You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DHF (DENGUE

HAEMORRAGIC FEVER)

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun oleh :
Ulva Puspaningrum

Puput Romadhani

Kholifatur Rahma

Nurfarida

Yuliawati

Uswatun Hasanah

Sri Wijiyanti

Jono Kurnianto

Syamsuri

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
OKTOBER, 2015

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Pengertian
1) DHF (Dengue Haemorragic Fever) atau demam berdarah dengue (DBD)
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty. (DR. Nursalam, 2005)
2) DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat
gejala klinis utama yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan,
hepatomegali dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul renjatan
(sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat
menyebabkan kematian. (Soegeng Soegijanto, 2002).
3) DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit anak yang
disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui
gigitan nyamuk Aedes aegipty betina.(A.Aziz alimul hidayat,2005).
4) Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepti
dan Aedes albopictus. (Soegeng Soegijanto, 2002)
2. Fisiologi Sistem Hematologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah
yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung
pada banyaknya O2 dan CO2 didalamnya. Darah yang banyak mengandung
CO2 warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan
bernafas, dan zat ini berguna pada peristiwa pembakaran/metabolisme didalam
tubuh. (Syarifuddin, 2006).
Darah terdiri dari elemen-elemen dan plasma dalam jumlah setara. Elemen-
elemen yang tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit). (Elizabeth J. Corwin, 2001)
3. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever
(DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi
menjadi 4 serompe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi
borne virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-
2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di
Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di
Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah
kecenderungan dominan DEN-2. ( Nursalam, 2005)
4. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita
adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah
pada kulit), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan
pembesaran limpa (splenomegali). Peningkatan dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (Syok).
Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma leakage)
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena. Oleh karena itu ada penderita Demam Berdarah Dengue (DHF)
sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui
berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik. (Christantie Effendy,1995).
5. Manifestasi Klinik
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan
bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan
anak berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam
makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan
sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan mendadak yang dapat
mencapai 40°C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang demam, sakit
kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri
perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama
perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu,
perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa perdarahan spontan
mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung
selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan
perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang
terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa
konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan
hepatomegali. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun
kegagalan peredaran darah.
Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk menegaskan
diagnosa Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut :
1) Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2) Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan
bentuk lain perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi) dan hematemesis melena.
3) Pembesaran hati.
4) Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan
nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang
teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
penderita gelisah serta timbul sianosis disekitar mulut.
( Nursalam, 2005).
6. Klasifikasi Dengue Haemorragic Fever (DHF)
Dengue Haemorragic Fever (DHF) diklasifikasikan menjadi 4 kategori
penderita menurut derajat beratnya sebagai berikut :
Derajat I : Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan
hanya berupa touniket tes yang positif.
Derajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya
berupa perdarahan dibawah kulit dan atau berupa perdarahan
lainnya.
Derajat III : Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah
penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg) atau hipotensi dengan
disertai akral yang dingin dan gelisah.
Derajat IV : Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah
yang tidak terukur.
( Soegeng Soegijanto, 2005)
7. Test Diagnostik
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam
dengue adalah melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar
hematokrit dan hapus darah tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif
disertai gambar limfosit plasma biru. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil
isolasi virus dengue (metode cell culture) atau pun deteksi antigen virus RNA
dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptosi Polymerase Chain
Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini adalah
uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun
IgG).
Pemeriksaan serologi ditujukan untuk deteksi antibodi spesifik terhadap
virus dengue. Pemeriksaan yang banyak digunakan adalah berupa uji HI
(Haemoglobin Inhibition test : uji hambatan hemaglutinasi) yang merupakan
standar WHO, kemudian uji indirect ELica, uji captured Elisa untuk dengue
baik IgM captured-Elisa (MAC-ELISA) maupun IgG captured-ELISA. dnegue
blot/dengue stick/dot imunosial dengue dan uji SCT (immuno-
enromotographie test) antara lain dengue rapid test, sedangkan uji fiksasi
komplemen dan uji netralisasi sudah lama ditinggalkan karena rumit dan tidak
praktis.
Uji HI yang merupakan uji serologis yang dianjurkan menurut standar
WHO, dapat mendeteksi antibody anti-dengue, dimana infeksi virus dengue
akut ditandai dengan terdapatnya peningkatan titer empat kali atau lebih antara
sepasang sera yaitu serum akut dan serum konvalesens, disamping itu 1 : 2.560
menunjukkan interpretasi infeksi flovivirus skondes. (Soegeng Soegianto,
2006).
8. Penatalaksanaan Medik
Berdasarkan kenyataan dimasyarakat penatalaksanaan kasus Dengue
Haemorragic Fever (DBD) dibagi sebagai berikut :
1) Kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) yang diperkenakan berobat jalan
Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum
masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak diperkenankan
memberi obat panas paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang
jika gejala panas masih nyata diatas 38,5°C. Obat panas salisilat tidak
dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya penyulit perdarahan dan
asidosis. Sebagian besar kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang
berobat jalan ini adalah kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang
menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa
menunjukkan penyulit lainnya.
Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF) ini menunjukkan
manifestasi penyulit hipertermi dan konvalesens sebaiknya kasus ini
dianjurkan untuk dirawat inap.
2) Kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini
mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian tetesan
berdasarkan tatanan 7,5%. Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak
minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare.
Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dan harga normal merupakan
indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat diruang
observasi dipusat rehidrasi selama kurun waktu 12-14 jam.
3) Penatalaksanaan Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat III , IV
“Dengue Shock Syndrome” (sindrome renjatan dengue) termasuk kasus
kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu
memperoleh cairan pengganti secara tepat. Biasanya dijumpai kelainan
asam basa dan elektrolit (hiponatremi). dalam hal ini perlu dipikirkan
kemungkinan dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah
mendorong terjadinya DIC yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
hebat dan renjatan yang sukar diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam
isotonik (ringer laktat, 5% dekstrose, larutan ringer asetat dan larutan
normal garam faali) dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.
4) Obat penenang
Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama pada kasus
yang sangat gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya dihindari, chloral
hidrat oral atau rektal dianjurkan dengan dosis 12,5-50 mm/kg (tetapi jangan
lebih 1 jam) digunakan sebagai satu macam obat hipnotik.
5) Terapi oksigen
6) Transfusi darah.
7) Kelainan ginjal
Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian volume
intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis
belum mencukup 2 ml/kg BB/jam sedangkan cairan yang diberikan sudah
sesuai kebutuhan, maka selanjutnya furosemid 1 mg/BB dapat diberikan
pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah diuresis, kadar ureum dan
kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya
syok juga belum dapat dikoreksi dengan baik maka pemasangan Centrol
Venous Pressure (CVP) perlu dilakukan untuk pedoman pemberian cairan
selanjutnya.
8) Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara
teratur untuk menilai hasil pengobatan.
9) Kriteria memulangkan pasien
Pasien dapat dipulangkan apabila :
a. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.
b. Nafsu makan membaik.
c. Tampak perbaikan secara klinis.
d. Hematokrit stabil.
e. Tiga hari setelah syok teratasi.
f. Jumlah trombosit 200.000-300.000 /mm3
g. Tidak disertai distress pernapasan.
h. Ruang khusus darurat penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF)
(Soegijanto Soegeng.2002)
B. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Biodata / Identitas
DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur < 15
tahun. Endemik didaerah Asia tropik.
2. Keluhan Utama : Panas / demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun
dengan tanda-tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba
dingin dan lembab.
Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada
anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu hati,
konstipasi atau diare.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa
berulang DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan
penyakit yang pernah diderita dahulu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga
ada yang menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan
air, vas and ban bekas.
7. Riwayat Tumbuh Kembang Anak : Sesuai dengan tumbuh kembang klien.
8. ADL
o Nutrisi : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
o Aktifitas : Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan
dapat terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada
seluruh tubuh, menurunnya aktifitas bermain.
o Istirahat tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
o Eliminasi alvi : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
o Personal hygiene : Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas dapat
meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan
diri.

9. Pemeriksaan
ü Keadaan umum
Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigit hipotensi,nadi cepat dan
lemah.
ü Kulit
Tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
ü Kepala
Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).
ü Dada
Nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
ü Abdomen
Pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan dehidrasi
turgor kulit menurun.
ü Anus dan genetalia
Dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
ü Ekstrimitas atas dan bawah
Ekstrimitas dingin, sianosis.
10. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
o Hb dan PCV meningkat (≥20%).
o Trombositopenia (≤100.000/ml).
o Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
o Ig.D.dengue positif.
o Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia.
o Urium dan PH darah mungkin meningkat.
o Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO rendah.
o SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan
Dengue Hemorhagic Fever
1) Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus
dengue.
2) Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input
dan output cairan.
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
4) Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
hebat, penurunan tekanan osmotik.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
6) Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
7) Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan, dan kurang informasi.
( sumber : perawatan pasien DHF, Christiantie efendy )
C. Rencana Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus
dengue.
Tujuan keperawatan :
Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan criteria :
- Suhu tubuh normal (35° C- 37,5° C)
- Pasien bebas dari demam
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji saat timbulnya demam. 1. Untuk mengidentifikasi pola
demam pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 2.
3 Tanda-tanda vital merupakan acuan
jam. untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
3. Beri kompres hangat pada dahi. 3. Kompres hangat dapat
mengembalikan suhu normal
4. Beri banyak minum ( ± 1-1,5 memperlancar sirkulasi.
liter/hari) sedikit tapi sering 4. Mengurangi panas secara konveksi
(panas terbuang bersama urine dan
keringat sekaligus mengganti cairan
tubuh karena penguapan).
5. Ganti pakaian klien dengan bahan
5. Pakaian yang tipis menyerap
tipis menyerap keringat. keringat dan membantu mengurangi
penguapan tubuh akibat dari
peningkatan suhu dan dapat terjadi
konduksi.
6. Beri penjelasan pada keluarga
6. Penjelasan yang diberikan pada
klien tentang penyebab keluarga klien bisa mengerti dan
meningkatnya suhu tubuh. kooperatif dalam memberikan
tindakan keperawatan.
7. Kolaborasi pemberian obat anti
7. Dapat menurunkan demam
piretik.

b. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume


cairan) tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output
cairan.
Tujuan intervensi :
Volume cairan tubuh seimbang, dengan criteria :
- Turgor kulit baik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien dan Mengetahui dengan cepat
tanda-tanda vital. penyimpangan dari keadaan
normalnya.
2. Kaji input dan output cairan. Mengetahui balance cairan dan
elektrolit dalam tubuh/homeostatis.
Agar dapat segera dilakukan
3. Observasi adanya tanda-tanda tindakan jika terjadi syok.
syok. Asupan cairan sangat diperlukan
4. Anjurkan klien untuk banyak untuk menambah volume cairan
minum. tubuh.
Pemberian cairan I.V sangat
5. Kolaborasi dengan dokter dalam penting bagi klien yang mengalami
pemberian cairan I.V. deficit volume cairan untuk
memenuhi kebutuhan cairan klien.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
Tujuan intervensi :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan criteria :
- Porsi makan yang disajikan dihabiskan.
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien 1. Memudahkan untuk intervensi
selanjutnya
2. Beri makanan sesuai kebutuhan
2. Merangsang nafsu makan klien
tubuh klien. sehingga klien mau makan.
3. Makanan dalam porsi kecil tapi
3. Anjurkan orang tua klien untuk sering memudahkan organ
memberi makanan sedikit tapi pencernaan dalam metabolisme.
sering. 4. Makanan dengan komposisi TKTP
berfungsi membantu mempercepat
4. Anjurkan orang tua klien memberi proses penyembuhan.
makanan TKTP dalam bentuk lunak
5. Berat badan merupakan salah satu
indicator pemenuhan nutrisi
5. Timbang berat badan klien tiap berhasil.
hari. 6. Menambah nafsu makan

6. Kolaborasi pemberian obat


reborantia.

d. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan


hebat, penurunan tekanan osmotic.
Tujuan :
Tidak terjadi syok hipovolemik, dengan criteria :
- Keadaan umum membaik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor keadaan umum klien 1. Memantau kondisi klien selama
masa perawatan terutama saat
terjadi perdarahan sehingga tanda
pra syok, syok dapat ditangani.
2. Tanda vital dalam batas normal
2. Observasi tanda-tanda vital menandakan keadaan umum klien
baik
3. Perdarahan yang cepat diketahui
3. Monitor tanda-tanda perdarahan dapat teratasi sehingga klien tidak
sampai pada tahap syok
hipovolemik akibat perdarahan
yang hebat.
4. Anjurkan pada pasien/ keluarga
4. Keterlibatan keluarga untuk segera
untuk segera melapor jika ada melaporkan jika terjadi perdarahan
tanda-tanda perdarahan. terhadap pasien sangat membantu
tim perawatan untuk segera
melakukan tindakan yang tepat.
5. Untuk mengetahui tingkat
5. Cek hemoglobin, hematokrit, kebocoran pembuluh darah yang
trombosit dialami klien dan untuk acuan
melakukan tindak lanjut terhadap
perdarahan.

D. Implementasi

Dx Implementasi Paraf
1. mengkaji saat timbulnya demam.
1 2. Mengobservasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.
3. Memberi kompres hangat pada dahi.
4. Memberi banyak minum ( ± 1-1,5 liter/hari) sedikit tapi
sering
5. Menganti pakaian klien dengan bahan tipis menyerap
keringat.
6. Memberi penjelasan pada keluarga klien tentang
penyebab meningkatnya suhu tubuh.
7. Mengkolaborasikan pemberian obat anti piretik.
1. Mengkaji keadaan umum klien dan tanda-tanda vital.
2 2. Mengkaji input dan output cairan.
3. Mengobservasi adanya tanda-tanda syok.
4. Menganjurkan klien untuk banyak minum.
5. Mengkolaborasikan dengan dokter dalam pemberian
cairan I.V.
1. Mengkaji keadaan umum klien
3 2. Memberi makanan sesuai kebutuhan tubuh klien.
3. Menganjurkan orang tua klien untuk memberi makanan
sedikit tapi sering.
4. Menganjurkan orang tua klien memberi makanan TKTP
dalam bentuk lunak
5. Menimbang berat badan klien tiap hari.
6. Mengkolaborasikan pemberian obat reborantia.

E. Evaluasi

Dx Catatan Perkembangan Paraf


1. S:
- Keluarga pasien mengatakan panasnya mulai menurun
O:
- Suhu badan pasien 36,5oC
A:
- Masalah teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
2. S:
- Keluarga pasien mengatakan pasien tampak lebih baik
O:
- Turgor kulit < 3 det, TTV normal
A:
- Masalah teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
3 S:
- Keluarga pasien mengatakan pasien kurang nafsu
makan
O:
- Porsi makan ½ habis
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
http://nandarnurse.blogspot.com/2013/07/terapi-aktivitas-kel8ompok-
sosialisasi.html?m=1 +
Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI
Jakarta, 2000
Budi Santosa, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Prima
Medika
Dina Kartika S, Pediatricia, Tosca Enterprise, Yogyakarta, 2005
Fakultas Kedokteran UGM, Demam Berdarah Dengue : Naskah Lengkap
Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam dalamTatalaksana Kasus DBD, Yogyakarta, 1999
Hardiono D. Pusponegoro dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak,
IDAI, 2004
Helen Lewer, Learning to Care on the Paediatric Ward : terjemahan, EGC
Jakarta, 1996
Joanne C. McCloskey, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby-
Year Book, 1996
Judith M. Wilkinson, Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Intervention and NOC Outcomes, Upper Saddle River, New Jersey, 2005
Joyce Engel, Pocket Guide to Pediatric Assesment : terjemahan, EGC, 1998
Marion Johnson, Nursing Outcomes Classification (NOC), Mosby-Year
Book, 2000
Monica Ester, Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, Pengobatan,
Pencegahan, dan Pengendalian : terjemahan WHO 1997, EGC Jakarta, 1999
Swearingen, Pocket Guide to Medical-Surgical Nursing : terjemahan, EGC,
2000
Tri Atmadja DS, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, RSUD Wates,
2001
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Profesional Dasar A
nak, RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, 2002
Kumpulan Materi Pelatihan Paediatrik Intensive Care Unit, RSUP Dr.

You might also like