You are on page 1of 7

ESENSI HUBUNGAN FILSAFAT DAN BAHASA SEBAGAI ILMU

Menurut para ahli filsafat, filsafat memiliki posisi yang prestisius dalam hirarki
pengembangan ilmu pengetahuan. Hal Ini dikarenakan filsafat dipandang sebagai induk dari
segala bentuk ilmu pegetahuan. Jujun(1995) menyatakan bahwa filsafat merupakan tempat
berpijaknya segala bentuk kegiatan ilmu pengetahuan. Sehingga dari filsafat bermunculan
berbagai cabang ilmu pengetahuan. Salah satu diantara cabang ilmu filsafat yang sangat penting
adalah ilmu bahasa. Walaupun filsafat merupakan induk dari segala bentuk ilmu pengetahuan,
filsafat tidak dapat terpisahkan dengan bahasa. Filsafat sebagai suatu metode berpikir secara
logis dan mendalam sangat memerlukan alat untuk mengungkapkan produk dari sebuah proses
berpikir yang logis dan mendalam. Ini sejalan dengan pernyataan Kaelan (1998) bahwa aktifitas
manusia dalam menemukan segala bentuk realitas berpikir khususnya menemukan kearifan
dalam hidupnya memerlukan alat berpikir yang sangat erat kaitannya dengan bahasa terutama
dalam bidang semantic.

Sejak zaman yunani kuno, banyak pertentangan mengenai paham tentang bahasa. Wahab
dalam Siswanto (2008) merangkum tentang beberapa perbedaan faham antara faham phusis dan
paham thesis. Faham phusis beranggapan bahwa sumber dan prinisip-prinsipnya berasal dari
alam. Hal ini dibantah oleh paham thesis yang beranggapan bahwa bahasa merupakan hasil dari
konvensi. Faham ini menganggap bahwa bahasa merupakan berasal dari hasil-hasil tradisi dan
persetujuan budaya. Spekulasi antara perbedaan kedua paham tersebut membawa kemajuan
terhadap perkembangan ilmu bahasa. Sehingga memancing para ahli filsafat untuk melahirkan
inovasi-inovasi baru terhadap kajian ilmu bahasa. Hal ini diawali dengan munculnya ilmu filsafat
bahasa yang merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan asal usul, hukum, dan hakikat
bahasa sehingga lahirlah ilmu bahasa atau linguistik.

Artikel ini secara khusus memaparkan peranan dan hubungan filsafat terhadap
perkembangan ilmu kajian bahasa terutama dalam konteks manfaat filsafat dalam mempelajari
bahasa.

Hakikat Filsafat

Filsafat berasal dari kata falsafah yang memiliki arti cinta kepada kebijaksanaan. Jadi
dapat diartikan bahwa orang yang berfilsafat adalah orang yang bijaksana dalam memandang
sesuatu. Menurut Sony dan Mikhael (2001) filsafat dapat diartikan sebagai suatu sistem
pemikiran tentang cara berpikir yang bersifat terbuka sehingga cara berpikir tersebut bisa
dipertanyakan dan dipersoalkan kembali. Oleh karena itu, filsafat dapat diartikan sebagai sebuah
proses berpikir dalam menyelidiki segala sesuatu yang ada didalam alam semesta secara
sistematis dan mendalam untuk memperoleh kebenaran yang hakiki.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan upaya,


proses, metode, cara dalam mencari sebuah kebenaran. Hal ini ditunjukkan melalui sikap kritis
untuk selalu mempersoalkan apa saja sebelum sampai kepada sebuah produk berpikir yang
hakiki. Selain itu, filsafat juga dipandang sebagai suatu upaya dalam memahami sebuah konsep
berpikir melalui proses bertanya sehingga melalui bertanya dapat dipahami konsep berpikir
dalam menemukan sebuah jawaban yang hakiki

Hakikat Bahasa

Kajian wacana bahasa merupakan kajian penting tentang fenomena kebudayaan manusia
yang berkaitan dengan sistem komunikasi yang digunakan. Proses komunikasi menetukan
keefektifan keberlangsungan kebudayaan manusia. Manusia memerlukan media atau sarana
simbolik yakni berupa bahasa. Hal ini dikarenakan prinsip keberadaan budaya umat manusia
terdiri atas unsur-unsur gagasan, nilai dan hasil karya yang implementasikan dalam bentuk
symbol-simbol bahasa. Hal ini senada dengan Gie (1977) yang menyatakan bahwa kebudayaan
memiliki berbagai macam pola, baik eksplisit maupun implisit yang mana pola tersebut
diteruskan melalui symbol. Foley (2001) juga menegaskan tentang peran bahasa dalam
kebudayaan manusia, pandangan tentang kebudayaan adalah merupakan sebuah sistem symbol
yang mana digunakan untuk membuat manusia paham tentang makna-makna dari symbol
bahasa. Kemampuan untuk menggunakan symbol bahasa merupakan kemampuan dasar yang
dimiliki oleh setiap orang. Kemampuan dasar ini merupakan kemampuan seseorang untuk
mengubah data mentah hasil observasi pengalaman indera menjadi symbol-simbol bahasa.
Menurut Wieman dan Walter (1957) keberlangsungan hidup manusia bergantung atas
kemampuan manusia dalam menggunakan simbolisasi bahasa.

Keberadaan kemampuan simbolik atau bahasa tersebut membuat bahasa sebagai sistem
simbolik digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi. Dengan berkomuikasi, terbentuklah
sebuah peradaban manusia melalui pengalaman yang sama dalam sebuah masyarakat.
Pengalaman tersebut tercipta melalui mekanisme komunikasi yang efektif dan berkembang.

BAHASA SEBAGAI SEBUAH ILMU

Bahasa merupakan bagian dari karakteristik manusia yang membedakannya dengan yang
lain. Bahasa digunakan sebagai media untuk kegiatan ilmu yang bermacam-macam. Menurut
Macky (1985) menyatakan bahwa merupakan alat untuk berpikir yang merupakan sebuah sistem
arbitrer untuk menghasilkan proses berpikir yang mendalam. Verhaar (1996) menyatakan bahasa
sebagai sebuah ilmu yang tidak hanya mengeksplor satu bahasa saja melainkan menyangkut
bahasa pada umumnya. Bahasa juga merupakan ilmu pengetahuan yang spesifik dalam artian
dalam berbagai macam ilmu pengetahuan bahasa dapat menjadi “objek” penelitian. Selain ilmu
yang spesifik bahasa juga merupakan ilmu empiris yang berarti ilmu bahasa berdasarkan “fakta”
dan “data” yang dapat diuji oleh ahli tertentu. Menurut Kant dalam Fauzan (2014) empiris
merupakan keputusan yang memberikan hasil pemikiran yang bersifat sintesis yang mana
kebenarannya tidak bersifat mutlak.

Bahasa sebagai ilmu terbagi atas beberapa subsistem antara lain adalah fonologi,
morfologi, dan sintaksis. Chaer (2003) menyatakan bahwa subsistem bahasa yang terdiri
subsistem semantik yaitu fonologi, morfologi, dan sintaksis. Sedangkan subsistem leksikon yang
juga diliputi subsistem semantik, berada di luar ketiga subsistem semantic tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa bahasa terdiri dari sistem-sistem keilmuwan yang teratur dan memiliki pola
dalam membentuk makna. Sistem atau pola bahasa dibentuk oleh sejumlah unsur dan komponen
yang saling berhubungan secara fungsional.

Selain sebagai sebuah sistem, bahasa juga merupakan sebuah ilmu tanda. Menurut
Osborne (2001) tanda dan bahasa telah mengalami perkembangan menjadi sebuah sistem ilmu.
Ini menunjukkan bahwa tanda dipakai untuk mengkaji ilmu yang spesifik dari hanya sekedar
istilah generik. Selain sebagai ilmu tanda bahasa juga dikenal dengan lambang bunyi. Chaer
(2003) menyatakan bahwa Bunyi dalam bahasaadalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia yang di dalam istilah fonetik dikenal sebagai fonem.
HUBUNGAN FILSAFAT DAN BAHASA

Peran filsafat terhadap bahasa telah dimulai sejak lama, bahkan sejak zaman Sokrates.
Pada zaman ini, bahasa dijadikan medium terpenting dalam dialog filosofis. Menurut Sokrates,
objektivitas kebenaran filsafat harus di sampaikan melalui media analisis logika dan dialektis
yaitu bahasa. Selain sokrates, Plato dan Aristoteles yang juga merupakan ilmuwan filsafat dunia
juga mengembangkan pemikiran mereka terhadap perkembangan ilmu bahasa dan yang menjadi
focus utama mereka adalah tentang hakikat bahasa.

Setiap periode perkembangan umat manusia, bahasa memiliki perkembangannya masing-


masing. Filsafat melalui ahlinya mengembangkan kajian mereka dalam mendefinisikan,
mengkategorikan, membedakan sebuah kajian bahasa sehingga bahasa berkembang menjadi
sebuah ilmu kajian tersendiri yang sekarang lebih dikenal dengan linguistik. Pada saat ini,
linguistik telah berdiri sendiri menjadi sebuah cabang ilmu yang langsung ditangani oleh para
ahli linguis. Meskipun demikian, peranan filsafat masih tetap mengakar kuat. Hal ini
dikarenakan bahwa filsafat dianggap sebagai roh dari ilmu bahasa dalam menemukan teori-teori
ilmu kebahasaan.

Hakikat ilmu bahasa sebagai sebuah ilmu yang mempelajari tentang komunikasi antara
manusia pastilah memiliki ikatan yang sangat erat dengan ilmu filsafat. Seorang ahli filasafat
sangat membutuhkan bahasa untuk menyampaikan gagasan. Hakikat dasar sebagai sistem
symbol memegang peran sebagai alat komunikasi sesame manusia bahkan untuk komunikasi
dengan sang pencipta. Sehingga para ahli bahasa membutuhkan filsafat untuk meningkatkan
pemahaman mereka terhadap kajian bahasa.

Kaplan dalam Jujun (1995) menyatakan bahwa pengkajian ilmu filsafat pada dasarnya
merupakan bagian dari logico-linguistik. Jadi, pada dasarnya bahasa bukan saja sebagai alat
berfilsafat namun juga merupakan hal yang sangat fundamental dalam menetukan produk akhir
dari hasil berpikir filsafat.

Banyak ahli filsafat yang menyumbangkan pemikirannya terhadap perkembangan kajian


ilmu bahasa diantaranya tentang teori-teori tentang proses pembelajaran atau teori-teori tentang
bagaimana memperoleh bahasa. Sehingga membuat para pengguna bahasa maupun pengajar
bahasa menjadi mudah dalam menganalisa atau membandingkan teori mana yang cocok untuk
digunakan dalam proses pembelajaran bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa sangat
bergantung kepada filsafat. Filsafat sebagai tempat dasar berpijak dalam penyusunan teori-teori
ilmu kajian bahasa. Hal ini sejalan dengan pemikiran Darwis (1997) bahwa seluruh pengalaman
hidup manusia yang berkaitan dengan asumsi-asumsi ilmu pengetahuan dibangun melalui sebuah
koherensi filsafat. Hal ini menunjukkan bahwa Ilmu pengetahuan yang dalam hal ini adalah ilmu
kajian bahasa mesti berlandaskan pada suatu pandangan filsafat tertentu, yang akan menjadi
landasan berfikir dan bertindak baik bagi penyusun teori dan konsep-konsep bahasa.

Dalam bidang ilmu bahasa, mempelajari filsafat adalah hal yang paling mendasar dalam
menyelesaikan masaalah-masaalah yang terkait dengan kebahasaan yang membutuhkan analisis
filsafat dalam mencarikan solusinya. Menurut Hidayat (2002) ada beberapa masaalah yang
paling mendasar dalam ilmu bahasa yang memerlukan analisis filsafat. Pertama, mengenai
hakikat bahasa. Kedua persamaan dan perbedaan bahasa manusia dan di luar manusia
selanjutnya mengenai pertimbangan bahasa yang bermakna dan bahasa yang benar. Keempat
hubungan bahasa dengan akal, dan bahasa dengan hati. Dan yang terakhir adalah bagaimana
manusia mempelajari bahasa yang berhubungan dengan bahasa yang ada diluar manusia.

Dalam menjawab semua permasalahan ini Hidayat (2002) juga mengemukakan hubungan
fungsional antara bahasa dan filsafat. Filsafat merupakan suatu metode dalam memecahkan
masaalah persoalan kebahasaan, filsafat merupakan pandangan dan aliran terhadap suatu realitas
yang memberikan warna kepada ahli bahasa untuk mengembangkan teori-teori bahasa. Dan
filsafat juga merupakan petunjuk arah dalam mengembangkan teori kebahasaan sehingga teori
yang dikembangkan relevan dengan realitas kehidupan manusia.

KESIMPULAN

Filsafat dan bahasa merupakan dua hal yang memiliki esensi yang tidak bisa terpisahkan.
Filsafat merupakan induk dari segala bentuk ilmu. Walau filsafat merupakan induk dari segala
ilmu, bahasa juga sangat berpengaruh dalam hal sebagai media dalam menyampaikan produk
berpikir yang sangat mendalam dalam filsafat. Bahasa sebagai sebuah ilmu memerlukan filsafat
untuk dijadikan landasan berpikir dalam menganalisa konsep-konsep tentang ilmu bahasa. Hal
ini dibutuhkan karena dalam mencari permasaalahan ilmu bahasa dibutuhkan landasan berpikir
yang sangat mendalam sehingga bahasa sebagai sebuah ilmu dapat dikembangkan sesuai dengan
realitas kehidupan manusia.

Perspektif yang berbeda dikalangan para ahli filsafat tentang bahasa dan filsafat
memunculkan kontribusi yang sangat besar dalam kemajuan ilmu bahasa. Perbedaan-perbedaan
tersebut menjembatani timbulnya diskusi, dialog, bahkan debat. Hal ini membuat para ahli
filsafat untuk mengembangkan inovasi-inovasi baru yang berkenaan dengan bahasa. maka
lahirlah ilmu bahasa atau linguistik yang kita kenal dewasa ini.

REFERENSI

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. PT Rineka Cipta: Jakarta

Fauzan. 2014. Pengantar Filsafat Ilmu; Edisi Revisi. Arga Puji Press: Mataram Lombok

Foley, William A. 2001. Anthropological lInguistics. Massachusets: Blackwell Publisher Ltd

Kaelan, 1998. Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya. Yogyakarta: Paradigma

Keraf, A. Sonny dan Mikahel Dua. 2001. Ilmu pengetahuan:sebuah tinjauan filosofis.
Yogyakarta: Kanisius

Gie, the liang. 1977. Suatu konsepsi ke arah pengertian bidang filsafat. Yogyakarta:Karya
Kencana

Osborne, Richard. 2001. Filsafat Untuk Pemula. Kanisius: Yogyakarta

Siswanto, W.2008.Pengantar Teori Sastra. Grasindo;Malang

Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pngantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1995.
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Gadjah Mada University press: Yogyakarta.

You might also like