Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengembangan Kepropesian Pendidik
Melalui Lesson Study yang di Bimbing oleh Dr. Ibrohim, M.Si & Dr. Istamar
Syamsuri, M.Pd
Oleh:
Mushoffa
170341864553
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Deskripsi Kedudukan Asesmen dan Evaluasi Hasil Belajar dalam
Pendidikan”.
Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu
dalam penyelesaian makalah ini, baik yang berupa sumbangan pikiran, bimbingan,
ide dan motivasi yang sangat berarti, terutama ditujukan kepada:
1. Dr. Ibrohim, M.Si & Dr. Istamar Syamsuri, M.Pd. sebagai dosen pembina
matakuliah Pengembangan Kepropesian Lesson Study
2. Rekan-rekan mahasiswa pascasarjana pendidikan biologi kelas C yang telah
memberikan bantuan, semangat dan motivasi.
Segala bantuan yang diberikan kepada penulis semoga menjadi amal ibadah dan
diridhoi Allah SWT.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih terdapat kekurangan yang luput
dari koreksi, sekalipun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan
makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terakhir penulis menyampaikan harapan
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Bentuk-bentuk implementasi kegiatan lesson study .................................. 4
1. Bentuk impelemntasi LS pada MGMP ................................................. 4
2. Bentuk implementasi LS pada KKG .................................................... 5
3. Bentuk implementasi LS pada Sekolah ............................................... 5
4. Bentuk impelentasi LS pada LSc .......................................................... 7
B. Keuntungan dan kekurangan implementasi LS di Indonesia ..................... 7
1. Keuntungan impementasi LS ............................................................... 7
2. Kekurangan implementasi LS ............................................................... 8
C. Bentuk implementasi LS yang sesuai dengan situasi dan kondisi guru dan
pendidikan di Indonesia ............................................................................ 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR RUJUKAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan strategi-strategi mengajar secara sistematis, sehingga dapat memfasilitasi siswa
untuk meningkatkan perolehan belajar. Guru seyogyanya mulai meninggalkan cara-
cara rutinitas dalam pembelajaran, tetapi lebih menciptakan program-program
pengembangan yang profesional. Upaya tersebut merupakan implikasi dari reformasi
pendidikan dengan tujuan agar mampu mencapai peningkatan perolehan belajar siswa
secara memadai. Program-program pengembangan profesi guru tersebut
membutuhkan fasilitas yang dapat memberi peluang kepada mereka learning how to
learn dan to learn about teaching. Fasilitas yang dimaksud, misalnya lesson study
(kaji pembelajaran).
Lesson Study (LS) atau Kaji Pembelajaran adalah suatu pendekatan
peningkatan pembelajaran yang awal mulanya berasal dari Jepang. Di Indonesia, LS
telah diterapkan di tiga daerah (Malang, Yogyakarta, dan Bandung) sejak tahun 2006
melalui skema Strengthening In-Service Teacher Training of Mathematics and
Science (SISTTEMS)(Susilo, 2007). Di Bali, isu tentang LS baru terdengar pada awal
tahun 2007. Melihat kenyataan tersebut, Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan
Ganesha merasa terpanggil untuk mengadakan seminar secara rutin dan mengkaji
secara konseptual tentang LS. Di samping itu, telah diprogram pula rencana pelatihan
LS pada bulan Juli 2008. Program-program tersebut dianggap penting, karena secara
teoretis, LS menyediakan suatu cara bagi guru untuk dapat memperbaiki pembelajaran
secara sistematis (Podhorsky & Moore, 2006). LS menyediakan suatu proses untuk
berkolaborasi dan merancang lesson (pembelajaran) dan mengevaluasi kesuksesan
strategi-strategi mengajar yang telah diterapkan sebagai upaya meningkatkan proses
dan perolehan belajar siswa (Lewis, 2002; Lewis, et al., 2006; Yuliati, et al., 2006).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja bentuk-bentuk impelmentasi kegiatan Lesson study (LS-MGMP,
LSBS, LSc dll)
2. Apa keuntungan dan kelemahan masing-masing bentuk implementasi lesson
study di Indonesis
3. Apa bentuk implementasi lesson study yang sesuai dengan situasi dan kondisi
guru dan Pendidikan di Indonesia
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk impelmentasi kegiatan Lesson study (LS-
2
MGMP, LSBS, LSc dll)
2 Untuk mengetahui keuntungan dan kelemahan masing-masing bentuk
implementasi lesson study di Indonesis
3 Untuk mengetahui bentuk implementasi lesson study yang sesuai dengan situasi
dan kondisi guru dan Pendidikan di Indonesia
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dia dapat dijadikan fasilitator. Fasilitator fungsinya sebagai pemberi arah agar
kegiatan lesson study berjalan sesuai dengan sintaksnya
5. Karena melibatkan anggota MGMP, maka izin dari dinas Pendidikan artinya
untuk berkelanjutan program suti LS. Juga perlu mendapat izi dari masing-
masing kepala sekolah sehingga mendapatkan jalan keluar jika guru anggota
MGMP itu tidak mengajar di sekolah karena mengikuti LS di MGMP.
5
meningkatkan kemampuan dan keprofesionalan guru sehingga meningkat pula
mutu pendidikan di sekolah.
2. Setelah semua unsure sepakat untuk melaksanakan kegiatan LSBS di sekolah,
kegiatan awal yang harus dilakukan adalah lokakarya (workshop) tentang
kegiatan LS. Dalam workshop jika memungkinkan sekolah mengundang
narasumber dari Dinas Pendidikan dan ahli LS dari perguruan tinggi yang telah
mahir dalam bidang Lesson study. Kegiatan workshop LS yang dilakukan di
sekolah bertujuan untuk meningkatkan pemahaman seluruh unsure sekolah
tentang konsep, prinsip, praktek beserta manfaat LS dalam meningkatakan mutu
pendidikan.
3. Pembentukan satgas LS oleh sekolah yang akan merancang seluruh rangkaian
kegiatan LSBS dan jadwal kegiatanya.
4. Pelakasanaan LS yang berbasis sekolah (LSBS) dilakukan pada semua mata
pelajaran yang diajarkan pada jenjang sekolah tersebut.
5. Pembentukan kelompok Guru LS di sekolah dengan bentuk per bidang mata
pelajaran, dilanjutkan melaksanakan kegiatan LS oleh kelompok Guru LS
bidang studi di sekolah dan melaksanakan open class sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan.
6. Pada LSBS kegiatan open class dilakukan pengaturan secara bergiliran antar
guru bidang studi. Jadwal dan hari kegiatan LSBS diatur dengan melibatkan
banyak guru di sekolah tersebut dapat mengikuti kegiatan LS.
7. Di dalam LSBS kegiatan open class Lesson study tidak hanya melibatkan guru
bidang studi atau serumpun di sekolah, melainkan oleh guru lintas bidang studi.
Jadi kegiatan open class guru bidang studi geigrafi dapat diikuti guru bidang
studi lainnya seperti biologi, fisika, bahasa inggris, penjas, dan bahkan guru BK
dari sekolah tersebut. Hal ini bertujuan untuk pemahaman konsep ilmu bidang
studi yang dibelajarkan oleh guru, melainkan juga bagaimana efektivitas belajar
yang dilakukan oleh siswa, selain itu juga guru dapat mendeteksi lebih awal
siswa-siswa yang berpotensi belum mencapai kompetensi yang dinginkan.
8. Kegiatan perencanaan pada LSBS dapat dilakukan bersama oleh guru bidang
studi atau lintas bidang studi, tapi dapat pula pada LSBS kegiatan perencanaan
6
dilakukan secraa mandiri tetapi hasilnya dikonsultasikan kepada guru lain yang
lebih memahami atau bahkan ke kepala sekolah.
9. Kegiatan diskusi refleksi LSBS melibatkan kepala sekolah atau wakilnya yang
bertindak sebagai moderator. Dalam diskusi refleksi LSBS diatur sedemikian
rupa dengan tujuan agar setiapa pengamat dapat menyampaikan komentar
berdasrkan temuan hasil pengamatannya.
7
memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat:
1. Memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan
dibelajarkan kepada siswa
2. memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk
kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah
persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta
kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan
3. Mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran
melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study)
4. Belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat
menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa
5. Mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan
pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran
6. Membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru
bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang
pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa
7. Mengembangkan “The Eyes to See Students” dalam arti dengan
dihadirkannya para pengamat (observer), pengamatan tentang perilaku belajar
siswa bisa semakin detail dan jelas.
8
3. Takut menjadi guru/dosen model menjadi kekurangan yang harus diatasi
beberapa guru merasa tidak siap untuk membuka kelas atau menjad guru
model, karena selama ini guru sudah terbiasa mengajar sendiri dan tidak
diamati oleh orang lain.
4. Kurangnya persiapan guru model dalam menghadapi lesson study menjadi
kekuragan yang menyebabkan impelemntasi LS kurang maksimal karena guru
yang menjadi model terkesan belum siap dan terlihat tidak menguasai materi
yang akan disampaikan dalam kegiatan LS.
5. Keterbatasa waktu luang guru untuk mengikuti kegiatan LS di MGMP, karena
pada umunya ada beberapa guru honorer terutama PNS di Indonesia
mempuyai tugas mengajar yang cukup banyak kira-kira 24 jam per minggu,
akibatnya kesempatan untuk mengikuti kegiatan LS kurang maksimal.
6. Guru memandang remeh kegiatan LS dan merasa bosan atau jenuh untuk
mengikuti kegiatan LS, hal ini dikarenakan guru belum memahami secara
mendalam filosofi dan makna hakiki LS, salah satu cara untuk mengatasi hal
ini adalah dengan memberikan piagam atau sertifikat bagi para guru yang
tertib dan kontinu dalam mengikuti kegiatan LS.
9
1. Dapat meningkatkan pemahaman dan kepekaan guru terhadap proses belajar
siswa sehingga guru memahami dan menghormati hak belajar setiap siswa
2. Kolaborasi antar guru selama penerapan LS dapat meningkatkan suasana
saling belajar dan membelajarkan
3. Terdapat perkembangan kemampuan guru dalam mengamati proses
pembelajaran dan melakukan refleksi dalam LS sehingga meningkatkan
kepekaan seorang guru terhadap siswa.
4. Melalui LSBS keprofesionalan guru meningkat
5. Guru lebih terbuka dan mau menerima pendapat orang lain.
Beberapa manfaat implementasi Lesson study berbasis sekolah (LSBS) di
SMP Pasuruan antara lain sebagai berikut (Syamsuri dan Ibrohim, 2011) :
1. Guru dapat menyerap imformasi berharga tentang banyak hal, mulai dari model
pembelajaran, metode, keberadaan subjek belajar dan juga bahan ajar.
3. Guru semakin berani memberikan masukan yang menurutnya baik bagi guru
yang lain dan saran masukan tersebut akan dilaksankan oleh dirinya sendiri
5. Hubungan antar guru semkain erat, kolegalitas terbantu, baik antar guru
sebidang studi maupun berbeda bidang studi
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam penyusunan makalah ini sebagai berikut :
1. Bentuk-bentuk impelentasi LS terjadi pada MGMP meliputi pembagian
kelompok MGMP di beberapa wilayah sesuai dengan dengan mata
pelajaran, Jumlah guru yang menjadi anggota LS-MGMP antara 3-15
orang. Jika anggota MGMP lebih dari 20 orang sebaiknya dijadikan 2 atau
lebih kelompok, pada LSMGMP sebaiknya terdapat setidaknya seorang
Guru yang memahami dan telah terlatih melaksankan Lesson study.
2. Bentuk impelentasi LSBS merupakan inisiatif kepala sekolah untuk
kegiatan LSBS di sekolah, pelakasanaan LS yang berbasis sekolah (LSBS)
dilakukan pada semua mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang sekolah
tersebut, pembentukan kelompok Guru LS di sekolah dengan bentuk per
bidang mata pelajaranPada
11