You are on page 1of 8

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
2. IDENTITAS

Nama bayi :

Umur :

Jenis Kelamin :

Status Perkawinan :

Suku Bangsa :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Alamat Terdekat :

Nomor Telepon :

Nomor Register :

Tanggal MRS :

1. RIWAYAT KESEHATAN
2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang bersama Ibunya dalam keadaan sianosis sentral, apnoe, refleksa hisap
kurang/lemah, dan kejang.

1. Riwayat Kesehatan dahulu

Biasanya pasien mengatakan bahwa anaknya belum perah mengalami demam sebelumnya

1. Riwayat Kesehatan keluarga

Biasanya Ibu pasien mengatakan bahwa tidak ada dikeluarganya yang bayinya mengalami
keadaan seperti ini
III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan Umum

Suhu :

Pernafasan :

Nadi :

Keaktifan gerak :

1. Keadaan umum

 Kesadaran :
 Bangun tubuh :
 Postur tubuh :
 Cara berjalan :
 Gerak motorik :
 Keadaan kulit :

1. Kepala

Biasanya kulit kepala kurang bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema

1. Mata

Biasanya Konjungtiva tampak anemis, sclera ikterik, tidak ada edema, reflek pupil

1. Hidung

Biasanya bentuk hidung pasien normal, simetris, tidakada perdarahan, tidak ada nyeri tekan

1. Telinga

Biasanya bentuk normal, bersih tidak ada nyeri tekan

1. Mulut

Biasanya bentuk bibir normal, warna bibir kebiruan, mukosa kering

1. Leher

Biaanya Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran karotis, dan kelenjar typoid

1. Thorax
Biasanya bentuk dada simetris, dan terlihat tarikan iga saat bernapas

1. Abdomen

biasanya saat dipalpasi, tidak ada nyeri tekan pada abdomen

1. Genetalia

Biasnya bersih, tidak ada darah, tidak ada gangguan

1. Ekstremitas

Atas : tidak ada edema, tidak ada clubbing finger, terdapat sianosis, terpasang infuse pada tangan
seblah kiri

Bawah : tidak ada edema, tidak ada clubbing finger, ada sianosis.

Antropometri

a.Lingkar kepala :
b.Lingkar dada :
c.Lingkar lengan :
d.Berat badan lahir :
e.Panjang badan :

1. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


2. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea
3. Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
4. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau
inflamasi.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemi
7. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intoleran terhaap makanan/minuman

1. Rencana Asuhan Keperawatan


2. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea

Kriteria hasil:

– Tidak ada sianosis dan disipnea, mendemonstrasikan batuk efaktif dan suara nafas yang
bersih

– Menunjukan jalan nafas yang paten(pelayan tidak merasa tercekik,tidak ada suara nafas
abnormal)
– Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL
Posisi semi powler dapat
1. Posisikan pasien semi powler
memaksimalkan ventilasi
Suara napas tambahan dapat menjadi
2.. Auskultasi suara napas, catat adanya
sebagai tanda jalan napas yang tidak
suara napas tambahan
adekuat
Pada sepsis terjadinya gangguan
respirasi dan status O2 sering
3. Monitor respirasi dan status O2,TTV
ditemukan yang menyebabkan TTV
tidak dalam rentan normal
4. Berikan pelembab udara kasa basah Nacl Mengurangi jumlah lokasi yang dapat
lembab menjadi tempat masuk organisme
Untuk mengeluarkan sekret pada
5. Ajarkan batuk efektif,suction,pustural
saluran napas untuk menciptakan jalan
drainage
napas yang paten

1. Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Kriteria hasil:

– Suhu dalam batas normal

– Perkembangan status klien membaik selama masa terapi

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL
Isolasi/pembatasan pengunjung
1. Berikan isolasi atau pantau pengunjung dibutuhkan untuk melindungi pasien
sesuai indikasi imunosupresi dan mengurangi risiki
kemungkinan infeksi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas walaupun menggunakan Menugrangi kontaminasi silang
sarung tangan steril
3. Dorong sering menggati posisi, napas Bersihan paru yang baik mencegah
dalam/batuk pneumonia
4. Batasi penggunaan alat/prosedur invasif Mengurangi jumlah lokasi yang dapat
jika memungkinkan menjadi tempat masuk organisme
5. Lakukan inspeksi terhadap luka/ sisi alat Mencatat tanda-tanda inflamasi atau
invasif setiap hari infeksi lokal, perubahan pada karakter
drainase luka atau sputum dan urine.
Mencegah infeksi yang berkelanjutan
6. Gunakan teknik steril setiap waktu pada
Mencegah masuknya bakteri,
saat penggantian balutan ataupun suction
mengurangi risiko infeksi nasokomial
atau pemberian perawatan
Demam (38,5oC – 40 oC) disebabkan
oleh efek-efek dari endotoksin pada
hipotalamus dan endorfin yang
7. Pantau kecenderungan suhu, jika
melepaskan pirogen. Hipotermia (<36
demam berikan kompres hangat. o
C) adalah tanda-tanda genting yang
menunjukkan status syok atau
penurunan perfusi jaringan
Menggigil seringkali mendahului
8. Amati adanya menggigil dan diaforesis memuncaknya suhu pada adanya
infeksi
Dapat menunjukkan ketidaktepatan
9. Memantau tanda-tanda penyimpangan
atau ketiakadekuatan terapi antibiotik
kondisi atau kegagalan untuk membaik
atau perumbuhan berlebih ari
selama masa terapi
organisme resisten
10. Inspeksi rongga mulut terhadap plak Depresi sistem imun dan penggunaan
putih atau sariawan, selidiki juga adanya dari antibiotik dapat meningkatkan
rasa gatal atau peradangan vaginal/perineal risiko infeksi sekunder.
11. Kolaborasi dalam pemberian obat Terapi pengobatan sangat membantu
antibiotik. Perhatikan dampak pemberian penyembuan dalam masa terapi
obat perawatan

1. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau
inflamasi

Kriteria hasil:

– Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)

– Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit,
frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL
Perubahan tanda-tanda vital yang
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap signifikan akan mempengaruhi proses
dua jam dan pantau warna kulit regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya kejang dan Hipertermi sangat potensial untuk
dehidrasi menyebabkan kejang yang akan
semakin memperburuk kondisi pasien
serta dapat menyebabkan pasien
kehilangan banyak cairan secara
evaporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan
pasien masuk ke dalam kondisi
dehidrasi.
Kompres pada aksila, leher dan lipatan
paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar
3. Berikan kompres denga air hangat
besar yang akan membantu menurunkan
pada aksila, leher dan lipatan paha,
demam. Penggunaan alcohol tidak
hindari penggunaan alcohol untuk
dilakukan karena akan menyebabkan
kompres.
penurunan dan peningkatan panas secara
drastis.
Kolaborasi:
Pemberian antipiretik juga diperlukan
4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan untuk menurunkan panas dengan segera.
jika panas tidak turun.

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam

Kriteria hasil:

– Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)

– Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit,
frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

– Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam

Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL
Perubahan tanda-tanda vital yang
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua signifikan akan mempengaruhi proses
jam dan pantau warna kulit regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
Hipertermi sangat potensial untuk
menyebabkan kejang yang akan semakin
2. Observasi adanya hipertermi, kejang memperburuk kondisi pasien serta dapat
dan dehidrasi. menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak
diketahui jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke dalam
kondisi dehidrasi.
Kompres air hangat lebih cocok
digunakan pada anak dibawah usia 1
tahun, untuk menjaga tubuh agar tidak
3. Berikan kompres hangat jika terjadi
terjadi hipotermi secara tiba-tiba.
hipertermi, dan pertimbangkan untuk
Hipertermi yang terlalu lama tidak baik
langkah kolaborasi dengan memberikan
untuk tubuh bayi oleh karena itu
antipiretik.
pemberian antipiretik diperlukan untuk
segera menurunkan panas, misal dengan
asetaminofen.
4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal
dengan jumlah pemberian yang telah diperlukan untuk mencegah bayi dari
ditentukan kondisi lapar dan haus yang berlebih.

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemi

Kriteria hasil:

– Saturasi oksigen >90 %

– Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan

– Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan memelihara fungsi
jaringan

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL
Menurunkan beban kerja mikard dan
1. Pertahankan tirah baring
konsumsi oksigen
Hipotensi akan berkembang bersamaan
2. Pantau perubahan pada tekanan darah dengan mikroorganisme menyerang
aliran darah
3. Pantau frekuensi dan irama jantung, Disritmia jantung dapat terjadi sebagai
perhatikan disritmia akibat dari hipoksia
Peningkatan pernapasan terjadi sebagai
4. Kaji ferkuensi nafas, kedalaman, dan respon terhadap efek-efek langsung
kualitas endotoksin pada pusat pernapasan
didalam otak
5. Catat haluaran urine setiap jam dan Penurunan urine mengindikasikan
berat jenisnya penurunan perfungsi ginjal
6. Kaji perubahan warna kulit, suhu,
Mengetahui status syok yang berlanjut
kelembapan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intoleran terhaap makanan/minuman

Kriteria hasil:

– Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

– Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

– Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

– Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL
Anoreksia ataupun intoleran terhadap
makanan atau minuman dapat
1. Monitor adanya penurunan berat badan
menyebabkan terjadinya penurunan berat
badan
Meningkatkan selera klien terhadap
2. Identifikasi makanan kesukaan
makanan atau minuman
3. Anjurkan untuk melakukan oral hygene
Menurunkan rasa mual terhadap makanan
sebelum makan
Kekurangan cairan dapat menyebabkan
dehidrasi dan hiper termi. Kekurangan
4. Monitor intake cairan dan nutrisi
nutrisi dapat menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan
Protein dan vitamin C berperan penting
5. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi
dalam penyembuhan yang berkaitan
makanan yang berprotein dan vitamin C
dengan infeksi
6. Yakinkan diet yang dimakan juga Kekurangan serat dapat menyebabkan
mengandung tinggi serat konstipasi
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Mengidentifikasi masalah nutrisi dalam
menentukan jumlah kaloriyang dibutuhkan
terapi perawatannya
pasien

You might also like