You are on page 1of 17

PENETAPAN KADAR FLAVONOID DAN FENOLIK EKSTRAK AIR JINTEN

HITAM (Nigella sativa L.) DAN UJI SITOTOKSIK PADA SEL KANKER
PAYUDARA MCF-7 DARI TIGA DAERAH : HABASYAH, INDIA DAN INDONESIA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

Apriliana Dwi Sejati


K 100 080 070

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2012


 

 
PENETAPAN KADAR FLAVONOID DAN FENOLIK EKSTRAK AIR JINTEN
HITAM (Nigella sativa L.) DAN UJI SITOTOKSIK PADA SEL KANKER
PAYUDARA MCF-7 DARI TIGA DAERAH : HABASYAH, INDIA DAN INDONESIA
 

CONCENTRATION OF FLAVONOIDS AND PHENOLIC COMPOUNDS IN


AQUEOUS EXTRACT OF BLACK CUMIN (Nigella sativa L.) AND CYTOTOXIC TEST
IN BREAST CANCER MCF-7 CELL FROM THREE AREAS : HABASYAH, INDIA
AND INDONESIA

Apriliana Dwi Sejati, Ika Trisharyanti dan Andi Suhendi


Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Jinten hitam (Nigella sativa L.), merupakan tanaman obat yang mengandung senyawa
flavonoid dan fenolik yang mempunyai aktivitas antioksidan dan antikanker. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kadar flavonoid dan fenolik ekstrak air Nigella sativa Habasyah,
India dan Indonesia dan aktivitas sitotoksik terhadap sel MCF-7. Penetapan kadar flavonoid
ekstrak air jinten hitam ditentukan dengan metode Chang. Penetapan kadar fenolik dilakukan
dengan metode Folin-Ciocalteu. Uji sitotoksik pada sel MCF-7 dilakukan dengan metode
MTT assay. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak air jinten hitam Habasyah, India, dan
Indonesia mempunyai kadar flavonoid berturut-turut 58,30±1,97 mg/100 gram; 12,90±0,50
mg/100 gram; 3,10±0,15 mg/100 gram. Kadar fenolik hitam 552,10±20,40 mg/100 gram
(Habbsyah); 432,50±29,30 mg/100 gram (India); 49,50±2,50 mg/100 gram (Indonesia). Nilai
IC50 ekstrak air jinten hitam Habasyah dan India >100 µg/mL. Nilai IC50 ekstrak air jinten
hitam Indonesia < 100 µg/mL. Nilai korelasi (R2) kadar flavonoid dan fenolik dengan % sel
hidup pada konsentrasi 100 µg/mL dari ekstrak air jinten hitam adalah 0,004; 0,432.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak air jinten hitam Habasyah dan
India tidak poten digunakan sebagai agen sitotoksik dan kandungan flavonoid dan fenolik
mempengaruhi aktivitas sitotoksik sebesar 0,4% dan 43%.

Kata kunci : Nigella sativa L., flavonoid total, fenolik total, aktivitas sitotoksik, sel MCF-7.
ABSTRACT

Black  cumin  (Nigella sativa  L.),  is a medicinal plant  that has  antifungal  activity 
antimicrobial,  analgesic,  antipyretic,  antioxidant  and  anticancer.  This relates to the  content
of  a variety of  compounds  including,  flavonoid and  phenolic.  This research was conducted to
examine the concentration of flavonoid and phenolic compound in aqeuos extrac of Nigella
sativa from three regional Habasyah, India and Indnesia and cytotoxic actvity in MCF-7 cell.
Concentration of flavonoid compound were determineted by colorimetri Chang method.
Concentration if phenolic compound were determineted by Folin-Ciocalteu method.
Cytotoxic test determinated by MTT method. The results showed that the aqeuos extrac of
Nigella sativa from three regional Habasyah, India and Indnesia have concentraton of
flavonoid 58,30 ± 1,97 mg/100 gram; 12,90 ± 0,500 mg/100 gram; 3,10 ± 0,15 mg/100 gram.


 
Concentration of phenolic 552,10 ± 20,40 mg/100 gram (Habbsyah); 432,50 ± 29,30 mg/100
gram (India); 49,50 ± 2,50 mg/100 gram (Indonesia). Aqeuos extrac of Nigella sativa from
Habasyah and India showed no cytotoxic activity because IC50 value >100 µg/mL. Aqeuos
extrac of Nigella sativa from Indonesia showed IC50 value < 100 µg/mL. Corelatin value (R2)
between concentration of flavonoid and phenolic with for aqeuos extrac from three areas
Habasyah, India and Indonesia is 0,004; 0,432. Based on the research results can be
concluded that water extract of black cumin Habashah and India are not used as a potent
cytotoxic agent and the content of flavonoids and phenolic affect the cytotoxic activity of
0.4% and 43%.

Key word : Nigella sativa Linn., flavonoid, phenolic, cytotoxic test, MCF-7 cell

PENDAHULUAN

Jinten hitam (Nigella sativa L.) merupakan salah satu tanaman obat yang digunakan
untuk mengobati berbagai penyakit. Bijinya dapat digunakan sebagai obat peluruh kentut,
abses, rematik, sakit kepala, pencegah muntah, pencahar, pelancar ASI, infeksi saluran
kemih, antibiotik, dan lain-lain (Depkes RI, 1995), sebagai sitotoksik dan imunostimulan
(Swamy dan Tan, 2000).
Jinten hitam mengandung zat berkhasiat diantaranya adalah triglikosida flavonol yang
merupakan senyawa flavonoid golongan kuersetin (Merfort et al., 1997) dan senyawa fenolik
yaitu asam vanilat, spektra senyawa diidentifikasi dengan menggunakan RP-HPLC
(Bourgaou et al., 2007). Senyawa flavonoid dan fenolik merupakan senyawa yang
bertanggung jawab atas aktivitas dari suatu tanaman. Senyawa flavonoid mempunyai
beberapa aktivitas antara lain antivirus, antiplatelet, anti-alergi, anti-inflamasi, anti-tumor dan
antioksidan (Buhler dan Miranda, 2000). Senyawa flavonoid dapat menghambat
pertumbuhan sel kanker melalui penghambatan daur sel, pemacuan apoptosis, penghambatan
angiogenesis, antiproliferatif, atau kombinasi dari beberapa mekanisme tersebut (Ren et al.,
2003). Hasil penelitian menunjukan efek sitotoksik Nigella sativa pada mascytoma cell line
(D815), dan sel karsinoma dari hati domba (IC01) (Mbarek et al., 2007), serta pada sel
kanker tulang (Shoieb et al., 2002). Senyawa Timokuinon dalam Nigella sativa mempunyai
aktivitas sitotoksik pada sel Hela (Yazan et al, 2009). Penelitian Farah dan Begum (2003)
menunjukkan ekstrak air jinten hitam mempunyai nilai IC50 940,5 µg/mL terhadap sel kanker
MCF-7.
Dalam Farmakope, metode spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk menetapkan kadar
senyawa obat dalam jumlah yang cukup banyak (Gandjar dan Rohman, 2008). Spektroskopi
serapan ultraviolet dan serapan sinar tampak merupakan cara tunggal yang paling berguna


 
untuk menganalisis flavonoid dan fenolik (Markham, 1988). Sel MCF-7 merupakan salah
satu model sel kanker payudara yang banyak digunakan dalam penelitian. Nigella sativa L.
dapat diperoleh dari beberapa daerah diantaranya Habasyah, India dan Indonesia. Perbedaan
daerah dari suatu tanaman dapat mempengaruhi kandungan senyawa yang terdapat dalam
tanaman tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar flavonoid dan fenolik yang
terkandung didalam ekstrak air jinten hitam dari ketiga daerah (Habbsyah, India dan
Indonesia) dan melakukan uji sitotoksik terhadap sel MCF-7 untuk mengetahui efek
sitotoksik yang dapat dikembangkan sebagai pengobatan.

METODE PENELITIAN

Bahan

Biji Nigella sativa L. (Habasyah, India dan Indonesia), sel kanker payudara MCF-7 yang
diperoleh dari koleksi Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
metanol pro analisis (p.a) (E.Merck), aquadest, AlCl3, asam galat, Reagen Folin-Ciocalteu,
sodium carbonat, kuersetin, potasium asetat, kertas saring, alumunium foil, media penumbuh
RPMI (Gibcobrl), PBS (Phosphate buffer Saline), Tripsin-EDTA 2,5%, Pelarut DMSO dan
larutan MTT.
Alat

Seperangkat alat-alat gelas (Pyrex), neraca analitik (A&D Co.Ltd.), tangas air,
Spektrofotometri UV-Vis (UV Mini SHIMADZU), vaccum rotary evaporator (Heidolph),
kuvet kuarsa, vortex, mikropipet (Socorex), yellow tips dan blue tips, oven, inkubator
(Binder, tipe inkubator CO2), sentrifuge, Laminar air flow cabinet, autoklaf, hemositometer,
handtally counter (Kenko, model HT-302), Tissue culture flask (nunclone), tabung conical
(nunclone), mikroskop inverted, ELISA reader (Biotek, tipe Elx800), 96-well plate
(nunclone), eppendorf steril (plasti brand) dan kamera digital (Canon).
Pengumpulan biji Nigella sativa

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah biji Nigella sativa Habasyah dan India
yang diperoleh dari importir, dan biji Nigella sativa Indonesia yang didapat dari pasar Gede
Solo.
Pembuatan ekstrak air biji Nigella sativa
Biji Nigella sativa sebanyak 1 kg yang sudah kering diserbuk, ditambah 500 ml air
suling diaduk terus menerus selama 30 menit, kemudian disaring dan dipekatkan pada


 
tekanan 400C. 100 gram ekstrak ditambah air suling sebanyak 100 ml didiamkan pada suhu
kamar selama 30 menit kemudian ekstrak disaring (Boskabady et al., 2010).
Pemeriksaan organoleptis ekstrak air Nigella sativa

Pemeriksaan organoleptis pada ekstrak air jinten hitam meliputi warna, rasa dan bau.
Penetapan kadar flavonoid
Penetapan kadar total senyawa flavonoid dalam sampel ekstrak air Nigella sativa L
dengan metode kolorimetri alumunium klorida dengan pengukuran absorbansi secara
spektrofotometri (Chang et al., 2002) dengan beberapa modifikasi. Ditimbang 500,0 mg
ekstrak air jinten Habasyah, 1 gram ekstrak air jinten India dan 2 gram ekstrak air jinten
Indonesia. Masing-masing sampel dilarutkan dengan metanol ad 5 mL, kemudian disaring 2x
dengan kertas saring dan filter penyaring ukuran 0,45 µL. Larutan uji diambil 0,800 mL
(Habasyah), 0,500 mL (India) dan 2 mL (Indonesia) kemudian direaksikan dengan AlCl3 0,1
mL dan 0,1 mL kalium asetat, sampel disentrifuse selama 10 menit dan didiamkan selama OT
35 menit. Larutan dibaca nilai absorbansinya pada λmaks percobaan 432,5 nm. Masing-masing
ekstrak ditetapkan kadarnya sebanyak 3 kali replikasi. Absorbansi rata-rata dimasukkan
dalam persamaan kurva baku kuersetin sebagai nilai y, dimana nilai x yang diperoleh
merupakan ekuivalensi miligram kuersetin dalam setiap 100 gram sampel (Quercetin
Equivalen/ QE). Blangko: 1,4 mL metanol + 0,1 mL AlCl3 10% + 0,1 mL potasium asetat 1
M + aquabidest ad 10,0 mL. Kurva baku kuersetin dibuat dengan melarutkan kuersetin dalam
metanol dengan konsetrasi 2,0 µg/mL, 4,0 µg/mL, 6,0 µg/mL, 8,0 µg/mL dan 10,0 µg/mL.
Penetapan kadar fenolik
Penetapan kadar fenolik dalam sampel ekstrak air Nigella sativa L. menggunakan
metode yang dipakai oleh (Chun et al., 2003) dengan beberapa modifikasi. Ketiga ekstrak air
jinten hitam, ditimbang masing-masing 100,0 mg ekstrak air jinten Habasyah, 200,0 mg
ekstrak air jinten India dan 400,0 mg ekstrak air jinten Indonesia. Masing-masing ekstrak
dilarutkan dengan aquabidest ad 10,0 mL, kemudian disaring 2x dengan menggunakan kertas
saring dan filter penyaring ukuran 0,45 µl. Sampel yang telah dibuat diambil 0,450 mL
(Habasyah), 0,200 mL (India), 0,700 mL (Indonesia) kemudian direaksikan dengan reagen
0,200 mL Folin-Ciocalteu dan 2,0 mL Na2CO3. Diamati absorbansinya pada OT 10 menit
dan λ maks percobaan 747,5 nm. Setiap ekstrak ditetapkan kadarnya sebanyak 3 kali
replikasi. Absorbansi rata-rata dimasukkan dalam persamaan kurva baku asam galat sebagai
nilai y, dimana nilai x yang diperoleh merupakan ekuivalensi miligram asam galat dalam


 
setiap 100 gram sampel (Gallic Acid Equivalen/ GAE). Kurva baku asam galat dibuat pada
seri konsentrasi 1,0, 2,0, 3,0, 4,0, 5,0, dan 6,0 µg/ml.
Uji sitotoksik pada sel MCF-7
Sel didistribusikan ke dalam 96 sumuran dengan jumlah 5000 sel per sumuran dan
diinkubasi bersama sampel uji dengan seri kadar 50,0, 100,0, 200,0, 300,0, 400,0, 500,0
µg/mL (ekstrak air Nigella sativa dari tiga daerah Habasyah, India, Indonesia) menggunakan
pelarut DMSO selama 24 jam. Ditambahkan 100 µL MTT dalam media RPMI kedalam
masing-masing sumuran pada akhir inkubasi. Kemudian diinkubasi lagi selama 4 jam pada
suhu 37°C hingga terbentuk kristal formazan. Sel yang hidup akan bereaksi dengan MTT
membentuk kompleks berwarna ungu. Setelah 4 jam reaksi MTT dihentikan dengan
menambahkan reagen stopper SDS 10%, 100 µL pada masing-masing sumuran lalu
diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam. Serapan dibaca dengan ELISA reader pada
panjang gelombang 595 nm.
Analisis data
Kandungan flavonoid total diperoleh dengan cara memasukkan data absorbansi sampel
ke dalam persamaan kurva baku kuersetin, absorbansi digunakan sebagai nilai y dan nilai x
sebagai miligram ekuivalensi kuersetin tiap 100 gram sampel (QE/ Quercetin Equivalen).
Kandungan fenolik total diperoleh dengan cara memasukkan data absorbansi sampel ke
dalam persamaan kurva baku asam galat, absorbansi digunakan sebagai nilai y dan nilai x
sebagai miligram ekuivalensi asam galat tiap 100 gram sampel (GAE/ Gallic Acid
Equivalen).
Analisis data pada uji sitotoksik dilakukan dengan uji sitotoksisitas aplikasi tunggal,
dimana data yang didapat dari ELISA Reader berupa hasil absorbansi masing-masing
sumuran dikonversikan dalam persen kehidupan sel. Persen kehidupan sel dihitung dengan
menggunakan persamaan :
% sel hidup = Abs sel dgn perlakuan - Abs kontrol sel Abs kontrol media
Abs sel dgn perlakuan Abs kontrol media
abs : absorbansi
Data yang berupa persen sel hidup kemudian digunakan untuk menghitung IC50 dengan
program Microsoft Excel 2007 untuk mendapatkan linearitas antara log konsentrasi dengan
persen sel hidup (Untung, 2008). IC50 dihitung dengan cara memasukkan nilai 50 sebagai Y
kemudian dihitung konsentrasi ekstrak.


 
Hasil Dan Pembahasan
Hasil ekstraksi berupa ekstrak kering berwarna coklat kehitaman. Rendemen ekstrak air
jinten hitam dari tiga daerah berturut-turut Habasyah, India, Indonesia 6,52 %, 6,47 %, 2,45
% (tabel 1). Pemeriksaan organoleptis pada ekstrak air jinten hitam dilakukan melalui uji
warna, rasa dan bau. Berikut hasil pemeriksaan organoleptis ekstrak air jinten hitam (Tabel
2).
Tabel 1. Hasil Ekstraksi Biji Jinten Hitam

Daerah Bobot ekstrak Bobot ekstrak Rendemen (%)


(kilogram ) (gram)
Habasyah 5 325,9780 6,52
India 5 323,6940 6,47
Indonesia 1 122,4850 2,45

Tabel 2. Perbedaan Organoleptis Ekstrak Air Jinten Hitam

Daerah Warna Bau Rasa


Habasyah Coklat kehitaman Aromatis Pahit
India Coklat kehitaman Aromatis Pahit
Indonesia Coklat Aromatis Pahit

Penetapan kadar flavonoid


Analisis kuantitatif senyawa flavonoid total pada ekstrak air jinten hitam dilakukan
dengan metode kolorimetri alumunium klorida (Chang et al., 2002). Operating time hasil
reaksi antara kuersetin dan AlCl3 pada panjang gelombang referen 415 nm menunjukkan
absorbansi yang stabil pada waktu 35 menit. Panjang gelombang maksimal pada penelitian
penentuan senyawa flavonoid dalam ekstrak air jinten hitam adalah 432,5 nm. Penentuan
kurva baku kuersetin digunakan sebagai standar pada penentuan flavonoid total.
Hasil analisis terhadap larutan kuersetin didapatkan kurva baku dengan persamaan
2
regresi linear Y = 0, 07385x + 0,0159 dan harga koefisen korelasi (R ) 0,996. Persamaan
regresi linear menyatakan hubungan antara konsentrasi kuersetin dan absorbansi pada
pengukuran menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Hasil analisis total kandungan senyawa flavonoid dihitung sebagai ekuivalen kuersetin
mg/100 gram sampel. Penelitian menunjukkan kadar flavonoid total rata-rata dari ekstrak air
jinten hitam Habasyah mempunyai kadar yang lebih banyak yaitu 58,30 ± 1,97 mg/100 gram,
untuk ekstrak air jinten hitam dari India mempunyai kadar rata-rata sebesar 12,90 ± 0,50
mg/100 gram. Ekstrak air jinten hitam Indonesia mempunyai kadar rata-rata 3,10 ± 0,15
mg/100 gram. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Samarakoon et al (2010) dengan
metode yang sama, menunjukkan kadar flavonoid total ekstrak air jinten sebesar 4,566 ±


 
1,0004 mg QE/100 gram, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air jinten hitam
mengandung senyawa flavonoid yang dihitung sebagai kuersetin. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak air jnten hitam Habasyah dan India mempunyai kadar flavonoid
yang lebih besar dari penelitian Samarakoon et al (2010), sedangkan kadar flavonoid ekstrak
air jinten hitam Indonesia mempunyai kadar yang mendekati hasil penelitian Samarakoon et
al (2010) yaitu 3,10 ± 0,15 mg/100 gram. Penetapan kadar flavonoid ditetapkan kadarnya
dengan menggunakan metode kolorimetri AlCl3 (Chang et al., 2002). Kelemahan dari metode
ini adalah tidak dapat mendeteksi semua jenis flavonoid serta tidak dapat digunakan dalam
contoh dengan matriks yang kompleks (Chang et al., 2002) sehingga metode ini tidak dapat
digunakan untuk menetapkan semua flavonoid yang terdapat dalam ekstrak air jinten hitam.
Penelitan Tubesha et al (2011) mengemukakan bahwa ekstrak metanol dari jinten hitam
mengandung flavonoid yang dihitung sebagai rutin ekuivalen sebesar 96 ± 0,452 mg/100
gram, dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa didalam jinten hitam terdapat flavonoid
yang dihitung sebagai rutin. Flavonoid yang terkandung dalam jinten hitam adalah
triglikosida flavonol yang merupakan senyawa flavonoid golongan kuersetin (Merfort et al.,
1997) dan rutin. Flavonoid yang terkandung dalam tempuyung yang diambil dari tiga daerah
(Cimanggu, Tawangmangu dan Leuwiliang) menunjukkan perbedaan kadar. Perbedaan kadar
flavonoid dalam tanaman dapat disebabkan karena perbedaan kondisi lingkungan tempat
tumbuh, suhu, sinar ultraviolet, hara, ketersediaan air dan kadar CO2 dalam atmosfer
(Darusman dkk, 2011).
Tabel 3. Kadar Flavonoid Dalam Sampel Ekstrak Air Jinten Hitam Dari Tiga Daerah yang
Berbeda Habasyah, India, dan Indonesia.

Daerah Absorbansi Kadar flavonoid Kadar rata –rata


(QE) (mg/100 mg/100 gram
gram
0,679 56,1
Habasyah 0,691 59,1 58,3 ± 1,965
0,720 59,8

0,2220 13,4
India 0,2035 12,4 12,9 ± 0,500
0,2110 12,9

0,4080 3,3
Indonesia 0,4180 3,4 3,1± 0,153
0,3915 3,1
Penetapan kadar fenolik
Penentuan kandungan senyawa fenolik ekstrak air jinten hitam menggunakan metode
Folin-ciocalteu (Chun et al., 2003). Pereaksi Folin-Ciocalteu digunakan sebagai
pengkompleks warna karena reaksi antara asam galat dan Folin-Ciocalteu dapat membentuk


 
suatu kompleks yang stabil berwarna biru. Semakin pekat warna yang terbentuk berarti
semakin banyak kandungan ion fenolat yang terdapat dalam larutan.  Operating time (OT)
pada penentuan kandungan senyawa fenolik yaitu 10 menit, dengan panjang gelombang
maksimum 747,5 nm. Kurva baku yang digunakan untuk pembanding adalah asam galat.
Dari analisis pada asam galat didapatkan kurva baku dengan persamaan regresi linear Y =
0,0872x + 0,248 dengan harga koefisien korelasi (R2) 0,979. Hasil analisis total kandungan
senyawa fenolik dihitung sebagai ekuivalen asam galat mg/100 gram sampel.
Tabel 4. Kadar Fenolik Dalam Sampel Ekstrak Air Jinten Hitam Dari Tiga Daerah yang
Berbeda Habasyah, India, dan Indonesia.

Daerah mg Ekstrak Abs Kadar Kadar rata –rata


mg/100 gram mg/100 gram
(GAE)
0,1022 0,676 538,2
Habasyah 0,1060 0,723 575,5 552,1 ± 20,400
0,0977 0,667 542,5

0,2009 0,5465 428,0


India 0,2005 0,5725 463,8 432,5 ± 29,300
0,1997 0,5290 405,6

0,4053 0,4895 49,3


Indonesia 0,4041 0,4780 47,0 49,5 ± 2,500
0,4028 0,5015 52,1

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar fenolik total dalam ekstrak air jinten hitam
paling banyak terdapat pada ekstrak air jinten hitam Habasyah, dari kadar fenolik total rata-
rata sebesar 552,1 mg/100 gram ± 20,400. Kadar rata-rata fenolik total yang terdapat dalam
ekstrak air jinten hitam India yaitu 432,5 mg/100 gram ± 29,300, kadar ini lebih besar
dibandingkan dalam ekstrak air jinten hitam Indonesia 49,5 mg/100 gram ± 2,500 (tabel 4).
Penelitian Samarakoon et al (2010) menunjukkan kadar fenolik total ekstrak air jinten hitam
adalah 23,8 ± 4,563 mg GAE/100 gram. Hasil penelitian yang didapatkan dibandingkan
dengan penelitian Samarakoon et al (2010) ekstrak air jinten Habasyah dan India mempunyai
kadar fenolik yang lebih tinggi, sedangkan ekstrak air jinten hitam Indonesia mempunyai
kadar fenolik yang mendekati yaitu 49,5 mg/100 gram ± 0,0025. Perbedaan kadar fenolik dari
ekstrak air jinten hitam dalam penelitian dan ekstrak air jinten hitam pada penelitian
sebelumnya kemungkinan disebabkan karena perbedaan metode ekstraksi yang dilakukan.
Ekstrak metanol jinten hitam juga mengandung senyawa fenolik yang dihitung sebagai
ekuivalensi asam galat sebanyak 67 mg/100 gram ± 0,201 (Tubesha et al., 2011). Senyawa
fenolik yang terdapat dalam jinten hitam yaitu asam vanilat (Bourgaou et al., 2007 ), asam


 
galat dan carvacrol. Secara umum perbedaan kandungan fenolik dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya varietas buah, penanaman, bagian buah, musim tumbuh, kondisi
lingkungan, asal geografi, penyimpanan pascapanen dan prosedur pemprosesan (Rahmawati,
2009). Mengacu dari penelitian tersebut perbedaan kadar fenolik ekstrak air jinten hitam dari
ketiga daerah dapat disebabkan karena asal geografi dari biji jinten hitam.
Uji Sitotoksik
Uji sitotoksik ekstrak air jinten hitam dilakukan untuk mengetahui aktivitas ekstrak air
jinten hitam dari tiga daerah yang berbeda terhadap sel kanker MCF-7. Metode yang
digunakan dalam uji sitotoksik ini adalah metode MTT. Prinsip dari metode MTT adalah
terjadinya reduksi garam kuning tetrazolium MTT (3-4,5dimetiltiazol-2-il)-2,5-
difeniltetrazolium bromid) oleh sistem reduktase. Suksinat tetrazolium yang termasuk dalam
rantai respirasi dalam mitokondria sel-sel yang hidup membentuk kristal formazan berwarna
ungu dan tidak larut air (CCRC, 2009). Sel kanker yang digunakan dalam penelitian adalah
sel MCF-7. Sel MCF-7 merupakan sel epitel yang berbentuk seperti daun dan bergerombol
yang dapat tumbuh pada media RPMI.

Gambar 5. Sel MCF-7 yang ditumbuhkan dalam media RPMI menempel pada dasar plate.
Sel mempunyai morfologi seperti daun dan berinti gelap.
Penentuan aktivitas sitotoksik dilakukan pada ekstrak air jinten hitam dari tiga daerah
yang berbeda, yaitu Habasyah, India, dan Indonesia. DMSO digunakan sebagai pelarut dari
ekstrak, karena DMSO tidak berpengaruh pada poliferasi sel (Maryati dan Sutrisna, 2007).
Peningkatan konsentrasi pada ekstrak air jinten hitam Habasyah, India dan Indonesia
menunjukkan penurunan % sel hidup dari sel MCF-7 hal ini ditunjukkan dengan grafik yang
menurun (Gambar 6). Persentase sel hidup dari ketiga daerah ditunjukkan pada konsentrasi
100 µg/mL. Konsentrasi 100 µg/mL pada masing-masing ekstrak menunjukkan jumlah % sel
hidup sebesar 65 % (Habasyah), 102,1 % (India), 38,9 % (Indonesia) (Tabel 5). Hasil


 
penelitian menunjukkan korelasi yang tidak linier karena hasil % sel hidup dari masing-
masing konsentrasi dari ketiga ekstrak mengalami fluktuasi. Kelemahan dari penelitian ini
adalah doubling time sel MCF-7 dalam penelitian melebihi doubling time sel yang
sebenarnya yaitu 29 jam (ATCC, 2008). Hal ini kemungkinan merupakan faktor yang
mempengaruhi fluktuasi viabilitas sel pada berbagai konsentrasi. Hasil uji sitotoksik setelah
perlakuan dengan ekstrak air jinten dihitung dengan cara menentukan nilai IC50. Nilai IC50
dihitung dengan cara membuat persamaan regresi linier antara % sel hidup dan konsentrasi
(Gambar 6). Ekstrak air jinten hitam Habasyah dan India menunjukkan nilai IC50 > 100
µg/mL, sedangkan ekstrak air jinten hitam Indonesia mempunyai nilai IC50 < 100 µg/mL.
Nilai IC50 dapat menunjukkan potensi suatu senyawa sebagai agen sitotoksik, semakin besar
nilai IC50 maka senyawa tersebut semakin tidak toksik (Melannisa, 2004). Suatu senyawa
dapat dikatakan mempunyai aktivitas sitotoksik apabila mempunyai nilai IC50 < 100 µg/mL
(Meiyanto dkk, 2008). Hasil peneliian menunujukkan ekstrak air jinten hitam Indonesia
menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap sel MCF-7. Ekstrak air jinten hitam Habasyah
dan India pada konsentrasi 100 µg/mL tidak menunjukkan aktivitas penghambatan sel.
Menurut Farah dan Begum (2003) ekstrak air jinten hitam mempunyai nilai IC50 940,5
µg/mL terhadap sel MCF-7. Nilai IC50 pada penelitian Farah dan Begum (2003) tidak poten
digunakan sebagai agen sitotoksik karena nilai IC50 > 100 µg/mL. Hasil penelitian ini
memperkuat penelitian sebelumnya bahwa ekstrak air jinten hitam tidak poten digunakan
sebagai agen kemoterapi pada sel kanker MCF-7.
A.  Habasyah B. India

C. Indonesia

Gambar 6. Grafik Hubungan Konsentrasi Dengan % Sel Hidup A-C Secara Berurutan pada
Berbagai Seri Kadar Ekstrak Air Jinten Hitam Habasyah, India dan Indonesia.

10 
 
Tabel 5. Persentase Sel Hidup Dengan Perlakuan Ekstrak Air Jinten Hitam
Habasyah, India, Dan Indonesia.

(Habasyah) Rata-rata % sel IC50 µg/mL


Konsentrasi µg/mL hidup
50 150,427 >100
100 65,000
200 0
300 0
500 0

(India) Konsentrasi Rata-rata % sel IC50 µg/mL


µg/mL hidup
50 94,935 > 100
100 102,124
200 85,131
400 87,418
500 76,961

(Indonesia) Rata-rata % sel IC50 µg/mL


Konsentrasi µg/mL hidup
50 40,523 < 100
100 38,889
200 34,967
400 24,673
500 32,026

Korelasi Kandungan Flavonoid Fenolik dan Aktivitas Sitotoksik Sel MCF-7


Kandungan total flavonoid dan fenolik ekstrak air jinten hitam dari tiga daerah
dikorelasikan dengan aktivitas sitotoksik terhadap sel MCF-7. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah kadar flavonoid dan fenolik dalam ekstrak air jinten hitam berpengaruh
langsung terhadap aktivitas sitotoksik terhadap sel MCF-7. Hubungan antara kadar flavonoid
fenolik dengan aktivitas sitotoksik diketahui dengan membuat persamaan regresi linier antara
kadar flavonoid fenolik dan % sel hidup MCF-7 pada konsentrasi 100 µg/mL.
Tabel 6. Kadar Flavonoid, Fenolik Dan % Sel Hidup MCF-7 Pada Konsentrasi 100 µg
/mL Ekstrak Air Jinten Hitam Habasyah, India, Indonesia

Daerah Kadar mg/100 gram Kadar mg/100 gram % sel hidup


flavonoid fenolik (100 µg/mL)
Habbsyah 58,3 ± 1,965 552,1 ± 20,4 65

India 12,9 ± 0,500 432,5 ± 29,3 102,1

Indonesia 3,1± 0,153 49,5 ± 2,5 38,9

11 
 
Gambar 7. Grafik Korelasi Antara Kadar Flavonoid Dan Fenolik Ekstrak Air Jinten
Hitam Dan % Sel Hidup Sel MCF-7 Pada Konsentrasi 100 µg/mL

Hasil penelitian menunjukkan nilai R2 flavonoid dan % sel hidup konsentrasi 100 µg/mL
yaitu 0,004. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan kandungan flavonoid mempengaruhi
aktivitas sitotoksik sebesar 0,4%. Dilihat dari nilai R2 fenolik dan % sel hidup konsentrasi
100 µg/mL yaitu 0,432, menunjukkan kemungkinan kandungan fenolik mempengaruhi
aktivitas sitotoksik sebesar 43%.  Dilihat dari nilai tersebut menunjukkan kadar flavonoid
fenolik tidak berpengaruh langsung pada uji sitotoksik, hal ini mungkin disebabkan karena
sel kanker MCF-7 mempunyai sifat resisten terhadap beberapa agen kemoterapi (Zamperi et
al., 2002). Ekstrak air jinten hitam Indonesia mempunyai nilai % sel hidup yang lebih baik
dari kedua ekstrak air yang lain sehingga mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
agen sitotoksik. Senyawa dalam ekstrak air jinten hitam Indonesia yang diduga berpengaruh
terhadap % sel hidup adalah senyawa fenolik.
Senyawa yang bertanggung jawab atas aktivitas sitotoksik pada jinten hitam adalah
senyawa fenolik. Senyawa fenolik yang terdapat dalam jinten hitam yaitu karvakrol, asam
galat dan asam vanilat. Asam galat mempunyai aktivias antiproliferatif dan sitotoksik pada
sel MCF-7 (Indap et al., 2006). Penelitian Mehdi et al (2011) mengemukakan bahwa
senyawa karvakrol memberikan aktivitas sitotoksik terhadap sel Hela dan sel Siha dengan
nilai IC50 50 mg L-1. Penelitian Irlya (2012) menunujukkan bahwa dari hasil analisis fitokimia
dengan KLT ekstrak air jinten hitam mengandung senyawa flavonoid, fenolik dan terpenoid.
Sehingga senyawa fenolik dalam ekstrak air jinten hitam diduga mempengaruhi % sel hidup
sel MCF-7.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian,dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar flavonoid ekstrak air jinten hitam Habbsyah, India dan Indonesia berturut-turut
58,30 ± 1,97 mg/100 gram; 12,90 ± 0,500 mg/100 gram; 3,10 ± 0,15 mg/100 gram.

12 
 
2. Kadar fenolik ekstrak air jinten hitam 552,10 ± 20,40 mg/100 gram (Habbsyah); 432,50
± 29,30 mg/100 gram (India); 49,50 ± 2,50 mg/100 gram (Indonesia).
3. Ekstrak air jinten hitam Habbsyah dan India menunjukkan nilai IC50 > 100 µg/ml.
Ekstrak air jinten hitam Indonesia mempunyai IC50 sebesar < 100 µg/ml, senyawa yang
diduga berpengaruh terhadap aktivitas tersebut adalah senyawa fenolik.

Saran
1. Pembuatan fraksinasi terhadap ekstrak air jinten hitam Indonesia.
2. Perlu dilakukan pembuatan ekstrak dengan pelarut dan metode yang lain pada jinten
hitam Habasyah, India dan Indonesia dan uji sitotoksik terhadap sel kanker yang lain.
Ucapan Terima Kasih

DP2M DIKTI yang telah membantu mendanai penelitian ini melalui PKM tahun 2011.

DAFTAR ACUAN

Adina, A.B., Handoko, F.F., Setyarini, I.I., Septisetyani, E.P., Riyanto, S., Meiyanto, E.,
2009, Ekstrak etanolik kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia (cristm.) Swingle)
meningkatkan sensitivitas sel MCF-7 terhadap doxorubicin, Cancer Chemoprevention
Research Center (CCRC), Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.

Andayani., R Lisawati,Y., dan Maimunah, 2008, Penentuan aktivitas Antioksidan Kadar


Fenolat dan Likopen pada Buah Tomat, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 13, 1-9.

Boskabady, M.H., Kiani, P and Jandaghi, P., 2010, Antiasmathic effeect of Nigella sativa in
airways of asmathic patient, Medical Journal of the Islamic Republic of Iran.

Buhler, D.R and Miranda, C., 2000, Antioxidant Activities of Flavonoid, Department of
Environmental and Molecular Toxicology Oregon State University, Linung Pauling
Institute’s Micronutrient information Center.

CCRC, 2009., Protokol In Vitro, Cancer Chemoprevention Research Center, Fakultas


Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta .

Darusman, L.K., Heryanto, R., Rafi, M., Rohaeti, E., Wahyuningrum, A., 2011, Prediksi
Kadar Flavonoid Total Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Menggunakan Kombinasi
Spektroskopi IR Dengan Regresi Kuadrat Terkecil Parsial, Jurnal kimia 5,101-108.

Depkes, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, hal 20-21.

Depkes, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal 10-
13.

13 
 
Ebrahimzadeh, Mohammad Ali., Ghasemsi, Kamran., Ghasemsi , Yosef., 2009, Antioxidant
activity, phenol and flavonoid contents of 13 citrus species peels and tissues, Pak. J.
Pharm. Sci., Vol.22.

Farah, IO and Begum, RA., 2003, Abstract Effect of Nigella sativa (N.sativa L.) and
oxidative stress on the survival pattern of MCF-7 breast cancer cels, Jackson State
University, Jackson, MS 39217, USA National Library of Medicine National
Institutes of Health.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2008, Kimia Analisis Farmasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
hal 224-225.

Irya, Nita., 2012, Perbandingan Profil Kromatogram Ekstrak Air Jinten Hitam (Nigella sativa
L.) Dari Daerah Habasyah, India, Dan Indonesia Dengan HPLC, Skripsi, Fakultas
Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Maryati., Sutrisna, E.M., 2007, Potensi Sitotoksik Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L.)
Terhadap Sel Hela, Pharmacon, Vol 8, 1-6.

Markham K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh kosasih,


Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, hal 1-39.

Mbarek, L.A., Mouse, H.A., Elabadi., Bensakah, M., Gamouh, A., Aboufatima, R.,
Benharref, A., Chait, A., Kamal, M., 2007, Anti-tumor Properties of Blackseed
(Nigella sativa .L) Extract, Brazilian Journal of Medical and Biological Research 40 :
839-847.

Meiyanto, Edy., Susidiarti, R A., Handayani, Sri., Rahmi, Fitria., 2008, Ekstrak Etanolik Biji
Buah Pinang (Areca  catechu L.) mampu menghambat proliferasi  dan memacu
apoptosis sel MCF-7, Majalah Farmasi Indonesia, 19(1), 12 – 19. 

Melannisa, R ., 2004., Pengaruh PGV-1 Pada Kanker Payudara T47D yang diInduksi β-
estradiol, Kajian Antipoliferatif, Pemacuan Apoptosis dan Antiangioogenesis, Tesis,
50-55, Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Yogyakarta.

Merfort, I., Wray, V., Barakat, H. H., Hussein, S. A. M., Nawwar, M. A. M., & Willuhn, G.,
1997. Abstrac Flavonol triglycosides from seeds of Nigella sativa. Phytochemistry,
46(2), 359-363.

Rahmawati, Anita., 2009, Kandungan Fenol Total Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda
citrifolia), Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.

Ren, W., Qiao, Z., Wang, H., Zhu, L. and Zhang, L., 2003, Flavonoids: Promising Anticancer
Agents, Medical Research Reviews, 23(4):519-534.

Samarakoon, Sameera R., Thabrew, Ira., Galhena, Prasanna B., Silva Dilip P., Tennekoon,
Kamani H., 2010. A comparison of the cytotoxic potential of standardized aqueous
and ethanolic extracts of a polyherbal mixture comprised of Nigella sativa (seeds),
Hemidesmus indicus (roots) and Smilax glabra (rhizome). Pharmacognosy Research,
2 (6), 335-342.

14 
 
Shoieb, A.M., Elgayyar, M., Dudrick, P.S., Bell, J.L., Tithof, P.K., 2003. Invitro Inhibition
on Growth and Induction of Apoptosis In Cancer Cell lines by Thymoquinone. Int. J
of Oncol. 22 : 107-113.

Swamy S,M.K. and Tan B.K.H., 2000, Cytotoxic And Immunopotentiating Effects Of
Ethanolic Extract Of Nigella sativa L. Seeds. J. Ethnopharmacol.

Yazan, L.S., WeiKeat, Ng., Al-Naqeeb, Ghanya., Ismail, Maznah, 2009, Abstract
Cytotoxicity of thymoquinone (TQ) from Nigella sativa towards human cervical
carcinoma cells (HeLa), Journal of Pharmacy Research Vol. 2 No. 4 pp. 585-589.

Zampieri, L., Bianchi, P., Ruff, P., dan Arbuthnot, P., 2002, Abstract Differential Modulation
by Estradiol of P-glycoprotein Drug Resistance Protein Expression in Cultured MCF7
and T47D Breast Cancer Cells, Anticancer Res., 22 (4): 2253-9 

15 
 

You might also like