You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit diare sering disebut dengan Gastroenteritis, yang masih merupakan masalah
masyarakat indonesia. Dan diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
anak di negara berkembang.
Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (Mansjoer Arief
dkk, 1999)
Diperkirakan angka kesakitan berkisar antara 150-430 per seribu penduduk
setahunnya. Dengan uapaya yang sekaranag telah dilaksanakan, angka kematian di RS dapat
ditekan menjadi kurang dari 3%. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan
penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya. Sebagian besar antara 70-80% dari
penderita adalah anak dibawah umur 5 tahun (kurang lebih 40 juta kejadian). Sebagian dari
penderita (1-2%) akan jatuh kedalam dehidrasi dan apabila tidak segera ditanggulangi dengan
benar akan berakibat buruk.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin disampaikan penulis askep ini adalah :
a. Tujuan umum
Memberikan gambaran mengenai Asuhan Keperawatan Klien dengan GEA secara teori.
b. Tujuan khusus
1. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan masalah GEA
2. Dapat menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan
masalah GEA
3. Dapat merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada klien dengan
GEA
4. Dapat melakukan implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan GEA
5. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan pada klien dengan
GEA

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Instansi Tempat Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan
pengetahuan khususnya tentang pemberian asuhan keperawatan klien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler pada CHF.
2. Bagi Penulis
Memberikan manfaat melalui pengalaman bagi penulis untuk mengaplikasikan
ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan khususnya pada kasus CHF.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih
dari 3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah
(Hidayat, 2006 :12).
Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005 : 224).
Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai
bakteri, virus dan pathogen parasitik (Wong, 2003 : 492).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah suatu
keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus ditandai dengan frekuensi
bunag air besar pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dan anak lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi feses encer, dengan atau tanpa lendir dan darah.
Salah satu komplikasi dari gastroenteritis adalah dehidrasi. Klasifikasi tingkat
dehidrasi menurut Hidayat (2006) adalah :
1. Dehidrasi ringan
Apabila kehilangan 2 – 5 % dari berat badan atau rata – rata 25 ml/kg BB dengan
gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada
keadaan syok.
2. Dehidrasi sedang
Apabila kehilangan cairan 5-8% dari berat badan atau rata-rata 75 ml/kg BB dengan
gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh syok, nadi cepat dan
dalam.
3. Dehidrasi berat
Apabila kehilangan cairan 8-10% dari berat badan atau rata-rata 125 ml/kg BB, pada
dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik
dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah
menurun, pasien sangat lelah, kesadaran menurun (apatis, samnolen, kadang sampai
soporokomateus).

B. Etiologi
Faktor penyebab diare menurut Ngastiyah (2005) yaitu :
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral ialah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama gastroenteritis pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut : infeksi bakteri, seperti vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya ; Infeksi perasit : cacing
(Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, Trichomonas hominis) dan jamur (Candida albicans).
2. Infeksi parental
Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis
media akut (OMA), tonsilitis / tonsiloferingitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2
tahun.
3. Faktor malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat, misalnya disakarida intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa); Malabsorpsi
lemak dan malabsorpsi protein.
4. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
5. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar).

C. Patofisiologi
Gastroenteritis adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Gastroenteritis
dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap dalam tinja, yang disebut
diare osmotik, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi
virus atau bakteri diusus halus distal atau usus besar.
Gastroenteritis dapat ditularkan melalui rute rektal oral dari orang ke orang beberapa
fasilitas keperawatan harian juga meningkatkan resiko diare. Transpor aktif akibat
rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, sel mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang
masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan
intestinal.
Iritasi usu oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga
mempengarhi lapisan oto sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas
menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk
penyerapan zat-zat tersebut dikolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat
dapat meninggal akibat syok hivopolemik dan kelainan elektrolit. Toksin colera yang
ditularkan melalui bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang
motilitas dan secara langsung dapat menyebabkan sekresi air dan elektrolit kedalam usus
besar sehingga unsur-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah yang besar.
Gangguan absorpsi cairan dan elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit . hal ini
terjadi karena sindrom malabsorpsi meningkatkan motilitas usus intestinal.
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan
dari absorpsi dan sekresi cairan elektrolit yang berlebihan. Cairan sodium potasium dan
bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler ke dalam tinja sehingga menyebabkan
dehidrasi, kekurangan elektrolit dapat mengakibatkan asidosis metabolik.
Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare terkait kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Penyebab utama diare adalah virus (Adenovirus enterik dan robavirus) serta parasit
(biardia lambiachristopodium) patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi
sel-sel menghasilkan enteroksin atau kristotoksin yang melekat pada dinding usus. Alat
pencernaan yang terganggu pada pasien yang mengalami gastroenteritis akut adalah usus
halus (Corwin, 2000 : 520).

Pathway
D. Manifestasi Klinis
Pasien yang menderita gastroenteritis, mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemungkinan timbul diare.
Tinja cair mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi
kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul
lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dabsorpsi oleh usus selama
diare. Gejala muntah dapat timbul setelah atau sebelum diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi
mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
(Ngastiyah, 2005 : 225). Frekuensi BAB pada bayi lebih dari 3 kali sehari, bentuk cair
pada buang air besarnya kadang – kadang disertai lendir dan darah, nafsu makan
menurun, warnanya lama kelamaan menjadi kehijauan karena bercampur empedu,
muntah, rasa haus, malaise, adanya lecet pada daerah sekitar anus, feses bersifat banyak
asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserap oleh usus, adanya tanda
dehidrasi, kemudian dapat terjadi diuresis yang berkurang (oliguria sampai dengan
anuria) atau sampai terjadi asidosis metabolic seperti tampak pucat dengan pernapasan
kusmaul (Hidayat, 2006 : 13).

E. Penatalaksanaan
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diare meliputi:
pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat dehidrasinya dan
keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa untuk
diare akut.
b. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setampat.
Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan
dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur
dan berat badannya
 Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /
oral.
 Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /
hari.
 Dehidrasi berat
 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset
1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
2. Dietetic (cara pemberian makanan)
Tujuan diit pada pasien gastroenteritis adalah memberikan makanan secukupnya
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memberikan kerja usus, mencegah dan
mengurangi resiko dehidrasi, mengupayakan agar anak segera mendapat makanan
sesuai dengan umur dan beratnya. Syarat diit pada pasien gastroenteritis adalah
pasien tidak dipuasakan setelah terjadi rehidrasi, diberi makanan peroral dalam 24
jam pertama, pemberian ASI diutamakan, makanan cukup energi dan protein,
makanan tidak merangsang saluran pencernaan yaitu tidak mengandung bumbu
tajam, tidak menimbulkan gas, makanan diberi bertahap dari makanan ringan
(mudah dicerna) dalam bentuk yang sesuai menurut umur dan keadaan penyakit,
makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan
/ tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa /
karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).
a. Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg. Klorrpomozin, dosis
0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
b. Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak
beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi,
obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
c. Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg /kg BB / hari. Antibiotic
juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitis
bronkopeneumonia.

F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan yang perlu dikerjakan menurut Mansjoer (2000) adalah :
1. Pemeriksaan Feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis , biakan kuman untuk
mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik serta
untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
Karakteristik hasil pemeriksaan feses sebagai berikut : feses berwarna pekat/putih
kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen empedu (obstruksi empedu).
Feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat seperti Fe, diet tinggi buah
merah dan sayur hijau tua seperti bayam. Feses berwarna pucat disebabkan karena
malabsorpsi lemak, diet tinggi susu dan produk susu. Feses berwarna orange atau
hijau disebabkan karena infeksi usus. Feses cair dan berlendir disebabkan karena
diare yang penyebabnya adalah bakteri. Feses seperti tepung berwarna putih
disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah virus. Feses seperti ampas
disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah parasit. Feses yang didalamnya
terdapat unsur pus atau mokus disebabkan karena bakteri, darah jika terjadi
peradangan pada usus, terdapat lemak dalam feses jika disebabkan karena
malabsorpsi lemak dalam usus halus (Suprianto, 2008).
2. Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K dan P
serum pada diare yang diserta kejang), anemia (hipokronik, kadang-kadang
nikrosiotik) dan dapat terjadi karena malnutrisi / malabsorpsi tekanan fungsi sum-
sum tulang (proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan
kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
3. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, kalsium, bikarbonat.
4. Doudenum intubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
diare kronik.

G. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar pertama atau langkah awal dari proses keperawatan secara
keseluruhan dan merupakan suatu proses yang sistematis dan pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.
Pada tahap ini semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan
dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Tujuan dari pengkajian adalah
untuk mengumpulkan data, menganalisa data sehingga ditemukan diagnosa keperawatan.
Adapun langkah – langkah pengakajian ini adalah sebagai berikut :
1. Riwayat kesehatan
Identitas pasien meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat, suku
bangsa, agama dan nama orang tua. Keluhan utama pasien biasanya mengeluh berak
encer dengan atau tanpa adanya lendir dan darah lebih dari 3 kali sehari, berwarna
kehijau-hijauan dan berbau amis, biasanya disertai muntah, tidak nafsu makan, dan
disertai dengan demam ringan atau demam tinggi pada anak-anak yang menderita
infeksi usus.
Riwayat penyakit sekarang meliputi lamanya keluhan : masing-masing prang
berbeda tergantung pada tingkat dehidrasi, atau gizi, keadaan sosial, ekonomi,
hygiene dan sanitasi. Akibat timbul keluhan : anak menjadi rewel dan menjadi
gelisah, badan menjadi lemah dan aktivitas bermain kurang. Faktor yang
memperberat adalah ibu menghentikan pemberian makanan, anak tidak mau makan
dan minum, tidak ada pemberian cairan tambahan (larutan oralit atau larutan gula
garam).
Riwayat penyakit dahulu yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit yang
pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini orang tua. Apakah dalam
keluarga pernah mempunyai riwayat penyakit keturunan atau pernah menderita
penyakit kronis sehingga harus dirawat dirumah sakit.
Riwayat kehamilan dan kelahiran yang ditanyakan meliputi keadaan ibu saat
hamil, gizi, usia kehamilan dan obat-obatan. Hal tersebut juga mencakup kesehatan
anak sebelum lahir, saat lahir dan keadaan anak setelah lahir.
Riwayat tumbuh kembang yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia anak
sekarang yang meliputi motorik kasar, motorik halus, perkembangan kognitif atau
bahasa dan personal sosial dan kemandirian.
Imunisasi yang ditanyakan kepada orang tua adalah apakah anak mendapat
imunisasi lengkap sesuai dengan usianya dan jadwal pemberian serta efek samping
dari pemberian imunisasi seperti panas, alergi dan sebagainya.
Psikososial yang ditanyakan meliputi tugas perkembangan sosial anak,
kemampuan beradaptasi selama sakit, mekanisme koping yang digunakan oleh anak
dan keluarga. Respon emosional keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stres
mencakup juga harapan-harapan keluarga terhadap kesembuhan penyakit anak.
Kesehatan fisik meliputi pola nutrisi seperti frekuensi makanan, jenis
makanan, makanan yang disukai atau tidak disukai dan keinginan untuk makan dan
minum. Pola eliminasi seperti frekuensi buang air besar dan buang air kecil dirumah
dan dirumah sakit. Selain itu juga ditanyakan tentang konsistensi, warna dan bau dari
objek eliminasi. Kebiasaan tidur seperti tidur siang, malam, kebiasaan sebelum dan
sesudah tidur. Pola aktivitas juga ditanyakan baik dirumah dan juga bagaimana pola
hygiene tubuh seperti mandi, keramas dan ganti baju.
Kesehatan mental meliputi pola interaksi anak, pola kognitif anak, pola emosi
anak saat dirawat, pola psikologi keluarga dalam mengenali penyakit anaknya.
Kesehatan sosial dan spritual yang perlu ditanyakan adalah pola kultural atau
norma yang berlaku dalam keluarga dan pola rekreasi serta keadaan lingkungan
rumah.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien
Pada anak terdapat keluhan dan kelainan-kelainan yang perlu mendukung perlu
dikaji adanya tanda-tanda dehidrasi seperti mata cekung, mukosa bibir kering,
dan turgor kulit berkurang, keelastisannya, kemudian ditanyakan frekuensi BAB,
adanya nyeri atau disentri abdomen, demam dan terjadinya penurunan berat
badan (Gunawan, 2009).
b. Pola fungsional kesehatan
Pola fungsional kesehatan dapat dikaji melalui pola gordon dimana pendekatan
ini memungkinkan perawat untuk mengumpulkan data secara sistematis dengan
cara mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada
masalah khusus. Model konsep dan tipologi pola kesehatan fungsional menurut
gordon :
 Pola persepsi managemen kesehatan
 Pola nutrisi dan metabolik
 Pola eliminasi
 Pola latihan aktivitas
 Pola kognitif perseptual
 Pola istirahat dan tidur
 Pola konsep diri-persepsi diri
 Pola peran dan hubungan
 Pola reproduksi /seksual
 Pola pertahanan diri
 Pola keyakinan dan nilai
(Winugroho, 2008)

H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gastroenteritis menurut
Wilkinson (2007) adalah :
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
dan intake inadekuat.
3. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi .
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhdap
patogen.
6. Defisit pengetahuan tantang penyakit dan cara perawatannya berhubungan dengan
kurang paparan sumber informasi.
7. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress.

I. Intervensi
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi (Wilkinson, 2007 :
174).
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kekeurangan volume
cairan akan teratasi dan keseimbangan elektrolit dan asam basa dapat tercapai dengan
kriteria hasil : hidrasi dan status nutrisi adekuat, frekuensi irama dan nadi dalam
rentang yang diharapkan, frekuensi dan irama nafas dalam rantang yang diharapkan,
kewaspadaan mental dan orientasi kognitif tidak ada gangguan, elektrolit serum
(misalnya natrium, kalium, kalsium dan magnesium) dalam batas normal, serum dan
pH urine dalam batas normal.
Intervensi yang diberikan adalah :
 Beri larutan rehidrasi oral (LRO) sedikit tapi sering khususnya bila anak
muntah. Rasional : LRO untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan
melalui feses.
 Berikan dan pantau cairan IV sesuai ketentuan. Rasional : untuk mengobati
patogen khusus yang menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan.
 Berikan diet reguler pada anak sesuai toleransi. Rasional : karena pemberian
diet normal secara dini bersifat menguntungkan untuk menurunkan jumlah
defekasi dan penurunan berat badan serta pemendekan durasi penyakit.
 Ganti LRO dengan cairan rendah natrium seperti air, ASI, formula bebas
laktosa atau formula yang mengandung setengah laktosa. Rasional : untuk
mempertahankan terapi cairan
 Pantau intake dan output (urin, feses dan emesis). Rasional : untuk
mengevaluasi keefektifan intervensi
 Pantau berat jenis urin setiao 8 jam atau sesuai indikasi. Rasional : untuk
mengkaji hidrasi
 Timbang berat badan anak. Rasional : untuk mengkaji hidrasi
 Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, membran mukosa dan status mental setiap
4 jam atau sesuai indikasi. Rasional : untuk mengkaji hidrasi
 Hindari masuka cairan jernih seperti jus buah, minuman berkarbonat dan
gelatin. Rasional : cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah elektrolit dan
mempunyai osmolaritas tinggi
 Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan
masukan dan keluaran dan mengkaji tanda-tanda dehidrasi. Rasional : untuk
menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan terhadap aturan
terapeutik.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
dan intake inadekuat
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi dengan kriteria hasil : asupan makanan dan cairan adekuat, zat gizi
terpenuhi, asupan cairan oral atau IV dapat terpenuhi dengan baik, mencapai berat
badan ideal.
Intervensi :
 Instruksikan ibu menyusui untuk melanjutkan pemberian ASI. Rasional : hal
ini penting untuk mengurangi kehebatan dan durasi penyakit
 Hindari pemberian diet dengan pisang, beras, apel, dan roti panggang atau
teh. Rasional :: karena diet ini rendah energi dan protein, terlalu tinggi dalam
karbohidrat dan rendah elektrolit
 Observasi dan catat respon terhadap pemberian makan. Rasional : untuk
mengkaji toleransi pemberian makanan
 Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat. Rasional : untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik
 Anjurkan untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering. Rasional : pemberian
makanan cair sedikit demi sedikit tidak akan menekan gastrik sehingga
mengurangi perasaan mual dan muntah.
 Timbang berat badan setiap hari. Rasional untuk mengetahui perkembangan
nutrisi setiap hari
 Gali masalah dan prioritas anggota keluarga. Rasional : untuk memperbaiki
kepatuhan terhadap program terapeutik.
3. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi (Wilkinson, 2007: 220)
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi dapat
teratasi dengan kriteria hasil : suhu kulit dalam rentang yang diharapkan, suhu tubuh
dalam batas normal, nadi dan pernafasan dalam rentang yang diharapkan, perubahan
warna kulit tidak ada, keletihan dan mudah tersinggung tidak tampak.
Intervensi :
 Kaji tingkat kenaikan suhu tubuh dan perubahan yang menyertai. Rasional :
suhu 38-410C menunjukkan proses infeksius akut sehingga dapat membentu
dalam diagnosis dan dapat ditentukan intervensi yang tepat
 Beri kompres hangat pada daerah dahi, aksila, dan lipat paha. Rasional :
kompres hangat dapat mengurangi demam
 Monitor tanda-tanda vital setiap 1 jam. Rasional : sebagai indikator
perkembangan keadaan klien
 Anjurkan untuk minum cukup. Rasional : intake cairan yang adekuat
membentu penurunan suhu tubuh serta mengganti jumlah cairan yang hilang
melalui evaporasi
 Anjurkan untuk menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat.
Rasional : mempercepat proses evaporasi. Jumlah selimut perlu dibatasi untuk
mempertahankan suhu mendekati normal
 Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik. Rasional :
digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus;
kerusakan kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan integritas kulit tidak
mengalami kerusakan dengan kriteria hasil : suhu, elastisitas, hidrasi, pigmentasi dan
warna jaringan dalam rentang yang diharapkan, terbebas dari adanya lesi jaringan,
keutuhan kulit terjaga.
Intervensi :
 Ganti popok jika basah atau kotor. Rasional : untuk menjaga agar kulit tetap
bersih dan kering
 Bersihkan bokong perlahan-lahan dengan sabun lunak, non-alkalin dan air
atau celupkan anak dalam bak untuk pembersihan yang lembut. Rasional
karena feses diare sangat mengiritasi kulit
 Pajankan dengan ringan kulit utuh yang kemerahan pada udara jika mungkin.
Rasional : untuk meningkatkan penyembuhan
 Hindari menggunakan tissue basah yang dijual bebas yang mengandung
alkohol pada kulit teriritasi. Rasional karena dapat menyebabkan rasa
menyengat
 Observasi bokong dan perineum akan adanya infeksi. Rasional : untuk
mengetahui secara dini adanya tanda-tanda infeksi dan untuk memberikan
terapi yang sesuai
 Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat berupa salep pelindung
pada kulit. Rasional : untuk mempercepat penyembuhan.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhdap


patogen.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak terjadi infeksi dengan
kriteria hasil : tidak terdapat tanda-tanda infeksi, status imunitas baik, nutris adekuat,
mendapat imunisasi yang tepat, nadi dan suhu dalam rentang yang diharapkan.
Intervensi :
 Pertahankan cuci tangan yang benar. Rasional : untuk mengurangi resiko
penyebaran infeksi
 Pakaikan popok dengan tepat. Rasional : mengurangi kemungkinan
penyebaran feses
 Gunakan popok sekali pakai. Rasional : superabsorbent untuk menampung
feses dan menurunkan kemungkinan dermatitis popok
 Ajarkan anak, bila mungkin tindakan perlindungan diri misal dengan cuci
tangan setelah menggunakan toilet. Rasional : untuk mencegah penyebaran
infeksi
 Anjurkan keluarga dan pengunjung dalam praktik isolasi khususnya mencuci
tangan. Rasional : untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi.

6. Defisit pengetahuan tantang penyakit dan cara perawatannya berhubungan dengan


kurang paparan sumber informasi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan keluarga pasien termotivasi untuk
merawat anaknya yang menderita gastroenteritis dengan baik dan benar dengan
kriteria hasil : keluarga pasien mengerti pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari
gastroenteritis, cara pencegahan dan perawatan anak yang menderita gastroenteritis,
serta mampu mendemonstrasikan cara membuat oralit dan LHH dengan baik dan
benar.
Intervensi :
 Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit dan cara perawatan
anaknya. Rasional : untuk menentukan intervensi secara tepat dengan maslah
yang ada
 Berikan penjelasan tentang penyakit dan kondisi anaknya. Rasional :
menurunkan rasa takut dan cemas terhadap kondisi anaknya
 Berikan penjelasan setiap akan melakukan prosedur tindakan keperawatan.
Rasional : berbagai tingkat bantuan mungkin diperlukan berdasarkan
kebutuhan;
 Berikan penjelasn kepada orang tua tentang perawatan anak dengan
gastroenteritis dirumah, seperti pembuatan larutan gula garam. Rasional :
pembuatan LGG dilakukan sebagai penanganan pertama untuk mengganti
cairan tubuh yang hilang akibat gastroenteritis.
7. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan ansietas berkurang atau teratasi
dengan kriteria hasil pasien tidak tampak cemas atau gelisah, pasien dapat
beristirahat atau tidur dengan nyenyak, pasien dapat merencankan strategi koping
untuk situasi-situasi yang membuat stress, mampu mempertahankan penampilan
peran, melaoprkan tidak adanya gangguan persepsi sensori, tidak ada kecemasan
secara fisik.
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan. Rasional : respon individu dapat bervariasi tergantung
pada pola kultural yang dipelajari.
2. Pertahankan kontak sering dengan orang tua, selalu sedia untuk mendengarkan
dan bicara bila dibutuhkan. Rasional : persepsi yang menyimpang dari situasi
mungkin dapat memperbesar perasaan
3. Identifikasi cara-cara dimana pasien mendapat bantuan jika dibutuhkan.
Rasional : memantapkan hubungan dan membantu orang tua untuk melihat
realisasi dari penyakit atau pengobatan yang diberikan.
4. Berikan informasi yang sesuai kebutuhan dan jika diminta oleh pasien atau orang
terdekat. Rasional : memberikan jaminan bahwa perawat bersedia untuk
mendukung dan membantu
5. Beri stimulasi sensoris dan pengalihan yang sesuai dengan tingkat perkembangan
anak dan kondisinya, misal : dengan terapi bermain. Rasional : untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.

J. Referensi
Carpenito, Lynda Jual.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Corwin, E, S. 2000. Buku Saku Patofisologi. Jakarta : EGC
Frida. 2008. Askep Gastrointestinal.
http://alfreedr.blogspot.com/2010/06/askep-gastroenteritis.html.
Gunawan. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Gastrointestinal.
http://ilmukeperawatan.com/asuhan_keperawatan_diare.html

Hidayat, Alimul, Aziz, A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :


Salemba Medika.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Robbins, dkk. 2007. Buku Ajar Patofisiologi. Edisi 7. Volume 2. Jakarta : EGC

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI. 2005. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : Infomedika.
Suprianto. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Eliminasi Alvi.
http://perawatsupri.wordpress.com/2008/07/07/asuhan-keperawatan-dengan-masalah-
eliminasi-alvi/

Syaifudin. 2001. Anatomi fisiologi Untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Wilkinson, M, Judith. 2007. Buku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

Winugroho. 2008. Model Konsep Keperawatan. http://winugroho-emt-


n.blogspot.com/2008/08/model-konsep-tipologi-pola-kesehatan.html.

Wong, Donna, L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4.


Jakarta : EGC.

You might also like

  • Woc Gea
    Woc Gea
    Document1 page
    Woc Gea
    aditiya
    No ratings yet
  • SAP Leaflet DM
    SAP Leaflet DM
    Document8 pages
    SAP Leaflet DM
    Rida Anita Yunikawati
    No ratings yet
  • NYERI DADA
    NYERI DADA
    Document11 pages
    NYERI DADA
    Nuriel Fitri
    No ratings yet
  • Tuberkulosis Resistan Obat PDF
    Tuberkulosis Resistan Obat PDF
    Document9 pages
    Tuberkulosis Resistan Obat PDF
    Darmawati
    No ratings yet
  • Adat 1
    Adat 1
    Document1 page
    Adat 1
    Nuriel Fitri
    No ratings yet
  • HT
    HT
    Document7 pages
    HT
    Nuriel Fitri
    No ratings yet
  • Askep DM
    Askep DM
    Document28 pages
    Askep DM
    Nuriel Fitri
    No ratings yet
  • WOC Hipertensi
    WOC Hipertensi
    Document1 page
    WOC Hipertensi
    Nuriel Fitri
    No ratings yet
  • Uang Bawang
    Uang Bawang
    Document1 page
    Uang Bawang
    Nuriel Fitri
    No ratings yet
  • Deskripsi Produk
    Deskripsi Produk
    Document6 pages
    Deskripsi Produk
    Nuriel Fitri
    No ratings yet
  • LP Hipertensi
    LP Hipertensi
    Document16 pages
    LP Hipertensi
    Arinda Rizky Febyantari
    No ratings yet
  • LP Gea
    LP Gea
    Document15 pages
    LP Gea
    Herry Yuan
    No ratings yet
  • Gastroentritis
    Gastroentritis
    Document3 pages
    Gastroentritis
    Bella
    No ratings yet
  • Askep GEA
    Askep GEA
    Document11 pages
    Askep GEA
    wezi
    No ratings yet
  • Laporan Pendahuluan Gea
    Laporan Pendahuluan Gea
    Document19 pages
    Laporan Pendahuluan Gea
    Nuriel Fitri
    No ratings yet
  • GEA DIARE
    GEA DIARE
    Document6 pages
    GEA DIARE
    Anggara Van Nhantha
    100% (1)
  • CV
    CV
    Document2 pages
    CV
    Nuriel Fitri
    No ratings yet