You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Berdasarkan Profil Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng tahun 2014
diperoleh data Hipertensi Primer 28.091 kasus, Nasopharingitis Akut (Common cold)
21.092 kasus, Rhematoid arthritis lain 11.239 kasus, Pharingitis 11.010 kasus, Gastritis
9.362 kasus, Dermatitis kontak alergi 8.144 kasus, Kecelakaan (Vunus App) 8.054 kasus,
Dyspepsia 7.623 kasus, Gout 6.994 kasus, Asma 6.921 kasus. Sedangkan Profil Kesehatan
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng tahun 2015 diperoleh data Hipertensi Primer
17.894 kasus, Nasopharingitis Akut (Common cold) 15.094 kasus, Arthritis lainnya 12.727
kasus, Gastritis (tidak ditentukan) 8.749 kasus, Faringitis akut 8.665 kasus, Kecelakaan dan
Ruda Paksa 8.260 kasus, Diabetes Millitus Type I 6.448 kasus, Ginggivitis dan penyakit
periodontal 5.474 kasus, Asma 5.120 kasus, Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 5.068
kasus. Dari kasus tersebut Hipertensi Primer selalu menduduki jumlah paling tinggi atau
peringkat pertama, ini perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Tingginya kejadian hipertensi di tengah-tengah masyarakat perlu dikaji secara
mendalam dan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pentingnya kajian mengenai
hipertensi ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan gaya
hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Buleleng I,
Kabupaten Buleleng Tahun 2017”.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah ada hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi ?
2. Bagaimana pengaruh gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi ?
3. Bagaimana pola gaya hidup dan kepribadian yang baik ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Buleleng I, Kabupaten Buleleng Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kota
Kecamatan Buleleng
b. Diketahuinya hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kota Kecamatan Buleleng
c. Diketahuinya pola gaya hidup dan kepribadian yang baik

1.4 Manfaat
1. Bagi Puskesmas Buleleng I
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan
mengenai perilaku kesehatan masyarakat khususnya gaya hidup dan kepribadian di
wilayah kerja Puskesmas Kota Kecamatan Buleleng sehingga menjadi bahan evaluasi
untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk mencegah
hipertensi melalui perilaku hidup sehat.
2. Bagi Pasien Hipertensi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan
mengenai kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang dapat menimbulkan penyakit
hipertensi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian
selanjutnya tentang penyakit hipertensi.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan tentang
penyakit hipertensi dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya serta menambah
pengalaman dalam melakukan penelitian di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi
1. Defnisi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah,
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani, 2006). Hipertensi
atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah. (Marliani, 2007). Hipertensi dapat didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg. (Rohaendi, 2008).

2. Klasifikasi hipertensi
Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada januari 2007 meluncurkan pedoman
penanganan hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman Negara maju dan Negara
tetangga. Dan klasifikasi hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik
dan diastolic dengan merujuk hasil JNC 7 dan WHO yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Tekanan darah Sistol Tekanan darah
Kategori tekanan darah
(mmHg) Diastol (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80-89
Hipertensi stadium 1 140 – 159 Atau 90-99
Hipertensi stadium 2 > 160 Atau > 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(Sumber: Crea, 2008:9)

3. Faktor yang mempengaruhi hipertensi


Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat
atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang
belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Pada premenopause
wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana
hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara
alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil
penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin
wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
2) Umur
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan
usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama,
terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya
arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya
penyesuaian diri.
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai risiko menderita hipertensi (Marliani, 2007). Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk,
2009).
b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
1) Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori
sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas,
itu sebabnya berat badan meningkat. Untuk mengetahui seseorang mengalami
obesitas atau tidak, dapat dilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi
badan, yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
2) Kurang olahraga
Olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat
karena adanya kondisi tertentu (Rohaendi, 2008).
3) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Subyek terus diteliti dan dalam
median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi
terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang
perhari (Rahyani, 2007).
4) Mengkonsumsi garam berlebih
Mengkonsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya
volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).
5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan
organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan
termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung
75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan
tekanan darah 5 -10 mmHg.
7) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami
kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini
dkk, (2009) menagatakan Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah
perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis.

2.2 Gaya Hidup


Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas,
minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang
berinteraksi dengan lingkungannya (Sakinah, 2002). Menurut Lisnawati (2006) gaya hidup
sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara
kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi
kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman
beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.
Sejalan dengan pendapat Lisnawati, Notoatmojo (2005) menyebutkan bahwa perilaku
sehat (healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan gaya
hidup adalah pola perilaku individu sehari-hari yang diekspresikan dalam aktifitas, minat
dan opininya untuk mempertahankan hidup sedangkan gaya hidup sehat dapat disimpulkan
sebagai serangkaian pola perilaku atau kebiasaan hidup sehari-hari untuk memelihara dan
menghasilkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit serta melindungi diri untuk
sehat secara utuh.

2.3 Kepribadian
Kepribadian merupakan sejumlah pola tingkah laku yang aktual dan potensial yang
ditentukan oleh bawaan dan lingkungan yang dihubungkan melalui interaksi fungsional dari
aspek kognitif dan afektif ke dalam pola tingkah laku. Sadli (2004) mengemukakan bahwa
kepribadian adalah proses be coming, yaitu suatu proses dinamis yang berkelanjutan dimulai
sejak individu dilahirkan sampai ia meninggal.
Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakandan
berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002). Kepribadian juga
merupakan jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh
dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan
mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan (Weller, 2005).
Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi
perasaan, pemikiran, dan perilaku (Pervin, 2010). Banyak teorikepribadian yang
ditinggalkan oleh para ilmuwan psikologi dunia. Baikyang secara khusus bicara tentang
struktur kepribadian, atau yangmembahas panjang lebar tentang tahap perkembangan
manusia. Seiring berkembang waktu teori-teori itupun mengalami perkembangan, sampai
pada masa bermunculan ilmuwan psikologi yang berbicara tentang pembagian tipe
kepribadian manusia dengan penetapan dimensi-dimensi sebagai talok ukur.
Pembagian tipe kepribadian manusia dalam sifat introvert dan ekstrovert merupakan
teori Jung yang sangat populer. Jung menyatakan bahwa kepribadian introvert dan ekstrovert
terbentuk berdasarkan sikap. Menurut Eysenck dalam Ahmadi (2005) bahwa orang introvert
cenderung mengembangkan gejala-gejala ketakutan dan depresi yang ditandai dengan
kecenderungan obsesi, mudah tersinggung, apatis, syaraf otonom mereka labil, gampang
terluka, mudah gugup, rendah diri, mudah melamun, sukar tidur. Sementara ekstrovert
menurut Parkinson (2004) diartikan sebagai keramahan, terus terang, cepat akrab,
berakomodasi secara natural dan mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi.
Berdasarkan hal tersebut maka tipe kepribadian ekstrovert dalam kehidupan keseharian perlu
dikembangkan agar perilaku masyarakat dalam menyikap peran sakit lebih siap
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian meliputi
segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang
digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak
tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu sendiri.
BAB III

KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berfikir


Hipertensi merupakan penyakit yang diakibatkan karena adanya gangguan pada
pembuluh darah yang diakibatkan oleh menurunnya elastisitas pembuluh darah, dan
penyempitan dinding pembuluh darah akibat endapan kolesterol pada dinding pembuluh
darah. Risiko terjadinya hipertensi diperbesar dengan kebiasaan merokok, kurang
berolahraga, obesitas, mengkonsumsi alkohol, dan stress. Hal tersebut dapat menyebabkan
risiko hipertensi lebih besar.
Merokok merupakan kebiasaan yang dapat menyebabkan risiko hipertensi semakin
tinggi karena didalam rokok memiliki kandungan yang berpengaruh pada kerja jantung yang
semakin berat, begitu pula dengan alkohol yang dapat menyebabkan kerukasan pada jantung
dan organ-organ lain termasuk pembuluh darah. Hubungan antara stress dengan hipertensi
diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah
secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi.

3.2 Kerangka Konsep

Gaya Hidup Kepribadian

- Merokok - Introvert
- Mengkonsumsi
Alkohol
- Mengkonsumsi Kopi
- Kurang olahraga

- Jenis kelamin
HIPERTENSI - Umur
- Keturunan
3.3 Hipotesis
Jawaban sementara dalam penelitian ini adalah “ada hubungan gaya hidup dan
kepridian dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Buleleng I”
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain dan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan case
control yaitu suatu penelitian dimana efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasikan
pada saat ini, kemudian faktor resiko diindentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang
lalu (Notoatmodjo, 2005).

4.2 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam
penelitian ini adalah penduduk yang ada di wilayah kerja Puskemas Buleleng I. Populasi
dalam penelitian ini terbagai menjadi dua kelompok yaitu populasi kontrol dan populasi
kasus. Populasi kasus adalah penduduk yang mempunyai hipertensi. Sedangkan populasi
kontrolnya adalah penduduk yang memiliki riwayat keluarga hipertensi tapi tidak
hipertensi.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Arikunto, 2006). Sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 50 sampel terdiri dari
25 sampel kasus dan 25 sampel kontrol.

3. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive
sampling yaitu sampel ditentukan berdasarkan kriteria tertentu dan banyaknya sesuai
dengan jumlah sampel yang ditetapkan. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah responden
merupakan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Buleleng I dan tidak sedang
menjalani pengobatan penyakit tertentu (diet dan sebagainya).
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Buleleng I yang tidak bisa membaca dan menulis atau
memahami kuesioner.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Buleleng I bulan Juni-Juli tahun
2018.

4.4 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu berupa
kuesioner untuk mengukur variabel dependen dan independen. Pengumpulan data dimulai
pada bulan Juni 2018. Setelah didapatkan subjek penelitian, kemudian dilakukan
pengumpulan data dengan teknik angket. Angket dan pengambilan kuesioner dilakukan pada
subjek penelitian di wilayah kerja Puskesmas Buleleng I.

4.5 Pengolahan Data


Langkah-langkah pengolahan data menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut:
1. Editing (pemeriksaan data), langkah ini dimaksudkan untuk melakukan pengecekan
kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data.
2. Coding (pengkodean), tahap ini memudahkan dalam memasukan data dan pengolahan
pemberian data, maka pertanyaan yang telah diajukan diberi tanda/ kode.
3. Transfering (pemindahan data), memindahkan data ke dalam tabel master penelitian.
4. Tabulasi data, dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan variabel yang
diteliti, guna memudahkan dalam analisis.
5. Mengeluarkan informasi yang dibutuhkan.
4.6 Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisis univariat yang dilakukan terhadap variabel-variabel, dari hasil yang
diperoleh dalam penelitian, pada umumnya dari hasil analisis, menghasilkan distribusi
dan presentase dari tiap variabel-variabel yang ada, dalam penelitian ini menggunakan
analisis univariat dengan distribusi proporsi (Sugiyono, 2009). Hasil analisis ini
menghasilkan distribusi dari tiap variabel yang bertujuan untuk memperoleh distribusi
dari tiap variabel dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2006):
2. Analisa Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Uji yang dipakai adalah chi-square dengan batas kemaknaan α =
0,05. Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara membandingkan nilai (p-value)
dengan nilai α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95 % dengan kaidah keputusan sebagai
berikut (Sugiyono, 2009):
a. Nilai (p-value) < 0,05 maka HO ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
b. Nilai (p-value) > 0,05 maka Ho gagal ditolak, yang berarti tidak ada hubungan
yang bermakna antar variabel bebas dengan variabel terikat.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. M. 2005. Psikologi Perkembangan. Penerbit Renika Cipta.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Crea, M. 2008. Hypertension. Jakarta: Medya.

Elsanti, S. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan

Jantung. Yogyakarta: Araska.

Irza, S. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung

Sumatera Barat. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Marliani, L. 2007. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Gramedia.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Parkinson, M. 2004. Test Yourself: Personality Questionnaires, Memahami Kuesioner

Kepribadian. Solo: Tiga Seragkai.

Price, L. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Rahyani. 2007. Epidemiologi Penderita Hipertensi Esensial yang Dirawat di Bagian Penyakit

Dalam Perjan RS DR. M. Djamil Padang. Skripsi. Padang.

Setiawati dan Bustami. 2005. Anti Hipertensi dalam Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI.

Shanty, M. 2011. Penyakit yang Diam-diam Mematikan. Yogyakarta: Javalitera.

Sustrani, L. 2006. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sutanto. 2009. Awas 7 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.

Yogiantoro, M. 2006. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi

IV. Jakarta: FKUI.

You might also like