You are on page 1of 8

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN ANSIETAS

DI SUSUN OLEH :

SAPTO RIYANI

PROGRAM STUDI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

A. PENGKAJIAN PASIEN ANSIETAS

1. Definisi
Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons ( sumber seringkali
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan takut akanterjadi
sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini merupakan sinyal yang
menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat
individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.
Ansietas memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek
positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi,gerak maju
perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaanlanjut
perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.

2. Tingkatan Ansietas
Menurut Stuart dan Sundeen (1998:175-176), tingkat ansietas sbb :
a. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas.
b. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Ansietas Beratsangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terincidan spesifik dan tidak
dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukanuntuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain.
d. Tingkat Panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
teror. Rincian terpecah dari proporsinya, tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian.
Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuanberhubungan
dengan orang lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional.

3. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (1998: 177-181) terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan ansietas, diantaranya:
a. Faktor Biologis, Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine.
Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan
utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana
halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
b. Faktor Psikologis Pandangan Psikoanalitik, Ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara antara 2 elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego
atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. Pandangan
Interpersonal,Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidakadanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga dirirendah terutama mudah
mengalami perkembangan ansietas yang berat. Pandangan Perilaku, Ansietas
merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap
sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari
kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan
selanjutnya.
c. Sosial budaya.
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang
tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya
ansietas.

4. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas ,
harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang
5. Sumber Koping
Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan.
6. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping sbb;
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya
perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuhan, Menarik diri untuk memindahkan darisumber stress, Kompromi
untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi
realitas dan bersifat maladaptif.

B. DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Perilaku.
Ditandai dengan dengan Produktivitas menurun, Menga mati dan waspada,
Kontak mata jelek, Gelisah, Melihat sekilas sesuatu, Pergerakan berlebihan
(seperti; foot shuffling, pergerakan lengan/ tangan), Ungkapan perhatian berkaitan
dengan merubah peristiwa dalam hidup, Insomnia, Perasaan gelisah.

2. Afektif Menyesal, Iritabel, Kesedihan mendalam, Takut, Gugup, Sukacita


berlebihan, Nyeri dan ketidakberdayaan meningkat secara menetap, Gemeretak,
Ketidak pastian, Kekhawatiran meningkat, Fokus pada diri sendiri, Perasaan tidak
adekuat, Ketakutan, Distressed, Khawatir, prihatin dan Mencemaskan
3. Fisiologis
Suara bergetar, Gemetar/ tremor tangan, Bergoyang-goyang, Respirasi meningkat
(Simpatis), Kesegeraan berkemih (Parasimpatis), Nadi meningkat (Simpatis),
Dilasi Pupil ( Simpatis), Refleks-refleks meningkat (Simpatis), Nyeri abdomen
(Parasimpatis), Gangguan tidur (Parasimpatis) Perasaan geli pada ekstremitas
(Parasimpatis), Eksitasi kardiovaskuler (Simpatis), Peluh meningkat, Wajah
tegang, Anoreksia (Simpatis), Jantung berdebar-debar (Simpatis), Diarhea
(Parasimpatis), Keragu-raguan berkemih (Parasimpatis), Kelelahan (Parasimpatis),
Mulut Kering (Simpatis), Kelemahan (Simpatis), Nadi berkurang (Parasimpatis),
Wajah bergejolak (Simpatis), Vasokonstriksi superfisial (Simpatis), Berkedutan
(Simpatis), Tekanan Darah Menurun (Parasimpatis), Mual (Parasimpatis),
Keseringan berkemih (Parasimpatis), Pingsan (Parasimpatis), Sukar bernafas
(Simpatis), Tekanan darah meningkat (Parasimpatis)

4. Kognitif
Hambatan berfikir, Bingung, Preokupasi, Pelupa, Perenungan, Perhatian lemah,
Lapang persepsi menurun, Takut akibat yang tidak khas, Cenderung menyalahkan
orang lain., Sukar berkonsentrasi, Kemampuan berkurang terhadap :
(Memecahkan masalah dan belajar), Kewaspadaan terhadap gejala fisiologis.

C. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

Terpapar toksin, Konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai/ tujuan hidup,
Hubungan kekeluargaan/ keturunan, Kebutuhan yang tidak terpenuhi, Interpersonal –
transmisi/ penularan, Krisis situasional/ maturasi,Ancaman Kematian, Ancaman
terhadap konsep diri, Stress, Penyalahgunaan zat, Ancaman terhadap atau perubahan
dalam : Status peran, Status kesehatan, Pola Interaksi, Fungsi Peran, Lingkungan,
Status Ekonomi. (NANDA 2005-2006: 9-11)

D. POHON MASALAH DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Harga Diri Rendah

Gangguan Citra Tubuh

Ansietas (Core problem)

Koping Individu Tak Efektif

Kurang Pengetahuan Perubahan fisik

1. Masalah Keperawatan:

a. Harga diri Rendah


b. Gangguan citra tubuh
c. Ansietas
d. Koping Individu inefektif
e. Kurangnya pengetahuan
E. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KLIEN DENGAN ANSIETAS

1. STRATEGI PELAKSANAAN 1

Tindakan Keperawatan Tindakan Keperawatan


Masalah Keperawatan
pada Pasien pada Keluarga
SP I p SP I k
1. Identifikasi stressor 1. Mendiskusikan
cemas. masalah yang
2. Identifikasi koping dirasakan keluarga
maladaptif dan dalam merawat pasien
akibatnya. 2. Menjelaskan
3. Bantu perluas lapang pengertian, tanda dan
persepsi. gejala ansietas sedang
4. Konfrontasi positif yang dialami pasien
(jika perlu). beserta proses
5. Latih teknik relaksasi: terjadinya.
nafas dalam. 3. Menjelaskan cara-cara
6. Membimbing merawat pasien
memasukkan dalam cemas.
Ansietas jadwal kegiatan.
SP II p SP II k
1. Validasi masalah dan 1. Melatih keluarga
latihan sebelumnya. mempraktekkan cara
2. Latih koping: merawat pasien cemas
beraktivitas. sedang.
3. Membimbing 2. Melatih keluarga
memasukkan dalam melakukan cara
jadwal kegiatan. merawat langsung
pasien cemas sedang.
SP III p SP III k
1. Validasi masalah dan 1. Membantu keluarga
latihan sebelumnya. membuat jadual
2. Latih koping: olah aktivitas di rumah
raga. termasuk minum obat
3. Membimbing 2. Mendiskusikan
memasukkan dalam sumber rujukan yang
jadwal kegiatan. bisa dijangkau oleh
keluarga

2. STRATEGI PELAKSANAAN 2

SP 1 : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal ansietas,


dan membantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan cemas

Fase Orientasi
“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya Dayat, panggil saya dayat, saya
perawat yang akan merawat bapak dan datang kerumah bapak seminggu dua kali,
yaitu hari rabu dan Sabtu jam 10.00 pagi. “Nama bapak siapa, suka dipanggial
apa?” “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Oh, jadi bapak merasa tidak
nyaman?”, “Baiklah pak, kita akan berbincang-bincang tentang perasaan yang
bapak rasakan. “Berapa lama kita bincang-bincang? “Bagaimana kalau 20
menit”.”Dimana tempatnya pak? Bagaimana kalau disini saja?”

Fase Kerja:
“Apa yang bapak rasakan?, “Bagaimana perasaan itu bisa muncul?”. “Apa yang
bapak lakukan jka perasaan itu cemas itu muncul?”. “Oh, jadi bapak mondar-mandir
dan banyakbicara jika perasaan cemas dan tidak nyaman itu muncul”.”Ada peristiwa
apa sebelumansietas itu muncul? “Atau adakah hal-hal yang bapak pikirkan
sebelumnya?” “Jadi bapakakan merasa cemas jika ada pekerjaan bapak yang belum
bisa bapak selesaikan. Bisa kitadiskusikan apa yang membuat pekerjaan bapak tidak
selesai? Oh, jadi bapak merasa bebankerja yang diberikan diluar kesanggupan bapak
untuk menyelesaikannya. . “Apakahsebelumnya bapak pernah mendapatkan beban
kerja yang tinggi pula? Apakah bapak bisamenyelesaikan pekerjaan tersebut? Wah,
baik sekali, berarti dulu bapak mampu menyelesaikan pekerjaan yang banyak.
Bagaimana cara bapak menyelesaikan pekerjaan itu waktu dulu?”.

Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bincang-bincang?”, “Coba bapak sebutkan
lagi apa yang membuat Bapak cemas?” apa perubahan yang bapak rasakan dengan
kondisi kecemasan,”. “Dua hari lagi saya akan datang untuk mengajarkan latihan
relaksasi, jam 10.00 tempatnya disini ya Pak, Sekarang saya pamit dulu
Assalamualaikum Wr Wb.”

SP 2 : Mengontrol Kecemasan Dengan Relaksasi Nafas Dalam

Fase Orientasi:
“Assalamualaikum Pak Ahmad, bagaimana perasaan bapak hari ini?’ Apakah bapak
sudah melatih cara mengalihkan situasi untuk menghilangkan kecemasan Bapak?’,
“Sesuai janji kita dua hari yang lalu, hari ini saya datang kembali untuk
mendiskusikan tentang latihan relaksasi dengan tehnik tarik napas dalam.” Berapa
lama kita akan berlatih pak? “Bagaimana jika 20 menit?” Dimana kita diskusi?
“Bagaimana jika di halaman samping?”

Fase Kerja:
Pak, kemarin waktu kita diskusi bapak mengatakan bahwa saat cemas rasanya
seluruh badan bapak tegang, baik fikiran maupun fisik, Nah, latihan relaksasi ini
bermanfaat untuk membuat fisik bapak relak atau santai. Dalam latihan ini bapak
harus memusatkan pikiran dan perhatian bapak pada pernapasan, gerakan
mengembang dan mengempisnya otot dada bapak saat bernapas . Bisa kita mulai
pak?” Sekarang bapak silahkan duduk tegap seperti saya. Pertama-tama: bapak tarik
napas perlahan-lahan, dalam hitungan satu, bapak pikirkan bahwa adara memasuki
bagian bawah paru-paru bapak, pada hitungan dua bapak bayangkan udara mengisi
bagian tengah paru-paru bapak dan pada hitungan tiga bapak bayangkan seluruh
paru-paru bapak sudah terisi dengan udara, setelah itu tahan napas dalam hitungan
tiga setelah itu bapak hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara
perlahan-lahan. Nah, sekarang bapak lihat saya mempraktekkanya. “Sekarang coba
bapak praktekkan! “Wah, bagus sekali bapak sudah mampu melakukannya. “ Bapak
bisa latih kembali relaksasi nafas dalam.

Fase teminasi:
“bagaimana perasaan bapak setelah latihan tarik napas dalam ini?” Coba bapak
ulangi satu kali lagi”” Bagus sekali.” Setiap kali bapak mulai merasa cemas, bapak
bisa langsung praktekkan cara ini. “Lusa saya akan datang lagi untuk mengajarkan
latihan yang lain yaitu dengan mengendurkan dan mengencangkan seluruh otot
bapak. Seperti biasa pak Jam 10.00 WIB. Assalamualaikum Pak ahmad.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Diagnosa Keperawatan NANDA NIC-NOC (terjemahan)

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Ibrahim, Ayub Sani. 2007. Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Dua As-As : Jakarta

Kaplan, Harold I, dkk. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Widya Medika : Jakarta

Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Penerbit Aesculapius :
Jakarta.
Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Penerbit MocoMedia : Yogyakarta.
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, EGC : Jakarta.

Suliswati, dkk., 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC : Jakarta.

Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar sKeperawatan Jiwa, EGC : Jakarta.

You might also like