You are on page 1of 7

http://dr-suparyanto.blogspot.

com/2012/02/kionsep-
adl-activity-daily-living.html
KONSEP ADL (ACTIVITY DAILY LIVING)
Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP ADL (ACTIVITY DAILY LIVING)


1. Pengertian ADL
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas
pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian
(berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito & Setiabudi, 2005).
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas perawatan diri
yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-
hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang
untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan
untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan
masyarakat (Sugiarto,2005)
8

Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum, toileting, mandi,
berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telfon, menulis, mengelola uang dan
sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk,
transfer/bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain)
(Sugiarto,2005).

2. Macam – Macam ADL


1) ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang
untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga
yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar
ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
2) ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang
kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik,
mengelola uang kertas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang
harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting,
mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil
dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas
(Sugiarto,2005)
3) ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4) ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.
3. Cara Pengukuran ADL
ADL mencakup kategori yang sangat luas dan dibagi-bagi menjadi sub kategi atau
domain seperti berpakaian, makan minum, toileting/higieni pribadi, mandi, berpakaian, transfer,
mobilitas, komunikasi, vokasional, rekreasi, instrumental ADL dasar, sering disebut ADL saja,
yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi
berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi
buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga
disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya
bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Pengukuran kemandirian ADL akan lebih
mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif denagn sistem skor yang sudah banyak
dikemukakan oleh berbagai penulis ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan
dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan &
minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan
buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
Tabel 2.1.Beberapa Indeks Kemandirian ADL
Skala Deskripsi & jenis Kehandalan, Waktu & Komentar
skala kesahihan & pelaksanaan
sensivitas
Indeks barthel Skala ordinal dengan Sangat <10 Skala ADLyang
skor handal & menit,sangat sudah diterima
0(total dependent)- sangat ssuai untuk secara luas,
100(totalindependent) : sahih, dan skrining, kehandalan
10 item :makan, mandi, cukup penilaian dan kesahihan
berhias, berpakaian, sensitif. formal, sangat baik.
kontrol kandung pemantauan
kencing,dan &
pemeliharaan
kontrol anus, toileting, terapi.
transfer kursi/tempat
tidur, mobilitas dan
naik tangga.

Indeks Katz Penilaian dikotomi Kehandalan < 10 menit, Skala ADLyang


dengan & kesahihan sangat sudah diterima
urutandependensi yang cukup; sesuai untuk secara luas,
hierarkis : mandi, kisaran ADL skrining, kehandalan
berpakaian, toileting, sangat penilaian dan kesahihan
transfer, kontinensi, terbatas (6 formal, cukup, menilai
dan makan. Penilaian item) pemantauan keterampilan
dari A (mandiri pada & dasar, tetapi
keenam item) sampai pemeliharaan tidak menilai
G (dependent pada terapi. berjalan & naik
keenam item). tangga
FIM (Functional Skala ordinal dengan Kehandalan < 20 menit, Skala ADLyang
Independence 18 item, 7 level dengan & kesahihan sangat sudah diterima
Measure) skor berkisar antara baik, sensitif sesuai untuk secara luas.
18-126; area yang dan dapat skrining, Pelatihan untuk
dievaluasi; perawatan mendeteksi penilaian petugas
diri, kontrol stingfer, perubahan formal, pengisi lebih
transfer, lokomosi, kecil dengan pemantauan lama karena
komunikasi, dan 7 level. & item banyak.
kognitif sosial. pemeliharaan
terapi serta
evaluasi
program.
Sumber : Sugiarto,2005.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa indeks barthel handal, sahih, dan cukup sensitif,
pelaksanaannya mudah, cepat (dalam waktu kurang dari 10 menit), dari pengamatan langsung
atau dari catatan medik penderita, lingkupnya cukup mewakili ADL dasar dan
mobilitas ADLdasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi,
berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam
kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas
(Sugiarto,2005).
4. Indeks Barthel( IB)
Indeks Barthel mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas.
Mao dkk mengungkapkan bahwa IB dapat digunakan sebagai kriteria dalam menilai
kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan,
terutama pada pasien pasca stroke.
Tabel 2.2.Indeks Barthel

No. Item yang dinilai Dibantu Mandiri


1. Makan(bila makanan harus dipotong-potong 5 10
dulu=dibantu)
2. transfer dari kursi roda ke tempat tidur dan 5-10 15
kembali (termasuk duduk di bed)
3. Higieni personal (cuci muka, menyisir, 0 5
bercukur jenggot, gosok gigi)
4. Naik & turun kloset/ WC (melepas/memakai 5 10
pakaian, cawik, menyiram WC)
5. Mandi 0 5

6. Berjalan di permukaaan datar 10 15


(atau bila tidak dapat berjalan, dapat 0 5
mengayuh kursi roda sendiri)
7. Naik & turun tangga 5 10

8. Berpakaian(termasuk memakai tali sepatu, 5 10


menutup resleting)
9. Mengontrol anus 5 10
10. Mengontrol kandung kemih 5 10

Sumber : Sugiarto,2005.
IB tidak mengukur ADL instrumental, komunikasi dan psikososial. Item-item dalam IB
dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien.
IB merupakan skala yang diambil dari catatan medik penderita, pengamatan langsung atau
dicatat sendiri oleh pasien. Dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 10 menit
(Sugiarto,2005).
IB versi 10 item terdiri dari 10 item dan mempunyai skor keseluruhan yang berkisar
antara 0-100, dengan kelipatan 5, skor yang lebih besar menunjukkan lebih mandiri.
Tabel 2.3.Penilaian Skor IB
Penulis Interpretasi
Shah dkk 0-20 Dependen Total
21-60 Dependen Berat
61-90 Dependen Sedang
91-99 Dependen Ringan
100 Independen/Mandiri

Lazar dkk 10-19 Dependen Perawatan


20-59 Perawatan diri, dibantu
60-79 Kursi roda, dibantu
80-89 Kursi roda,
independen/mandiri
90-99 Ambulatori, dibantu
100 Independen/Mandiri

Granger 0-20 Dependen Total


21-40 Dependen Berat
41-60 Dependen Sedang
61-90 Dependen Ringan
91-100 Mandiri

Sumber : Sugiarto,2005.
IB sudah dikenal secara luas, memiliki kehadalan dan kesahian yang tinggi. Shah
melaporkan koefisien konsisten internal alfa 0,87 sampai 0,92 yang menunjukkan kehandalan
intra dan inter-rater yang sangat baik. Wartski dan Green menguji 41 pasien dengan interval 3
minggu, ternyata hasilnya sangat konsisten. Ada 35 pasien yang skornya turun 10 poin. Collin
dkk meneliti konsistensi laporan sendiri dan laporan perawat, didasarkan pengamatan klinis,
pemeriksaaan dari perawat dan pemeriksaan dari fisioterapis. Ternyata koefisien konkordasi
(kesesuaian) dari Kendall menunjukkan angka 0,93 yang berarti pengamatan berulang dari
orang yang berbeda akan menghasilkan kesesuaian yang sangat memadai (Sugiarto,2005).
Wade melaporkan kesahian IB yang dibuktikan dengan angka korelasi 0,73 dan 0,77
dengan kemampuan motorik dari 976 pasien stroke. Kesahihan prediktif IB juga terbukti baik.
Pada penelitian dengan stroke, persentase meninggal dalam 6 bulan masuk rumah sakit turun
secara bermakna bila skor IB tinggi saat masuk rumah sakit (Sugiarto,2005).
Intepretasi yang paling banyak digunakan adalah menurut Shah dkk karena telah
dikenal luas dan cukup rinci untuk mengetahui tingkat kemandirian seseorang dalam
melakukan ADL(Sugiarto,2005).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ADL.


ADL terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan volunter yang terkoordinasi dan
aspek propioseptif sebagai umpan balik gerakan yang dilakukan.
ADL dasar dipengaruhi oleh :
1. ROM sendi
2. Kekuatan otot
3. Tonus otot
4. Propioseptif
5. Persepti visual
6. Kognitif
7. Koordinasi
8. Keseimbangan (Sugiarto,2005)
Menurut Hadiwynoto (2005) faktor yang mempengaruhi penurunan Activities Daily
Livingadalah:
1) Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga
2) Kapasitas mental
3) Status mental seperti kesedihan dan depresi
4) Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh
5) Dukungan anggota keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2007. Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

American Psychiatric. 2004. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders Fouth Edition.
Washington DC: American Psychiatric Association

Amir. 2005. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Depresi Pasca Stroke. Jakarta: Cermin Dunia
Kedokteran

Auryn.2007. Mengenal Dan Memahami Stroke. Yogyakarta: Ar Ruzz Media

Bethesda Stroke. 2005. Stroke Depression. Portugal : Journal of Psychiatry Neuroscience Vol.31(6)
BJ, Sadock VA. 2009. Comprehensive Textbook Of Psychiatry, 7th ed, Philadelphia: Williams &
Wilkins

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Volume 1.Jakarta:EGC
Carod-Artal FJ. 2010. Depresi Pasca Stroke : Bias Prediksi Bantu Pencegahan? Cerebrovas Dis
28. http://www.medscape.com/viewarticle/727042.Diakses tanggal 01 November 2011, jam
18.30 WIB.

Dharmady, Agus. 2009. Stroke dan Depresi Pasca Stroke Majalah Kedokteran Damianus Vol.8
No.1. Jakarta : FK Unika Atma Jaya

Dyah, Elok. 2010. gejala-


gejala terjadinya stroke harus diwaspadai.http://www.google.com/2010/01/06/issu_tentang_terj
adinya_stroke/. Diakses tanggal 24-10 -2011, jam 20.00 WIB

Faisal, Idrus. 2007. Depresi Pada Penyakit Parkinson Cermin Dunia Kedokteran No.156.Makassar :
FK Hasanuddin

Farida, Ida. 2009. Mengantisipasi Stroke. Yogjakarta: Buku Biru.

Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Erlangga

Hardywinoto, Setiabudi. 2005. Panduan Gerontologi. Jakarta : Gramedia.

Hawari, Dadang. 2006. Manajemen Stress, Cemas, Dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru

Hidayat. 2003. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika


Hidayat, A. Aziz A . 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika
Hidayat. 2007. Metodologi Penelitian keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika
Hidayat, A. Aziz A. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya : Health
Books Publishing
Indriyati. 2009. Hubungan Tingkat Activity Daily Living (ADL) Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien
Stroke Di Bangsal Anggrek 1 Rs.Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta : UMS.
Intansari.2002.Perubahan Tingkat Depresi Setelah Electroconvulsive Therapy (ECT) Di RSUP DR
Sardjito Berita Kedokteran Masyarakat XVII(2).Yogyakarta : UGM
Iskandar J.2004. Panduan Praktis Pencegahan & Pengobatan Stroke. Jakarta: PT.Bhuana Ilmu
Populer

Kaplan, Saddock. 2003. Sinopsis Psikiatry, Ilmu Pngetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara

Kapplan, Sadock, BJ. 2005. Comprehensive Textbook Of Psychiatry,6th Ed. USA : Lippincott.

Lumbantobing. 2004. Neurogeriatri. Jakarta:FKUI

Mardi Susanto. 2008. Tatalaksana Depresi Pasca Stroke Majalah Kedokteran Indonesia Volum: 58,
nomor: 3, Maret. Jakarta : Departemen Psikiatry RS Persahabatan

Mickey,Stanley. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.Jakarta : EGC


Misbach J. 2007. Stroke Aspek Diagnosis Patofisiologi Dan Manajemen. Jakarta: FKUI

Nasir, Moh. 2005. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia


Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika
Paolucci, Steffano. 2008. Epidemiologi Dan Pengobatan Depresi Pasca Stroke Neuropsychiatr
Disorder. Roma : Fondazione Santa Lucia

PDSKJI. 2007. Penanganan Depresi Pasca Stroke. Palembang : Simposia Edisi Agustus (Vol.7 no.1)

Rekam Medik RSUD Jombang Periode Januari-September 2011

Riwanti Yuliami. 2006. Pengaruh Depresi Pada Awal Stroke


(Minggu I) Terhadap Waktu Perbaikan Deficit Neurologi Penderita Stroke Non Hemoragik Di
RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang : UNDIP.

Sugiarto, Andi. 2005. Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia
Dip Anti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan Menggunakan Berg Balance Scale Dan
Indeks Barthel. Semarang : UNDIP.

Wahyudi,Nugroho.2008.Keperawatan Geontik & Geriatric.Jakarta:EGC

You might also like