You are on page 1of 15

PRESENTASI KASUS POLI

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

DERMATITIS ASTEATOTIK

Pembimbing:
dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK

Disusun oleh:
Tressa Sugihharti G4A016116

SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2018
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
DERMATITIS KONTAK IRITAN DENGAN INFEKSI SEKUNDER

Oleh:
Tressa Sugihharti
G4A016116

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu tugas di
bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.

Purwokerto, Maret 2018


Pembimbing:

dr. Ismiralda Oke P., Sp.KK


NIP. 19790622 201012 2 001

2
I. LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 63 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Purwokerto
Tanggal pemeriksaan : Rabu, 14 Maret 2018
Metode Pemeriksaan : Autoanamnesis dan aloanamnesis

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Gatal pada seluruh tubuh
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh sejak 3
bulan yang lalu. Rasa gatal ini awalnya dirasakan pada bagian kaki
yang dirasa kering kemudian menyebar ke seluruh tubuh, dirasakan
hilang timbul, dan semakin memberat dan mengganggu aktivitas
terutama jika suhu terlalu dingin atau panas. Gatal dirasakan membaik
jika pasien menggunakan bedak herosin, namun belakangan bedak
tersebut kurang mampu mengurangi rasa gatal yang dirasa. Selain
gatal, pasien juga mengeluhkan kulit nampak dan terasa sangat kering.
Saat diperiksa, pasien dalam pengobatan untuk MDS yang
dideritanya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit serupa disangkal
b. Riwayat asma, rhinitis alergi, alergi makanan, obat atau udara
disangkal
c. Riwayat penyakit DM disangkal

3
d. Riwayat hipertensi disangkal
e. Riwayat pengobatan: pasien belum memeriksakan keluhannya
sebelumnya, saat ini pasien dalam pengobatan untuk
myelodysplastic syndrome
f. Riwayat imunisasi: pasien lupa mengenai riwayat imunisasi
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat penyakit serupa disangkal
b. Riwayat asma, rhinitis alergi, alergi makanan maupun obat
disangkal
c. Riwayat penyakit DM disangkal
d. Riwayat penyakit hipertensi disangkal
5. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien merupakan merupakan seorang ibu rumah tangga.
Sehari-hari pasien biasanya mandi 2 kali sehari menggunakan sabun
mandi batangan dan tidak menggunakan pelembab sesudahnya.
Keluhan ataupun penyakit serupa pada keluarga maupun tetangganya
disangkal.

C. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak anemis
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : TD : 100/60 mmHg
Nadi : 80 x/m
Pernafasan : 20 x/m
Suhu : 36.7 C
Antopometri : BB : 54 kg
TB : 150 cm
IMT : 24.0 m2/kg (normal)
Kepala : Mesochepal, rambut hitam-abu abu distribusi
merata
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

4
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-), discharge (-
)
Telinga : Simetris, sekret (-), discharge (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-),
Tenggorokan : T1 – T1 tenang, tidak hiperemis
Thorax : Simteris. Retraksi (-)
Jantung : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-).
Paru : SD vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, supel, timpani, BU (+) normal
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas Superior : Akral hangat, edema (-/-), sianosis (-/-)
Ekstremitas Inferior : Akral hangat, edema (-/-), sianosis (-/-)

D. Status Dermatologis
1. Lokasi
Menyebar hampir seluruh tubuh
2. Efloresensi
Makula hiperpigmentasi disertai skuama bersisik

Gambar 1.1 effloresensi pada Gambar 1.2 effloresensi pada


dorsum pedis dextra dorsum manus sinistra

5
Gambar 1.3 effloresensi pada Gambar 1.4 effloresensi pada
abdomen dextra regio dorsum

E. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

F. Resume
Pasien perempuan usia 63 tahun mengeluhkan gatal di seluruh tubuh
sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien merasa kakinya terasa kering
kemudian menjadi gatal yang lama kelamaan terasa di seluruh tubuh.
dirasakan hilang timbul, dan semakin memberat dan mengganggu aktivitas
terutama jika suhu terlalu dingin atau panas. Gatal dirasakan membaik jika
pasien menggunakan bedak herosin, namun belakangan bedak tersebut
kurang mampu mengurangi rasa gatal yang dirasa. Selain gatal, pasien juga
mengeluhkan kulit nampak dan terasa sangat kering.
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi dan menyangkal keluhan
serupa sebelumnya. Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang
tinggal bersama suami, anak, dan cucunya di kawasan cukup padat
penduduk di Purwokerto namun pasien menyangkal adanya anggota
keluarga maupun tetangga yang memiliki keluhan serupa. Saat diperiksa,
pasien merupakan pasien penyakit dalam yang sedang dalam pengobatan
untuk myelodysplastic syndrome yang dideritanya. Pada pemeriksaan fisik,
pasien tampak anemis namun IMT pasien masuk dalam kategori normal

6
(BB 54 kg, TB 150 cm, IMT 24.0). pemeriksaan status lokalis pasien
didapatkan Makula hiperpigmentasi disertai skuama bersisik hampir di
seluruh tubuh. Berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis yang ditemukan
pada pasien, diagnosis pasien adalah dermatitis asteatotik.

G. Diagnosis Kerja
Dermatitis Asteatotik

H. Diagnosis Banding
1. Dermatitis kontak alergi
2. Dermatitis kontak iritan
3. Dermatitis statis

I. Tatalaksana

1. Non Farmakologi
a. Edukasi tentang dermatitis asteatotik, penyebab, dan cara
pengobatannya.
b. Menjaga kelembapan kulit agar tidak kering
c. Anjuran untuk tidak menggaruk untuk mencegah infeksi sekunder.
d. Istirahat yang cukup
e. Hindari stress psikologis
f. Menjaga kebersihan kulit
2. Farmakologi
a. Asam salisilat 1%
b. Cetirizine 1x1 tab
J. Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungsionam : bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Quo ad kosmeticum : bonam

7
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Dermatitis asteatotik disebut juga sebagai xerosis = eczema craquele =
winter itch. Gambaran klinisnya karakteristik ditandai oleh skuama halus, kering
dan kulit yang pecah-pecah, yang dapat mengalami inflamasi dan menjadi
kemerahan. Kelainan umumnya terjadi di tungkai bawah. Dermatitis asteatotik
lebih sering dijumpai pada wanita usia pertengahan ke atas. Penyakit ini
merupakan hasil dari kerusakan barier kulit yang berhubungan dengan usia, iklim,
dan kebiasaan mandi, yang menyebabkan disfungsi kelenjar sebasea dan keringat,
dan peningkatan kehilangan cairan transepidermal (Kabulrahman, 2003; Zhou,
2015).

B. Epidemiologi
Kebanyakan pasien mengalami keluhan tersebut di musim dingin,
terutama di daerah yang kelembabannya menurun seperti di dalam ruangan
dengan penghangat ruangan. Frekuensi dermatitis asteatotik meningkat di
Amerika Utara, terutama selama musim dingin. Meskipun kebanyakan kasus
sembuh tanpa efek penyakit, dermatitis asteatotic dapat menjadi kronis yang
sering dengan relapses selama musim dingin dan kelembaban rendah. Kejadian
ermatitis asteatotik pada pria lebih dari 60 tahun meningkat dan rata-rata pada
pasien adalah 69 tahun. Penyaki ini juga bisa terjadi pada orang yang masih muda.

C. Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan
fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis (Charman,
2010).

Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

8
1. Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen,
asam, basa ), fisik ( sinar matahari, suhu ) misalnya dermatitis
asteatotik, mikroorganisme ( mikroorganisme, jamur).
2. Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.

D. Patogenesis
Pada awalnya, kehilangan kelebihan air dari epidermis mengakibatkan
dehidrasi dari stratum korneum dengan corneocytes. Lapisan luar keratin
membutuhkan konsentrasi air 10-20% untuk mempertahankan integritas
mereka. Penurunan yang signifikan dalam asam lemak bebas dalam lapisan
tanduk ada pada orang dengan asteatotic dermatitis. Stratum korneum memiliki
lipid yang bertindak sebagai Modulator air, dan hilangnya lipid kulit ini dapat
meningkatkan kehilangan air transepidermal 75 kali dari kulit yang sehat. Pada
usia lanjut dengan penurunan sebasea dan aktivitas kelenjar keringat, pasien
dalam terapi anti androgen, orang yang menggunakan degreasing agen
beresiko untuk dermatitis asteatotik (Cork, 2009).

Ketika stratum korneum kehilangan air, sel-sel menyusut. Penurunan


volume selular secara signifikan dapat menyebabkan stres elastisitas kulit,
membuat celah (fisura). Edema pada dermis menyebabkan peregangan
tambahan pada epidermis atasnya. Pecahnya fisura kapiler dermal, yang
menyebabkan pendarahan klinis. Gangguan integritas kulit dapat menyebabkan
peradangan dengan risiko infeksi. Penyerapan transepidermal dari alergen dan
iritan meningkat sebagai kerusakan epidermis, meningkatkan kerentanan
terhadap dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan. Dermatitis
kontak alergi dan dermatitis kontak iritan dapat menyebabkan dermatitis
persisten dan mungkin lebih luas meskipun mendapatkan terapi. Selain itu,
kelembaban rendah lingkungan berkontribusi untuk terjadinya xerosis,
menciptakan sebuah gambar klinis dermatitis asteatotic dalam beberapa kondisi
dermatologi, seperti dermatitis atopik (Cork, 2009).

E. Gambaran Klinis

9
Ditandai oleh skuama halus, kering dan kulit pecah-pecah, yang dapat
mengalami inflamasi dan menjadi kemerahan. Kelainan tersebut umumnya
terjadi di tungkai bawah (Buttaro, 2013).

F. Diagnosis
1. Anamnesis
Tanyakan faktor-faktor yang penting yang berhubungan dengan
penyakit seperti (Day I, 2008):
a. Frekuensi mandi, jenis sabun atau pembersih yang digunakan
b. Jenis krim pelembut kulit yang digunakan, metode dan frekuensi
pemakaian
c. Diet
d. Medikasi
e. Jenis pakaian yang dipakai (wol dapat menyebabkan iritasi)
f. Suhu lingkungan
Jika erupsi terus berlanjut meskipun sudah diterapi, perubahan perilaku
dan kepatuhan pengobatan, dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak
iritan dan keganasan internal mungkin perlu diselidiki.
2. Pemeriksaan Fisik
Lesi primer berupa skuama yang kering dan halus, kulit retak atau
pecah-pecah kelihatan seperti susunan genteng (crazy paving). Fisura-
fisura tersebut dapat menjadi merah dan meradang. Lokasi yang sering
yaitu melibatkan daerah pretibial, tetapi juga dapat terjadi pada paha,
tangan, dan tubuh. Muka dan bagian lipatan yang lembab jarang terkena
(Wolina, 2007).

10
Gambar 2.1 Crazy paving

Lesi sekunder berupa ekskoriasi, eritematosa, edematous patches


mungkin akibat dari menggosok atau menggaruk. Terdapat juga
pendarahan celah sekunder akibat gangguan kapiler dermal, yang dimulai
dari celah-celah yang dangkal di epidermis (Wolina, 2007).

Gambar 2.2 Dermatitis asteatotik

G. Diagnosis banding
a. Dermatitis kontak alergi
b. Dermatitis kontak iritan
c. Dermatitis statis

H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Steroid topikal dapat diberikan selama 24-48 jam untuk mengurangi
gejala. Antihistamin per oral juga dapat diberikan untuk mengurangi rasa
gatal pada pasien (AOCD, 2017).
2. Nonmedikamentosa:
Aplikasi emolien/lotion yang berbahan dasar petrolatum atau dengan
kombinasi steroid dalam bentuk bebat khusus (unna’s boot) (Anderson,
2017).

11
3. Edukasi dan Pencegahan
a. Menjelaskan tentang penyakit dermatitis asteatotik, berserta factor
pencetus dan pengobatan yang dilakukan
b. Jangan menggaruk luka atau daerah kulit yang gatal. Kuku pasien
harus selalu dalam keadaan pendek. Gunakan sarung tangan saat tidur
malam hari.
c. Gunakan sabun bayi tanpa pewangi (perfume/fragrance-free) dan air
dingin saat mandi, dan menghindari mandi dengan air panas/hangat
ataupun menggunakan sabun berbahan kimia keras yang dapat
menyebabkan kulit menjadi lebih kering
d. Jaga kelembaban dan mencegah kulit kering dengan menggunakan
pelembab tubuh atau emolien, terutama beberapa saat setelah mandi
e. Gunakan pakaian yang ringan dan tidak ketat sehingga tidak
mengiritasi yang dapat menyebabkan gatal.
f. Memakai pelembab ruangan (humdifier) saat cuaca sedang
panas/kering (AOCD, 2017; Anderson, 2017).
I. Prognosis
Asteatotic eczema berespon baik terhadap terapi. Namun apabila faktor
penyebab tidak dieliminasi maka kemungkinan untuk kambuh kembali akan
tinggi. Walaupun kebanyakan kasus asteatotic eczema dapat sembuh, namun
beberapa kasus dapat menjadi kronik dengan kekambuhan yang sering pada
musim dingin dan pada saat berada di lokasi dengan tingkat kelembaban yang
rendah (Anderson, 2017).

12
III. PEMBAHASAN

Pasien seorang perempuan berusia lebih dari 60 tahun datang dengan keluhan
gatal seluruh tubuh sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Rasa gatal awalnya
dirasakan pada kaki yang terasa kering lalu menyebar ke seluruh tubuh, hilang
timbul dan semakin memberat jika suhu terlalu dingin atau panas. Pasien merasa
gatal membaik jika diberi bedak herosin, namun belakangan pasien merasa bedak
tersebut sudah tidak mengurangi gatal yang dirasakan. Pasien juga memiliki
Myelodysplastic syndrome yang sedang menjalani pengobatan.
Keluhan sama sebelumnya pasien sangkal, dan dalam keluarga tidak ada
riwayat penyakit kulit yang sama. Pasien sehari hari terbiasa mandi 2 kali sehari
dengan menggunakan sabun batang dari warung dan tidak memiliki kebiasaan
memakai lotion/emolien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status dermatologis
berupa makula hiperpigmentasi disertai skuama bersisik hampir di seluruh tubuh.
Pasien didiagnosis sebagai dermatitis asteatotik, ditinjau dari anamnesis
pasien mengeluhkan gatal yang disertai kulit kering, bersisik, dan mengelupas
dengan predileksi terutama pada kedua ekstremitas bawah. Dari kebiasaan mandi,
pasien biasa mandi dengan menggunakan sabun batang dan tidak pernah memakai
lotion/emolien. Kemudian dari pemeriksaan fisik didapatkan kulit yang kering
disertai sisik pada kedua ekstremitas. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
didapat sesuai dengan dermatitis asteatotik.

13
III. KESIMPULAN

1. Asteatotic Eczema merupakan dermatitis yang timbul pada kulit yang sangat
kering. Penyakit kulit ini sering dijumpai dengan karakteristik kulit kering,
gatal, eritema, mengelupas, dan lesi kulit lainnya
2. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki diatas 60 tahun menderita asteatotic
eczema lebih sering dari pada wanita.
3. Orang tua dengan penurunan aktivitas kelejar keringat dan sebasea, pasien
dalam terapi antiandrogen, orang yang memakai degreasing agent, dan orang
yang mandi tanpa mengganti pelembab alami kulit yang hilang akibat mandi
beresiko untuk menderita asteatotic eczema.
4. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan kulit yang sedikit bersisik, meradang,
dan terdapat fisura yang sering melibatkan daerah pretibial, namun dapat juga
muncul pada daerah paha, tangan, dan badan dengan gambaran crazy paving.
5. Diagnosis banding yang biasanya mendekati adalah dermatitis kontak alergi
dan dermatitis kontak iritan.
6. Pengobatan pasien asteatotic eczema sebaiknya disarankan untuk
menggunakan emolien atau pelembab. Beberapa pasien juga dapat pulih
dengan penggunaan steroid topikal.

14
DAFTAR PUSTAKA
Akimoto K, Yoshikawa N, Higaki Y. 2003. Quantitative analysis of stratum
corneum lipid in xerosis and asteatotic eczema. J Dermatol. 20(1) : 1-6

Anderson CK. 2015. Asteatotic Eczema. Available at http://emedicine.medscape.


com/article/1124528-overview. Diakses pada 16 Desember 2016

Buttaro TM, Trybublski J, Bailey P, Cook J. 2013. Primary Care : A


Collaborative Practice. Missoury : Elsevier

Charman RC, William HC. Epidemiology of Dermatitis. Dalam: Leung DYM,


Bieber Thomas editors. Dermatitis. USA: Marcel Dekker; 2010. h. 21-36.

Cork MJ, Danby S. 2009. Skin barrier breakdown : arenaissance in emollient


therapy. Br J Nurs. 18(14) : 872-877

Day I, Lin AN. 2008. Use of primecrolimus cream in disorders other than atopic
dermatitis. J Cutan Med Surg. 12(1) : 17-26

Djuanda S. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta : FKUI.

Kabulrahman. Penyakit Kulit Alergi. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas


Diponegoro; 2003. h.10-12.

Wolina U. 2007. The role of topical calcineurin inhibitor for skin disease other
than atopic dermatitis. Am J Clin Dermatol. 8(3) : 157-173

Zhou LJ, Lyu ZF. 2015. Asteatotic dermatitis : etiology and pathogenesis.
Zhejiang Da Xue Xue Bao Yi Xue Ban. 44(4) : 465-470

15

You might also like