Professional Documents
Culture Documents
Sistem Urinari
KELOMPOK 8 :
DOSEN PEMBIMBING :
dr. Erny Kusdiyah
3. Urine : Cairan yang diekskresi oleh ginjal, disimpan dalam kandung kemih, dan
dikeluarkan melalui uretra[1]
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mekanisme haus
2. Mekanisme berkemih
3. Apa akibat menahan berkemih?
4. Mekanisme menahan berkemih
5. Mekanisme pembentukan urin
6. Apa yang menyebabkan rasa tidak nyaman pada area suprapubik?
7. Faktor yang mempengaruhi warna, bau, dan volume urine. Dan apa saja jenis warna
dari urine?
8. Ciri-ciri urine normal
9. Anatomi, histologi, dan fisiologi dari sistem urinari
10. Apa akibat terganggunya sistem urinari?
11. Cara pemeriksaan Urine
CURAH PENDAPAT(BRAIN STORMING)
1. Mekanisme haus
Jawab :
- Kekurangan cairan di dalam tubuh
- Kebutuhan cairan/energi meningkat
2. Mekanisme berkemih
Jawab :
Saat Vesica urinaria terisi penuh urine akan terdorong keluar
7. Faktor yang mempengaruhi warna, bau, dan volume urine. Dan apa saja jenis warna
dari urine?
Jawab :
Hormon, suhu, konsumsi cairan dan makanan, konsentrasi darah. Warna urine
dipengaruhi oleh proses hidrasi
1. Mekanisme haus
Jawab :
Mekanisme haus dan peranan vasopresin (anti diuretic hormone/ ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypothalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypothalamus
yang menyintesis vasopressin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam
darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. Ikatan vasopressin dengan
resptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane
bagian apeks duktus koligen. Pembentukan aquaporin ini memungkinkan terjadinya
reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urin yang terbentuk di duktus koligen
menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dapat
dipertahankan.
Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypothalamus akibat peningkatan
osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypothalamus sehingga
terbentuk perilaku untuk mengatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.[2]
2. Mekanisme berkemih
Jawab :
Kita dapat melihat bahwa selama kandung kemih terisi, banyak yang menyertai
kontraksi berkemih mulai tampak, seperti diperlihatkan oleh gelombang tajam dengan garis-
garis putus-putus. Keadaan ini disebabkan oleh refleks peregangan yang dimulai oleh
reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih, khususnya oleh reseptor pada uretra
posterior ketika daerah ini mulai terisi urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi.
Sinyal sensorik dari reseptor regangan kandung kemih dihantarkan ke segmen sakral medula
spinalis melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali ke kandung kemih
melalui serat saraf parasimpatis melalui saraf yang sama ini.
Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan “menghilang sendiri”. Artinya,
kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor regangan untuk
menyebabkan peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke kandung kemih dan uretra
posterior yang menimbulkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih lebih lanjut; jadi,
siklus ini berulang dan berulang lagi sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat.
Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang menghilang sendiri
ini mulai melemah dan siklus regeneratif dari refleks miksi ini berhenti, menyebabkan
kandung kemih berelaksasi.
Jadi, refleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari (1) peningkatan
tekanan tekanan yang cepat dan progresif, (2) peningkatan tekanan yang dipertahankan, dan
(3) kembalinya tekanan ke tonus basal kandung kemih. Sekali refleks berkemih terjadi tetapi
tidak berhasil mengosongkan kandung kemih, elemen saraf dari refleks ini biasanya tetap
dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit sampai satu jam atau lebih sebelum refleks
berkemih lainnya terjadi. Karena kadung kemih menjadi semakin terisi, refleks berkemih
menjadi semakin sering terjadi dan kuat.
Sekali refleks berkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga menimbilkan refleks lain,
yang berjalan melalui nervus pudendal ke sfingter eksternus unuk menghambatnya. Jika
inhibisi ini lebih kuat dalam otak daripada sinyal konstrikstor volunter ke sfingter ekterna,
berkemih pun akan terjadi. Jika tidak, berkemih tidak akan terjadi sampai kandung kemih
terisi lagi dan refleks berkemih menjadi semakin kuat.[3]
3. Apa akibat menahan berkemih?
Jawab :
Akan menimbulkan infeksi dan penyakit pada organ urinari[3]
a. Radang pada vesika urinary
Radang kandung kemih (cystitis) merupakan kelainan yang paling sering terjadi
walaupun kandung kemih terkenal resisiter terhadap infeksi .
Faktor – faktor yang mempengaruhi infeksi ialah :
• Obstuksi air kemih
• Trauma akibat instrument misalnya katater
• Trauma akibat pukulan dari laur
• Batu dalam kantung kemih
• Pyelonephiritis
• Pada wanita cystocele juga mempermudah infeksi
• Faktor-faktor lain misalnya kelainan bawaan
Walaupun banyak jenis bakteridan jamur yang dapat ditemukkan pada cystitis,tetapi
masih banyak juga cystitis yang tidak diketahui penyebabnya . oleh karena itu pembagian
cystitis menurut etiplogi kurang disenangi dan biasanya di bagi atas 2 golongan
berdasarkan morfologinya yaitu :
A. Simple cystitis
B. Cytitius dengan berbagai bentuk
Bisa terjadi baik pria maupun wanita tetapi lebih banyak terjadi pada orang tua
Penyebabnya macam – macam misalnya : E.coli, stafilokokus, sterptokokus
,gonokokus,basil-basil garam negative,candida albicans
Tractus urinari dalam keadaan normal bebas kuman kecuali bagian distal urethra
.kuman-kuman yang menyebabkan cystitis paling banyak berasal dari urethra terutama
pada wanita karena uretranya paling pendek.
Selain berasal dari urethra ,kuman-kuman juga dapat berasal dari ginjal,melalui air
kemih atau aliran getah bening dari usus melalui aliran darah /getah bening.
Gejala-gejala cystitis
1. Pollakisuria : frekuensi berkemih bertambah banyak
2. Dysuria : yaitu rasa nyeri dan panas waktu berkemih
3. Rasa nyeri pada daerah suprapubik
4. Gejala sistemik seperti demam,lemah menggigil dll
Gagal ginjal Akut Postrenal Akibat Kelainan Tractus Urinary Bagian Bawah[4]
Berbagai kelainan pada tractus urinary bagian bawah dapat menyumbat seluruh atau
sebagian aliran urin dan oleh karena itu dapat menimbulkan gagal ginjal akut bahkan bila
suplai darah ginjal dan fungsi lainya benar- benar normal ,jika pengeluaran urin menurun
hanya pada salah satu ginjal kontralateral cukup dapat meningkatkan pengeluaran urinya
untuk mempertahankan kadar yang relative normal dari elektrolit dan zat terlarut extra
seluler juga volume ektraseluler normal.pada jenis gagal ginjal seperti ini,fungsi normal
ginjal dapat dipulihkan jika penyebab dasar masalah dikoreksi dalam waktu beberapa
jam.tetapi sumbatan kronis pada tractus urinary ,yang berlangsung beberapa hari bahkan
berminggu –minggu,dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang irreversible
Beberapa penyebab gagal ginjal akut postrenal antara lainsumbatan bilateral
ureter/pelvis renalis yang disebabkan oleh batu besar/gangguan darah,sumbatan kantung
kemih,sumbatan urethra
b. Penyerapan (Absorbsi)
Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari
filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tidak
sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi
ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di
reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan
mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi pergherakan dari
komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur
transeluler, kandungan (substance) dibawa oleh sel dari cairn tubulus melewati epical
membrane plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati
basolateral membrane plasma. Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur
paraseluler bergerakdari vcairan tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur
permeable yang mendempet sel tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler transport
terjadi dari difusi pasif. Di tubulus proksimal terjadi transport Na melalui Na, K pump. Di
kondisi optimal, Na, K, ATPase pump manekan tiga ion Na kedalam cairan interstisial dan
mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi K di
sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar difusi K melalui canal K membuat sel polar. Jadi
interior sel bersifat negative. Pergerakan Na melewati sel apical difasilitasi spesifik
transporters yang berada di membrane. Pergerakan Na melewati transporter ini berpasangan
dengan larutan lainnya dalam satu pimpinan sebagai Na (contransport) atau berlawanan
pimpinan (countertransport). Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui
mekanisme ini (secondary active transport) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat,
dan organic anion. Pengambilan active substansi ini menambah konsentrasi intraseluler dan
membuat substansi melewati membrane plasma basolateral dan kedarah melalui pasif atau
difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi
gradient Na.
d. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam,
2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna
dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang
bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme
antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat. Karbon dioksida dan air
merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat,
lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan.
Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga
kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan,
misalnya sebagai pelarut. Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein,
merupakan zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh.
Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak
menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa
hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong
empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada
tinja dan urin.Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama
dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya
larutnya di dalam air rendah.[5]
7. Faktor yang mempengaruhi warna, bau, dan volume urine. Dan apa saja jenis warna
dari urine?
Jawab :
Volume urin[6]
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis
kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan.
Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang
dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu
disebut poliuri.
Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang
berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula
disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi,
pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan
ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis
menahun. Anuria adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300
ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam
dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila
perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
Warna urin[6]
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat
menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda,
kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan
sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun
makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa
makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua
yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada
dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat.
Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti
hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat.
Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang
sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin.
Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau
sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut
nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat
pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol
penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus,
bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.
Bau urin[6]
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang
abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang
berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol,
bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh
bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang
berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih
umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
Warna Urin[6]
Warna urin tergantung besarnya diuresis, makin besar dieresis maka semakin muda warna
urin
Normal: kuning muda seperti kuning tua → urochrom & urobilin
a) Kuning
- Normal : Urochrom dan urobilin
- Abnormal : bilirubin, obat-obatan dan diagnostika (santonin, PSP, riboflavin (dg
resensi hijau)), permen dan kembang gula
b) Hijau
- Normal : Indikan
- Abnormal : Obat-obatan dan diagnostika (methylen blue, Evan’s blue), serta
kuman-kuman (Ps. Aeruginosa. B. Pyo - cyaneus) , Jaundice, dan Racun phenol
c) Hijau Biru Gelap:
- Peny. Tifus, Cholera dan Methylen Blue
d) Merah
- Normal : Uroerythrin
- Abnormal :Hemoglobinuria, Hematuria, Porfirin, porfobilin, Obat-obatan dan
diagnostika (Santonin, PSP, Amido-pyrin, Congored, BSP), Phenolphtalei, Chyluri, Kuman-
kuman (B. prodigiosus)
e) Seperti susu:
- Normal : Fosfat, urat
- Abnormal : Penyakit purulen dari tract. Urinarius (pus, getah , prostat), Chyluria
(chylus), Zat-zat lemak, Bakteri-bakteri dan protein yang membeku
f) Orange:
- Berhubungan dengan urobilinogen
g) Coklat
- Normal : Urobilin
- Abnormal : Bilirubin, hematin dan porfobilin
h) Coklat tua atau hitam
- Normal : Indikan
- Abnormal : Methemoglobinuria/darah tua, Alkaptonuria, Porphiria, Melamin,
dan Obat-obatan (derivat phenol dan argyrol)
Vaskularisasi Renal
URETER
Bagian-bagian anatomis
1. Ureter Pars Pelvis Renalis
2. Ureter Pars Abdominalis
3. Ureter Pars Pelvica
4. Ureter Pars Intravesika
Vaskularisasi
Aorta
A. Renalis
A. Iliaca Interna
A. Vesicalis Inferior
A. Testicularis (laki-laki)
A. Ovarica(perempuan)
URETHRA merupakan saluran yang dilalui oleh urin dan cairan sperma untuk
diekskresikan keluar dari tubuh , terdiri atas 3 pars yaitu pars prostatika, pars
membranosa, dan pars spongiosa. Pada pria panjangnya 20cm dan pada wanita 3-
4 cm. Urethra pada pria akan melalui glandula prostat, diaphragma urogenital, dan
penis.
2. Ginjal (Medula)
A. Medula Ginjal
Jaringan medula ginjal hanya terdiri atas saluran-saluran yang kurang lebih
berjalan lurus.
Jaringan medula ada yang menjorok masuk ke dalam korteks membentuk
berkas-berkas yang disebut prosesus Ferreini.
Di dalam prosesus Ferreini terdapat sekelompok saluran yang
gambarannya berbeda dari saluran yang ada dalam jaringan korteks.
Jika prosesus Ferreini terpotong melintang biasanya tampak sejumlah
saluran yang lumennya lebih kecil dan dindingnya lebih tipis.
E. Duktus Koligens
Gambarannya mirip tubulus kontortus distal, tetapi dinding epitelnya jauh
lebih jelas, selnya lebih tinggi, dan lebih pucat.
F. Ureter
Tunika mukosanya dilapisi epitel transisional dengan jaringan ikat longgar
yang membentuk lamina propria di bawahnya.
Tunika muskularisnya terdiri atas tiga lapisan jaringan otot polos yaitu:
lapis otot longitudinal (dalam), lapis otot sirkular (tengah), lapis otot
longitudinal (luar).
Tunika adventisianya merupakan jaringan ikat longgar.
G. Kandung Kemih
Tunika mukosanya dilapisi epitel transisional dengan jaringan ikat longgar
yang membentuk lamina propria di bawahnya.
Tunika muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang
tersusun berlapis-lapis yang arahnya tampak tak membentuk aturan
tertentu.
Di antara berkas-berkas otot polos terdapat jaringan ikat longgar.
Tunika adventisia/serosanya terdiri atas jaringan ikat longgar yang
sebagian diliputi peritoneum.
FISIOLOGI SISTEM URINARI[5]
1. GINJAL (REN)
Fungsi ginjal:
A. Regulasi komposisi ion darah
B. Regulasi pH darah
C. Regulasi volume darah
D. Regulasi tekanan darah
E. Pemeliharaan osmolaritas darah (300 mOsm/l)
F. Produksi hormon (calcitriol & erythropoetin)
G. Regulasi tingkat glukosa darah
H. Ekskresi sampah benda asing
2. URINE
A. Karakteristik Urine Normal
• Volume: 1 – 2 liter per hari
• Warna: Kuning atau kuning sawo/ kuning gading (amber), karena urokrom (hasil
pemecahan pigmen empedu) dan urobilin (hasil pemecahan hemoglobin). Urin pekat
berwarna gelap. Diet (misal: bit merah), obat, penyakit, berpengaruh pada warna.
Batu ginjal darah
• Turbiditas: transparan (urine baru); berkabut (dibiarkan)
• Bau: aromatik ringan (baru) amonia (dibiarkan); metilmerkaptan (pada orang
tertentu yang makan asparagus ); bau buah (badan keton pada diabetes mellitus)
• pH: antara 4,6 – 8,0 (rata-rata 6,0). Diet tinggi protein asam; diet tinggi sayuran
basa
• Berat jenis: antara 1,001 – 1,035. Konsentrasi zat terlarut meningkat BJ meningkat
Pemeriksaan mikroskopik:
Untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel lainnya[9]
Learning Issues
Penyakit-Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal adalah salah satu penyebab terpenting dari kematian dan kecacatan di
banyak negara di seluruh dunia. Contohnya, pada tahun 2004, lebih dari 20 juta orang dewasa
di Amerika Serikat diperkirakan mengidap penyakit ginjal kronik.
Penyakit ginjal yang berat dapat dibagi dalam dua kategori umum : (1) gagal ginjal
akut, yaitu, seluruh atau hampir seluruh kerja ginjal tiba-tiba terhenti tetapi pada akhirnya
dapat membaik mendekati fungsi normal, dan (2) gagal ginjal kronik, yaitu ginjal secara
progresif kehilangan fungsi nefronnya satu persatu yang secara bertahap menurunkan
keseluruhan fungsi ginjal. Dalam dua kategori umum ini, terdapat banyak penyakit ginjal
spesifik yang dapat memengaruhi pembuluh darah ginjal, glomerulus, tubulus, interstisium
ginjal, dan bagian traktus urinarius di luar ginjal, meliputi ureter dan vesica urinaria.
Berat bada berlebih (obesitas) merupakan faktor resiko terpenting untuk dua penyebab
utama dari penyakit ginjal stadium akhir – diabetes dan hipertensi. Diabetes tipe II, yang
terkait erat dengan obesitas, ditemukan sebanyak sekitar 90% dari semua kasus diabetes.
Berat badan berlebih juga merupakan penyebab utama hipertensi esensial dan dijumpai
sebanyak 65 sampai 75 persen dari faktor resiko timbulnya hipertensi pada orang dewasa.
Selain menyebabkan kerusakan ginjal melalui diabetes dan hipertensi, obesitas juga dapat
mempunyai efek tambahan atau sinergis untuk memperburuk fungsi ginjal pada pasien
dengan penyakit ginjal yang sudah ada sebelumnya.
b,Uji pengenceran
untuk menguji fungsi tubulus ginjal dalam menjaga homeostatis dengan mengeluarkan air
yang sengaja diberikan dalam jumlah berlebihan.
c.pemerikasaan clearance
untuk mengukure kadar zat yang ekskresikan dibandingkan kadar zat tersebut dalam plasma
terhadap volume urin.
d.PSP tes
untuk mengetahui fungsi sekresi tubulus.
e.Pemerikasaan laboratoris
Urinalisa
Pemeriksaan hematologic
Pemeriksaan faal
Pemeriksaan mikrobiologik
Pemeriksaan seroimunulogik.
Pemeriksaan Urin Rutin
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang
dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi
dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
Pemeriksaan Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran
volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif
suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan.
Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk
menentukan gangguan faal ginjal.
1. Volume Urin
2. Warna Urin, dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning
tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya.
Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun
makanan. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang
disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan
porphyrin.
3. Berat jenis urin, sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Makin pekat
urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat
ginjal.
4. Bau urin, Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap.
Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi
pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet.
5. pH urin, pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada
infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Infeksi oleh
Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan
kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan
urin bersifat basa.
Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen
urin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X)
yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa
objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.
1. Eritrosit atau leukosit
2. Silinder
3. Kristal
4. Epitel
Pemeriksaan Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang
lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita.
Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini
dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen
dan nitrit.
1. Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain
itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan
cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor
selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-
obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan
dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl,
sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa
dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu
pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi
40 mg/dl.
Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena
peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk
mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing,
phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal
yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.
2. Benda- benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi
butirat.
3. Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan
bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua.
5. Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal
kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin.
Hasil negatif palsu terjadi bila urin mengandung vitamin C melebihi 25 mg/dl dan
konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03 mg/dl.
Interpretasi hasil reduksi pada urine
Reduksi urine Keterangan
- Urine normal, tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan
dan agak keruh
+(1+) 0,5-1% glukosa, hijau kekuning-kuningan dan keruh
++(2+) 1-1,5 % glukosa, kuning keruh
+++(3+) 2-3,5 % glukosa, jingga atau warna lumpur keruh
++++(4+) >3,5% glukosa, merah keruh
SINTESIS
Anatomy system urinary
1. Ren (ginjal)
2. Vesika urinary
Berupa kantong yang terdiri dari otot detrusor.
Sebagai tempat penyimpanan urin sementara
Saat kosong berbentuk seperti segitiga terbalik,saat penuh berbentuk ovale.
Dapat menampung setengah sampai 1 liter urin.
3. Uretra
Merupakan penghubung dengan dunia luar
Memiliki 2 spincther: spincter uretra interna dan eksterna
Pada wanita berfungsi untuk system urinary dan pada pria berfungsi untuk
system urinary dan reproduksi
Pada wanita panjangnya 3-5 cm pada pria panjngnya 18-20 cm
Nephron
- Unit filtrasi ren
- Jumlah 1 – 4 juta tiap ren
- Panjang 30 – 40 mm
- Tiap nephron terdiri dari :
1. Kapsula bowman’s bentuk spheris, menutupi glomerulus. Kaps.bowman’s +
glomerulus disebut renal korpuculum / malphigian corpuscle.
2. Tubulus kontortus proksimal
3. Loop’s of henle ( tipis/ tebal )
4. Tubulus kontortus distalis
Renal corpusculum
- Pada labirynth kortek :Terdiri dari glomerulus dan kapsulabowman’s.
- Kaps.bowman’s : terdiri dari lapisan visceral dan parietal yang akan menerima cairan
filtrasi.
- Ada dua kutub :
a.Vaskulerpada tempat a.afferen dan efferen keluar.
b.Urinarius –pangkal tubulus proksimal
- Arteriole afferen masuk renal korpusculum 2 – 5 cabang membentuk anyaman
kapiler
- ( glomerulus )..
- Tekanan hydrostatik dalam kapilerglomerulus diatur oleh a.efferen sebabbanyak
otot polos sehingga dapat kontraksiuntuk mengatur besar kecil lumen.Sel otot
polos pada a.afferen lebihberfungsi mengeksresi renin.
Ansa henle
a. Segmen tipis
Penampang 15 U , epithel datar,selapis , sitoplasma jelas ,inti menonjol kearah
lumen.
Peralihan epithel kolumner /kuboid menjadi squamus simplek seringmendadak.
peralihan ini terjadi pada daerahsub cortikal medulla.Korpusculum dekat medulla
punya segmen yang lebih panjang dariyang dekat daerah kapsul.
b. Segmen tebal
Panjang kurang lebih 9 mm , penampang 30 UDilapisi sel kuboidal selapis.Struktur
histologi sama dengan tubulus convultus distalis.Segmen naik kearah kortek
melingkarikutub vaskuler glomerulus menuju tubulus konvultus distalis.
Tubulus kontortus distal
Mulai dari kutub vaskuler melanjutkandiri sebagi cabang tubulus collagen (Collecting
tubule )Panjang lebih kurang 4 ½ mm ,penampang 22 – 50 U .Dinding
irregularEpithel kuboidal dengan sitoplasmaGranuler.Pada daerah kortek
dapatmengadakan Kontak dengan kutub vaskuler glomerulus pada daerah kontak ini
tubulus distalisdan a.afferen sama sama mengadakanmodifikasi disebut makula densa
,danberhubungan dengan juxta glomerular( epithel sel arterile afferen ).
2. Ureter
Dinding terdiri dari tiga lapis
1. Lapisan mukosa
Epithel transtitional , dengan tebal
bervariasi tergantung ketegangan.Pada
keadaan kollaps sel lapisanbasal
berbentuk kuboidal
hampirkolumner.Lapisan permukaan
terdiri dari selkuboidal dengan sitoplasma
jelas.sering kali mengandung beberapanukleus.Dibawah epth.terdapat stroma jaringan
fibrous yang mengandung elasticfibril dan kaya dengan sel.Jaringan lymphatik sering
tersebarterutama pada daerah pelvis.
2. Lapisan muskularis
Bagian dalam tersusun oleh ototlongitudinal , bagian luar sirkuler.Pada bagian
bawahureter ototlongitudinal bertambah.
3. Lapisan fibrosa
Terdiri dari jaringan pengikat longgar.Banyak pembuluh darah besar.lymphatik kecil .
Lapisan bagian bawah ureter sama dengan lapisan otot pada vesika urinaria.Serabut
otot ureter yang terletak dalam vesica urinaria terdiri dari ser.longitudinal.Ser.otot
vesica urinaria menyebar kesegalaarah.Lapisan.dalam longitudinal ,tengahsirkuler ,
luar longitudinal.
3. Vesika urinaria
Lapisan otot bertambah
tebal.Struktur histologis sama
dengan ureter.Membrana
mukosa membentuk lipatan
yang dapat berubah ubah
tergantungderajat ketegangan
vesika urinaria.Epithel
transtitional.Pada permukaan
terdapat inti satu atau lebih.
Jumlah lapisan sel tergantung
keadaanv.urinaria ( penuh /
kosong ). Pada Keadaan penuh ( distended ) sel Permukaan menjadi datar
,demikianSebaliknya.Stroma terdiri dari jar.pengikat longgar yang banyak
mengandung sel lymphoid dan beberapa noduluslymphatik kecil .
Lapisan bagian bawah ureter sama denagan lapisan otot pada vesika urinaria.Serabut
otot ureter yang terletak dalam v.urinaria terdiri dari ser.longitudinal.Ser.otot
v.urinaria menyebar kesegalaarah.Lapisan dalam longitudinal ,tengahsirkuler , luar
longitudinal.
4. Urethra
a. Urethra pars prostatica
Panjang ± 3 -4 cmdikelilingi kel.prostat .Dari dinding dorsal terdapat bangunanseperti
kerucut disebut colliculusseminalis ,yang menjorok kedalamlumen.Pada puncaknya (
bag.ujung )bermuara saluran kecil ( buntu ) yangdisebut utriculus prostaticus
atauuterus maskulinus.Pada bagian samping colliculus bermuara duktus ejaculatorius
yangmerupakan akhir duktus defferen.Pada bagian ini juga bermuara duktusdari
gld.prostat.
b. Pars membranacea
Sempit ,pendek panjang kurang lebih 1 cm
c. Pars Cavernosa
Panjang kurang lebih15 cm sepanjang penis.Pada glans penis lumen
melebarmembentuk fossa navicularis.Dikelilingi masa silindris ( jar.erectil )disebut
corpuscavernosum urethradan corpuscavernosum spongiosum.
Struktur membrana mukosa pada tiapbagian berbeda . Pada pars prostatikasama
denganstruktur v.urinaria dilapisiepithel transtitional.Pars membranacea dan
cavernosa s/dfossa navikularis dilapisi epithelkolumner stratifies atau
pseudostratified.
Pada bagian luar urethra ( muara ) menjadi epithel squamus stratified( sama dengan
epidermis kulit ).Epithel melekat pada memb.basalistipis. Dibawahnya terdiri dari
jar.ikatlonggar ,kaya serat elastis.Dibawahnya terdapat plexus kapilerdan
pemb.vena.Ser.otot dapat tersusun longitudinalatau sirkuler.
Refleks mikturisi adalah refleks medula spinalis yang bersifat otonom, tetapi dapat
dihambat/difasilitasi oleh pusat di otak.
Pusat ini meliputi :
a. Pusat fasilitasi dan inhibisi yg kuat di batang otak, terutama di pons
b. Pusat yang terletak di korteks serebri yg terutama bersifat inhibisi tetapi dapat
berubah menjadi eksitasi.
Reabsopsi Tubulus
Setelah plasma bebas protein difiltrasi melalui glomerulus, setiap zat ditangani secara
tersendiri oleh tubulus sehingga walaupun konsentrasi semua konstituen dalam filtrat
glomerulus awal identik dengan konsentrasinya dalam plasma (dengan kekecualian
protein plasma), konsentrasi berbagai konstituen mengalami perubahan-perubahan
saat cairan filtrasi mengalir melalui sistem tubulus. Kapasitas reabsorptif sistem
tubulus sangat besar. Lebih dari 99% plasma yang difiltrasi dikembalikan ke darah
melalui reabsorpsi. Zat-zat utama yang secara aktif direabsopsi adalah Na+ (kation
untuk CES), sebagian besar elektrolit lain dan nutrien organik, misalnya glukosa dan
asam amino. Zat terpenting yang direabsorpsi secara pasif adalah Cl-, H2O dan urea.
Hal utama yang berkaitan dengan sebagian besar proses reabsoprsi adalah reabsorpsi
aktif Na+. Suatu pembawa Na+, K+ ATPase berantung energi yang terletak di
membran basolateral setiap sel tubulus proksimal mengangkut Na+ keluar dari sel ke
dalam ruang lateral di antara sel-sel yang berdekatan. Perpindahan Na+ ini memicu
reabsorpsi netto Na+ dari lumen tubulus ke plasma kapiler peritubulus, yang sebagian
terjadi di tubulus proksimal. Energi yang digunakan untuk memasok pembawa Na+,
K+ ATPase akhirnya bertanggung jawab untuk mereabsorpsi Na+, glukosa, asam
amino, Cl, H2O dan urea dari tubulus proksimal. Pembawa ko-transportasi spesifik
yang terletak di batas luminal sel tubulus proksimal terdorong oleh gradien
konsentrasi Na+ untuk secara selektif mengangkut glukosa atau asama amino dari
cairan luminal ke cairan tubulus dari sel tubulus, zat-zat tersebut akhirnya masuk ke
plasma. Klorida direabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradien listrik yang
diciptakan reabsopsi aktif Na+. Air secara pasif direabsopsi akibat gradien osmotik
yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif Na+. 65% H2O yang difiltrasi akan direabsopsi
dari tubulus proksimal melalui cara ini. Reabsopsi ekstensif H2O meningkatkan
konsentrasi zat-zat lain yang tertingggal di cairan tubulus, yang sebagian besar adalah
zat-zat sisa. Molekul urea yang kecil merupakan satu-satunya zat sisa yang dapat
secara pasif dapat menembus membran tubulus. Dengan demikian urea adalah satu-
satunya zat sisa yang direabsopsi secara parsial akibat efek pemekatan ini, sekitar
50% urea yang difiltrasi akan direabsorpsi. Zat-zat sisa lain yang tidak dapat
direabsopsi, akan tetap berada di urin dalam konsentrasi yang tinggi.
Di awal nefron, reabsopsi Na+ terjadi secara konstan dan tidak dikontrol. Tetapi di
tubulus distal dan tubulus pengumpul, reabsopsi sebagian kecil Na yang difiltrasi
berubah-ubah dan dapat dikontrol. Tingkat reabsopsi Na+ yang dapat dikontrol ini
terutama bergantung pada sistem renin-angiotensin-aldosteron yang kompleks.
Karena Na+ dan anion penyertanya Cl-, merupakan ion-ion yang paling aktif secara
osmotis di CES, volume CES ditentukan oleh beban Na+ dalam tubuh. Pada
gilirannya, volume plasma yang mencerminkan volume CES total, penting untuk
penentuan jangka panjang tekanan darah. Apabila beban Na+ atau volume
CES/volume plasma/tekanan arteri di bawah normal, ginjal mensekresikan renin,
suatu hormon enzimatik yang memicu serangkaian proses yang berakhir pada
peningkatan sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron meningkatkan
reabsopsi Na+ dari bagian distal tubulus, sehingga memperbaiki beban Na+ / volume
CES/ tekanan darah yang semula menurun.
Elektrolit-elektrolit lain yang secara aktif direabsopsi oleh tubulus, misalnya PO4 dan
Ca2+, memiliki sistem pembawa masing-masing yang independen. Karena pembawa-
pembawa tersebut seperti ko-transportasi nutrien organik, dapat mengalami
kejenuhan, mereka memperlihatkan kapasitas transportasi maksimum, atau Tm.
Apabila filtrasi yang direabsopsi secara aktif melebihi Tm, direabsopsi akan
berlangsung pada kecepatan maksimum yang konstan, dengan jumlah zat tambahan
yang difiltrasi, dengan jumlah zat tambahan yang difiltrasi diekskresikan dalam urin.
Sekresi Tubulus
Tubulus ginjal mampu secara selektif menambahkan zat-zat tertentu ke dalam cairan
filtrasi melalui proses sekresi tubulus. Sekresi suatu zat meningkatkan ekskresinya
dalam urin. Sistem sekresi yang terpenting adalah untuk,
1. H+, yang penting untuk mengatur keseimbangan asam basa.
2. K+, yang menjadi konsentrasi K+ plasma pada tingkat yang sesuai untuk
mempertahankan eksitabilitas normal membran sel otot dan saraf.
URIN
Warna Urin
Warna urin tergantung besarnya diuresis, makin besar dieresis maka semakin muda warna
urin
Normal: kuning muda seperti kuning tua → urochrom & urobilin
Kuning
- Normal: Indikan
- Abnormal:
Obat-obatan dan diagnostika (methylen blue, Evan’s blue), serta kuman2 (Ps.
Aeruginosa. B. Pyo - cyaneus) , Jaundice, dan Racun phenol
- Normal: Uroerythrin
- Abnormal:
Hemoglobinuria, Hematuria, Porfirin, porfobilin, Obat-obatan dan diagnostika (Santonin,
PSP, Amido-pyrin, Congored, BSP), Phenolphtalei, Chyluri, Kuman-kuman (B.
prodigiosus)
Seperti susu:
- Normal: Urobilin
- Abnormal: Bilirubin, hematin dan porfobilin
Coklat tua atau hitam
- Normal: Indikan
- Abnormal:
Methemoglobinuria/darah tua, Alkaptonuria, Porphiria, Melamin, dan Obat-obatan
(derivat phenol dan argyrol)
Bau Urin
1. Bau Amoniak : akibat kegiatan bakteri pada penyakit Cystitis, Pyelitis dengan
obstruksi tractus Urinarius
2. Bau Buah-buahan : adanya aseton pada Ketosis
3. Bau Feses : pada kasus perforasi usus ke vesica urinaria
4. Bau Merkapton : setelah makan asparagus
Bau urin dari awal:
1. Makanan : petai, jengkol, durian
2. Obat-obatan : menthol
3. Bau amoniak : akibat perombakan bakteri dari ureum di dlm kantong kencing pada
urin yang dibiarkan tanpa pengawet.
4. Bau keton : mirip bau buah-buahan atau bunga setengah layu
5. Bau busuk : akibat perombakan zat-zat protein, misal pada carcinoma saluran
kencing
Bau urin setelah dibiarkan:
1. Bau amoniak : urin yang dibiarkan tanpa pengawet.
2. Bau busuk : akibat pembusukan urin yang mengandung banyak protein diluar
tubuh.
Berat Jenis Urin
Normal:
1,016 – 1,022 (lazim: 1016-1022) pd urin 24 jam
1003– 1030 pd urin sewaktu
Derajat Keasaman ( pH )
- Normal: 4,5 – 7,5
- pH asam ex: bakteri E. coli
- pH basa ex: bakteri Proteus
Volume Urin
Volume urin (N): 1200 ml – 1500ml/ hari
2. Urine Pekat
Urine pekat terjadi apabila terdapat kekurangan air dalam tubuh. Ginjal membentuk urine
pekat dengan terus-menerus mengekskresikan zat terlarut dan pada saat yang bersamaan juga
meningkatkan reabsorpsi air dan menurunkan volume urine yang terbentuk. Ginjal manusia
dapat memproduksi urine pekat dengan konsentrasi maksimal sebesar 1200-1400 mOsm/L
yaitu 4-5 kali osmolaritas plasma
b,Uji pengenceran
untuk menguji fungsi tubulus ginjal dalam menjaga homeostatis dengan
mengeluarkan air yang sengaja diberikan dalam jumlah berlebihan.
c.pemerikasaan clearance
untuk mengukure kadar zat yang ekskresikan dibandingkan kadar zat tersebut
dalam plasma terhadap volume urin.
d.PSP tes
untuk mengetahui fungsi sekresi tubulus.
e.Pemerikasaan laboratoris
Urinalisa
Pemeriksaan hematologic
Pemeriksaan faali
Pemeriksaan mikrobiologik
Pemeriksaan seroimunulogik.
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran
volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif
suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan.
Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk
menentukan gangguan faal ginjal.
6. Volume Urin
7. Warna Urin, dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning
tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya.
Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun
makanan. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang
disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan
porphyrin.
8. Berat jenis urin, sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Makin pekat
urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat
ginjal.
9. Bau urin, Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap.
Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi
pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet.
10. pH urin, pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada
infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Infeksi oleh
Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan
kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan
urin bersifat basa.
Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen
urin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X)
yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa
objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.
1. Eritrosit atau leukosit
2. Silinder
3. Kristal
4. Epitel
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang
lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita.
Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini
dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen
dan nitrit.
1. Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain
itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan
cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor
selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-
obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan
dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl,
sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa
dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu
pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi
40 mg/dl.
Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena
peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk
mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing,
phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal
yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.
2. Benda- benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi
butirat.
3. Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan
bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua.
5. Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal
kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin.
Hasil negatif palsu terjadi bila urin mengandung vitamin C melebihi 25 mg/dl dan
konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03 mg/dl.