dehidrasi
sehingga tidak memperburuk keadaan
pasien
Kolaborasi:
Beriakn obat antipiretik sesuai dengan Antipiretik membantu mengontrol
anjuran peningkatan suhu tubuh
Intervensi Rasional
MANDIRI
1. Catat keluaran urine; 1. Penurunan aliran urine secara tiba-tiba
selidiki penurunan / dapat mengindikasikan obstruksi/
penghentian saluran urine disfungsi atau dehidrasi
secara tiba-tiba 2. Mempertahankan hidrasi atau aliran
2. Tingkatkan atau urine dengan baik
pertahankan intake cairan
KOLABORASI
1. Berikan cairan IV sesuai 1. Membantu mempertshankan sirkulasi
indikasi yang adekuat dan aliran urine
2. Peningkatan kadar purin memudahkan
2. Perhatikan pemberian pembentukan kristal pada renal
makanan yang berkadar sehingga mengganggu aliran urine
purin tinggi
OBSERVASI
Awasi TTV. Kaji nadi perifer, Indikator keseimbangan cairan. Menunjukkan
turgor kulit, mukosa mulut dan tingkat hidrasi dan keefektifan terapi
timbang tiap hari. pengganti cairan
Kriteria Hasil :
3.4 Evaluasi
1. Nyeri berkurang
Klien tampak lebih rileks dan tidak meringis
Klien melaporkan bahwa nyeri sudah berkurang
Saat dilakukan observasi dalam keadaan normal
2. Kekakuan sendi berkurang
Klien melaporkan bahwa sudah dapat mengggerakkan anggota
tubuhnya
Klien tampak lebih bertenaga
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddath. 2001. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1990. Patologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Noor Helmi, Zairin. 2013. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta
Salemba Medika:
Noer, Syaifoellah. 1996. Buku Ajar Penyakit dalam Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31060/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 04 September 2015 pukul 09.00 WIB
http://eprints.ums.ac.id/25930/11/Naskah_Publikasi_Ilmiah.pdf diakses pada
tanggga o4 September 2015 pukul 09.00 WIB
Gangguan fungsi ginjal Kekurangan cairan Asupan purin ↑ Fluktuasi konsentrasi Fungsi ginjal ↓
dalam tubuh urat serum
Perubahan Jumlah purin Metabolisme ginjal ↓
metabolisme tubuh Menghambat pelarutan dalam tubuh ↑ Pembuangan urin
zat dalam tubuh dalam ginjal terhambat Penumpukan asam urat
Perubahan filtrasi Metabolisme purin ↑
Menghambat Ekskresi asam urat ↓ Ekskresi asam urat ↓
Jumlah purin ↑ ekskresi urat Jumlah asam urat ↑
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Pengendapan Respon radang Pengendapan Asam urat tetap Menyumbat Pengendapan kristal
kristal urat kristal urat pada tubulus glomerulus urat
Kerusakan lisosom ginjal
Terbentuknya Penumpukan kristal Pengendapan pada GFR ↓ Penimbunan pada
tofus pada sendi tubulus ginjal membran sinovial
Selaput protein rusak
Darah banyak &tulang rawan
Tofus berada Menekan daerah kristalisasi mengandung
Robeknya membran &
pada otot jantung sekitar CO₂, natrium
pelepasan oksidase Degenerasi tulang
Menyumbat rawan sendi
Fungsi jantung Enzim lisosom dilepas Adanya eritema, glomerulus Darah banyak
mengalami ↓ disinovial terjadi pembengkakan mengandung Adanya tofus
Adanya banyak asam
Aliran darah ke Intensitas inflamasi ↑ Merangsang penyumbatan Terbentunya
seluruh tubuh ↓ aliran kemih Merangsang
hipotalamus fibrosis, akilosis
HCL di dalam
↑ suhu tubuh pada tulang
Produksi urin lambung
O₂ yang dibawa darah ↓ nosiresptor
mengalami gangguan
MK: hipertermi Mual, muntah Benjolan pada
Sesak nafas MK: nyeri tulang & sendi
MK: gangguan
eliminasi urin (oliguri) anoreksia
MK: pola nafas Perubahan
inefektif MK: gangguan tulang & sendi
pemenuhan nutrisi
MK: gangguan
citra diri
Pembentukan
tukak pada sendi
Tofus mengering
Pembatasan gerak
MK: hambatan
mobilitas fisik