You are on page 1of 12

EKSTRAKSI ALGINAT

Oleh :
Nama : Rahma Adilah
NIM : B1A015074
Kelompok :3
Rombongan : II
Asisten : Diah Nanda Utari

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km


merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki sumberdaya hayati yang besar
dan beragam. Sumberdaya hayati tersebut merupakan potensi pembangunan yang
sangat penting sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Rumput laut merupakan
salah satu hasil laut yang dapat menghasilkan devisa negara dan merupakan sumber
pendapatan masyarakat pesisir. Sampai saat ini sebagian besar rumput laut umumnya
diekspor dalam bentuk bahan mentah berupa rumput laut kering, sedangkan hasil
olahan rumput laut seperti agar-agar, karaginan, dan alginat masih diimpor dalam
jumlah yang cukup besar dengan harga yang tinggi. Hasil pengolahan pasca panen
rumput laut dari Indonesia kebanyakan tidak sesuai dengan permintaan pasar karena
mutu yang masih dinilai rendah (Dahuri, 2002).
Rumput laut merupakan tumbuhan laut jenis alga, masyarakat Eropa
mengenalnya dengan sebutan seaweed. Rumput laut biasanya hidup di dasar samudera
yang dapat tertembus cahaya matahari. Seperti layaknya tanaman darat pada
umumnya, rumput laut juga memiliki klorofil atau pigmen warna yang lain yang dapat
menggolongkan jenis rumput laut. Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah
mendapat penanganan lebih lanjut. Penanganan pasca panen rumput laut oleh petani
pada umumnya hanya sampai pada pengeringan saja. Rumput laut kering masih
merupakan bahan baku dan harus diolah lagi. Pengolahan rumput laut kering dapat
menghasilkan agar-agar, karaginan, atau algin tergantung kandungan yang terdapat
dalam rumput laut. Banyak penelitian membuktikan bahwa rumput laut merupakan
bahan makanan yang sangat berkhasiat, oleh sebab itu, banyak masyarakat yang mulai
membudidayakannya dan memanfaatkannya. Salah satunya adalah dengan mengolah
rumput laut menjadi agar-agar (Deguchi, 2006).
Alginat merupakan jenis polisakarida yang terdapat dalam dinding sel rumput
laut coklat dan berperan penting dalam mempertahankan struktur jaringan sel
(Mohamad et al., 2013). Alginat terdapat dalam semua jenis algae coklat (Phaeophyta)
yang merupakan salah satu komponen utama penyusun dinding sel. Alginat yang
ditemukan dalam dinding sel algae coklat tersebut terdiri atas garam-garam kalsium,
magnesium, natrium, dan kalium alginat. Sifat-sifat fisikokimia seperti viskositas dan
rasio monomer penting artinya dalam pemanfaatan alginat pada berbagai industri
misalnya industri makanan, minuman, kosmetik, cat, tekstil dan pemanfaatan lainnya.
Viskositas dan gel strength merupakan dua karakteristik kunci dalam kualitas alginat.
Rasio monomer yang menyusun alginat juga penting dalam pemanfaatan terutama
dalam kaitan sifat bioaktifnya maupun sifat struktur dari gelnya. Viskositas maupun
rasio monomer alginat juga dipengaruhi oleh spesies, asal dan proses ekstraksi dari
alginatnya. Rasio monomer penyusun alginat berbeda-beda ditentukan oleh spesies
alginofit yang menghasilkannya, dan tempat tumbuh alginofitnya.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ekstraksi alginat ini adalah untuk mengetahui proses
ekstraksi kandungan kimia rumput laut seperti alginat dan nilai rendemennya.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ekstraksi alginat yaitu timbangan


analitik, baskom, pan penjendal, para-para penjemur, saringan, kertas pH, stopwatch,
saringan 60 mesh, pipet, pipet ukur, pengaduk, kain kasa,blender, pressure coocker,
labu ukur 100 liter, gelas piala, gelas ukur, thermometer dan oven.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah rumput laut Sargassum
polycistum 60 gram, KOH 2%, NaOH 0,5 %, HCl 0,5 %, NA2CO3 7 %, HCl 5 %,
H2O2 6%, alkohol 95%, dan akuades.
B. Metode

R. L Sargassum sp. Direndam KOH 0,7%

Dicuci di air mengalir

Direndam HCl 5%

Dicuci di air mengalir

R. L ditimbang sebanyak 50 gram

Ditambahkan 500mL Na2CO3 7% dan direbus 15 menit

Ditambah 300 mL NaOCl 15 % dan direbus 15 menit

Ditambah 250 mL HCl 5% dan direbus 15 menit


Ditambah NaOH 2 % dan dikukur pH hingga 7

Disaring

Dihitung nilai rendemennya

Bobot akhir
Rendemen Agar (%) = X 100%
Bobot awal
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1. Hasil Rendemen Karaginan Rombongan II :

Kelompok 1 1,07 gr

Kelompok 2 1,21 gr

Rombongan II Kelompok 3 1,10 gr

Kelompok 4 0 gr

Perhitungan Rendemen Karagenan Kelompok 3 Rombongan II :


Kelompok 3 rombongan II : 1,21-0.09 = 1,12
𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 (𝐠)
Rendemen (%) = 𝐛𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐤𝐮 (𝐠) × 𝟏𝟎𝟎%
1,12
Rombongan II = × 100% = 1,03%
50

Gambar 3.1 R.L dimasukan ke Gambar 3.2 Ditambakan 500


panci mL Na2CO3 7 % dan direbus
Gambar 3.3 Ditambahkan 300 Gambar 3.4 Ditambahka 250 mL
mL NaOCl 15 % dan direbus HCl 5% dan direbus

Gambar 3.5 Ditambahkan Gambar 3.6 Disaring dengan


NaOH 2 % dan diukur pH kain saring dan dipindahkan ke
hingga 7 nampan

Gambar 3.7 Dijemur


B. Pembahasan

Sargassum sp. memiliki bentuk thallus silindris atau gepeng, banyak


percabangan yang menyerupai pepohonan di darat, bangun daun melebar, lonjong
seperti pedang, memiliki gelembung udara yang umumnya soliter, batang utama bulat
agak kasar, dan holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk cakram.
Pinggir daun bergerigi jarang, berombak, dan ujung melengkung atau meruncing.
Sargassum sp. tersebar luas di perairan Indonesia, dapat tumbuh di perairan terlindung
maupun berombak besar pada habitat berkarang. Sargassum sp. biasanya dicirikan
oleh tiga sifat yaitu pigmen coklat yang menutupi warna hijau, hasil fotosintesis
terhimpun dalam bentuk laminarin dan algin serta adanya flagel. (Anggadiredja et al.,
2008). Ganggang coklat, Sargassum adalah sumber yang kaya senyawa aktif.
Sargassum memiliki dinding sel yang kompleks terutama terdiri dari selulosemikrilat
yang tertanam dalam matriks amorf dari polisakpi yang dihubungkan satu sama lain
oleh protein. Banyak penelitian untuk mempelajari karakteristik struktural dan
efisiensi senyawa bioaktif ini untuk digunakan sebagai alternatif yang aman dalam
industri biomedis dan makanan (Shobharani et al., 2014).
Prinsip mendapatkan alginat, jelasnya adalah pencucian, perendaman dengan
KOH 2% dan NaOH 0,5% masing-masing 30 menit, HCl 0,5%, pencucian,
penghancuran dengan Na2CO3 7%, penyaringan, pengasaman dengan HCl 5 %,
pemucatan dengan H2O2 6%, pengendapan dengan NaOH 10%, pemurnian dengan
alkohol dan akhirnya asam alginat dikeringkan. Fungsi penambahan larutan KOH dan
NaOH pada perendaman adalah untuk pelunakan dinding sel, adapun larutan HCl lebih
menekankan pada pelunakan rumput lautnya. Na2CO3 7% berfungsi untuk
mengeluarkan alginat dan selulosa dari dinding sel. Larutan HCl 5 % berfungsi sebagai
demineralisasi, H2O2 6% sebagai pelepas pigmen warna pada alginat, NaOH 10%
berfungsi untuk memisahkan Na dan alginat sehingga terbentuk garam alginat.
Alkohol berfungsi untuk penggumpalan (Gliksman, 1998).
Alginat adalah salah salah satu jenis polisakarida yang terdapat dalam dinding
sel Phaeophyceae dengan kadar mencapai 40% dari total berat kering, alginat juga
memegang peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan sel alga. Secara
kimiawai, alginate adalah suatu polimer linier panjang yang tersusun dari dua unit
monomerik, yaitu asam β-D-mannuronat dan asam α-Lguluronat. Alginat terdapat
dalam dinding sel rumput laut coklat yang berupa kristalkristal yang tersusun secara
pararel pada benang-benang halus selulosa dan cairan sel (Pamungkas et al., 2013).
Sedangkan menurut Koesoemawardani (2016), Alginat merupakan biopolimer alami
yang diekstrak dari tiga spesies coklat alga, yaitu Laminaria Hyperborea, Ascophyllum
nodosum, dan Macrocystis pyrifera, biasanya alginat dalam bentuk garam seperti Na+,
Ca2+, atau Mg2 . Alginat mempunyai senyawa utama berupa matriks intraseluler yaitu
berupa kopolimer asam β-D-manuronat (M) dan acid (G) residu α-L-guluronat
bergabung dengan 1: 4 glikosidik. Alginat sangat reaktif dengan protein sehingga
cocok digunakan untuk restrukturisasi Komponen penyusun alginat mampu
membentuk ikatan kompleks dengan protein dan air sehingga menghasilkan
karakteristik gel yang kuat. Sifat mengalir (flow properties) larutan alginat sangat
tergantung pada konsentrasi. Alginat didistribusikan secara luas di dinding sel alga
seperti kelp raksasa, rumput laut, Silquosa, fucus dan sargasso. Namun, alginat yang
berasal dari ganggang coklat tidak terbarukan.Selain itu, komposisi alginat rumput laut
bervariasi dengan pembiakan yang berbeda (Bai et al., 2017).
Sifat-sifat alginat sebagian besar tergantung pada tingkat polimerisasi dan
perbandingan komposisi guluronat dan mannuronat dalam molekul. Asam alginate
tidak larut dalam air dan mengendap pada pH < 3,5 sedangkan garam alginat dapat
larut dalam air dingin atau air panas dan mampu membentuk larutan yang stabil.
Natrium Alginat tidak dapat larut dalam pelarut organik tetapi dapat mengendap
dengan alkohol. Alginat sangat stabil pada pH 5 – 10, sedangkan pada pH yang lebih
tinggi viskositasnya sangat kecil akibat adanya degradasi ß-eliminatif. Ikatan
glikosidik antara asam mannuronat dan guluronat kurang stabil terhadap hidrolisis
asam dibandingkan ikatan dua asam mannuronat atau dua asam guluronat.
Kemampuan alginat membentuk gel terutama berkaitan dengan proporsi L-guluronat
(Maharani & Widyayanti, 2009).
Alginat dalam dunia perdagangan biasanya berbentuk bubuk kasar, berwarna
krem sampai coklat terang dan tidak berbau. Alginat banyak digunakan dalam berbagai
bidang industri, seperti industri tekstil, kertas, makanan, minuman dan farmasi. Dalam
industri farmasi, alginat digunakan sebagai zat pensuspensi, penstabilemulsi dan
pengikat tablet (Anggadiredja et al., 2006). Menurut Soegiarto et al. (1992), kadar
alginat Sargassum sangat dipengaruhi oleh jenis dan kondisi lingkungan seperti suhu,
intensitas cahaya, salinitas, pH, arus, gelombang dan kandungan bahan organik.
Standar mutu Natrium alginat (Winarno, 1990) :
Karakteristik Natrium alginate
Kemurnian ( % bobot kering ) 90,8 – 100%
Kadar As < 3 ppm
Kadar Pb < 10 ppm
Kadar Hg < 0,004%
Kadar abu 18-27%
Kadar air < 15%
Dari tabel diatas terlihat bahwa kadar abu merupakan batasan mutu dan
nilainya diharapkan antara 18-27%, Kadar abu yang melebihi standar diperkirakan
disebabkan karena adanya polusi pada perairan tersebut.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:


1. Proses ekstraksi agar dilakuakan dengan tahap perendaman, pemucatan,
pencucian, pelembutan, ekstraksi, dan pengeringan.
2. Hasil alginat yang diperoleh rombonagan II adalah sebesar 1,03%.

B. Saran

Sebaiknya alat yang akan digunakan dalam proses pemasakan agar-agar


supaya dicek terlebih dahulu sehingga dalam proses pemasakannya dapat berjalan
lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Anggadireja, J., Zatnika, A., Sujatmiko, W., Istiani, dan Noor, Z. 1993. Teknologi
Produk Perikanan dalam Industri Farmasi. Stadium General Teknologi dan
Alternatif Produk Perikanan Dalam Industri Farmasi. Bogor: IPB

Bai, Shaofeng, Huahai Chen1, Liying Zhu1, Wei Liu1, Hongwei D. Yu, Xin Wang,
Yeshi Yin. 2017. Comparative Study on the In Vitro Effects of Pseudomonas
Aeruginosa and Seaweed Alginates on Human Gut Microbiota. PLOS ONE.
12(2), pp: 1-15.

Dahuri, R., 2002. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi
Ilmiah Guru Besar Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Kelautan. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Deguchi. 2006. Implantation Of a New Porous Gelatin–Siloxane Hybrid into a Brain
Lesion as a Potential Scaffold For Tissue Regeneration. Journal of Cerebral
Blood Flow and Metabolism, 26(1), pp.1263–1273.
Glicksman, M. 1998. Gum Technology in the Food Industry. New York: Academic
Press.

Koesoemawardani, Dyah & Mahrus Ali. 2017. Rusip Dengan Penambahan Alginat
Sebagai Bumbu. Phpi,19(3), Pp: 277-287.

Maharani, M. A. & R. Widyayanti. 2009. Pembuatan Rumput Laut untuk


Menghasilkan Produk dengan Rendemen dan Viskositas Tinggi. Semarang:
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Mohamad, M., Ridlo, A. & Pramesti, R., 2013. Pengaruh Perendaman Larutan KOH
dan Naoh Terhadap Kualitas Alginat Rumput Laut Sargassum polycycstum
C.A. Agardh. Journal of Marine Research, 1(2), pp. 41-47.
Pamungkas, T. A., Ridlo, A & Sunaryo. 2013. Pengaruh Suhu Ekstraksi terhadap
Kualitas Natrium Alginat Rumput Laut Sargassum sp. Journal of Marine
Research, 2(3), pp. 78-84.

Shobharani, P., Nanshankar, V. H., Halami, P. M & Sachindra, N. M. 2014.


Antioxidant and Anticoagulant Activity of Polyphenol and Polysaccharides
from Fermented Sargassum sp. International Journal of Biological
Macromolecules, 1(1), pp. 1-7.

Soegiarto, A. Sulistijo, Atmadja dan H. Mubarak. 1992. Rumput Laut (Algae).


Manfaat, Potensi dan Usaha Budidaya. Jakarta: Lembaga Oseanologi
Nasional LIPI

Winarno FG. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

You might also like