You are on page 1of 13

A.

Pengertian
Hepatoma (Hepatocellular Carcinoma/HCC ) adalah tumor ganas hati primer
yang berasaldari hepatosit (kanker hati primer). Hepatoma juga dikenali dengan nama
lain yaitu kanker hati primer, hepatokarsinoma dan kanker hati.
Hepatoma merupakan penyakit tumor jinak hati, penyakit ini biasanya muncul
pada penderita abses hati karena amuba. Tidak jarang pada penderita Hepatoma
terdapat jelas tanda-tanda dari hipertensi portal serta kegagalan faal hati, sebagaimana
tanda-tanda yang terdapat pada penderita cirrhosis hepatic, oleh karena banyak
hepatoma primer mempunyai dasar cirrhosis hepatic terutama type Macronodulair.
Pada penderita hepatoma ketahanan hidupnya antara 4 bulan sampai 1 tahun sejak
ditegakkan diagnosa (Boediwarsono,1979).
Hepatoma adalah masa abnormal pada sel hati,tumor hati dapat berupa bernigna
atau manigna tumor dapat berupa tumor primer atau metastase dari jaringan lain
(Timby,1999).
Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati
primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang
berasal dari sel hati (Misnadiarly, 2007).
Hepatoma(karsitoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari hepatosit
(karsitoma hepatoseluler) atau dari duktus empedu(kolangio karsinoma (Corwin,2009).
Hepatoma adalah kanker pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel
saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya.
B. Etiologi dan epidemologi
Penyebab karsinoma ini tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang
terlihat :
1. Virus Hepatitis B (HBV)
Hubungan antara infeksi kronik HBV dengan timbulnya HCC terbukti kuat, baik
secara epidemiologis klinis maupun eksperimental. Karsinogenisitas HBV terhadap
hati mungkin terjadi melalui proses inflamasi kronik, peningkatan proliferasi
hepatosit, integrasi HBV DNA ke dalam DNA sel pejamu, dan aktivitas protein

1
spesifik HBV berinteraksi dengan gen hati. Pada dasarnya perubahan hepatosit
dari kondisi inaktif (quiescent) menjadi sel yang aktif bereplikasi menentukan
tingkat karsinogenesis hati. Siklus sel dapat diaktifkan secara tidak langsung oleh
kompensasi proliferatif merespons nekroinflamasi sel hati, atau akibat dipicu oleh
ekspresi berlebihan suatu atau beberapa gen yang berubah akibat HBV
(Hussodo,2009). Koinsidensi infeksi HBV dengan pajanan agen onkogenik lain
seperti aflatoksin dapat menyebabkan terjadinya HCC tanpa melalui sirosis hati
(HCC pada hati non sirotik). Transaktifasi beberapa promoter selular atau viral
tertentu oleh gen x HBV (HBx) dapat mengakibatkan terjadinya HCC, mungkin
karena akumulasi protein yang disandi HBx mampu menyebabkan proliferasi
hepatosit. Dalam hal ini proliferasi berlebihan hepatosit oleh HBx melampaui
mekanisme protektif d ari apoptosis sel (Hussodo, 2009).
2. Virus Hepatitis C (HCV)
Prevalensi anti HCV pada pasien HCC di Cina dan Afrika Selatan sekitar 30%
sedangkan di Eropa Selatan dan Jepang 70 -80%. Prevalensi anti HCV jauh lebih
tinggi pada kasus HCC dengan HbsAg-negatif daripada HbsAg-positif. Pada
kelompok pasien penyakit hati akibat transfusi darah dengan anti HCV positif,
interval saat transfusi hingga terjadinya HCC dapat mencapai 29 tahun.
Hepatokarsinogenesis akibat infeksi HCV diduga melalui aktivitas nekroinflamasi
kronik dan sirosis hati (Hussodo, 2009).
3. Sirosis Hati
Lebih dari 80% penderita karsinoma hepatoselular menderita sirosis hati.
Peningkatan pergantian sel pada nodul regeneratif sirosis di hubungkan dengan
kelainan sitologi yang dinilai sebagai perubahan displasia praganas. Semua tipe
sirosis dapat menimbulkan komplikasi karsinoma, tetapi hubungan ini paling besar
pada hemokromatosis, sirosis terinduksi virus dan sirosis alkoholik (Hussodo,
2009).
4. Aflaktosin

2
Aflaktosin B1 (AFB1) merupakan mitoksin yang di produksi oleh jamur
Aspergillus. Dari percobaan binatang diketahui bahwa AFB1 bersifat karsinogen.
Metabolit AFB1 yaitu AFB 1-2-3-epoksid merupakan karsinogen utama dari
kelompok aflatoksin yang mampu membentuk ikatan dengan DNA maupun RNA
(Hussodo, 2009).
5. Alkohol
Meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum berat alkohol
(>50-70g/hari dan berlangsung lama) berisiko untuk menderita HCC melalui sirosis
hati alkoholik. Hanya sedikit bukti adanya efek karsinogenik langsung dari alkohol.
Alkoholisme juga meningkatkan risiko terjadinya sirosis hati dan HCC pada
pengidap infeksi HBV atau HCV (Hussodo, 2009).
C. Manifestasi klinik
Pada tahap awal hepatoma tidak memberi gejala dan tanda klinik. Pada stadium
lanjut mungkin bisa didapatkan gejala dan tanda-tanda seperti:
1. Penurunan berat badan
2. Anoreksia
3. Kehilangan nafsu makan
4. Mual dan muntah
5. Mudah capek dan merasa lelah
6. Hatinya membesar
7. Abdomen (perutnya) membesar
8. Kulit dan matanya kelihatan kuning
9. Kotorannya berwarna putih
D. Stadium
Sistem TNM (tumor,nodul,metastasis) sementara ini yang dijadikan yang
diterima secara luas adalah benar-benar hanya berguna pada pasien yang menjalani
bedah reseksi. Oleh karena sebagian besar pasien unresectable dengan prognosis benar-
benar tergantung pada keberadaan fungsi hatu dari pada ukuran tumor.beberapa sistem

3
stadium telah dievaluasi klinism yang menggabungkan fitur dari hati dan pasien seperti
asites,keterlibatan vena porta dan status performa.
Tabel stadium hepatoma dengan menggunakan sistem TNM
Tumor Primer Kelenjar getah Metastatis
bening KGB jauh
Regional N (M)
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai NO Menunjukan MO. Tidak
T1 Tumor soliter tanpa invanasi tidak ada ada metastatis
vaskular keterlibatan jauh
T2 Tumor soliter dengan invasi KGB
vaskular atau beberapa tumor
tidak lebih dari 5cm
T3 Tumor multiprl lebih dari 5cm N1 Menunjukan M1. Ada
atau tumor yang melinatkan keterlibatan metastatis
cabang utama dari portal atau KGB jauh
vena hepatika.
T4 Tumor multipel dengan invasi
langsung organ yang berdekatan
selain kantong empedu atau
dengan perforasi peritoneum
viseral
( Amerika cancer society,2008)

Tabel pengelompokan stadium


Stadium TNM
Stadium I T1 NO MO
Stadium II T2 NO MO
Stadium III A T3 NO MO

4
Stadium III B T4 NO MO
Stadium III C Tx N1 NO
Stadium IV a Setiap T Setiap N M1a
Stadium IV b Setiap T Setiap N M1b
( Amerika cancer society,2008)

E. Patofisiologi
Hepatocellular carcinoma (HCC) adalah tumor ganas asal hepatoseluler yang
berkembang pada pasaien dengan factor resiko seperti hepatitis virus, penyalahgunaan
alkohol, dan penyakit hati metabolik. Penyakit ini juga dapat terjadi (jarang) pada
pasien dengan parenkim hari normal.
HCC dapat mengalami perdarahan dan nekrosis karena kurangnya stroma
fibrosa. Invasi vascular, terutama dalam system portal. Invasi sistem bilier kurang
umum. Agresif HCC dapat menyebabkan rupture (pecah) dan hemaperitoneum
hepatika.
Ada tiga pola pertumbuhan yang ditunjukan oleh HCC:
1. Masa soliter.
2. Multifocal atau pola nodular.
3. Multiple difus dengan pola nodular.
Secara mikroskopis, sel-sel HCC menyerupai hepatosit normal dan dapat
membingungkan dengan adenoma sel hati. Tumor yang lebih berbeda dapat
menghasilkan empedu. HCC dapat menghasilkan alfa-fetoprotein (AFP), serta protein
serum lainnya.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Kemoterapi
Kemoterapi regional meliputi penginfusan agens yang sangat dimetabolisasi
oleh hari melalui arteri hepatik. Ini sangat meningkatkan dosis obat yang diberikan
ke tumor, tetapi meminimalkan efek samping sisterik. Kemoterapi intra arterial

5
dapat diberikan melalui kateter sementara yang dipasang ke dalam arteri aksila atau
femoralis. Komplikasi metode ini meliputi trombosis hepatik dan arteri intra
abdomenlain, perubahan posisi kateter, sepsis dan hemoragi. Obat juga dapat
diberikan melalui pompa yang dapat ditanam, yang memberikan keuntungan dengan
membuat pasien tetap dapat berjalan dan menurunkan komplikasi terkait kateter.
Agens yang digunakan paling sering untuk kemoterapi intraarterial adalah
flokuridin (FUDR) dan 5-FU. Obat lain yang digunakan meliputi sisplatin,
doksorubisin, mitomisin-C, dan diklorometotrekstat.
2. Terapi Radiasi
Meskipun kanker hati diyakini sebagai tumor tumor radiosensitive, penggunaan
terapi radiasi dibatasi oleh intoleransi relative parenkim normal. Semua hati akan
metoleransi 3000cGy. Pada dosis ini insidensi hepatitis radiasi adalah 5% sampai
10%. Pengobatan atau remisi jangka panjang kanker hati memerlukan dosis lebih
tinggi secara signifikan.
3. Terapi Bedah
Pembedahan adalah satu-satunya penanganan kuratif potensial untuk pasien
kanker hati. Sayangnya hanya 25% pasien memenuhi kriteria untuk reseksi hati.
Terdapat tiga macam terapi bedah, yaitu:
a. Hepatektomi Parsial.
Di Amerika Serikat, resksi mungkin hanya 5% dari pasien. Secara umum,
Hepatocellular carcinoma memiliki lesi soliter pada sebagian lobus hati sehingga
dengan intervensi hepaktomi parsial pada sebagian lobus hati memberikan hasil
terbaik untuk optimalisasi fungsi hati yang tersisa ( Poon, 2001 ).
b. Transplantasi.
Banyak pasien tidak dicalonkan pada hepaktetomi parsial karena luasnya
penyakit hati. Beberapa pasien ini baik kandidat untuk transplantasi hati karena
memiliki potensi untuk menghilangkan kanker, menyembuhkan penyakit hati
yang mendasari ( Bruix, 2005 ).

6
c. Ablasi tumor local
Suntikan etanol Intratumoral atau asam asetat, terapi panas ( melalui radioterapi
atau laser ablation ), atau dingin ( cryoablation dengan nitrogen cair ) dapat
digunakan untuk mengontrol tumor secara local lebih kecil dari 4-5 cm. Teknik-
teknik ini sering dilakukan secara perkutaneus sebagai prosedur rawat jalan (
Bruix, 2005 )
G. Pencegahan
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan yang dilakukan untuk mengindari kemunculan keterpaparan dari
gaya hidup yang berkontribusi meningkatkan risiko penyakit, dilakukan dengan:
a. Mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin, beta karoten,
mineral, dan tinggi serat yang dapat menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat.
b. Kurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
c. Kurangi makanan yang dibakar, diasinkan, diasap, diawetkan dengan nitrit.
d. Pengontrolan berat badan, diet seimbang dan olahraga.
e. Hindari stres.
f. Menjaga lingkungan yang sehat dan bersih sehingga terhindar dari penyakit
menular (Elisabet.S, 2009).
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah langka yang harus dilakukan untuk menghindari
insidens penyakit dengan mengendalikan penyakit dan faktor risiko.
a. Memperhatikan menu makanan terutama mengkonsumsi protein hewani cukup.
b. Hindari mengkonsumsi minuman alkohol
c. Mencegah penularan virus hepatitis, imunisasi bayi secara rutin menjadi strategi
utama untuk pencegahan infeksi VBH dan dapat memutuskan rantai penularan
(Elisabet.S, 2009).
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah pengobatan penderita dan mengurangi akibat yang
serius dari penyakit melalui diagnosa dini dan pemberian pengobatan. Hepatoma

7
sering ditemukan pada stadium lanjut maka perlu dilakukan pengamatan berlaku
pada kelompok penderita yang kemungkinan besar akan menderita hepatoma
dengan pemeriksaan USG dan AFP (Elisabet.S, 2009).
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan bilirubin total, aspartate aminotransferase (AST), fosfatase alkali,
albumin, dan waktu prothrombin menunjukan hasil yang konsisten dengan sirosis.
2. Alpha-fetoprotein (AFP) meningkat pada 75% kasus.
3. Radiografi.
a. Foto toraks, dilakukan untuk mendeteksi adanya metastasis paru.
b. CT Scan. Dilakukan untuk pasien Hepatocelullar carcinoma karena
meningkatnya AFP. Setiap tes memiliki 70-80% kesempatan untuk menemukan
lesi soliter.
c. MRI dapat mendeteksi lesi lebih dan juga dapat digunakan untuk menetukan
aliran dalam vena vortal.
d. USG untuk mencari tanda-tanda sirosis dalam atau pada permukaan hati.
e. Biopsi. Biopsi sering diperlukan untuk membuat diagnosis. Secara umum, core
biopsi lebih disukai dari biopsi jarum halus. Biopsi umumnya diperoleh melalui
perkutaneus dibawah bimbingan ultrasonographic atau CT.
I. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat karsinoma hepatoseluler menurut PileMone (2000)
ini adalah :
1. Hipertensi
2. Hiperbilirubinemia
3. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi ammonia serta metabolic toksin.
4. Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas akan menyebabkan serosis hepatis.

8
ASUHAN KEPERAWATAN HEPATOMA

A. Pengkajian
Pengkajian hepatoma terdiri atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik dan
evaluasi diagnostik. Pada pengkajian anamnesis didapatkan sesuai dengan kondisi
klinik perkembangan penyakit. Keluhan pasien yang lazim didapatkan biasanya sirosis
hepatis, meliputi icterus, pruritus, perdarahan gastrointestinal, kaheksia, asites, keluhan
yang berhubungan dengan hepatik ensefalopati dan nyeri abdomen kanan atas (jarang).
Pada pengkajian riwayat sekarang, pengkajian anamnesis akan didapatkan
hampir sama dengan pasien sirosis hepatis, keluhan gangguan gastrointestinal
didapatkan pada hampir semua pasien hepatoma, seperti: mual, muntah, dan anoreksia.
Keluhan ini akan bertambah parah apabila pasien mendapat intervensi kemoterapi dan
radiasi.
Pengkajian riwayat penyakit dahulu didapatkan adanya riwayat menderita
sirosis hepatis yang berhubungan dengan hepatitis virus, khususnya hepatitis B dan C,
riwayat penggunaan alcohol, dan riwayat penyakit kuning yang penyebabnya belum
jelas.
Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya
pemenuhan informasi intervensi keperawatan, pengobatan, dan rencana pembedahan.
Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya
pemenuhan informasi intervensi keperawatan dan pengobatan. Pada pasien dalam
kondisi terminal, pasien dan keluarga membutuhkan dukungan perawat atau ahli
spiritual sesuai dengan keyakinan pasien.
Pemeriksaan fisik, survey umum bisa terlihat sakit ringan, gelisah sampai
sangat lemah. TTV biasa normal atau bisa didapatkan perubahan, seperti takikardia dan
peningkatan pernapasan.

9
Pada pemerikasaan fisik fokus akan didapatkan:
1. Inspeksi : ikterus merupakan tanda khas, terutama pada sclera. Pasien
terlihat kelelahan (fatigue), asites, edema perifer, dan didapatkan perdarahan
dari muntah (hematemesis) dan melena.
2. Auskultasi : biasanya bising usus normal.
3. Perkusi : nyeri ketuk pada kuadran kanan atas.
4. Palpasi : hepatosplenomegali. Nyeri palpasi kuadran kanan atas mungkin
ada.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Aktual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan terapi
deuratik, muntah, hypokalemia, penurunan intake cairan oral.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan cepat lelah, kelemahan fisik umum
sekunder dari perubahan metabolism sistemik.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang adekuat.
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1
Aktual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
terapi deuratik, muntah, hypokalemia, penurunan intake cairan oral.
NOC NIC
 Fluid balance Fluid management
 Hydration  Timbang popok/pembalut jika
 Nutritional Status : Food and Fluid diperlukan.
Intake  Pertahankan catatan intake dan output
Kriteria hasil: yang akurat.
1. Mempertahankan urine output sesuai  Monitor status hidrasi (kelembapan
dengan usia dan BB, BJ urine normal, membrane mukosa, nadi adekuat,
HT normal. tekanan darah ortostatik), jika
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam diperlukan.
batas normal.  Monitor vital sign.
3. Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas  Monitor masukan makanan / cairan dan
turgor kulit baik, membrane mukosa hitung intake kalori harian.
lembab, tidak ada rasa haus yang  Kolaborasikan pemberian cairan IV.
berlebihan.  Monitor status nutrisi.

10
 Berikan IV pada suhu ruangan.
 Dorong masukan oral.
 Berikan penggantian nasogatrik sesuai
output.
 Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan.
 Tawarkan snack (jus buah, buah segar).
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk.
 Atur kemungkinan tranfusi.
 Persiapan untuk transfuse.
Hypovolemia Management
 Monitor status cairan termasuk intake
dan output cairan.
 Monitor tanda vital.
 Monitor responpasien terhadap
penambahan cairan.
 Monitor berat badan.
 Dorong pasien untuk menambah intake
oral.
 Pemberian cairan IV monitor adanya
tanda dan gejala kelebihan volume
cairan.
 Monitor adanya tanda gagal ginjal.

Diagnosa 2
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan cepat lelah, kelemahan fisik umum
sekunder dari perubahan metabolism sistemik.
NOC NIC
 Energi conservation Activity therapy
 Activity tolerance  Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi
 Self Care ADLs medik dalam merencanakan program terapi
Kriteria hasil : yang tepat.
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa di  Bantu klien untuk mengidentifikasikan
sertai peningkatan tekanan darah, nadi, RR aktivitas yang mampu dilakukan.
 Mampu melakukan aktivitas sehari hari (  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
ADLs ) secara mandiri yang sesuai dengan kemampuan fisik,
 Tanda tanda vital normal psikologi dan sosial.
 Energy psikomotor  Bantu untuk mengidentifikasi dan
 Level kelemahan mendapatkan sumber yang di perlukan
 Mampu berpindah : dengan atau bantuan untuk aktivitas yang diinginkan.
alat  Bantu untuk mendapatkan alat bantuan

11
 Status kardiopulmonari adekuat aktivitas seperti kursi roda, krek
 Sirkulasi status baik  Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas
 Status respirasi : pertukaran gas dan yang disukai
ventilasi adekuat  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
di waktu luang.
 Bantu pasien/ keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas.
 Sediakan penguat positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan
spiritual

Diagnosa 3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang adekuat.
NOC NIC
- Nutrional Status : Nutrition Management
- Nutrional Status : Food and fluid intake - Kaji adanya elergi makanan
- Nutrional status : Nutrien intake - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Weigh control menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
Kriteria Hasil : dibutuhkan pasien.
- Adanya peningkatan berat badan sesuai - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
dengan tujuan intake Fe
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
badan protein dan vitamin C
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan - Berikan subtansi gula
nutrisi - Yakinkan diet yang dimakan mengandung
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Menunjukkan peningkatan nutrisi - Berikan makanan yang terpilih ( sudah
pengecapan dari menelan dikonsulkan ahli gizi )
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang - Anjurkan pasien bagaimana membuat
bearti catatan makanan harian
- Monitor jumlah nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring :
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa

12
dilakukan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik,
papilla lidah dan cavitas oral
- Catat jika lidah berwarna mengenta, scarlet

D. Evaluasi Keperawatan

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Aktifitas pasien dapat optimal sesuai dengan tingkatan toleransi.
3. Intake nutrisi adekuat.

13

You might also like