Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
1. Defnisi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah,
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani, 2006). Hipertensi
atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah. (Marliani, 2007). Hipertensi dapat didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg. (Rohaendi, 2008).
2. Klasifikasi hipertensi
Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada januari 2007 meluncurkan pedoman
penanganan hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman Negara maju dan Negara
tetangga. Dan klasifikasi hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik
dan diastolic dengan merujuk hasil JNC 7 dan WHO yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Tekanan darah Sistol Tekanan darah
Kategori tekanan darah
(mmHg) Diastol (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80-89
Hipertensi stadium 1 140 – 159 Atau 90-99
Hipertensi stadium 2 > 160 Atau > 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(Sumber: Crea, 2008:9)
2.3 Kepribadian
Kepribadian merupakan sejumlah pola tingkah laku yang aktual dan potensial yang
ditentukan oleh bawaan dan lingkungan yang dihubungkan melalui interaksi fungsional dari
aspek kognitif dan afektif ke dalam pola tingkah laku. Sadli (2004) mengemukakan bahwa
kepribadian adalah proses be coming, yaitu suatu proses dinamis yang berkelanjutan dimulai
sejak individu dilahirkan sampai ia meninggal.
Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakandan
berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002). Kepribadian juga
merupakan jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh
dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan
mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan (Weller, 2005).
Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi
perasaan, pemikiran, dan perilaku (Pervin, 2010). Banyak teorikepribadian yang
ditinggalkan oleh para ilmuwan psikologi dunia. Baikyang secara khusus bicara tentang
struktur kepribadian, atau yangmembahas panjang lebar tentang tahap perkembangan
manusia. Seiring berkembang waktu teori-teori itupun mengalami perkembangan, sampai
pada masa bermunculan ilmuwan psikologi yang berbicara tentang pembagian tipe
kepribadian manusia dengan penetapan dimensi-dimensi sebagai talok ukur.
Pembagian tipe kepribadian manusia dalam sifat introvert dan ekstrovert merupakan
teori Jung yang sangat populer. Jung menyatakan bahwa kepribadian introvert dan ekstrovert
terbentuk berdasarkan sikap. Menurut Eysenck dalam Ahmadi (2005) bahwa orang introvert
cenderung mengembangkan gejala-gejala ketakutan dan depresi yang ditandai dengan
kecenderungan obsesi, mudah tersinggung, apatis, syaraf otonom mereka labil, gampang
terluka, mudah gugup, rendah diri, mudah melamun, sukar tidur. Sementara ekstrovert
menurut Parkinson (2004) diartikan sebagai keramahan, terus terang, cepat akrab,
berakomodasi secara natural dan mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi.
Berdasarkan hal tersebut maka tipe kepribadian ekstrovert dalam kehidupan keseharian perlu
dikembangkan agar perilaku masyarakat dalam menyikap peran sakit lebih siap
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian meliputi
segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang
digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak
tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu sendiri.