You are on page 1of 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bivalvia adalah moluska yang hidup di air tawar maupun air laut,

umumnya sebagai microphagous atau suspension feeders. Kelas ini merupakan

kelompok kedua terbesar setelah gastropoda (keong) dari filum moluska. perairan

laut dan sisanya di air tawar (Brusca dan Brusca 1990). Selanjutnya dikatakan

bahwa kelas bivalvia atau hewan berkatup dua ini disebut Pelecypoda (Yunani:

pelecys = kapak; podos=kaki) atau juga dikenal sebagai lamellibranchia. Kelas

bivalvia atau pelecypoda ini kebanyakan hidup dengan membenamkan diri dalam

lumpur maupun pasir, baik pada lingkungan perairan tawar maupun laut.

Beberapa jenis bersifat merayap ataupun melekat pada batu, kayu, mangrove, dan

benda padat lainnya (Brusca dan Brusca 1990).

Bivalvia (oysters, scallops, clams, cochles dan mussels) mempunyai

potensi sumberdaya penting di Indonesia karena pada kenyataannya hampir

semua spesies bivalvia dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan manusia,

meskipun hanya beberapa jenis bernilai ekonomis penting. Mereka adalah dari

jenis kerang- kerangan dan tiram yaitu Pinctada maxima, P. margaritifera,

Mytilus edulis, Crassostrea sp, Anadara sp, dan Perna sp. Beberapa dari jenis

tersebut menghasilkan mutiara yang bernilai jutaan rupiah sedangkan yang

lainnya merupakan sumber protein hewani yang sangat penting, terutama bagi

penduduk yang mendiami daerah pesisir.


2

Di Indo-Pasifik ditemukan kira-kira 17 famili bivalvia yang terdapat di

hutan mangrove, antara lain: Arcidae, Ostridae, Isognomonidae, Anomiidae,

Mytilidae, Corbiculidae, Tellinidae, Solenidae, Cultellidae, Laternulidae,

Lucinidae, Pholadidae, Teredinidae, Asaphidae, Psammobidae, Blancomidae, dan

Veredinidae. Bivalvia ini menyebar di mangrove Avicenia, Rhizophora,

Laguncularia, Conocarpus dan lain-lain ( Morton 1983 ). Diantara semua famili

di atas maka famili Lucinidae dengan spesiesnya A. edentula adalah spesies yang

mendiami areal berlumpur dekat aliran sungai dan estruari serta membenamkan

diri secara berkelompok dalam lumpur. Jika hutan mangrove mendapat tekanan

eksploitasi yang berlebihan, maka habitat dari kerang ini juga akan terganggu.

Spesies ini sering dimanfaatkan masyarakat sekitarnya sebagai sumber

protein hewani. Dari hasil analisis proksimat kerang A. edentula segar diketahui

kandungan gizi kerang ini memiliki komposisi kadar air 86%, protein 10.8%,

lemak 1.6%, abu 0.75% dan karbohidrat 0.6%. Spesies ini dimanfaatkan hanya

bila ikan sulit diperoleh ketika musim timur. Spesies tersebut hidup berkelompok

pada lubang areal dataran lumpur (mudflat) mangrove di intertidal dan subtidal (

Lim et al. 2001) dalam Ng dan Sivasothi (2003) pada kedalaman 28-50 cm dan

menyimpan bakteri pengoksidasi sulfur pada insangnya.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah supaya mahasiswa dapat

mengetahui taksonomi dan morfologi kerang lumpur (Anodontia edentula),

anatomi, distribusi dan habitat, reproduksi, pemanfaatan dan prospek ekonomi

dari pemanfaatan kerang lumpur (Anodontia edentula).


3

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap kerang A.edentula, yang terdapat di perairan

intertidal sekitar hutan mangrove. Lokasi penelitian dibagi atas 3 zona

berdasarkan penyebaran mangrove pada lokasi tersebut. Zona I yaitu bagian

depan mangrove yang berbatasan dengan daerah pasang surut, zona II bagian

tengah hutan mangrove, dan zona III bagian belakang hutan mangrove yang

berbatasan dengan perumahan penduduk.

2.2 Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mengukur parameter ekologis

perairan, parameter biologi dan reproduksi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian A. Edentula

No Parameter Alat Bahan


 Meteran
 Tali
 Hand tally counter
1 Mangrove  Gunting Jenis mangrove
 Kantong plastic
 Label
 Lembaran data
 Kompas
 Petak kuadran
Sebaran dan
 Kantong plastic dan Individu kerang A.
2 kepadatan
tali Edentula
populasi
 Ayakan dan sekop
 Label dan plastik
 Caliper
Struktur populasi Individu kerang A.
3
dan pertumbuhan  Timbangan “digital Edentula
hand balance”
 Timbangan Ohaus  Contoh gonad
Perkembangan  Mikrotom  Formaldehida
4
gonad  Mikroskop 10%
compound  Larutan alcohol
4

 Mikroskop binokuler bertingkat


 Gelas piala  Paraffin
 Botol sampel  Canada balsam
 Kaca objek  Pewarnaan
 Label dengan
 Sel Sedgwick rafter hemotoksilin-
eosin Mayer’s
 Cawan petri
 Pipet
5 Fekunditas Gonad kerang
 Aquades
 Mikroskop binokuler
 Pisau
6 Rasio kelamin  Nampan plastic Gonad kerang
 Mikroskop binokuler
 Botol sampel
 Thermometer
 Refraktometer
Kualitas  pH meter
7 Contoh air
lingkungan  DO meter
 Metode Olsen
 Pengekstrak
MorganWolf
 Sedimen core
 Automatic seaving
8 Habitat substrat Contoh sedimen
shaker
 Oven WTB binder
9 Jenis bakteri Medium agar Contoh kerang
Wadah
10 Kotak kawat ram Contoh kerang
translokasi

2.3 Metode Penelitian

Pengambilan contoh kerang dengan menggunakan metode transek garis

(line transect) dengan interval 10 m dimana penarikan tali transek mulai dari

surut terendah di sepanjang pantai dekat aliran sungai sampai di areal hutan

mangrove (areal intertidal). Pembagian zona dibagi atas dekat dengan mangrove,

jauh dari mangrove ke arah laut dan zona antara. Pengambilan contoh ini

dilakukan pada saat surut dengan cara menyekop substrat yang terdapat di dalam

setiap kuadran pengamatan (ukuran 1 x 1 m2) sampai pada kedalaman 20 cm


5

lalu dilanjutkan dengan tangan hingga kedalaman 50 cm untuk mencegah

kerusakan pada kulit kerang yang rapuh. Pengambilan contoh ini dilakukan

sebulan sekali selama 13 bulan (mewakili 2 musim, yaitu Timur dan Barat).

Spesimen A.edentula yang diperoleh dimasukkan dalam wadah berupa

ember plastik, sebagian dimasukkan ke kantong plastik dan diawetkan dengan

formalin 10%, dan diberi label. Semua individu A.edentula yang didapat

dihitung jumlahnya dan diukur panjang, lebar dan tebal, serta ditimbang

beratnya. Jumlah individu yang didapat untuk melihat sebaran horisontal,

kepadatan, kelimpahan, dan pergeseran modus. Untuk itu dilakukan pengukuran

morfometriknya dimana panjang cangkang diukur dari ujung anterior sampai

ujung posterior memakai caliper dengan ketelitian 1.00 mm serta ditimbang

beratnya menggunakan timbangan digital Ohaus Precision Plus dengan ketelitian

0.001 gr. Setiap pengukuran tanpa pemulihan (sampling without replacement)

dilakukan terhadap parameter populasi.

Sebagian contoh kerang yang hampir seragam ukurannya diambil untuk

ditranslokasikan (transplantasi ke daerah sekitarnya) untuk melihat parameter

populasi (pertambahan panjang, berat dan produksi kerang).


6

BAB III

ISI

3.1 Taksonomi dan Morfologi

Menurut Poutiers (1998) diacu dalam Carpenter dan Niem (1998) kerang

A.edentula, digolongkan sebagai berikut:

Filum: Moluska

Kelas : Bivalvia

Ordo : Eulamellibranchia

Super famili : Lucinacea

Famili : Lucinidae

Genus : Anodontia

Spesies : Anodontia edentula

Sedangkan Brusca dan Brusca (1990) memasukkan spesies ini ke dalam

famili Unionoidae. Sinonim yang sering digunakan atau salah identifikasi dari

spesies ini adalah Anodontia hawaiiensis (Dall et al. 1938 ); Cryptodon eutornus

(Tomlin 1921); C. globulosum (Forskal 1775); Lucina edentula (Linnaeus

1758); L. ovum atau Anodontia pila (Reeve 1850), semuanya diacu dalam

Carpenter dan Niem (1998).

Spesies A.edentula ini dikenal dengan nama “toothless lucine”. Bentuk

cangkangnya hampir sirkular, trapezoidal (segi empat dengan dua sisi sejalan),

tipis, kuat dan agak terkompres (Dance 1976; Arnold dan Birtles 1987).

Cangkangnya berkatup, lenticular dan hampir bulat sampai ke bagian

subtrapezoidal, namun bagian samping mengalami pengecilan. Umbo kecil dan

pendek. Lunule kecil, sering mengalami perubahan dan asimetris. Cangkang


7

bagian luar konsentris atau membentuk lingkaran. Periostracum kadang-kadang

bersisik. Tulang sendi bagian luar dijumpai dalam jumlah banyak, tetapi

punggung bagian belakang kurang tampak, karena terbenam dalam alur-alur dari

punggung bagian belakang. Engsel terdapat pada bagian anterior dan posterior,

gigi lateral samping berada dalam katup.

Ciri-ciri diagnostik dari spesies A.edentula adalah: cangkang umumnya

tipis dan bulat pada bagian luar, sangat cembung (very inflated), bulat (globose).

Tepi subhorizontal anterodorsal sangat bulat. Tepi posteriodorsal agak cembung

dari garis tengah katup. Lunule flatfish, umumnya besar, agak tertekan

(depressed) mendekati umbo, hampir simetri. Permukaan terluar katup sangat

padat, garis pertumbuhan tidak beraturan. Periostracum tipis, agak tertekan ke

arah permukaan cangkang. Ligamen agak dalam (cekung), membentuk suatu

lekuk miring dari sisi posterodorsal. Hinge (engsel) lemah tanpa gigi. Otot

adductor anterior sangat panjang dan arcuate. Cangkang bagian luar berwarna

putih buram. Bagian bawah cangkang (periostracum) berwarna kekuningan, dan

bagian interior berwarna keputih-putihan.

3.2 Anatomi

Super famili Lucinacea dicirikan dengan cangkang berbentuk bulat

dengan umbo yang terletak ke arah anterior. Semua spesiesnya dikenal

mempunyai cangkang berwarna putih, sering tidak berwarna pada bagian anterior

dan posterior yang berada pada sisi cangkang dimana terletak bukaan (aperture)

inhalent dan ekshalent. Pertautan kedua keping cangkang dihubungkan oleh

ligamen yang juga berfungsi untuk membuka cangkang.

Pada kebanyakan spesies Lucinacea, cangkang berbentuk bulat dan tebal,


8

ada juga yang tipis dan rapuh sehingga mudah patah, tidak tampak lekuk atau

garis-garis pada bagian luar permukaan cangkang. Pada bagian dalam cangkang

terdapat mantel di sisi kiri dan kanan. Mantel berbentuk jaringan tipis dan lebar

yang menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang. Pada tepi mantel

terdapat tiga lipatan yaitu: dalam, tengah, dan luar. Lipatan dalam adalah yang

paling tebal, dan berisi otot radial dan otot melingkar, lipatan tengah mengandung

alat indera, dan lipatan luar adalah sebagai penghasil lapisan cangkang. Di ujung

posterior terdapat dua sifon, yaitu sifon inhalant untuk memasukkan air dan sifon

exhalant untuk mengeluarkan air.

Terdapat otot aduktor (anterior dan posterior) yang berfungsi untuk

menutup cangkang, otot protraktor untuk menjulurkan kaki dan otot retraktor

untuk mengerutkan kaki. Dua otot aduktor pada bagian anterior memanjang,

namun sering diikuti dengan cuping di bagian ventral yang berbentuk lengkung

dan terpisah dari garis pallial, tetapi bukan pallial sinus. Insangnya tergolong

dalam jenis eulamellibranchia dimana terdapat demibranch dalam yang besar,

licin dan bentuknya menyerupai lipatan-lipatan kecil, akan tetapi demibranch

yang lainnya kurang terlihat dengan jelas (Poutiers 1998 diacu dalam Carpenter

dan Niem 1998). Kaki sangat panjang dengan ujung yang membesar. Umumnya

famili ini mempunyai dua gigi kardinal dan tidak mempunyai pallial sinus

(Dharma 1988 dan 1992). Terdapat mantel dengan sebuah dinding antero ventral

yang terbuka lebar serta sebuah lubang pernapasan pada bagian belakang

punggung (posterodorsal) serta sebuah lubang pernapasan di bagian ventral yang

berbentuk bulat. Bagian pinggir garis pallial, bukaan papila sering ditemukan

adanya alat tambahan pada penutup insang di bagian depan perut (antero ventral).
9

Gambar dibawah ini menyajikan anatomi dari Famili Lucinidae secara umum:

Gambar 1. Anatomi dari Loripes lucinnalis (Fam:Lucinidae); CM= catch muscle,

F=foot, IL= inner demibranch, L=ligamen, P=palp, QM=quick muscle, R= rectum

(Allen, 1958).

3.3 Distribusi dan Habitat

Sebaran geografi dari spesies ini menurut Poutiers (1998) diacu dalam

Carpenter dan Niem (1998), menyebar luas di Indo-Pasifik Barat, mulai dari

Timur dan Selatan Afrika, termasuk Madagaskar dan Laut Merah, sampai ke

Polinesia bagian Timur; dari Utara sampai Selatan Jepang dan Hawaii, juga

Philipina (de la Rosa 2004) dan dari Selatan sampai New South Wales. Indonesia,

khususnya Maluku (Ambon) termasuk dalam peta penyebaran spesies ini.

Famili Lucinidae mempunyai habitat mulai dari pasir kasar sampai lumpur

halus (Allen 1958). Spesies A.edentula merupakan salah satu famili lucinidae

menggali lubang pada daerah pantai berlumpur (mudflat) di zona intertidal sampai

subtidal (Lim et al. 2001 diacu dalam Ng dan Sivatoshi 2003). Spesies tersebut

mendiami dasar berlumpur (muddy bottoms) sekitar estuari pada daerah hutan

mangrove, dan sering menguburkan diri di bawah permukaan substrat (Sotto dan

Gosel, 1982), pada kedalaman 20–50 cm di daerah hutan mangrove (Lebata 2000
10

dan 2001). Hidupnya pada kondisi anoksid dengan sulfida dari sedimen tereduksi

(Lebata 2001). Dengan adanya pigmen respirasi haemoglobin membuat famili

Lucinidae hidup pada habitat yang rendah konsentrasi oksigennya (Poutiers 1998

diacu dalam Carpenter dan Niem 1998). Simbiotik kemotropik oksidasi sulfur

dari bakteria yang berada pada insang yang tipis membuat konstribusi substansial

pada nutrisinya. Hasil penelitian dari Latale (2003) menemukan bahwa spesies ini

mendiami subtrat bersedimen pasir sangat kasar (very coarse sand) sampai lumpur

(silt atau clay), dan umumnya didominasi oleh pasir kasar (coarse sand) dan pasir

ukuran sedang (medium sand), dan mempunyai nilai porositas antara 41.71% -

55.58%.

3.4 Reproduksi

Sistem reproduksi pada bivalvia bervariasi, bergantung pada spesies

tersebut. Berdasarkan pemisahan alat kelamin maka sistem reproduksi bivalvia di

kelompokkan atas dua macam, yaitu :

1. Gonochorists atau dioeceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah pada

individu yang berbeda.

2. Hermaphrodites (hermaprodit) yaitu alat kelamin jantan dan

betina terdapat pada individu yang sama.

Anatomi dari kedua sistem reproduksi ini berbeda, ada yang berhubungan

dan berdekatan dengan ginjal ada juga yang terpisah. Dari anatomi ini terlihat ada

yang mempunyai gonoduct yang sama untuk jantan dan betina tetapi ada juga

yang terpisah. Gambar berikut menunjukkan skema dari sistem reproduksi

gonochorist dan hermaprodites pada beberapa spesies bivalvia.


11

Gambar 2. Skema sistem reproduksi dioeceus pada bivalvia; A) gamet disalurkan

melalui pericardium, seperti pada leluhur bivalvia; B) gamet disalurkan melalui

usus/ginjal dekat saluran renopericardial, seperti pada Yoldia; C) gamet

disalurkan melalui nepridiophore, seperti pada Mytilus, atau pada ruang papilla

seperti pada Phylobrya munita; D) gamet disalurkan melalui saluran/ perangkat

yang terpisah, seperti pada Unionidae. Hanya ginjal dan gonad sebelah kanan

yang diperlihatkan (Tompa et al. 1984).

Gonad yang mengatur sistem reproduksi terletak dekat permukaan tubuh

diantara ventrikula sebelah atas dan epitel sebelah luar. Gonad yang telah matang

memiliki jaringan-jaringan canalis genitalis yang halus dan terlihat di permukaan

tubuh karena pada saat itu permukaan tubuh menjadi tipis. Semakin mendekati

ductus (saluran ova atau sperma) yang lebar, diameter canalis semakin membesar.

Organ seks betina adalah ovari sedangkan jantan adalah testis. Produksi kelenjar

kelamin disalurkan keluar melalui saluran-saluran kelamin. Penentuan jenis

kelamin sulit ditentukan secara eksternal maupun internal, sebab gonad jantan dan

betina mempunyai warna yang sama yaitu krem (Cahn 1949).

Secara umum anatomi sistem reproduksi jantan dan betina dari bivalvia

gonochorist (dioecious) sangat mirip, biasanya gonad sepasang dan terletak


12

berdekatan dengan saluran pencernaan. Saluran reproduksi pada bivalvia

dioecious hanya untuk menyalurkan gamet-gamet ke saluran exhalant. Pada

beberapa bivalvia hermaprodite telur dan sperma dihasilkan pada bagian gonad

yang berbeda namun mempunyai gonoduct yang sama. Sistem reproduksi juga

berhubungan erat dengan sistem pencernaan. Pada bivalvia lamellibranchia

dioecious, gonad biasanya terdapat di antara bagian yang berkaitan dengan usus

(intestinal loop) di bagian basal kaki atau terjalin diantara lambung, usus dan

kelenjar pencernaan.. Pada beberapa spesies, gonad menyelubungi kelenjar

pencernaan.

Gambar 3. Skema sistem reproduksi hermaphrodite pada bivalvia; A= Gonoduct

(saluran gamet) yang kurang tampak terletak pada bagian dorsal dari ginjal/usus (

gonoduct mungkin saja tidak ada), seperti pada Pecten; B= sex jantan dan betina

memiliki saluran gamet yang sama dan berhubungan/terbuka kearah ventral pada

bagian ujung dari ginjal, seperti pada Teredo sp; C= sex jantan dan betina

memiliki saluran gamet yang behubungan dengan saluran dekat nepridiophore,

juga pada papilla, seperti pada Cardium serratum dan Sphaerium spp; D= Sex

jantan dan betina memiliki saluran gamet yang terpisah dari nepridiophore, seperti

pada Unionidae; E= Gonad terpisah tapi saluran gamet sex jantan dan betina

bergabung dan berhubungan pada bagian anterior dari nepridiophore, seperti pada
13

Pandora dan Silenia; F=sex jantan dan bertina terpisah sistem/salurannya, saluran

jantan berada pada bagian anterior/atas dari betina dan keduanya berada pada

bagian anterior dari nepridiophore, seperti pada Entodesma sp. Hanya ginjal dan

gonad bagian kanan yang diperlihatkan. (Tompa et al. 1984).

3.5 Pemanfaatan

Kerang adalah salah satu makanan laut yang banyak ditemukan dipasaran

(termasuk kerang hijau, kerang bambu, kerang dara, dsb) dan termasuk hidangan

yang banyak dipesan direstoran. Selain dikenal akan kelezatannya, para ahli Gizi

juga menyatakan bahwa kerang merupakan makanan yang bernutrisi tinggi.

Dalam 100 gram kerang mengandung protein tinggi asam amino, yang mudah

dicerna karena hanya sedikit jaringan ikat. Kerang juga mengandung asam lemak

omega 3 rantai panjang yang baik bagi kesehatan jantung, walaupun dalam

jumlah yang lebih rendah daripada ikan salmon, tuna, makerel, dll.

Kerang sebenarnya rendah lemak dan kalori, yaitu sepuluh kerang hanya

mengandung kurang dari 100 kalori dan hanya 0.2g lemak jenuh. Kerang juga

merupakan sumber mineral yang baik , yaitu tembaga, yodium dan zinc, serta

mengandung zat besi dan selenium. Kebanyakan jenis kerang juga menyediakan

kalium sebanyak 10 persen dari jumlah asupan yang disarankan untuk setiap

100gramnya. Terakhir, kerang ternyata mengandung vitamin A, vitamin E, juga

merupakan sumber vitamin B kompleks yang baik. Baca juga : Manfaat Mineral

bagi tubuh.

Dari hasil analisis proksimat kerang A. edentula segar diketahui

kandungan gizi kerang ini memiliki komposisi kadar air 86%, protein 10.8%,

lemak 1.6%, abu 0.75% dan karbohidrat 0.6%.


14

spesies ini merupakan makanan yang mengandung protein tinggi dan

mempunyai nilai ekonomis sehingga dapat dikembangkan menjadi komoditi

ekspor yang akan menambah devisa bagi negara. Spesies tersebut dikonsumsi

dengan cara direbus dan dibumbui dan hanya dimanfaatkan bila terjadi musim

paceklik dimana ikan sebagai sumber protein hewani sulit diperoleh.

3.6 Prospek Ekonomi

Anodontia edentula mempunyai nilai ekonomis tinggi sehingga dapat

dikembangkan menjadi komoditi ekspor yang akan menambah devisa bagi negara.

Prospek budidaya kerang lumpur dapat dijadikan sebagai peluang bisnis yang

besar khususnya di Indonesia mengingat spesies ini belum terlalu banyak yang

mengetahui padahal Anodontia edentula memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan

kaya akan nutrisi. Masyarakat Indonesia dapat menjadi petani tambak kerang

lumpur sekaligus melestarikan organisme ini.


15

BAB IV

PEMBAHASAN

Kerang A.edentula hidup pada kedalaman 20-50 cm dibawah permukaan akar-

akar mangrove, sehingga untuk mendapatkan kerang tersebut dilakukan dengan cara

menggali (menyuplik) dengan tangan ke sarang-sarang. Kerang A.edentula memiliki

sistem pencernaan yang tereduksi. Dengan bakteri endosimbion pada insangnya, mampu

memproduksi senyawa organik yang dipergunakan untuk nutrisi kerang ini.

Kerang lumpur, Anodontia edentula dari famili lucinidae, hidup pada

daerah pantai berlumpur (mudflat) di zona intertidal sampai subtidal dan hidupnya

berkelompok. Selain itu spesies ini membenamkan diri pada dasar berlumpur

(muddy bottoms) sekitar estuari pada daerah hutan mangrove pada kedalaman 20-

60 cm dan dapat hidup pada kondisi anoxic dengan sedimen mengandung banyak

sulfida.

Spesies A.edentula ini dikenal dengan nama “toothless lucine”. Bentuk

cangkangnya hampir sirkular, trapezoidal (segi empat dengan dua sisi sejalan),

tipis, kuat dan agak terkompres (Dance 1976; Arnold dan Birtles 1987).

Cangkangnya berkatup, lenticular dan hampir bulat sampai ke bagian

subtrapezoidal, namun bagian samping mengalami pengecilan. Umbo kecil dan

pendek. Lunule kecil, sering mengalami perubahan dan asimetris. Cangkang

bagian luar konsentris atau membentuk lingkaran. Periostracum kadang-kadang

bersisik. Tulang sendi bagian luar dijumpai dalam jumlah banyak, tetapi

punggung bagian belakang kurang tampak, karena terbenam dalam alur-alur dari

punggung bagian belakang. Engsel terdapat pada bagian anterior dan posterior,

gigi lateral samping berada dalam katup.

Ciri-ciri diagnostik dari spesies A.edentula adalah: cangkang umumnya


16

tipis dan bulat pada bagian luar, sangat cembung (very inflated), bulat (globose).

Tepi subhorizontal anterodorsal sangat bulat. Tepi posteriodorsal agak cembung

dari garis tengah katup. Lunule flatfish, umumnya besar, agak tertekan (depressed)

mendekati umbo, hampir simetri. Permukaan terluar katup sangat padat, garis

pertumbuhan tidak beraturan. Periostracum tipis, agak tertekan ke arah permukaan

cangkang.

Spesies A. edentula, termasuk hewan infauna yang bersimbiosis dengan

sedimen yang kaya organik dan habitat yang kaya akan hidrogen sulfida dan

kondisi anoksid, makanan diperoleh dengan cara oksidasi sulfida melalui bakteri

endosimbiont pada insang yang berwarna agak gelap Proses tersebut

menghasilkan senyawa organik untuk dimanfaatkan oleh spesies tersebut (Lebata

2000 dan 2001; Lebata dan Primavera 2001; Primavera et al. 2002).
17

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa spesies

kerang lumpur (Anodontia edentula) adalah kelas bivalvia yang memiliki ciri-ciri

cangkang umumnya tipis dan bulat pada bagian luar, sangat cembung (very

inflated), bulat (globose). Terdapat otot aduktor (anterior dan posterior) yang

berfungsi untuk menutup cangkang, otot protraktor untuk menjulurkan kaki dan

otot retraktor untuk mengerutkan kaki. Spesies A. edentula, termasuk hewan

infauna yang bersimbiosis dengan sedimen yang kaya organik dan habitat yang

kaya akan hidrogen sulfida dan kondisi anoksid, makanan diperoleh dengan cara

oksidasi sulfida melalui bakteri endosimbiont pada insang yang berwarna agak

gelap Proses tersebut menghasilkan senyawa organik untuk dimanfaatkan oleh

spesies tersebut.

5.2 Saran

Berdasarkan penjelasan di atas diharapkan kita dapat memaksimalkan

pemanfaatan kerang lumpur karena spesies ini memiliki nilai gizi yang tinggi serta

nilai ekonomis yang tinggi sehingga dapat diekspor untuk menambah devisa

negara. Selain itu diharapkan kita dapat menjaga habitat spesies Anodontia

edentula tetap dalam keadaan yang memungkinkan pertumbuhan spesies tersebut.


18

DAFTAR PUSTAKA

Allen JA. 1958. On the basic form and adaptation to habitat in the Lucinacea

(Eulamellibranchia). Departemen of Zoology, King’s College, University

of Durham. 421- 484p.

Arnold PW, Birtles RA. 1989. Soft sediment marine invertebrate of Asia and

Australia. Course notes from a workshop held at James Cook University.

Australian Institute of Marine Science. Townsville. 272p.

Brusca RC, Brusca GJ. 1990. Invertebrate. Saunderland, Sinauer Assosiciated.

Inc Publishers. New York. 645-769p.

Cahn AR. 1949. Pearl Culture in Japan. Fishery leaflet 357. United

State.Departement of Interior, Fish and Widlife Service, Washington, D.C.

Dance SP. 1976. The Collector’s Encyclopedia of Shells. Carter Nash Cameron

Limited.Italy. 288p.

de la Rosa JS. 2004. Helping the mangrove clam spawn. Bureau of Agriculture

Research. Philippines. Bar Digest. 6(1): 1-2

Dharma B. 1988. Siput dan Kerang (Indonesian Shells). Pt. Sarana Graha. Jakarta.

111 hal.

-----------. 1992. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesia Shells). Pt. Sarana Graha.

Jakarta. 134 hal.


19

Latale SS. 2003. Studi pendahuluan eksplorasi sumberdaya Anodontia edentula

pada perairan pantai desa Passo Teluk Ambon Bagian Dalam (Skripsi).

Fakultas Perikanan Universitas Pattimura. Ambon. 58 hal.

Lebata MJHL. 2000. Elemental Sulphur in the Gills of the Mangrove Mud Clam.

Anodontia edentula (Family Lucinidae). Journal of Shell Shellfish Researh

19(1), 241-245.

Lebata MJHL. 2001. Oxygen, sulphide and nutrient uptake of the mangrove mud

clam Anodontia edentula (Family: Lucinidae). Marine Pollution Bulletin.

11(42), 1133-1138. Elsevier Science Ltd.

Lebata MJHL, Primavera. 2001 Gill Structure, Anatomy and Habitat of Anodontia

edentula :Evidence of endosymbiosis. Journal of Shellfish Researh.

20(3):1273- 1278.

Lim KKP, Murphy HDH, Morgani T, Sivasothi N, Ng PKL, Seong BC, Hugh

T, Tan W, Tan KS, Tan TK. 2001. Animal diversity. In P.K.L.Ng and

N.Sivasothi, 2003 (Eds). A Guide to mangrove of Singapore 1. Singapore

Science Centre.

Morton B. 1983. The Mollusca. Vol 6: Ecology manggrove bivalve. Academic

Press, Inc. Orlando, New York. pp 77-130.

--------------. 1991. Do the bivalvia demonstrate environment specific sexual

strategies? A Hongkong model. J. of Zool 223:131-142.

Poutiers JM. 1998. Bivalves (Acephala, Lamellibranchia, Pelecypoda), pp 123-

362. In Carpenter, K.E and V.H. Niem. 1998. FAO Species Identification
20

guide for Fishery Purposes. The Living Marine resources of the Western

Central Pacific1. Seaweeds, Corals, Bivalves and Gastropods. Rome.

686p.

Primavera JH, Lebata MJHL, Gustilo LF, Altamirano JP. 2002. Collection of the

clam Anodontia edentula in mangrove habitats in Panay and Guimaras,

central Philippines. J. Wetland, Mgt. 10 (5). 363-370.

Sotto EB, von Gosel R. 1982. Some comercial bivalves of Cebu Philippines.

Philipp Sci 19:43-101.

Tompa AS, Verdonk NV, van den Biggelaar JAM. 1984. The Mollusca. Vol 7:

Reproduction. Academic Press. 486p.

You might also like