You are on page 1of 10

ASUHAN KEPERAWATAN

KRETINISME

Di Susun oleh :
Kelompok I
1. Herlina

STIKES RAJAWALI BANDUNG


TA 2014/2015

ASUHAN KEPERAWATAN KRETINISME

A. Definisi

Kretinisme adalah suatu kelainan hormonal pada anak-anak yang terjadi akibat
kurangnya hormon tiroid . Penderita kelainan ini mengalami kelambatan dalam
perkembangan fisik maupun mental.
Kretinisme adalah perawakan pendek pada anak-anak akibat kurangnya hormon
tiroid dalam tubuh.

B. Etiologi

1. Kekurangan yodium
2. Kekurangan hormon tiroid
3. Pemakaian obat-obatan anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)
4. Tiroiditis hashimoto
5. Sindroma-sindroma dengan salah satu gejala perawakan pendek misalnya sindroma
truner
6. Penyakit-penyakit kronis yang menyebabkan malnutrisi dalam perkembangan
penyakitnya.

C. Patofisiologi
Kretinisme lebih sering di akibatkan oleh ketidak mengertian masyarakat akan
pentingnya yodium, tetapi gangguan pertumbuhan kelenjar tiroid secara kongenital juga
merupakan faktor penyebab dari kretinisme. Pada keadaan ini, produksi hormon tiroid
seperti triiodotironi (T3) dan tiroksin (T4) akan menurun sehingga produksi TSH
meningkat (seperti yang kita telah pelajari bahwa TSH di sekresikan untuk
memnstimulasi pengeluaran hormon tiroid dan hormon tiroid di jadikan sebagai faktor
penghambat sekresi TSH jika hormon tiroid sudah dalam batas normal). Selanjutnya
TSH merangsang sel-sel tiroidmenyekresi banyak sekali koloid tiroglobulin ke dalam
folikel, dan kelenjar tumbuh semakin besar. Tetapi oleh arena yodiumnya kurang
produksi T3 dan T4 tidak meningkat dalam molekul tiroglobulin, ukuran folikel menjadi
sangat besar, kelenjar tiroidnya dapat membesar 10-20 kali ukuran normal.
Keadaan ini akan meyebabkan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dalam
tubuh terganggu, pada gangguan metabolisme karbohidrat sebagai bahan bakar dari
selruh sel, baik sel otak maupun sel-sel tubuh, gangguan metabolisme pada sel otak dapat
mengakibatkan penurunan fungsi otak yang berlanjut kepada penurunan IQ sehingga
sukar berkonsentrasi sampai kehilangan kesadaran karenanya. Pada gangguan
metabolisme pada sel tubuh timbul kelelahan umum maka terjadi tremor mengakibatkan
tonus otot.

D. Manifestasi Klinik

1. Gangguan perkembangan fisik (cebol)


2. Bibir tebal
3. Lidah tebal
4. Bicara terbata-bata
5. Jarak antara kedua mata lebih besar
6. Kulit kasar dan kering
7. Warna kulit agak kekuningan dan pucat
8. Kepala besar
9. Muka bulat (moon face)
10. Pertumbuhan tulang terlambat
11. Hidung besar dan pesek
12. Tumbuh gigi terlambat

E. Penatalaksanaan

1. Pencegahan

a) Pemberian makanan yang adekuat dengan cukup kalori dan protein


b) Mengkonsumsi makanan yang diberi garam beryodium atau pemberian suplemen
yodium untuk merangsang produksi hormon

c) Mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral


2. Pemberian obat khusus
Kelainan ini dapat diobati dengan pemberian hormon tiroid. Hormon tiroid diberikan
secara terus menerus. Bila kelainan muncul sebelum usia dua tahun, pengobatan ini
tidak dapat memperbaiki keterbelakangan mental yang ditimbulkan.

F. Komplikasi
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa
menggigil, hipotensi, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hinggan koma. Dalam
keadaan adarurat misalnya pada koma miskedema maka hormon tiroid diberikan secara
intravena

G. Prognosis

Makin muda dimulai dalam pemberian hormon tiroid, maka makin baik
prognosisnya. Kalau terapi dimulai sesudah umur 1 tahun, biasanya tidak akan
tercapai IQ yang normal. Pertumbuhan badan dapat tumbuh dengan baik.

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar hormon tiroid (T3 dan T4), TSH, dan TRH
akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokasi masalah kelenjar tiroid. Pemeriksaan
untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 rendah dan TSH
tinggi
2. USG atau CT Scan
Tiroid menunjukkan ada tidaknya goiter
3. X – foto tengkorak
Menunjukkan kerusakan hipotalamus atau hipofisis anterior

J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan body image b.d perubahan penampilan
 Tujuan:
Klien memahami perubahan-perubahan tubuhnya akibat proses penyakit.

 KH:
o Perasaan menerima kekurangan diri akan diterima oleh klien.
o Memahami proses penyakit

2. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan sendi dan otot.


 Tujuan :
klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
 Kriteria hasil:
o Tidak terjadi kontraktur sendi
o Bertambahnya kekuatan otot
o Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

3. Resti cedera b.d kerapuhan tulang, kelemahan otot.


 Tujuan : Resiko cedera dapat berkurang atau bahkan dihindari, seperti nyeri dan
spasme.
 Kriteria Hasil:
Klien dapat mengantisipasi keadaan nyeri yang tiba- tiba datang karena adanya
kerapuhan tulang.
o Klien dapat sesegera mungkin melaporkan keadaan nyerinya yang datang tiba-
tiba.

4. Gangguan eliminasi b.d konstipasi


 Tujuan : gangguan eliminasi tidak terjadi
 Kriteria hasil:
o Pola eliminasi BAB normal.
o Tidak terjadi konstipasi lagi.
5. Hipertermi b.d proses infeksi
 Tujuan : suhu tubuh pasien menjadi normal
 Kriteria hasil :
o Suhu tubuh dalam batas normal

6. Gangguan wicara b.d disfungsi neiurologis


 Tujuan : Proses komunikasi klien berfungsi secara optimal.
 Kriteria hasil:

o Terciptanya suatu komunikasi yang efektif dimana kebutuhan klien dapat


terpenuhi.
o Klien dapat merespon komunikasi dari orang lain.

7. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia


 Tujuan : Kebutuhan tubuh akan nutrisi adekuat terpenuhi
 Kriteria hasil :
o Berat badan mengalami peningkatan.
o Tidak adanya mual

K. Intervensi:

1. Gangguan body image b.d perubahan penampilan


 Dorong klien untuk mengungkapkan rasa takut dan cemasnya menghadapi proses
penyakit.
o Rasional: Kondisi ini dapat membantu untuk menyadari keadaan diri sejak dini.
 Berikan support yang sesuai.
o Rasional: Hal ini dapat membantu meningkatkan upaya menerima dirinya dan
merasa dirinya dapat diterima orang lain dikalangan sosial.
 Dorong klien untuk mandiri.
o Rasional: Kemandirian membantu meningkatkan harga diri.
 Memodifikasi lingkungan sesuai dengan kondisi klien
o Rasional: Memudahkan aktivitas klien, dan meningkatkan rasa percaya karena
diperhatikan.

2. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan sendi dan otot.


 Anjurkan klien menggerakan ekstremitas setiap 2 jam sekali.
o Rasional: Gerakan ekstremitas seacra teratur dan bertahap akan melemaskan
sendi dan otot, sehingga jika terjadi dislokasi sendi atau otot akan segera
terdeteksi.
 Anjurkan klien untuk banyak makan makanan yang berkalsium tinggi.
o Rasional: Kalsium membantu menguatkan tulang.
 Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
o Rasional: Mempercepat proses penyembuhan agar ekstremitas dapat kembali
pulih.
 Anjurkan agar klien tidak kelelahan dan membatasi aktifitas yang berat.
o Rasional: Kelelahan tulang dan otot akan memicu terjadinya resiko tinggi terkena
cedera.
 Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
o Rasional: Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih
untuk digerakkan.

3. Resti cedera b.d kerapuhan tulang, kelemahan otot.


 Pantau tanda dan gejala fraktur (vertebral, panggul atau pergelangan tangan)
o Rasional: Gejala fraktur dapa terdeteksi secara dini, sehingga tidak memeperberat
nyeri.
 Pantau kifosis dari spina dorsal, ditandai dengan penurunan tinggi badan.
o Rasional: Pertumbuhan TB yang lebih dominan terlihat adalah pada tulang
belakang, kaji ada kelainan atau tidak.
 Ajarkan tekhnik nafas distraksi relaksasi secara sederhana.
o Rasional: mengurangi nyeri pada klien apabila tiba- tiba datang nyeri dan spasme
otot.
 Kolaborasi pemberian analgetik.
o Rasional: analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.

4. Gangguan eliminasi b.d konstipasi


 Kaji dan catat frekuensi, warna dan konsistensi feces
o Rasional : Untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan yang terjadi pada
eliminasi fekal.
 Auskultasi bising usus
o Rasional : Untuk mengetahui normal atau tidaknya pergerakan usus.
 Anjurkan klien untuk minum banyak dan sering.
o Rasional: Untuk merangsang pengeluaran feces.
 Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (Laxatif).
o Rasional : Untuk memberi kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi

5. Hipertermi b.d proses infeksi


 Pantau tanda-tanda vital
o Rasional : vital sign adalah salah satu pengukuran untuk mengetahui status
kesehatan, salah satunya pengukuran suhu untuk mengetahui terjadinya
peningkatan suhu tubuh. Bila panas kadang nadi dan respirasi juga mengalami
perubahan sehingga perlu diukur.
 Beri dan anjurkan banyak minum.
o Rasional : air merupakan pengatur suhu tubuh, setiap kenaikan suhu tubuh
kebutuhan metabolisme akan air juga meningkat dari kebutuhan biasa.
 Beri kompres dengan air hangat pada lipatan paha, ketiak, perut, dan dahi.
o Rasional : pemberian kompres hangat merangsang penurunan panas melalui efek
kerja konduksi.
 Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang tipis hindari penggunaan selimut
yang tebal.
o Rasional : baju tipis akan mudah menyerap keringat sehingga mengurangi
penguapan.
 Kolaborasi pemberian antipiretik
o Rasional : antiperik bekerja untuk menurunkan panas dengan bekerja pada
hipotalamus untuk rangsangan penurunan panas.

6. Gangguan wicara b.d disfungsi neiurologis


 Berikan metode altrnatif komunikasi , misalnya gambar.
o Rasional: klien akan tertarik dengan gambar yang diberikan, dan akan
merangsang komunikasi yang lebih efektif.
 Antisipasi kebutuhan klien saat komunikasi.
o Rasional: klien akan merasa diperhatikan saat kebutuhan komunikasinya
terpenuhi.
 Bicara dengan klien dengan bahasa yang mudah dimengerti, dengan jawaban
“ya” atau “tidak”
o Rasional: Agar klien memahami dan mengerti terhadap apa yang di tanyakan.
 Anjurkan kepada keluarga klien untuk berkomunikasi setiap saat.
o Rasional: Komunikasi yang teru menerus akan meningkatkan rangsangan kepada
klien untuk berkomukasi lagi.
 Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi.
o Rasional: dengan menghargai klien, klien akan merasa diperhatikan dan lebih
merasa percaya diri lagi.
 Kolaborasi latihan bicara dengan fisioterapis.
o Rasional: Agar terjadi kesinambungan yang terlatih antara otot mulut dan saraf
otak sehingga berjalan dengan baik.

7. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia


 Pantau masukan makanan setiap hari.
o Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi.
 Dorong pasien untuk makan diet tinggi kaya nutrien dengan masukan cairan
adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makan sering/lebih sedikit yang
dibagi-bagi selama sehari.
o Rasional : Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk
menghilangkan produk sisa). Suplemen dapat memainkan peran penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
 Kontrol faktor lingkungan (misalnya bau kuat/tidak sedap atau kebisingan.
Hindari terlalu manis, berlemak atau makanan pedas.
o Rasional : Dapat mengidentifikasi respons mual/muntah.
 Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi latihan
sedang sebelum makan.
o Rasional : Dapat mencegah awitan atau menurunkan beratnya mual, penurunan
anoreksia, dan memungkinkan pasien meningkatkan masukan oral.
 Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.
o Rasional : Sering sebagai sumber distress emosi, khususnya untuk orang terdekat
yang menginginkan untuk memberi makan pasien dengan sering. Bila pasien
menolak, orang terdekat dapat merasakan ditolak/frustasi.

You might also like