You are on page 1of 4

Fenomena Video Advertising di Era Digital Marketing

Tidak hanya fashion dan life style saja yang memiliki trend di setiap tahunnya.
Perkembangan trend juga berlaku di dunia digital khususnya Digital Marketing.Era Digital
Marketing banyak dimanfaatkan oleh marketer untuk memasarkan produk, jasa dan
membangun merek secara digital melalui saluran digital. Adanya Tren digital marketing ini
mengubah konsep pemasaran konvesional menjadi modern dengan memanfaatkan saluran
digital seperti sosial media, iklan PPC, periklanan secara digital, dan lain lain. Saluran digital
marketing meliputi : website, aplikasi berbasis sosial media, penempatan banner, email
pemasaran, pemasaran melalui perangkat mobile, iklan pay per click, Billboard dan hal lain
yang masih berhubungan dengan sarana digital. Adanya tren digital ini juga diharakan
menjadi salah satu senjata ampuh dalam pemasaran produk.

Digital marketing meliputi 3 unsur yakni internet marketing, digital advertising, sms,
TV, radio dan Billboard. emakin banyak marketer yang mengandalkan Digital Marketing
sebagai salah satu strategi untuk mendongkrak kinerja brand mereka, baik dari sisi awareness,
reputasi, maupun sales. Digital Marketing merupakan strategi pemasaran yang luas,
kompleks dan cepat berkembang.

Tren digital marketing yang diharapkan memiliki prospek yang cukup tinggi kedepan
salah satunya adalah konten video, maupun video advertising. Kedua tren tersebut diharapkan
mampu menjadi dasar bagi para marketer untuk merancang strategi pemasaran bagi brand
mereka.

Video Advertising

Konten memang masih menjadi fokus utama para marketer dalam merancang strategi Digital
Marketing. Kehadiran creator Youtube ditahun 2016 menjadi masa kejayaan bagi raksasa
media sosial video yang satu ini. Para Youtuber dan Vlogger akan mengubah seluruh
spektrum iklan secara online yang dimana hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan
penerimaan dari iklan video antara user dan advertiser.

Tentu peluang ini bisa dimanfaatkan di dunia Digital Marketing. Mengingat teks dan gambar
saja tidak cukup untuk menarik perhatian konsumen. Sebenarnya iklan yang selama ini
tayang di televisi, dapat ditampilkan secara lebih menarik dan interaktif lewat konten video di
media digital. Bahkan yang lebih menarik lagi, brand dapat mengintegrasikan konten iklan di
televisi dengan konten video di media digital.

Keunggulan Konten Video

Konten video dalam advertising lebih menarik dan mudah dipahami oleh viewers
karena video dapat berisi teks, gambar, audio untuk menyampaikan pesn atau informasi
dengan jelas dan padat tanpa harus banyak berfikir karena video sudah menyuguhkan apa
yang diperlukan oleh viewers. Dalam penyampaian pesan lebih dipercaya dan mengena pada
viewers, sehingga akan lebih tahan lama di ingatan viewers. Pesan yang disajikan bisa berupa
fakta maupun fiktif bisa berupa informatif, edukatif maupun instruksional (Arief S.
Sadiman.(2009). Media pendidikan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada). Adanya konten
video juga mampu meminimalkan biaya, dibandingkan dengan menggunakan metode
pemasaran konvesional dengan menggunakan brosur, iklan di Televisi, penggunaan konten
video jauh lebih murah karena di dukung oleh situs-situs seperti youtube yang biaya nya jauh
lebih murah, dan mampu memfasilitasi distribusi video dan melakukan analisa perilaku target
konsumen tanpa ada biaya tambahan. Adanya video marketing juga meningkatkan target
konsumen dalam waktu yang singkat, para viewers yang tertarik akan produk tersebut akan
melakukan re-posting, tagging sehingga meningkatkan market share. Di era digital saat ini
banyak yang memanfaatkan sosial media untuk mengisi waktu senggang mereka, hal ini juga
bisa dimanfaatkan oleh para marketer untuk memasarkan produk mereka dengan memahami
kebiasaan para pelanggan, data menyebutkan bahwa sekitar 81% eksekutif pemasaran senior
mempromosikan produk mereka melalui

Akan sedikit sulit untuk berbicara tentang content marketing tanpa membahas raksasa yang
satu ini—video. Digadang-gadang sebagai masa depan dari content marketing, banyak
perusahaan yang berupaya sebisa mungkin untuk memanfaatkan video. Hal ini dapat
dimaklumi. Video online kini telah menjadi tolak ukur untuk membuat sebuah konten
menjadi viral, bahkan sejak era video “Charlie Bit My Finger.”

Axonn Research menemukan bahwa tujuh dari sepuluh responden melihat citra
para brandmenjadi lebih positif setelah menyaksikan video menarik buatan mereka.
Sementara sebuah laporan dari Forrester mengatakan bahwa video berdurasi satu menit
memiliki dampak yang sama dengan artikel berisi 1,8 juta kata.

Walau begitu, masih banyak kekurangan dari video yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu. Suatu hari nanti video mungkin akan menjadi raja di dunia konten. Namun untuk
sekarang video masih harus berjuang untuk meraih mahkota tersebut.

Kelemahan Konten Video

Video bersifat linear

Iklan berbentuk video masih dianggap mengganggu user experience. Alasan terbesarnya
adalah karena pesan yang disampaikan video sangat linear. Ini membuat usaha untuk menarik
perhatian pengguna menjadi lebih besar.

Masalah terjadi ketika audiens mengeklik tombol “Skip Ad” sebelum pesan dalam iklan
berhasil disampaikan. Sebuah studi dari Visible Measures mengklaim bahwa dua puluh
persen pengguna meninggalkan video dalam waktu sepuluh detik atau kurang. Ini menuntut
para pengiklan untuk dapat menyampaikan pesan mereka dengan lebih singkat.

Platform video seperti Vimeo dan YouTube memiliki iklan yang tidak bisa dilewati. Kamu
boleh berpendapat kalau hal ini jauh lebih mengganggu dibanding iklan dalam bentuk lain,
karena video menyita waktu lebih banyak ketimbang banner ad. Sistem berlangganan tanpa
iklan, seperti yang ditawarkan YouTube Red, mengambil keuntungan dari ketidaknyamanan
ini. Begitu juga dengan ad blocker.

Video menyedot paket data


Menurut penelitian Deloitte, traffic yang dihasilkan dari konten audio dan video akan
mencapai 82 persen dari seluruh traffic internet pada 2018. Ini karena konten video sangat
banyak menggunakan data. Pengguna pun semakin selektif ketika mengakses video saat tidak
ada koneksi Wi-Fi.

Fenomena ini terjadi di negara-negara yang pasarnya sedang berkembang, seperti Indonesia
atau Filipina, di mana jaringan internet belum merata dan harganya cenderung mahal.
Sementara kualitas koneksi internet di pasar berkembang masih buruk, dan Wi-Fi gratis
untuk masyarakat masih berupa wacana, penyebaran konten video masih akan terbentur isu
geografis.

Batasan ini akan memengaruhi penggunaan video dalam penerapan inovasi marketing,
seperti location-based advertising. Menurut sebuah studi dari IAB UK, 66 persen
dari marketer percaya bahwa location-based advertising adalah peluang paling menarik di
tahun 2016. Apabila konsumen masih sayang menggunakan paket data mereka untuk
mengakses video, maka iklan video yang menyasar pengguna perangkat mobile akan kurang
efektif.

Sebuah iklan video Starbucks, misalnya, secara teoritis akan lebih efektif bila “disebarkan”
ke calon pelanggan yang berada dekat outlet. Namun ini tidak akan berlaku jika mereka tidak
memiliki akses terhadap koneksi Wi-Fi yang memadai.

Video adalah “bahasa” yang sulit dipelajari

Sumber: YouTube

Para brand seringkali kesulitan “berbicara” dengan golongan anak muda yang ada di dalam
demografis mereka. Ketika brand mencari tahu cara memikat audiens untuk membeli produk
mereka lewat iklan video, netizen lebih memilih untuk menonton video kucing melawan
zombi atau video lelucon.

Hal ini dapat dimaklumi, karena tidak ada yang tahu formula untuk membuat video
menjadi viral. Salah melangkah sedikit saja, upayamu akan sia-sia. Seperti misalnya langkah
HTC melakukan rap battle dengan kompetitornya pada 2015.

Tidak ada aturan baku untuk membuat sebuah video menjadi populer atau viral. Selain itu
ada banyak sekali kompetitor di luar sana.

YouTube, leluhur dari situs video online, diperkirakan telah menerima hingga satu
miliar unique visitor setiap bulannya. Menurut data tahun 2015 dari CEO YouTube Susan
Wojcicki, ada lebih dari 400 jam video yang diunggah setiap menitnya. Ini berarti apabila
kamu mengunggah video berdurasi lima menit, saat itu juga kamu bersaing dengan konten
lain yang berdurasi 399 jam dan 55 menit.

Melihat ramainya persaingan yang ada, kamu harus membuat konten video yang lebih
menarik untuk mendapatkan perhatian audiens.
Video tidak ramah mesin pencari

Video juga berjuang untuk mendapatkan visibilitas oleh mesin pencari. SEO dari video juga
sangatlah terbatas apabila dibandingkan dengan artikel yang jauh lebih mudah dicerna
Google. Bot tidak dapat menginterpretasikan video seperti bagaimana mereka mengerti
tentang teks dan kode. Video yang tidak dilengkapi dengan caption atau keterangan
berbentuk teks akan lebih sulit lagi untuk bersaing dengan konten tertulis.

Inilah keterbatasan konten video. Dengan kemampuan SEO yang minimal, pengguna akan
cenderung mencari video dari kreator yang sudah mereka kenal. Ini membuat video-video
baru semakin sulit untuk ditemukan. Brand juga akan semakin sulit untuk ditemukan, karena
iklan berbentuk video ini tidak berdampak banyak pada visibilitas mereka di mesin pencari.

Apakah ada jalan tengahnya?

Video adalah medium yang cukup potensial bagi brand untuk menjangkau lebih banyak
audiens, tetapi kamu harus bekerja ekstra keras untuk dapat berhasil dengan upaya tersebut.
Jadi ketika kamu sedang mengerjakan content marketing untuk brand atau perusahaanmu,
jangan langsung menghabiskan seluruh bujet untuk membuat video. Kamu dapat menjangkau
lebih banyak audiens dengan strategi yang lebih beragam.

Bekerja dengan produser video juga dapat membantu agar pesan sampai ke audiens yang
tepat. Influencer dan rumah produksi juga dapat membantumu dengan keahlian yang mereka
miliki, sembari kamu mendapatkan akses ke penonton tetap mereka. Ketimbang membuat
iklan, buatlah konten video native karena ini tidak akan mengganggu pengalaman pengguna.
Kemungkinan video native untuk dibagikan oleh pengguna pun lebih tinggi.

Video mungkin tengah menjadi topik paling dibicarakan belakangan ini. Namun dengan
semakin banyaknya video yang diproduksi oleh media dan brand, hal ini mirip seperti
demam emas pada abad ke-19.

Apabila video terlalu dieksploitasi, medium ini akan hambar dengan lebih cepat. Sehingga
akan lebih baik jika kamu fokus membuat video berkualitas, ketimbang mementingkan
kuantitas. Hal terakhir yang kita butuhkan adalah situs berita yang membuat video dengan
sisipan teks berdurasi satu menit.

Teori

Video Marketing yang cocok di Indonesia

Sumber : http://can.web.id/update-strategi-bisnis-anda-dengan-8-trend-digital-marketing-
yang-akan-mendominasi-di-tahun-2017///

https://id.techinasia.com/seberapa-efektif-iklan-dalam-bentuk-video//

You might also like