You are on page 1of 5

Pembiayaan Infrastruktur dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Public Private Partnership

Suatu Perjanjian Kerja Sama atau Kontrak, antara instansi pemerintah dengan badan

usaha/pihak swasta,di mana pihak swasta melaksanakan sebagian fungsi pemerintah

selama waktu tertentu, pihak swasta menerima kompensasi atas pelaksanaan fungsi

tersebut baik secara langsungmaupun tidak langsung, pihak swasta bertanggungjawab

atas resiko yang timbul akibat pelaksanaan fungsi tersebut dan pihak swasta dapat

menggunakan infrastruktur tersebut selama masa kontrak.

Bentuk dari Public Private Partnership adalah sebagai berikut :

a. Kontrak Servis

Kontrak antara pemerintah dan pihak swasta untuk melaksanakan tugas tertentu,

misalnya jasa perbaikan, pemeliharaan atau jasa lainnya, umumnya dalam jangka

pendek (1-3 tahun), dengan pemberian kompensasi/fee. Beberapa contoh Kontrak

Servis adalah kontrak pembersihan jalan, pengumpulan dan pembuangan sampah dan

pemeliharaan jalan

b. Kontrak Manajemen

Pemerintah menyerahkan seluruh pengelolaan (operation dan maintenance) suatu

infrastruktur atau jasa pelayanan umum kepada pihak swasta, dalam masa yang lebih

panjang umumnya 3 sampai 8 tahun biasanya dengan kompensasi tetap/fixed fee.

Beberapa contoh Kontrak Manajemen adalah perbaikan dan pemeliharaan jalan,

pengoperasian instalasi pengolahan air (water treatment plant), pengelolaan fasilitas

umum (rumah sakit, stadion olahraga, tempat parkir, sekolah.\\


c. Kontrak Sewa (lease)

Kontrak dimana pihak swasta membayar uang sewa (fixed fee) untuk penggunaan

sementara suatu fasilitas umum, dan mengelola, mengoperasikan, serta memelihara,

dengan menerima pembayaran dari para pengguna fasilitas (user fees). Penyewa/

pihak swasta menanggung resiko komersial. Masa kontrak umumnya antara 5-15

tahun. Contoh kontrak sewa (lease) adalah taman hiburan (entertainment complex)

dan terminal Udara/ bandara

d. Kontrak Build-Operate-Transfer/BOT

BOT adalah kontrak antara instansi pemerintah dan badan usaha/swasta (special

purpose company), dimana badan usaha bertanggung jawab atas desain akhir,

pembiayaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan(O&M) sebuah proyek investasi

bidang infrastruktur selama beberapa tahun; biasanya dengan transfer aset pada akhir

masa kontrak. Umumnya, masa kontrak berlaku antara 10 sampai 30 tahun.

Non- Public Private Partnership


Risiko pada Pembiayaan Infrastruktur

Meningkatnya kebutuhan pembangunan infrastruktur nasional guna mendukung

pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah keterbatasan anggaran

Pemerintah, mendorong partisipasi swasta dalam pengembangan infrastruktur nasional

melalui dukungan kebijakan, instrumen dan kerangka fiskal pemerintah.1 Akan tetapi,

masih banyak yang khawatir terjadi kegagalan dalam pembiayaan infrastruktur. Hal ini

disebabkan masih banyak anggapan bahwa pembiayaan infrastruktur ini beresiko sangat

tinggi.

Perusahaan swasta pasti mengejar laba (keuntungan), sehingga proyek infrastruktur

yang tepat untuk dipegang oleh perusahaan swasta adalah proyek yang menghasilkan

laba dan proyek yang dengan skema dukungan pemerintah akan dapat menghasilkan laba.

Partisipasi swasta juga dapat berupa konsesi manajemen untuk mengurangi beban sektor

publik dan meningkatkan efisiensi layanan fasilitas infrastruktur tersebut. Di sini ada dua

isu penting yang potensial menjadi penghambat. Pertama adalah pembagian risiko dan

keuntungan antara pihak pemerintah dan swasta. Risiko seharusnya ditanggung oleh

pihak yang berpotensi menyebabkan terjadinya risiko dan yang paling bisa

menginternalisasi risiko tersebut.2

Pihak swasta yang tertarik ambil bagian dalam program KPS tak perlu khawatir atas

risiko yang mungkin terjadi. Melalui PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII),

Pemerintah akan menjamin keberlangsungan proyek yang dijalankan atas tiga risiko

1
NN, “Sekilas Penjaminan”, http://www.iigf.co.id/id/business/overview diakses tanggal 9 Desember 2016.
2
Fauziah Zen, ‘Merealisasikan Pembangunan Infrastruktur Secara Efektif’, www.paradigmaekonomi.org
diakses tanggal 9 Desember 2016.
penting investasi di sektor infrastruktur yaitu risiko pengembalian investasi, risiko politik,

dan resiko terminasi.

Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang didirikan oleh Pemerintah sebagai upaya melakukan percepatan pembangunan

infrastruktur di Indonesia. Tugas PT PII, mengacu pada regulasi, adalah melaksanakan

penjaminan Pemerintah untuk proyek infrastruktur yang dilakukan dengan skema Kerjasama

Pemerintah Badan Usaha (KPBU) dan skema lainnya sesuai penugasan Pemerintah. Dalam

proyek dengan skema KPBU, sebagai Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI), PT PII

melaksanakan penjaminan atas kewajiban finansial Penanggung Jawab Proyek Kerjasama

(PJPK) yang dilaksanakan berdasarkan Perjanjian Kerja Sama.3

Penjaminan PT PII dimaksudkan untuk menjamin risiko politik dari pemerintah baik

pusat dan daerah selaku penanggung jawab proyek kerjasama untuk memberikan

kepastian dan kenyamanan bagi investor dalam berinvestasi. Keberadaan penjaminan PT

PII dapat meningkatkan kepastian partisipasi dan pembiayaan swasta bagi pembangunan

infrastruktur Indonesia.4

Bagi pemerintah selaku pemilik proyek, manfaat penjaminan adalah dapat

meningkatkan kepastian partisipasi dan pembiayaan swasta bagi pembangunan

infrastruktur Indonesia. Bagi swasta, penjaminan juga dapat mengurangi eksposur risiko

politik dimata investor dan kreditor sehingga dapat berdampak pada penurunan biaya

pembiayaan yang harus ditanggung untuk investasi proyek infrastruktur tersebut. PII

bertindak sebagai Penjamin bagi sektor swasta atas berbagai risiko infrastruktur yang

3
www.iigf.co.id diakses pada tanggal 10 Desember 2016
4
http://www.iigf.co.id/id/business/overview diakses tanggal 9 Desember 2016.
mungkin timbul sebagai akibat dari tindakan atau tidak adanya tindakan Pemerintah yang

dapat menimbulkan kerugian finansial bagi proyek KPBU infrastruktur, seperti

keterlambatan pengurusan perijinan, lisensi, perubahan peraturan perundangan-undangan,

ketiadaan penyesuaian tarif, kegagalan pengintegrasian jaringan/ fasilitas dan risiko-

risiko lainnya yang ditanggung atau dialokasikan ke pemerintah dalam masing-masing

kontrak KPBU.5

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hubungan

hukum yang timbul antar lembaga pembiayaan dengan pihak swasta ataupun pemerintah

sebagai pihak yang melakukan pembangunan infrastruktur maka yang menaanggung

risiko pengembalian investasi dan risiko lainnya adalah pihaak pemerintah dan pihak

swasta. Namun risiko tersebut dapat dialihkan kepada PT Penjamin Infrastruktur

Indonesia sehingga secara tidak langsung pihak swasta ataupun pemerintah tidak

menanggung risiko terutama risiko pengembalian investasi akibat gagalnya pembangunan

infrastruktur.

5
Ibid.

You might also like